PITIRIASIS VERSIKOLOR
Oleh :
Preseptor:
2017
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Pitiriasis versikolor (PV) sering disebut dengan panu atau panau, tinea
oleh ragi genus Malassezia, umumnya tidak memberikan gejala subjektif, ditandai
oleh area depigmentasi atau diskolorisasi berskuama halus, tersebar diskret atau
1.2. Epidemiologi
kerentanan berdasarkan usia, yakni lebih banyak ditemukan pada remaja dan
dewasa muda, jarang pada anak dan orang tua. Di Indonesia, kelainan ini
jamur.1
1.3. Etiologi
merupakan flora normal pada kulit. Sifat lipofilik yang dimiliki jamur ini
menyebabkan jamur ini banyak berkolonisasi pada area yang kaya sekresi kelenjar
sebasea. Jamur ini juga bersifat dimorfik, bentuk ragi dapat berubah menjadi hifa.
M. furfur
M. sympodialis
2
M. globosa
M. restricta
M. slooffiae
M. obtusa
1.4 Patogenesis
miselia karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen. Faktor
versikolor banyak dijumpai di daerah tropis dan pada musim panas di daerah sub
tropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik
itu diabetes mellitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamian dan penyakit-
yang masuk ke dalam lapisan kulit yang akan menggangu proses pembentukan
adanya asam azeleat dihasilkan oleh Pityrosporum dari asam lemak dalam sebum
3
1.5 Manifestasi Klinis
Lesi PV terutama terdapat pada badan bagian atas, leher, dan perut,
ekstremitas sisi proksimal. Kadang ditemukan pada wajah dan skalp; dapat juga
ditemukan pada aksila, lipat paha, genitalia. Lesi berupa makula berbatas tegas,
gejala subjektif, hanya berupa keluhan kosmetis, meskipun kadang ada pruritus
ringan.1
1.6 Diagnosis
1.6.1 Anamnesis
onset, frekuensi dan durasi, disertai gatal dan meningkat dengan keringat, warna
dan perubahan warna ketika digaruk, bentuk, ukuran, distribusi lesi, riwayat
trauma, riwayat kontak dengan iritan, frekuensi mandi atau berganti pakaian,
jenis baju yang sering dipakai sehari-hari, pekerjaan, hobi, pola makan,
kelembaban), sakit atau batuk lama, penurunan berat badan, diare lama,
penggunaan obat-obatan atau jamu jangka waktu lama, mati rasa pada bercak,
riwayat dan respon pengobatan, riwayat menderita penyakit seperti ini, riwayat
4
1.6.2 Pemeriksaan Fisik
Lokalisasi: atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka
dan kepala (terutama ditemukan pada daerah yang tertutup pakaian dan
bersifat lembab)
hanya tampak ketika lesi digaruk atau tergores berupa finger nail sign)
Pemeriksaan ini akan tampak campuran hifa pendek dan spora-spora bulat
Pitriasis alba
Eritrasma
Vitiligo
Dermatitis seboroik
Pitiriasis rosea
5
Morbus hansen tipe tuberkuloid
Tinea1
1.8 Tatalaksana
tahun pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi
1. Penatalaksanaan umum
Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang
- Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat
digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
6
- Larutan Tiosulfas natrikus 25% , dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi
selama 2 minggu
3. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pitiriasis versikolor yang luas atau jika
pemakaian obat topikal tidak berhasil1,4,9. Obat yang dapat diberikan adalah:
- itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan
1.9 Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten, serta
beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu dijelaskan kepada pasien.1
7
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Pendidikan terakhir : S1
No HP : -
Agama : Islam
Suku : Minang
I. Anamnesis
Keluhan Utama
Bercak putih yang terasa gatal yang semakin meningkat pada leher bagian
8
Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya 3 bulan yang lalu pasien merasakan ada bercak putih yang terasa
gatal pada leher bagian depan, bercak awalnya kecil kemudian meluas.
Kemudian bercak semakin meluas dan menjadi semakin gatal sejak 1 bulan
Gatal dirasakan sesekali pada bercak terutama pada saat pasien berkeringat.
Pasien sehari-hari memakai baju 2 lapis dan berbahan katun, serta mengganti
Pasien suka makan makanan yang pedas dan panas, dengan pola makan
teratur.
3 bulan yang lalu pasien berobat ke dokter spesialis kulit kelamin. Pasien
diberikan obat berupa salep dan obat minum, tapi pasien tidak ingat obatnya.
Sakit lama (-) batuk lama (-) penurunan BB (-) diare lama (-)
9
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan bercak pada kulit disertai gatal
Status Generalis
Status gizi : BB : 65 kg
TB : 165 kg
Status Dermatologikus
Distribusi : terlokalisir
Batas : tegas
Ukuran : plakat
10
Efloresensi : makula hipopigmentasi disertai dengan
skuama halus
bening
Gambaran Klinis
III. Resume
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 31 Mei 2017 dengan keluhan bercak
putih yang terasa gatal yang semakin meningkat pada leher bagian depan sejak 1
bulan yang lalu. Dari anamnesis didapatkan keluhan bercak putih yang terasa
11
gatal timbul saat pasien berkeringat. Bercak putih yang terasa gatal timbul pada
leher bagian depan. Pasien sudah memberikan salep pada daerah bercak dan gatal
leher bagian depan. Distribusi terlokalisir, bentuk tidak khas, susunan tidak khas,
skuama halus.
Diagnosis Banding : -
12
2. Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi dengan KOH.
Gambar 2.3 Tampak campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat
berkelompok (spaghetti and meatball appearance) (Tanda panah hitam)
VIII. Penatalaksanaan
Terapi
Umum :
13
Khusus :
Lokal :
kemudian dibilas.
IX. Prognosis
14
Resep
dr. Arni
Praktek Umum
SIP : 1310311014
Hari : Senin- Rabu
Jam: 17.00 – 21.00
Alamat : Jl Proklamasi 64 Padang
No Telp : (0751) 344098
Padang, 31 Mei 2017
Pro : Tn R
Umur : 40 Tahun
Alamat : Alai, Padang
15
BAB 3
DISKUSI
Pada pasien diberikan terapi umum dan khusus. Pasien harus diedukasi
mengenai penyakitnya. Menghindari faktor yang diduga sebagai penyebab
terjadinya alergi adalah terapi non medimamentosa yang paling penting untuk
16
pasien urtikaria akut. Untuk terapi khusus sistemik diberikan kapsul Itrakonazol
200 mg/hari selama 5-7 hari. Untuk terapi khusus lokal diberikan selenium sulfida
1,8% dalam bentuk sampo tiap hari yang digosokkan pada lesi dan didiamkan
selama 15-30 menit dan kemudian dibilas. Selain itu terapi khusus lokal lain yang
diberikan adalah krim miconazole 2% digunakan 2 kali sehari setelah mandi.
Itrakonazol adalah anti jamur golongan triazole, itrakonazol mengganggu sintesis
membran sel jamur dengan cara menghambat enzim sitokrom P450 14α-
demethylase (P45014DM). Penghambatan ini mencegah konversi lanosterol ke
ergosterol, komponen penting dari membran sitoplasma jamur. Selenium sulfida
bekerja dengan menekan pembentukan dan pengelupasan kulit kepala, sedangkan
mikonazol merupakan anti jamur azol turunan imidazole. Obat ini bekerja dengan
menghambat bioseintesis egosterol pada membran sel jamur yang menyebabkan
terjadinya kerusakan pada dinding sel jamur, sehingga terjadi peningkatan
permeabilitas membran, dan pada akhirnya menyebabkan sel jamur kehilangan
nutrisi selulernya.
Prognosis pada pasien ini adalah quo ad sanationam dubia ad bonam, quo ad
vitam bonam, quo ad kosmetikum bonam, dan quo ad functionam bonam.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sri LM (Ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke VII. Fakultas
2001:17-20.
4. Faegemann JN. Pityriais (Tinea) Versicolor, Tinea Nigra and Piedra. Dalam:
Jacob PH, Nall L, editor. Antifungal Drug Therapy. Marcel Dekker. New
York. 1990:23-5.
5. Klenk AS, Martin AG, Heffernan MP. Yeast infectio: Candidiasis, Pityriasis
(Tinea) Versicolor. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, dkk, editor.
8. Daili ESS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit kulit yang umum di Indonesia.
18