OLEH :
SIFRA TOBING
NIM : 2016.13201.008
KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Faktor Resiko Stunting di Wilayah Kerja
1. Bapak Ir. H.B. Gult, MMA selaku Ketua Yayasan Winda Nauliyang telah
2. Ibu Dra. Meiyati Simatupang, SST, M.Kes selaku Ketua STIKes Nauli
pembimbingyangtelahmeluangkan waktu,tenagadan
inihinggaselesai.
memberikankesempatankepadapenelitiuntuk melakukanpenelitiandi
6. Semuapihakyangtidakdapatdisebutkansatupersatuatassegalabantuan dan
proposal ini.
Sifra Tobing
BAB I
PENDAHULUAN
dimanatinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya yang
diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama
merupakan sebagai indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari
minus dua standar devisiasi (-2SD) atau dibawah rata-rata standar yang ada
(Chaggan, 2012).
stunting di Asia Tenggara sebesar 36%, lebih tinggi dari rata-rata global yaitu
sebesar 26%. Secara global pada tahun 2017, terdapat 151 juta atau 22% anak-
anak di bawah lima tahun mengalami stunting dengan tiga per empat dari
jumlah tersebut adalah anak-anak yang tinggal di Wilayah Asia Tenggara dan
Organization, 2018).
Berbagai macam dampak buruk dapat disebabkan oleh kejadian stunting,
perkembangan motorik dan kecerdasan yang lebih rendah (Crookston et. al.,
dampak jangka panjangnya adalah anak dengan stunting akan tumbuh dengan
kognitif dan prestasi belajar, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif dan
belum mencapai target prevalensi yang ditentukan WHO yaitu <20% maupun
adalah beberapa penyebab dari kejadian stunting secara garis besar (World
mengurangi faktor atau gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan
gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif) (Kementerian
ekonomi atau pendapatan rendah akan memiliki anak yang lebih berisiko
sanitasi yang kurang baik. Anak balita yang mengonsumsi makanan dengan
2014).
sebesar 27,67% (Kemenkes RI, 2019). Sementara pada tahun 2018 se-
tapanuli tengah terdapat 9,17% angka stunting dan pada tahun 2020 terdapat 92
tapanuli tengah.
Berat badan lahir < 2.500 gram memiliki pengarkuh secara bermakna
terhadap kejadian stunting pada anak dan memiliki risiko mengalami stunting.
kejadian stunting pada anak dan memiliki risiko mengalami stunting. Faktor
signifikan untuk stunting pada balita. Faktor sanitasi yang tidak baik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting pada balita dan memiliki
rumah tangga, dan kurangnya hygiene sanitasi rumah maka risiko balita
Tapanuli Tengah.
Tangga, Dan Sanitasi yang Tidak Baik menjadi Faktor Resiko Stanting
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik
2020.
tapanuli tengah.
a. Responden
b. Puskesmas
penyakit stunting.
c. Institusi
d. Peneliti
Hasil penelitian ini menambah wawasan bagi peneliti tentang Faktor
Resiko Stunting pada Balita serta sebagai salah satu syarat kelulusan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting Anak
1. Definisi
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat
anak berusia dua tahun. Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada
status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-
proses stunting melambat pada saat anak berusia sekitar 3 tahun. Terdapat
anak. Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun, menggambarkan proses
atau telah menjadi stunted (Sandra Fikawati dkk, 2017). Berbagai ahli
bahwa stunting merupakan dampak dari berbagai faktor seperti berat lahir
2. Etiologi
genetik, hormon, zat gizi, dan energi dengan faktor lingkungan. Proses
sampai remaja yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan
tinggi badan sampai 50% dari panjang badan lahir. Kemudian tinggi badan
tersebut akan meningkat 2 kali lipat pada usia 4 tahun dan 3 kali lipat pada
(kehamilan) dan pada 2 tahun pertama kehidupan anak atau pada masa
akan berdampak buruk pada perkembangan fisik dan kognitif anak saat
menjadi stunting. Pada 1000 hari pertama kehidupan anak, buruknya gizi
kelahiran seperti gizi ibu selama kehamilan dan faktor setelah kelahiran
seperti asupan gizi anak saat masa pertumbuhan, sosial ekonomi, ASI
3. Epidemiologi
Diperkirakan dari 171 juta anak stunting di seluruh dunia, 167 juta
diprediksi akan ada 127 juta anak di bawah 5 tahun yang stunting pada
tahun 2025 nanti jika tren sekarang terus berlanjut. WHO memiliki target
global untuk menurunkan angka stunting balita sebesar 40% pada tahun
Gizi, 2017). Dari 10 orang anak sekitar 3-4 orang anak balita mengalami
4. Dampak
dalam hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka. Stunting
bukan semata pada ukuran fisik pendek, tetapi lebih pada konsep bahwa
2016).
Proses stunting disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang dan
disebabkanoleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
1. faktor BBLR
Berat badan bayi yang <2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi
dapat mempengaruhI pola asuh dan perawatan anak. Selain itu juga
tepat untuk balita dalam upaya peningkatan stat us gizi akan dapat
terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ibu
dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit menyerap inform asi
Sulastri,2012 )
6. Preventif
dimulai sebelum kelahiran melalui perinatal care dan gizi ibu, kemudian
dalam mencegah stunting dimulai se jak janin sampai anak berusia 2 tahun
Gizi maternal perlu diperhatikan melalui moni toring status gizi ibu
anak setelah kelahiran, juga diperlukan perhatian khusus terhadap gizi ibu
menyusui. Pencegahan kurang gizi pada ibu dan anak merupakan investasi
jangka panjang yang dapat memberi dampak baik pada generasi sekarang
yaitu Intervensi Gizi Spesifik Dan Intervensi Gizi Sensitif (TNP2K, 2017).
dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30%
penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada
pengukuran. Penguk uran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak
usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh,
tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi yang
pengukuran anak dengan median, dan standar deviasi atau Z-Score untuk
usia dan jenis kelamin yang sama pada anak-anak. Z-Score adalah unit
yang tepat dalam distribusi perbedaan indeks dan perbedaan usia, juga
1) Umur
2) Tinggi badan
Tinggi atau panjang badan adalah indikator umum dalam
mengukur tubuh dan pan jang tulang. Alat yang biasa dipakai disebut
Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas
kaki dan aks esoris kepala, kedua tangan tergantung rileks di samping
badan, tumit dan pan tat menempel di dinding, pandangan mata mengarah
eksterna bagian dalam). Bagian alat yang dap at digeser diturunkan hingga
Biasanya panjang badan diukur jika anak belum mencapai ukuran linier
85 cm atau berusia kurang dari 2 tahun. Ukuran panjang badan lebih besar
0,5-1,5 cm daripada tinggi. Oleh sebab itu, bila anak diatas 2 tahun diukur
a. Defenisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
(PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada
saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra, 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi
prematur hingga tahun 1961. Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak
seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara prematur
istilah bayi prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir rendah
1500-2499
1000-1499
<1000gram (Putra,2012).
faktor ibu dan faktor janin. Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum
rendah, remaja, tubuh pendek, sudah sering hamil, dan anemia (Hanum
et al., 2014). Infeksi pada ibu selama kehamilan, sosial ekonomi rendah,
(Santoso etal., 2009). Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan
2008).
umum bayi yang tidak stabil, henti nafas, inkoordinasi reflek menghisap
dan menelan, serta kurang baiknya kontrol fungsi motorik oral, sehingga
berat badan rendah (< 2500 gram), panjang badan pendek (≤ 45 cm), dan
bayi dalam keadaan sakit (IDAI, 2010; WHO, 2011; Silangit, 2013).
(NEC) pada BBLR. Kejadian NEC tertinggi pada bayi berat lahir < 1500
gram (Girsang, 2009). Bayi yang lahir dengan kisaran berat badan antara
2000 – 2500 gram memiliki resiko kematian neonatal 4 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan kisaran berat badan 2500 –
3000 gram dan 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir
menentukan jenis dan cara pemberian nutrisi pada BBLR. Kondisi klinis
lambat pada bayi BBLR daripada bayi cukup bulan. Demikian pula
sempurna, terlebih bila bayi dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu
(Nasar, 2004).
tumbuh kembang yang optimal seperti bayi yang lahir cukup bulan
sehingga akan diperoleh kualitas hidup bayi yang lahir prematur secara
optimal pula. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan asupan
nutrisi yang mencukupi untuk proses tumbuh kejar pada bayi prematur
yang lebih cepat dari bayi cukup bulan (Ellard & Anderson, 2008).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang
dengan ketat.
dengan hati-hati.
b. Etiologi
(Putra, 2016).
c. Dampak BBLR
menunjukkan proporsi stunting pada anak berat lahir kurang dari 3000
lahirnya lebih dari atau sama dengan 3000 gram. Anak dengan berat lahir
kurang dari 3000 gram memiliki risiko menjadi stunting 1,3 kali
dibandingkan anak dengan berat lahir lebih dari sama dengan 3000 gram
stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta (Nasution, 2014).
Menurut Rahayu tahun 2014, faktor risiko yang paling dominan
tahun 2015, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan
bahwa mereka yang lahir dengan berat badan lebih rendah mempunyai
risiko Penyakit Jantung lebih tinggi, tanpa terkait dengan pola hidupnya
d. Pencegahan BBLR
c. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman
bulan janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak usia 2 tahun (730
hari). Pada 20 minggu pertama dibutuhkan kecukupan protein dan zat gizi
mikro untuk pembentukan sel dan menentukan jumlah sel otak dan potensi
tinggi badan. Seorang ibu hamil harus berjuang menjaga asupan nutrisinya
kecukupan energi, protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan dan
pembesaran sel.
Idealnya, berat badan bayi saat dilahirkan adalah tidak kurang dari
2500 gram, dan panjang badan bayi tidak kurang dari 48 cm. Inilah alasan
mengapa setiap bayi yang baru saja lahir akan diukur berat dan panjang
orang tua harus berupaya keras agar bayinya tidak memiliki tinggi badan
atau panjang badan yang stunting. Selama 6 bulan setelah bayi lahir, bayi
memerlukan zat gizi makrodan mikro yang hanya cukup diperoleh dari
untuk tumbuh kembang anak. pendidikan yang baik, orang tua dapat
dapat melakukan perawatan anak dengan lebih baik dari pada orang tua
anak balita.
zat gizi meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Ibu
makanan pada anak. Karena anak balita mulai dapat m enentukan sendiri
makanan apa yang akan dimakan dan dapat menolak makanan yang
diberikan. Oleh karena itu, ibu harus mampu membuat variasi makanan
tanpa mengurangi kandungan gizi pada makanan tersebut agar anak akan
stunting pada anak. Stunting dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi
terhadap penyakit infeksi. Stunting dapat dicegah sejak dini berawal dari
kesadaran keluarga terutama ibu balita. Ibu memiliki peran besar terhadap
anak yang tepat, dan mengatur pola asupan gizi seimbang untuk anak
balitanya.
psikis. Oleh karena itu, tidak semua anak dapat bertumbuh dan
hubungan pengeta huan orang tua tentang gizi dengan stunting pada anak
usia 4-5 tahun menunju kkan bahwa kejadian stunting anak dipengaruhi
oleh pengetahuan orang tua terhadap gizi anak balitanya. Pola asupan gizi
anak oleh orang tua akan men unjang pertumbuhan dan perkembangan
anak hingga dewasa. Ini sesuai den gan penelitian Narsikhah dan
Margawati (2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara
balita dengan riwayat berat lahir rendah pada tahun 2010 di Indonesia. Anak
pangan tinggi (≥70%), memiliki peluang 2,48 kali untuk menderita stunting
dibandingkan dengan anak dengan berat lahir rendah dari keluarga dengan
pangan yang rendah. Keluarga yang miskin dan ketahanan pangan keluarga
mencukupi kebutuhan asupan gizi anak dalam jangka waktu yang lama,
2013).
E. Sanitasi
sarana buang air bersih, sarana pengolahan sampah dan limbah rumah
kematian kurang lebih 280.000 orang. Keuntungan dari sanitasi yang baik
(Renyoet,dkk.2013).
munculnya bakteri. Bakteri-bakteri ini lah yang akan masuk ke tubuh anak
diare dan dapat menyebabkan anak kehilangan cairan serta sejumlah zat gizi
yang esensial bagi tubuh. Seorang anak yang terkena diare akan mengalami
malabsorbsi zat gizi dan durasi diare yang berlangsung lama akan membuat
anak semakin mengalami kehilangan zat gizi, bila tidak ditindaklanjuti dan
F. kerangka Teori
SD
Lingkungan
SLTP
Faktor BBLR Pendidikan Ibu
Ekonomi
Kondisi Rumah SLTA
Usia Hamil
Pembuangan Sampah Perguruan Tinggi
Jarak Kehamilan
Pembuangan Limbah Ketersediaan Pangan
STUNTING
Kecukupan Gizi
Pendapatan Rumah Tangga
Sanitasi
G. Kerangka Konsep
Stunting
Sanitasi
H. Hipotesis
Ha: Adanya pengaruh berat badan lahir rendah, pendidikan ibu, pendapatan
Ho: Tidak adanya pengaruh berat badan lahir rendah, pendidikan ibu,
tapanuli tengah
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Waktu
Penelitian dilakukan mulai bulan februari sampai dengan Maret tahun 2020.
b. Tempat
a. Populasi
Tengah.
b. Sample
yang menjadi sample pada penelitian saya seluruh balita yang mengalami
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukurjan yang
1.Data Primer
2. Data Sekunder
1. observasi
sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung berkaitan dengan
faktor resiko stunting pada balita, yang dilakukan dikecamatan Sarudik kabupaten
Tapanuli Tengah.
2. wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui pengamatan
saja.
3. dokumentasi
keakuratan data. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah
2. Analisis Bivariat, yaitu dilakukan dua variabel penelitian yang berhubungan untuk
Seminar Sehari dalam Rangka Hari Gizi Nasional ke 60. FKM UI,
Brinkman HJ, de Pee S, & Sanogo I et al. 2012. High Food Prices and The
Fikhar A. 2013. Faktor Determinan KEP pada Anak Usia 6 Bulan-3 Tahun di
UI, Jakarta
Manado.Journal, 64-70.
Undip.ac.id
Jakarta. RinekaCipta
Rahayu Atikah, dan Laily Khairiyati 2014, Risiko Pendidikan Ibu Terhadap
Risk Factor Sunting Of Child 6-23 Months -Old). Bagian Gizi Prodi
Banjarmasin
Supariasa I .D. N., Bakri, B., dan Fajar, I. 2016. Penilaian Status Gizi
Seminar Sehari dalam Rangka Hari Gizi Nasional ke 60. FKM UI,
Brinkman HJ, de Pee S, & Sanogo I et al. 2012. High Food Prices and The
Fikhar A. 2013. Faktor Determinan KEP pada Anak Usia 6 Bulan-3 Tahun di
UI, Jakarta
Undip.ac.id
Jakarta. RinekaCipta
Rahayu Atikah, dan Laily Khairiyati 2014, Risiko Pendidikan Ibu Terhadap
Risk Factor Sunting Of Child 6-23 Months -Old). Bagian Gizi Prodi
Banjarmasin
Supariasa I .D. N., Bakri, B., dan Fajar, I. 2016. Penilaian Status Gizi
1. DataResponden
Petunjuk pengisian :
2. Berilah tanda silang (X) pada salah satu nomor yang menjadi
Tingkat pendidikan:..……………
(1) SD
(4) Diploma/Perguruantinggi
Saitasi:........