BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Status gizi merupakan keadaan fisik seseorang atau kelompok orang tertentu
yang ditentukan dengan salah satu kombinasi dari ukuran gizi tertentu. Status gizi
terkait secara langsung dengan konsumsi makanan dan status kesehatan. Dan
pangan juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli
paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi.
Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau
perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari
kelompok umur yang lain. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari : bayi,
balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui serta kelompok usia lanjut
( Notoatmodjo, 2003).
sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak
balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas hidup anak
Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun
bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang
dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen
aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin, 2004).
kelamin, berat badan, aktivitas, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang. Guna
sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat (Uripi, 2004).
orang yang diakibatkan oleh konsumsi dan penyerapan zat besi makanan. Dengan
menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka dapat diketahui apakah
seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak (Riyadi,
2001). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara
efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin (Almatsier, S. 2001). Penilaian status gizi terbagi atas penilaian
secara langsung dan penilaian secara tidak langsung. Adapun penilaian secara
langsung dengan metode antropometri sedangkan penilaian status gizi secara tidak
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi
tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
ketidakseimbangan ini dapat dilihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti otot dan jumlah air di dalam tubuh (Supariasa dkk, 2001).
oleh faktor hormonal, lebih dari itu pertumbuhan cukup sensitif terhadap defisit
indikator status gizi dan resiko kesehatan, serta mendiagnosa adanya obesitas
(Riyadi, 2001).
komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap berat badan (BB), panjang
badan (PB) atau tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar lengan atas (LLA atau
3. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga
5. Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang
sudah pasti
cukup besar
3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat
7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari
penilaian yaitu berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut
panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB), panjang badan atau
tinggi badan menurut Umur (PB/U atau TB/U), dan indeks yang baru
diperkenalkan oleh WHO (2005) yaitu indeks massa tubuh menurut umur
(TB/U) mencerminkan status gizi masa lalu, karena pertumbuhan tinggi badan relatif
1. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah
lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi
badan anak dilakukan dengan alat pengukur mikrotoa yang mempunyai ketelitian
0,1 cm.
a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
disisi badan, bahu relaksasi,tungkai kaki lurus kebawah, lutut berhimpit dan
telapak kaki datar. Frankfurt plane ( belakang kepala, bahu, pantat dan tumit
d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
f. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
2. Umur
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan
berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah
adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun;
2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Metode survei
2.5 Stunting
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak
mempertahankan kesehatan. Ini biasa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit
14
ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
Malnutrisi terdiri dari akut dan kronis. Penderita malnutrisi akut atau Severe
Acute Malnutrition (SAM), ditentukan dengan pengukuran berat badan per tinggi
badan dibawah 3 SD atau lebih dibawah rata–rata kurva pertumbuhan baru dari
indikator tinggi badan per umur. Sebagaimana jenisnya, malnutrisi ini memiliki
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat badannya dan
diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya
berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan
balita seumurnya. Stunting adalah keadaan kekurangan tinggi/ panjang badan relatif
terhadap umurnya . Stunting merupakan salah satu indikator status gizi kronis yang
(Sudiman,2008)
Anak pendek dan sangat pendek berdasarkan perhitungan indeks panjang badan
menurut umur (PB/U) atau indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Faktor yang mempengaruhi status gizi balita dibedakan menjadi dua, faktor
langsung; asupan makanan (saat dalam kandungan dan setelah lahir termasuk
pemberian ASI) dan riwayat penyakit dan faktor tidak langsung; pendapatan
Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup
sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan
mencapai pertumbuhan linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan
Menurut Unicef tahun 1998 gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh
penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Gizi kurang secara
langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi.
Dan penyebab secara tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pangan juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli
badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang tua.
Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu tinggi badan
orang tua yang pendek, maupun kurangnya pemenuhan zat gizi. Penelitian di Mesir
menunjukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm
Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang
perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan
aktifitas tubuh. Tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh akan mudah terkena
kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Penyakit infeksi
menyebabkan diare, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa
sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh
Ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (penyebab diare) dengan status
gizi terutama pada anak balita karena adanya interaksi yang timbal balik. Diare dapat
mengakibatkan gangguan status gizi dan gangguan status gizi dapat mengakibatkan
diare. Gangguan status gizi dapat terjadi akibat dari penurunan asupan zat gizi
mengurangi makan pada saat sakit, dan peningkatan kehilangan cairan/ gizi akibat
penyakit diare yang terus menerus sehingga tubuh lemas. Begitu juga sebaliknya, ada
hubungan antara status gizi dengan infeksi diare pada anak balita. Apabila asupan
makanan atau zat gizi kurang akan terjadi penurunan metabolisme sehingga tubuh
akan mudah terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak balita yang menderita
18
penyakit diare. Oleh sebab itu asupan makanan atau zat gizi harus diperhatikan agar
Diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik
disertai lendir dan darah maupun tidak (Widjaja, 2002). Diare ialah keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Hingga kini diare masih menjadi child killer
semua usia baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Akan tetapi pada kasus diare
berat dengan kematian lebih sering terjadi terutama terjadi pada bayi dan anakbalita
sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. Penyakit ini menyerang
semua usia dari bayi sampai lansia, dan tersebar luas di mana-mana. Infeksi saluran
pernafasan akut disebabkan antara lain oleh bakteri, virus, dan jamur, sedangkan
kondisi cuaca, status gizi, status imun, sanitasi, dan polusi udara merupakan faktor –
faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA. Infeksi yang mengenai jaringan paru-
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering
diserang demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang
makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah,
sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah
tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA adalah 5 per 1000 balita (Cissy,
2004). Kejadian ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali
pertahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk sebanyak 3
2.6.3 Genetik
Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu tinggi
badan orang tua yang pendek, maupun kurangnya pemenuhan zat gizi. Penelitian di
Mesir menunjukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari
Tinggi badan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan semasa periode
pertumbuhan dalam kandungan (Intrauterine). Tinggi badan ibu yang pendek dan
gizi ibu yang buruk berhubungan dengan peningkatan risiko kegagalan pertumbuhan
intrauterine (Black et al,2008 dalam fitri 2010) . Selain itu disebabkan oleh asupan
yang tidak memadai dan sering terjadi infeksi (shrimpton et al, 2001 dalam Fitri
,2010 )
mempunyai status gizi baik akan mempunyai anak dengan status gizi baik
kemungkinan 1,7 kali dibandingkan ibu dengan status gizi tidak baik.
20
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang diberikan oleh
ibu pada bayi baru lahir. Asi sebagai makanan ideal bagi bayi pada 0-6 bulan
zat esensial yang diperlukan bayi. Air susu ibu selain sebagai pemenuhan nutrisi
(Arisman, 2003).
Asi eklusif dan meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu juga tidak
gizi pada umur dini akan berpengaruh pada pertumbuhan masa dewasa dengan
tahun pertama kehidupan yaitu ASI dan MP-ASI. Pemberian ASI eklusif yang
kurang dari dan 6 bulan dan pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat
sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA
(Friska,2013)
badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan dan pola asuh ibu. Defisiensi energi
kronis dan anemia selama kehamilan dapat menyebabkan ibu melahirkan bayi
21
Adapun Ciri-Ciri Bayi Normal Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Friska,
3.Lingkar dada 30 ± 38 cm
4.Lingkar kepala 33 ± 35 cm