Anda di halaman 1dari 17

DINAS KESEHATAN ANGKATAN LAUT Lampiran S K Kepala Rumkital Dr.

Mintohardjo
RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO Nomor : SK / /C/AP/VIII/2016
Tanggal : Agustus 2016

BAB I

PENGERTIAN

A. DEFINISI
The Internastional Association for the Study of Pain (IASP) mengatakan bahwa
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan.

B. KLASIFIKASI NYERI
1. Klasifikasi berdasarkan SUMBER NYERI, dibagi menjadi:
a. Nyeri somatik luar
Stimulus nyeri berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membrane
mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar dan terlokalosasi
b. Nyeri somatik dalam
Rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat, dirasakan
nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik.
c. Nyeri visceral
Nyeri karena perangsangan organ visceral atau membrane yang
menutupinya (pleuraparietalis, pericardium, peritoneum).Nyeri type ini
dibagi lagi menjadi nyeri visceral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisar,
nyeri alih (referred pain) visceral dan nyeri alih (referred pain) parietal.
2. Klasifikasi nyeri oleh IASP berdasarkan pada lima aksis yaitu :
a. Aksis 1 : Region atau lokasi anatomi nyeri
b. Aksis 2 : Sistem organ primer ditubuh yang berhubungan dengan
timbulnya nyeri
c. Aksis 3 : Karakteristik nyeri atau pola timbulnya nyeri (tunggal,
regular, kontinyu)
d. Aksis 4 : Onset terjadinya nyeri
e. Aksis 5 : Etiologi nyeri

3. Klasifikasi nyeri Berdasarkan Jenisnya sebagai berikut:


a. Nyeri nosiseptif adalah nyeri perifer asal kulit, tulang, sendi, otot,
jaringan ikat dan lain-lain merupakan nyeri akut letaknya lebih
terlokalisasi.
b. Nyeri somatic maupun visceral lebih dalam lebih sulit dilokasikan
letaknya.

1
c. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada
sistem syarat perifer.Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur serat
syaraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut syaraf dan terpotongnya
saraf perifer.Sensasi yang dirasakan adalah rasa panas dan seperti
ditusuk-tusuk dan kadang-kadang disertai hilangnya rasa atau adanya
rasa tidak enak pada perabaan.
d. Nyeri neurogenik dapat menyebabkan terjadinya allodynia. Hal ini
mungkin terjadi secara mekanik atau peningkatan sensitivitas dari
noradrenalin yang kemudian menghasilkan sympathetically maintained
pain (SMP). SMP merupakan komponen pada nyeri kronik. Nyeri tipe ini
sering member respon yang buruk pada pemberian analgetik
konvensional.
e. Nyeri Psikogenik:
Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misal cemas dan
depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan tenang.

4. Klasifikasi Berdasarkan Timbulnya Nyeri:


a. Nyeri Akut
Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara.Nyeri ini
ditandai dengan adanya aktifitas syaraf otonom seperti takikardi,
hepertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis.
Nyeri akut dapat berupa:
1) Nyeri somatic luar : nyeri tajam kulit, subkutis dan mukosa.
2) Nyeri somatic dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan
jaringan ikat.
3) Nyeri visceral : nyeri akibat disfungsi organ visceral
b. Nyeri Kronik
Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda-tanda otonom
kecuali serangan akut.Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap
bertahan sesudah penyembuhanluka atau awalnya berupa nyeri akut lalu
menetap sampai melebihi 3 bulan.
Nyeri ini disebabkan oleh :
1) Kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut syaraf.
2) Non kanker akibat trauma, proses degenerasi.
5. Klasifikasi Berdasarkan Penyebab Nyeri:
a. Nyeri Onkologik
b. Nyeri Non Onkologik
6. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Nyeri:
a. Nyeri Ringan
Nyeri hilang - timbul, terutama saat beraktifitas sehari-hari dan menjelang
tidur.
b. Nyeri Sedang

2
Nyeri terus – menerus, akibat terganggu yang hanya hilang bila penderita
tidur.
c. Nyeri Berat
Nyeri terus – menerus sepanjang hari, penderita tidak dapat tidur dan
sering terjaga akibat nyeri.

BAB II
RUANG LINGKUP

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Mintohardjo melaksanakan pelayanan


terhadap seluruh pasien yang mengeluhkan rasa nyeri, diseluruh ruang rawat inap
berdasarkan surat Keputusan Direktur Utama RSAL dr. Mintohardjo Nomor:
HK.03.05/II.1/430/2012 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pelayanan Kesehatan yang
berfokus pasien. Untuk mencapai tujuan dari pelayanan terhadap pasien yang
mengeluhkan rasa nyeri maka perlu dibuat suatu panduan manajemen nyeri
sehingga acuan dalam pelaksaaan pelayanan terhadap pasien yang mengeluhkan
rasa nyeri.
Panduan ini ditujukan bagi semua kelompok yang mempunyai tanggung jaawab dan
kegiatan yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kesehatan. Panduan ini
dirancang sebagai rujukan teknis yang dpaat digunakan oleh/atau disesuaikan
dengan kebutuhab dan kapasitas pelayanan kesehatan di rumah sakait meliputi :
1. Definisi dan klasifikasi nyeri
2. Pengkajian nyeri
3. Diagnosticnyeri
4. Tatalaksana nyeri
Panduan ini memberikan dasar-dasr untuk aksi, mengidentifikasi peran dan
tanggung jawab, menetapkan kebijakan-kebijakan dan aksi pokok yang diperlukan
untuk manajemen pasien yang mengeluhkan rasa nyeri dalam pelayanan
kesehatan, dan juga memberikan rujukan inti dalam setiap bagian.

BAB III
TATA LAKSANA

C. PENGUKURAN INTENSITAS NYERI


Nyeri merupakan masalah yang sangat subyektif yang dipengaruhi oleh
psikologis, kebudayaan dan hal lainnya, sehingga mengukur intensitas nyeri
merupakan masalah yang sulit. Metode yang dipakai oleh RSAL dr. Mintohardjo
sebagai berikut :

3
1. PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN NEONATUS (NIPS)

PENGKAJIAN NYERI
Ekspresi wajah
0 – otot-otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral
1 – meringis Otot wajah tegang, alis berkerut, dagu dan
rahang tegang
(ekspresi wajah negative – hidung, mulut dan
alis)
Menangis
0 – tidak menangis Tenang, tidak menangis
1 – mengerang Merengek ringan, kadang-kadang
2 – menangis keras Berteriak kencang, menaik, melengking, terus
menerus (catatan: menangis lirih mungkin dinilai
jika bayi diintubasi yang dibuktikan melalui
gerakan mulut dan wajah yang jelas)
Pola Pernapasan
0 – Bernapas relaks Pola bernapas bayi yang normal
1 – Perubahan pola Tidak teratur, lebih cepat dari biasanya,
Pernapasan tersendak, napas tertahan
Lengan
0 – relaks/terikat Tidak ada kekakuan otot, gerakan tangan acak
sekali-sekali
1 – fleksi/Ekstensi Tegang, lengan lurus, kaku, dan/atau ekstensi
cepat ekstensi, fleksi
Kaki
0 – Relaks/terikat Tidak ada kekakuan otot, gerakan kaki acak
sekali-sekali
1 – Fleksi/Ekstensi Tegang, kaki lurus, kaku, dan /atau ekstensi
cepat ekstensi, fleksi
Keadaan Kesadaran
0 – Tidur/terjaga Tenang, tidur damai atau gerakan kaki acak yang
terjaga
1 – Rewel Terjaga, gelisah, dan meronta-ronta

2. FLACC PAIN SCALE (Kajian nyeri untuk 2 bulan – 7 Tahun)

KATEGORI SKORING
0 1 2
Face (wajah) Tidak ada Kadang meringis Sering
ekspresi tertentu atau mengerutkan cemberut
atau senyum, kening, menarik diri, konstan, rahang
kontak mata dan tidak tertarik, wajah terkatup, dagu
bunga di terlihat cemas, alis bergetar,
lingkungan diturunkan, mata kerutan yang
sebagian tertutup, dalam di dahi,
pipi terangkat, mulut mata tertutup,
mengerucut mulut terbuka,
4
garis yang
dalam di sekitar
hidung/bibir
Leg (kaki) Posisi normal Tidak nyaman, Menendang
atau santai gelisah, tegang, atau kaki
tonus meningkat, disusun,
kaku, fleksi/ekstensi hipertonisitas
anggota badan fleksi/ekstensi
intermiten anggota badan
secara
berlebihan,
tremor
Activity Berbaring Menggeliat, Melengkung,
(akitivitas) dengan tenang, menggeser maju kaku, atau
posisi normal, mundur, tenang, menyentak,
bergerak dengan ragu-ragu untuk posisi tetap
mudah dan bergerak, menjaga, goyang,
bebas tekanan pada gerakan kepala
bagian tubuh dari sisi ke sisi,
menggosok
bagian tubuh
Cry (menangis) Tidak ada Erengan atau Terus menerus
teriakan/erengan rengekan, sesekali menangis,
(terjaga atau menangis, menjerit, isak
tertidur) mendesah, sesekali tangis,
mengeluh mengerang,
menggeram,
sering
mengeluh
Consolability Tenang, santai, Perlu kenyakinan Sulit untuk
tidak dengan sekali- dibujuk atau di
memerlukan sekali menyentuh buat nyaman
menghibur sesekali, memeluk,
atau
‘berbicara’.perhatia
n mudah beralih

3. Numerical Rating Scale (kajian nyeri untuk 7 tahun – dewasa)

4. VAS (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) kajian nyeri untuk 7 tahun –
dewasa

5
5. BPS (Behavioral Pain Score) kajian nyeri untuk pasien tidak sadar/pakai
ventilator

KATEGORI PENILAIAN SKOR


Ekspresi wajah Tenang/relaks 1
Sebagian diperketat 2
(misalnya penurun alis)
Sepenuhnya diperketat 3
(misalnya penutupan
kelopak mata
Meringis 4
Anggota badan sebelah Tidak ada pergerakan 1
atas
Sebagian di tekuk 2
Sepenuhnya ditekuk 3
dangan fleksi jari-jari
Retraksi permanen 4
Kepatuhan dengan Pergerakan yang dapat 1
ventilasi ditoleransi
Batuk dengan 2
pergerakkan
Melawan ventilator 3
Tidak dapat mengontrol 4
ventilasi

D. DIAGNOSTIK NYERI
Nyeri merupakan suatu keluhan (symptom).Berdasarkan dengan hal ini
diagnostic nyeri sesuai dengan usaha untuk mencapai penyebab terjadinya nyeri,
meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, kalau perlu pemeriksaan
radiologi atau imaging lainnya.
Diagnostik terutama ditujukan untuk mencari penyebab, dengan menanggulangi
penyebab keluhan nyeri akan mereda atau hilang. Pemeriksaan nyeri dilakukan
sebelum pengobatan dimulai, secara teratur setelah pengobatan dimulai, setiap saat
bila ada laporan nyeri bahu, setelah interval terapi 15-30 menit setelah pemberian
parenteral dan 1 jam setelah pemberian per-oral.

6
E. PENATALAKSANAAN NYERI
1. Tujuan penatalaksaan nyeri

2. Strategi Terapi
a. Terapi Non Farmakologi
1) Akupunktur
2) Cognitive / behavioral therapy
3) Meditasi / relaksasi
4) Guided imagery
5) TEN (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
6) Terapi pijat
7) Lainnya

b. Terapi Farmakologi
Penatalaksanaan Nyeri Akut
1) Terapi Multimodal
Setelah diagnosis ditetapkan, perencanaan pengobatan harus
disusun, berbagai modalitas pengobatan nyeri yang beraneka ragam
dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Modalitas Fisik:
Latihan fisik, pijatan, vibrasi, stimulasi kutan (TENS), tusuk jarum,
perbaikan posisi, imobilisasi dan mengubah pola hidup.
b) Modalitas Kognitif-behavioral:
Relaksasi, distraksi kognitif, mendidik pasien dan pendekatan
spiritual.
c) Modalitas Invasive:
Pendekatan Radioterapi, pembedahan, blok syaraf.
d) Modalitas Psikoterapi:
Dilakukan secara terstruktur dan terancana, khususnya bagi mereka
yang mengalami depresi dan berpikir bunuh diri.
e) Modalitas Farmakoterapi:
Pengobatan Nyeri harus dimulai dengan analgesic yang paling
ringan sampai ke paling kuat.Bila nyeri hebat/berat langsung
diberikan analgesic kuat.

F. LANGKAH – LANGKAH PENATALAKSANAAN NYERI AKUT


1. WHO Analgesic Ladder

7
2. WFSA Analgesic Ladder

Figure 1. The WFSA acute pain treatment

MARCH’ APRIL 2009 PHARMACY IN PRACTIVE

G. PENATALAKSANAAN NYERI KRONIS

8
Dikutip dari RAJ’S Practical Management of Pain, 4 ed, 2008

1. Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik


Hampir sebagian besar nyeri neuropatik tidak berespon terhadap NSAID dan
analgenik opioid terapi utamanya : the tricyclic antidepressants (TSA’s), the
anticanvulsants and the systemic local anathetics. Agen farmokologi yang lain :
corticosteroids, topical therapy with substance P deplepors, autonomic drugs
and NMDA receptor antagonists.
Contoh obat baru : pregabalin (Lyrica) dari Pfizer AE untuk nyeri neuropatik
Adjuvant Therapy Nyeri Neuropatik

Nama Obat Dosis Awal Maksimum

Baclofen (Lioresal) 5 mg three times daily 80 mg

Phenytoin (Dilantin) 100 mg three times 600 mg


daily

Lamotrigine (Lamictal) 50 mg once daily 500 mg

Gabapentin (Neurontin) 100 mg three times 3.6 g


daily

Divalproex (Depakote) 10 mg per kg per day 60 mg per kg

Clonazepam (Klonopin) 0.5 mg three times 20 mg


daily

Carbamazepine 200 mg twice daily 1.6 g


(Tegretol)

9
H. PENATALAKSANAAN NYERI KANKER

I. MACAM ANALGESIK
1. Analgesik Non-Opiat

 Parasetamol  Asam Propionat :


 Salisial :  Ibuprofen
c. Aspirin  Fenoproten
d. Mg Salisilat  Ketoproten
 Diflunisal  Naproksen
 Fenamat :  Asam Pirolizin Karboksilat :
 Meklofenamat  Ketorolac
 Asam Mefenamat  Inhibitor Cox-2 :
 Asam asetat :  Celecoxib
 Na Diklofenak  Valdecoxib
 Analgin

10
2. Analgesik Opiat

a. Agonis seperti morfin : c. Agonis seperti metadon :


1) Morfin 1) Metadon
2) Kodein 2) Propoksifen
3) Oksikodon d. Antagonis :
4) Dromorfon 1) Nalokson
5) Oksimorfon e. Analgesik sentral :
6) Leforvanol 1) Tramadol
7) Hidrokodon
b. Agonis sperti meperidin :
1) Sulfentanyl
2) Fentanil

J. EFEK SAMPING ANALGENIK


1. PERBANDINGAN EFEK SAMPING

NSAIDs COX-2 Inhibitors

Stomach pain Decreased mucus

Hearburn Decreased bicarbone

Ulcer Lowered mucosal blood flow

Bleeding Inhibition of epithelial proliferation

Headache Relatively few GI problems

Dizziness Increased incidence of heart attack

Ringing in the ears Increased myocardial infarctions

Rare kidney and liver problems

11
2. EFEK SAMPING UTAMA OBAT GOLONGAN OPIAT

Efek Manifestasi

Perubahan mood Disforia, euphoria

Kesadaran Lemah, mengatuk, apatis, tidak bias


konsentrasi

Stimulasi CTZ Mual, muntah

Depresi pernafasan Kecepatan respirasi turun

Menurunkan mobilitasi GI Kontipasi

Meningkatkan tonus spinker Biliary spasm, retensi urin

Pelepasan histamine Utikaria, pruritus asma

Toleransi Perlu dosis lebih besar untuk


mencapai efek yang sama

Dependensi Terjadi gejala putus obat jika


dihentikan secara tiba-tiba

K. LANGKAH – LANGKAH PENATALAKSANAAN NYERI


1. Medikamentosa
2. Intervensi pain manajemen
3. Surgical

L. DOKTER YANG BERWENANG


1. Non Opiat : yang berwenang DPJP ( Dokter penanggung jawab Pasien)
2. Opiat : yang berwenang dokter Anestesi
3. Anggota Tim Nyeri : sesuai dengan SK Tim Nyeri

M. EDUKASI NYERI
Edukasi nyeri dapat diberikan kepada pasien / keluarga :
1. Penjelasan penyebab rasa nyeri, metode pengkajian, pilihan pengobatan
dan tujuan, penggunaan obat-obat analgesic dan mengajarkan teknik-teknik
self-help.
2. Secara teratur memperkuat konten edukasi.
3. Memberikan edukasi tertentu sebelum perawatan khusus dan / atau
prosedur.

12
4. EVALUASI NYERI
Sejak bulan Juni 2013, RSAL dr. Mintohardjo memberlakukan evaluasi nyeri
dengan system 1-2-8, yaitu :
a. Untuk kategori nyeri berat (penilaian berskala nyeri 7-10) perawat
akan melakukan evaluasi nyeri setiap 1 jam setelah DPJP menatalaksana
nyeri pada pasien dan mendokumentasikannya dalam formulir observasi
khusus baik digawat darurat maupun di rawat inap.
b. Untuk kategori nyeri sedang (penilain skala nyeri 4-6) perawat akan
melakukan evaluasi nyeri setiap 2 jam setelah DPJP menatalaksana nyeri
pada pasien dan mendokumentasikannya dalam formulir observasi
khusus baik digawat darurat maupun di rawat inap.
c. Untuk kategori nyeri ringan (penilain skala nyeri 1-3) atau tidak ada
nyeri perawat akan melakukan evaluasi nyeri setiap 8 jam (setiap shift)
dan mendokumentasikannya dalam formulir catatan terintegrasi gawat
darurat untuk pasien di gawat darurat maupun dalam formulir
pemantauan tanda vital untuk pasien di rawat inap.

N. PROSEDUR PENGELOLAAN NYERI DI RUANG RAWAT INAP


1. Pengidentifikasian rasa nyeri setiap pasien yang masuk ke ruang rawat
inap RSAL dr. Mintohardjo oleh dokter atau perawat yang didokumentasikan ke
dalam rekam medis.
2. Pengkajian awal nyeri dilakukan pada saat pengkajian fisik pasien yang
menjadi bagian dari pengkajian awal rawat inap
3. Pengkajian ulang dilakukan sesuai dengan skala nyeri pasien dan setiap
terjadi perubahan kondisi pasien.
4. Penatalaksanaan terhadap semua pasien (dewasa, neonates, anak atau
pasien tidak sadar) dilakukan sesuai dengan skala penilaian derajat nyeri
masing-masing.
a. Bila penilaian nyeri 7-10 (nyeri berat)
b. Bila penilaian nyeri 4-6 (nyeri sedang)
c. Bila penilaian nyeri 1-3 (nyeri ringan)
Nyeri sedang dan nyeri berat perawat segera melapor ke DPJP untuk
tindakan dan penangannya.
5. Pelaksanaan evaluasi nyeri berat dilakukan setelah 1 jam DPJP mengola
rasa nyeri pasien dan akan didokumentasikan dalam rekam medis
menggunakan formulir catatan obeservasi khusus .
6. Pelaksanaan evaluasi nyeri sedang dilakukan setelah 2 jam DPJP
mengelola rasa nyeri pasien dan akan didokumentasikan dalam rekam medis
menggunakan formulir catatan obeservasi khusus .
7. Pelaksanaan evaluasi ringan dilakukan setelah 8 jam DPJP mengelola
rasa nyeri pasien dan untuk pasien yang tidak nyeri akan tetap dilaksanakan

13
evaluasi nyeri setiap 8 jam dan akan didokumentasikan dalam rekam medis
menggunakan formulir pemantauan tanda vital .
8. Pelaporan ke dokter jaga oleh perawat, bila penilaian nyeri pasien belum
mengalami perubahan nyeri berat evaluasi setelah 1 jam, nyeri sedang
evaluasi setelah 2 jam, nyeri ringan evaluasi setelah 8 jam untuk melakukan
konsul ke dokter anestesi onsite (luar jam kerja) dan dokter jaga anestesi yang
bertugas di poli/jadwal tugas poliklinik (jam kerja) melalui DPJP/dokter yang
didelegasikan (konsultasi harus setelah mendapat izin dari DPJP).
9. Pelaporan ke dokter jaga oleh perawat, bila penilaian nyeri pasien belum
mengalami perubahan nyeri berat evaluasi setelah 1 jam, nyeri sedang
evaluasi setelah 2 jam, nyeri ringan evaluasi setelah 8 jam melakukan konsul
tim nyeri sesuai kasus melalui DPJP/dokter yang didelegasikan (Konsultasi
harus setelah mendapat izin dari DPJP).
10. Penanganan nyeri oleh dokter anestesi dilaksanakan sampai nyeri
berkurang sampai skor nyeri ≤ 4.
11. Penanganan nyeri oleh timnyeri dilaksanakan sampai nyeri berkurang
sampai skor nyeri≤ 4.
12. Penyerahan kembali penanganan nyeri kepada DPJP oleh dokter
anestesi atau tim nyeri, bila skor nyeri ≤ 4.
13. Penatalaksanaan kembali ke nomor 3, jika pasien kembali mengalami
nyeri.
14. Pendokumentasian : skala nyeri, lokasi nyeri, jenis tatakelola nyeri oleh
perawat/dokter, efektivitas dari tatakelola yang telah dilakukan.
15. Pelaksanaan edukasi dilakukan oleh perawat dan didokumentasikan
dalam rekam medis menggunakan formulir pemberian informasi & edukasi
pasien .

14
ALUR NYERI RAWAT INAP

O. PROSEDUR NYERI RAWAT JALAN


1. Pengidentifikasikan rasa nyeri setiap pasien yang masuk ke rawat jalan
RSAL dr Mintohardjo oleh dokter atau perawat dan didokumentasikan ke dalam
rekam medis.
2. Pengkajian nyeri dilakukan pada saat pengkajian fisik yang menjadi
bagian dari pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. Penatalaksanaan terhadap semua pasien (dewasa, neonates, anak atau
pasien tidak sadar) dilakukan sesuai dengan skala penilaian derajat nyeri
masing-masing.
4. Nyeri ringan dan sedang petugas triase langsung lapor DPJP dan pasien
diantar ke poli sesuai kasusnya.
5. Nyeri berat petugas triase langsung mengantar pasien ke IGD.
6. Untuk nyeri berat, petugas di poliklinik akan mengantar pasien ke IGD
untuk dilakukan tatalaksana nyeri di IGD.
7. Untuk nyeri sedang dan ringan, akan dilakukan tatalaksana oleh DPJP
sesuai kasusnya.

15
8. Melakukan edukasi pada pasien jika setelah minum obat nyeri dirumah
semakin berat atau mengganggu dapat menghubungi IGD untuk dapat
ditindaklanjuti.
9. Pendokumentasian : skala nyeri, lokasi nyeri, jenis tatakelola nyeri oleh
perawat/dokter, efektivitas dari tatakelola yang telah dilakukan.
10. Pelaksanaan edukasi dilakukan oleh perawat dan didokumentasikan
dalam rekam medis.

ALUR NYERI RAWAT JALAN

16
BAB IV
DOKUMENTASI

Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Mintohardjo


terdokumentasi dalam bentuk SPO Pengkajian nyeri awal, SPO Pengkajian nyeri
lanjutan, SPO Manajemen nyeri, SPO pemberian sedasi.

Dalam operasional pelaksanaan pelayanan pasien dengan keluhan nyeri tidak


terlepas dari koordinasi lintas fungsi dengan satuan kerja terkait di dalam lingkungan
RSAL dr. Mintohardjo .
Satuan kerja terkait dilingkungan RSAL Dr.Mintohardjo antara lain yaitu:
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Bidang Pelayanan Medik dan keperawatan
c. Instalasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
d. Instalasi Farmasi
e. Instalasi Rawat Intensif
f. Instalasi Rawat Inap
g. Instalasi Rawat Jalan
h. SMF terkait

17

Anda mungkin juga menyukai