Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI PERANKADER PADA PENELITIAN STUNTING DALAM

PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT FK UKI PERIODE FEBRUARI 2018 -


APRIL 2020 DI KABUPATEN SUMEDANG

Pembimbing:

dr. Wiradi Suryanegara, M. Kes

Disusun oleh:

Hidayah Desy Septiyani (1765050225)

Maria Asni Babang (1965050096)

Sena Putra (1965050118)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

RSU UKI

PERIODE KEPANITERAAN 20 FEBRUARI – 02 MEI 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

rahmat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “Evaluasi

Peran Kader pada Penelitian Stunting dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat FK

UKI Periode Februari 2018 - April 2020 di Kabupaten Sumedang” sebagai salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat pada

Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.Wiradi Suryanegara,

M.Kes, selaku pembimbing dan teman sejawat IKM FK UKI yang telah menyediakan waktu,

tenaga, serta pikiran dalam penyusunan karya tulis ini.

Penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna karena penulis menyadari

keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan

pada penulisan ini, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya

tulid ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 23 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu langkah yang harus dilalui dalam mewujudkan hasil-hasil penelitian yang
lebih mantap dan berguna bagi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang kesehatan di
Indonesia adalah melalui kegiatan evaluasi hasil-hasil penelitian. Salah satu kegiatan
penelitian yang telah dilaksanakan oleh Dokter Muda Kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Kristen Indonesia (UKI) adalah
mengenai stunting. Penelitian inidilaksanakan di Kabupaten Sumedang sejak Februari 2018
sampai dengan April 2020 dengan tujuan untuk pencegahan stunting sehingga dapat
menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia khususnya di Kabupaten Sumedang. Hal
ini dikarenakan stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs)
yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan
dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang
ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.1

Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan yaitu pada masa 1000 hari pertama
kehidupan (HPK) akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. 2
Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku
WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.3 Sedangkan definisi stunting
menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai Z-scorenya
kurang dari -2SD/Standar Deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely
stunted).4Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan
memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap
penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada
akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.3

Indonesia merupakan negara berkembang dan termasuk kedalam sepuluh negara


tertinggi dengan peringkat ke-empat jumlah balita stunting di dunia setelah India sekitar 48,3
juta, Pakistan dan Nigeria sekitar 10 juta, kemudian Indonesia yaitu sekitar 8,8
juta.5,6Menurut hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 terjadi penurunan
prevalensi stunting dari 30,8 persen di tahun 2018, berdasarkan Riskesdas 2018 menjadi
27,67 persen di tahun 2019. Adapun proporsi status gizi sangat pendek dan pendek menurut
provinsi paling tinggi yaitu di Nusa Tenggara Timur yang mencapai 42,6 persen sedangkan
Jawa Barat sendiri 29,9 persen atau 2,7 juta balita yang terkena stunting. Salah satu dari tiga
belas daerah dengan penderita terbanyak di Jawa Barat yakni Kabupaten Sumedang 41,08
persen.7Menurut Sekretariat Daerah Kabupaten Sumedang tahun 2018, 10 Desa dengan
prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Sumedang adalah Desa Cimarga, Desa Malaka,
Desa Ungkal, Desa Mekarsari, Desa Cijeruk, Desa Cilembu, Desa Mekarbakti, Desa
Sukahayu, Desa Margamukti, dan Desa Kebon Kalapa.8Dalam 2 tahun periode penelitian,
dokter muda Bagian IKM FK UKI telah melakukan penelitian dan juga penyuluhan mengenai
stunting pada 10 desa tersebut.

Pemerintah telah menetapkan penurunan stunting sebagai prioritas nasional yang


dilaksanakan secara lintas sektor di berbagai tingkatan sampai dengan tingkat desa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa berkewajiban untuk
mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang menjadi program prioritas nasional.
Artinya semua Organisasi Perangkat Desa (OPD) yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
penurunan stunting harus berhubungan dengan pemerintah desa. Hal ini menunjukkan bahwa
Desa memiliki peran penting dalam pelaksanaan intervensi penurunan stunting secara
terintegrasi. Pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewajiban melakukan pembinaan,
pengawasan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat
Desa (BPMD) atau OPD, salah satunya adalah melakukan pembinaan bagi desa untuk
memastikan efektivitas mobilisasi kader yang berfungsi sebagai Kader Pembangunan
Manusia (KPM) yang selanjutnya disebut kader atau kader kesehatan.9

KPM adalah kader yang berfungsi untuk membantu desa dalam memfasilitasi
pelaksanaan integrasi intervensi penurunanstunting di tingkat desa. Kader tersebut berasal
dari masyarakat sendiri seperti kader Posyandu, guru PAUD, dan kader lainnya yang terdapat
di desa.9Kegiatan pelatihan dan pemberdayaan kader dalam pencegahan dan penatalaksanaan
stunting pada anak dilakukan agar semua kader terpapar mengenai konsep, deteksi dini,
pencegahan dan penatalaksanaan stunting pada anak. Misalnya dalam deteksi dini,
kaderdilatih untuk melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan atau
tinggi badan anak dengan baik dan benar agar hasil pengukuran yang didapatkan akurat.
Selain itu kader kesehatan juga diharapkan dapat memberikan informasi yang terkait dengan
stunting pada anak kepada masyarakat khususnya orangtua anak, terkait dengan ciri-ciri anak
stunting dan bagaimana upaya untuk pencegahan dan penatalaksanakannya.8

Dalam melaksanakan penelitian maupun penyuluhan mengenai stunting di 10 Desa di


Kabupaten Sumedang selama 2 tahun periode, dokter muda FK UKI dibantu oleh para kader
dari setiap desa. Oleh karena itu, penulis ingin mengevaluasi peran serta kader dalam
beberapa penelitian mengenai stunting yang telah dilakukan.

1.2 TUJUAN

Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah:

1. Sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan program penelitian stunting dalam

pelayanan kesehatan masyarakatoleh dokter muda Kepaniteraan IKM FK UKI

periode Februari 2018 sampai April 2020 di Kabupaten Sumedang.

2. Sebagai tolak ukur capaian program penelitian stunting dalam pelayanan kesehatan

masyarakat oleh dokter muda Kepaniteraan IKM FK UKI periode Februari 2018 -

April 2020 di Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengevaluasi peran serta kader pada program penelitian stunting dalam

pelayanan kesehatan masyarakat oleh dokter muda Kepaniteraan IKM FK UKI

periode Februari 2018 - April 2020 di Kabupaten Sumedang.


DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
Bul Jendela Data dan Inf Kesehat. 2018;53(9):1689–99.
2. Nadhiroh, Siti Rahayu; Ni’mah K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Balita. Media Gizi Indones [Internet]. 2010;1:13–9. Available from:
https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/download/3117/2264
3. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota Prioritas
untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta Pusat: Sekretariat Wakil Presiden
Republik Indonesia; 2017. 5 p.
4. Kepmenkes 1995/MENKES/SK/XII/2010.
5. World Health Organization. Reducing stunting in children: equity considerations for
achieving the Global Nutrition Targets 2025. 2018;
6. Millennium Challenge Account – Indonesia. Stunting dan masa depan Indonesia.
Jakarta: MCA – Indonesia; 2018.
7. Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 13 Kabupaten di Jabar Kasus Stunting
Tinggi [Internet]. 2018 [cited 2020 Apr 22]. Available from:
https://jabarprov.go.id/index.php/news/30750/2018/11/18/13-Kabupaten-di-Jabar-
Kasus-Stunting-Tinggi
8. HENDRAWATI S. Pemberdayaan Kader Kesehatan dalam Pencegahan dan
Penatalaksanaan Stunting pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinangor.
Dharmakarya. 2018;7(4):274–9.
9. Kementerian PPN/ Bappenas. Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi di Kabupaten/Kota. Rencana Aksi Nas dalam Rangka Penurunan Stunting
Rembuk Stunting [Internet]. 2018;(November):1–51. Available from:
https://www.bappenas.go.id

Anda mungkin juga menyukai