Mintohardjo
RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO Nomor : SK / /C/AP/VIII/2016
Tanggal : Agustus 2016
BAB I
PENGERTIAN
A. DEFINISI
The Internastional Association for the Study of Pain (IASP) mengatakan bahwa
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan.
B. KLASIFIKASI NYERI
1. Klasifikasi berdasarkan SUMBER NYERI, dibagi menjadi:
a. Nyeri somatik luar
Stimulus nyeri berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membrane
mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar dan terlokalosasi
b. Nyeri somatik dalam
Rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat, dirasakan
nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik.
c. Nyeri visceral
Nyeri karena perangsangan organ visceral atau membrane yang
menutupinya (pleuraparietalis, pericardium, peritoneum).Nyeri type ini
dibagi lagi menjadi nyeri visceral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisar,
nyeri alih (referred pain) visceral dan nyeri alih (referred pain) parietal.
2. Klasifikasi nyeri oleh IASP berdasarkan pada lima aksis yaitu :
a. Aksis 1 : Region atau lokasi anatomi nyeri
b. Aksis 2 : Sistem organ primer ditubuh yang berhubungan dengan
timbulnya nyeri
c. Aksis 3 : Karakteristik nyeri atau pola timbulnya nyeri (tunggal,
regular, kontinyu)
d. Aksis 4 : Onset terjadinya nyeri
e. Aksis 5 : Etiologi nyeri
1
c. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada
sistem syarat perifer.Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur serat
syaraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut syaraf dan terpotongnya
saraf perifer.Sensasi yang dirasakan adalah rasa panas dan seperti
ditusuk-tusuk dan kadang-kadang disertai hilangnya rasa atau adanya
rasa tidak enak pada perabaan.
d. Nyeri neurogenik dapat menyebabkan terjadinya allodynia. Hal ini
mungkin terjadi secara mekanik atau peningkatan sensitivitas dari
noradrenalin yang kemudian menghasilkan sympathetically maintained
pain (SMP). SMP merupakan komponen pada nyeri kronik. Nyeri tipe ini
sering member respon yang buruk pada pemberian analgetik
konvensional.
e. Nyeri Psikogenik:
Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misal cemas dan
depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan tenang.
2
Nyeri terus – menerus, akibat terganggu yang hanya hilang bila penderita
tidur.
c. Nyeri Berat
Nyeri terus – menerus sepanjang hari, penderita tidak dapat tidur dan
sering terjaga akibat nyeri.
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATA LAKSANA
3
1. PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN NEONATUS (NIPS)
PENGKAJIAN NYERI
Ekspresi wajah
0 – otot-otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral
1 – meringis Otot wajah tegang, alis berkerut, dagu dan
rahang tegang
(ekspresi wajah negative – hidung, mulut dan
alis)
Menangis
0 – tidak menangis Tenang, tidak menangis
1 – mengerang Merengek ringan, kadang-kadang
2 – menangis keras Berteriak kencang, menaik, melengking, terus
menerus (catatan: menangis lirih mungkin dinilai
jika bayi diintubasi yang dibuktikan melalui
gerakan mulut dan wajah yang jelas)
Pola Pernapasan
0 – Bernapas relaks Pola bernapas bayi yang normal
1 – Perubahan pola Tidak teratur, lebih cepat dari biasanya,
Pernapasan tersendak, napas tertahan
Lengan
0 – relaks/terikat Tidak ada kekakuan otot, gerakan tangan acak
sekali-sekali
1 – fleksi/Ekstensi Tegang, lengan lurus, kaku, dan/atau ekstensi
cepat ekstensi, fleksi
Kaki
0 – Relaks/terikat Tidak ada kekakuan otot, gerakan kaki acak
sekali-sekali
1 – Fleksi/Ekstensi Tegang, kaki lurus, kaku, dan /atau ekstensi
cepat ekstensi, fleksi
Keadaan Kesadaran
0 – Tidur/terjaga Tenang, tidur damai atau gerakan kaki acak yang
terjaga
1 – Rewel Terjaga, gelisah, dan meronta-ronta
KATEGORI SKORING
0 1 2
Face (wajah) Tidak ada Kadang meringis Sering
ekspresi tertentu atau mengerutkan cemberut
atau senyum, kening, menarik diri, konstan, rahang
kontak mata dan tidak tertarik, wajah terkatup, dagu
bunga di terlihat cemas, alis bergetar,
lingkungan diturunkan, mata kerutan yang
sebagian tertutup, dalam di dahi,
pipi terangkat, mulut mata tertutup,
mengerucut mulut terbuka,
4
garis yang
dalam di sekitar
hidung/bibir
Leg (kaki) Posisi normal Tidak nyaman, Menendang
atau santai gelisah, tegang, atau kaki
tonus meningkat, disusun,
kaku, fleksi/ekstensi hipertonisitas
anggota badan fleksi/ekstensi
intermiten anggota badan
secara
berlebihan,
tremor
Activity Berbaring Menggeliat, Melengkung,
(akitivitas) dengan tenang, menggeser maju kaku, atau
posisi normal, mundur, tenang, menyentak,
bergerak dengan ragu-ragu untuk posisi tetap
mudah dan bergerak, menjaga, goyang,
bebas tekanan pada gerakan kepala
bagian tubuh dari sisi ke sisi,
menggosok
bagian tubuh
Cry (menangis) Tidak ada Erengan atau Terus menerus
teriakan/erengan rengekan, sesekali menangis,
(terjaga atau menangis, menjerit, isak
tertidur) mendesah, sesekali tangis,
mengeluh mengerang,
menggeram,
sering
mengeluh
Consolability Tenang, santai, Perlu kenyakinan Sulit untuk
tidak dengan sekali- dibujuk atau di
memerlukan sekali menyentuh buat nyaman
menghibur sesekali, memeluk,
atau
‘berbicara’.perhatia
n mudah beralih
4. VAS (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) kajian nyeri untuk 7 tahun –
dewasa
5
5. BPS (Behavioral Pain Score) kajian nyeri untuk pasien tidak sadar/pakai
ventilator
D. DIAGNOSTIK NYERI
Nyeri merupakan suatu keluhan (symptom).Berdasarkan dengan hal ini
diagnostic nyeri sesuai dengan usaha untuk mencapai penyebab terjadinya nyeri,
meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, kalau perlu pemeriksaan
radiologi atau imaging lainnya.
Diagnostik terutama ditujukan untuk mencari penyebab, dengan menanggulangi
penyebab keluhan nyeri akan mereda atau hilang. Pemeriksaan nyeri dilakukan
sebelum pengobatan dimulai, secara teratur setelah pengobatan dimulai, setiap saat
bila ada laporan nyeri bahu, setelah interval terapi 15-30 menit setelah pemberian
parenteral dan 1 jam setelah pemberian per-oral.
6
E. PENATALAKSANAAN NYERI
1. Tujuan penatalaksaan nyeri
2. Strategi Terapi
a. Terapi Non Farmakologi
1) Akupunktur
2) Cognitive / behavioral therapy
3) Meditasi / relaksasi
4) Guided imagery
5) TEN (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
6) Terapi pijat
7) Lainnya
b. Terapi Farmakologi
Penatalaksanaan Nyeri Akut
1) Terapi Multimodal
Setelah diagnosis ditetapkan, perencanaan pengobatan harus
disusun, berbagai modalitas pengobatan nyeri yang beraneka ragam
dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Modalitas Fisik:
Latihan fisik, pijatan, vibrasi, stimulasi kutan (TENS), tusuk jarum,
perbaikan posisi, imobilisasi dan mengubah pola hidup.
b) Modalitas Kognitif-behavioral:
Relaksasi, distraksi kognitif, mendidik pasien dan pendekatan
spiritual.
c) Modalitas Invasive:
Pendekatan Radioterapi, pembedahan, blok syaraf.
d) Modalitas Psikoterapi:
Dilakukan secara terstruktur dan terancana, khususnya bagi mereka
yang mengalami depresi dan berpikir bunuh diri.
e) Modalitas Farmakoterapi:
Pengobatan Nyeri harus dimulai dengan analgesic yang paling
ringan sampai ke paling kuat.Bila nyeri hebat/berat langsung
diberikan analgesic kuat.
7
2. WFSA Analgesic Ladder
8
Dikutip dari RAJ’S Practical Management of Pain, 4 ed, 2008
9
H. PENATALAKSANAAN NYERI KANKER
I. MACAM ANALGESIK
1. Analgesik Non-Opiat
10
2. Analgesik Opiat
11
2. EFEK SAMPING UTAMA OBAT GOLONGAN OPIAT
Efek Manifestasi
M. EDUKASI NYERI
Edukasi nyeri dapat diberikan kepada pasien / keluarga :
1. Penjelasan penyebab rasa nyeri, metode pengkajian, pilihan pengobatan
dan tujuan, penggunaan obat-obat analgesic dan mengajarkan teknik-teknik
self-help.
2. Secara teratur memperkuat konten edukasi.
3. Memberikan edukasi tertentu sebelum perawatan khusus dan / atau
prosedur.
12
4. EVALUASI NYERI
Sejak bulan Juni 2013, RSAL dr. Mintohardjo memberlakukan evaluasi nyeri
dengan system 1-2-8, yaitu :
a. Untuk kategori nyeri berat (penilaian berskala nyeri 7-10) perawat
akan melakukan evaluasi nyeri setiap 1 jam setelah DPJP menatalaksana
nyeri pada pasien dan mendokumentasikannya dalam formulir observasi
khusus baik digawat darurat maupun di rawat inap.
b. Untuk kategori nyeri sedang (penilain skala nyeri 4-6) perawat akan
melakukan evaluasi nyeri setiap 2 jam setelah DPJP menatalaksana nyeri
pada pasien dan mendokumentasikannya dalam formulir observasi
khusus baik digawat darurat maupun di rawat inap.
c. Untuk kategori nyeri ringan (penilain skala nyeri 1-3) atau tidak ada
nyeri perawat akan melakukan evaluasi nyeri setiap 8 jam (setiap shift)
dan mendokumentasikannya dalam formulir catatan terintegrasi gawat
darurat untuk pasien di gawat darurat maupun dalam formulir
pemantauan tanda vital untuk pasien di rawat inap.
13
evaluasi nyeri setiap 8 jam dan akan didokumentasikan dalam rekam medis
menggunakan formulir pemantauan tanda vital .
8. Pelaporan ke dokter jaga oleh perawat, bila penilaian nyeri pasien belum
mengalami perubahan nyeri berat evaluasi setelah 1 jam, nyeri sedang
evaluasi setelah 2 jam, nyeri ringan evaluasi setelah 8 jam untuk melakukan
konsul ke dokter anestesi onsite (luar jam kerja) dan dokter jaga anestesi yang
bertugas di poli/jadwal tugas poliklinik (jam kerja) melalui DPJP/dokter yang
didelegasikan (konsultasi harus setelah mendapat izin dari DPJP).
9. Pelaporan ke dokter jaga oleh perawat, bila penilaian nyeri pasien belum
mengalami perubahan nyeri berat evaluasi setelah 1 jam, nyeri sedang
evaluasi setelah 2 jam, nyeri ringan evaluasi setelah 8 jam melakukan konsul
tim nyeri sesuai kasus melalui DPJP/dokter yang didelegasikan (Konsultasi
harus setelah mendapat izin dari DPJP).
10. Penanganan nyeri oleh dokter anestesi dilaksanakan sampai nyeri
berkurang sampai skor nyeri ≤ 4.
11. Penanganan nyeri oleh timnyeri dilaksanakan sampai nyeri berkurang
sampai skor nyeri≤ 4.
12. Penyerahan kembali penanganan nyeri kepada DPJP oleh dokter
anestesi atau tim nyeri, bila skor nyeri ≤ 4.
13. Penatalaksanaan kembali ke nomor 3, jika pasien kembali mengalami
nyeri.
14. Pendokumentasian : skala nyeri, lokasi nyeri, jenis tatakelola nyeri oleh
perawat/dokter, efektivitas dari tatakelola yang telah dilakukan.
15. Pelaksanaan edukasi dilakukan oleh perawat dan didokumentasikan
dalam rekam medis menggunakan formulir pemberian informasi & edukasi
pasien .
14
ALUR NYERI RAWAT INAP
15
8. Melakukan edukasi pada pasien jika setelah minum obat nyeri dirumah
semakin berat atau mengganggu dapat menghubungi IGD untuk dapat
ditindaklanjuti.
9. Pendokumentasian : skala nyeri, lokasi nyeri, jenis tatakelola nyeri oleh
perawat/dokter, efektivitas dari tatakelola yang telah dilakukan.
10. Pelaksanaan edukasi dilakukan oleh perawat dan didokumentasikan
dalam rekam medis.
16
BAB IV
DOKUMENTASI
17