Anda di halaman 1dari 24

Vasopressors and

Inotropes in Shock:
Which one to choose?
Klasifikasi Syok
1. Hipovolemik
2. Kardiogenik
3. Obstruktif
4. Distributif
Terapi awal dan pendekatan
diagnosis syok

◦Jika jalan napas, oksigenasi, atau ventilasi pasien tidak


efektif, maka harus dilkukan intubasi.
◦Akses intravena harus memadai
◦Setiap aritmia harus ditangani sesuai protokol standar
advance cardiac life support (ACLS)
◦Pemberian cairan 1 L kristaloid diberikan pada keadaan
hipotensi; kondisi edema paru bukan pengecualian
pemberian cairan pada pasien dengan perfusi yang
inadekuat. Pada syok kardiogenik, pemberian cairan ini
tidak lebih membahayakan jika dibandingkan dengan
hipotensi yang berkelanjutan
◦Vasopressor sebaiknya hanya dimulai dengan /
setelah resusitasi yang memadai dengan
kristaloid, koloid, dan / atau produk darah.
Vasopressor tidak direkomendasikan dalam
stabilisasi awal syok hemoragik, namun
diperbolehkan apabila terjadi hipotensi sampai
perdarahan dapat dikendalikan pada pasien
yang menjalani intervensi bedah darurat. Pada
keadaan curah jantung (CO) yang rendah,
penggunaan agen inotropik harus
dipertimbangkan.
◦Diagnosis infark miokard akut (AMI), tension
pneumothorax, tamponade jantung, dan
emboli paru masif harus dipertimbangkan
berdasarkan data yang tersedia. Jika dicurigai
terdapat salah satu dari diagnosis ini, maka
intervensi diagnostik dan terapeutik harus
dilanjutkan bersamaan dengan penelusuran
diagnostik yang lebih akurat.
Langkah Diagnostik
Pasien stabil => syok dinilai
◦Hitung darah lengkap, biokimia serum
lengkap, laktat serum, analisis gas darah
arteri, enzim jantung, elektrokardiogram,
rontgen dada, kortisol serum acak, dan
penilaian faktor koagulasi.
◦Echocardiogram, kateter arteri pulmonal,
atau pengukuran CO arteri dalam.
KATEKOLAMIN
Efek kardiovaskuler zat ini dimediasi melalui interaksinya dengan reseptor adrenergik
dan dopamin.
Epinefrin
Epinefrin atau adrenalin merupakan
campuran potensial agonis adrenergik α
dan β

Epinefrin merupakan katekolamin lini


pertama pada cardiopulmonary
resuscitation (CPR) dan syok anafilaktik.
Sebagai zat vasopressor dan inotrop,
biasanya epinefrin dianggap sebagai agen
lini kedua.
Norepinefrin
Norepinefrin memiliki efek chronotropic minimal dan
merupakan obat pilihan apabila denyut jantung
tidak stabil

Norepinefrin lebih kuat daripada dopamine dan


umumnya dianggap sebagai vasopresor pertama
pada hipotensi syok vasodilator

lebih sedikit efek samping metabolik dibanding


epinefrin
Dopamin
Dopamin digunakan sebagai
vasokonstriktor pada syok
vasodilatasi dan sebagai inotropik
pada kasus CO yang rendah

Indikasi pemakaian dopamin adalah


syok vasodilator dengan bradikardia,
yang keduanya dapat diperbaiki
Dobutamin

Dobutamine merupakan agen


vasoaktif yang lebih disukai untuk
mengobati syok kardiogenik dengan
output rendah dan peningkatan
afterload

Kombinasi dobutamin dengan


norepinefrin digunakan dalam
Phenylephrine

diberikan secara bolus cepat sebagai


koreksi pada keadaan hipotensi berat
mendadak hingga terapi definitif
lainnya dapat ditentukan
Vasopressin

Vasopresin merupakan agen lini


kedua pada syok septik atau
hipotensi refraktori yang tidak respon
terhadap pemberian norepinefrin
(atau epinefrin)
PEMILIHAN VASOPRESOR
DAN INOTROPIK PADA
BERBAGAI KEADAAN SYOK
Syok Hemoragik
Keadaan hipotensi dipertahankan
sebagai strategi tatalaksana dimana
bertujuan untuk menjaga tekanan
darah cukup rendah agar
menghindari terjadinya kehilangan
darah dan mempertahankan perfusi
jaringan
Syok Kardiogenik

BPS 70 – 100 mmHg


◦Dobutamin direkomendasikan bila
tidak memperlihatkan tanda-tanda
syok
◦dopamin bila terdapat tanda - tanda
syok
◦Norepinefrin disarankan bila tekanan
darah sistolik <70 mmHg
Syok sepsis
1. Resusitasi cairan yang adekuat dibutuhkan untuk
penggunaan vasopresor pada pasien dengan syok sepsis.
Jika resusitasi cairan gagal mengembalikan tekanan areteri
yang adekuat dan perfusi organ, terapi dengan vasopresor
harus dimulai. Vasopresor mungkin juga dibutuhkan untuk
memperpanjang masa kehidupan dan mempertahankan
perfusi pada keadaan hipotensi, meskipun hipovolemia
belum teratasi atau resusitasi cairan sedang berjalan.
2. Pemberian Vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65
mmHg
3. Norepinephrine merupakan vasopresor pilihan pertama
untuk mengatasi hipotensi pada syok sepsis
4. Epinephrine (dapat ditambahkan dan dapat dijadikan
sebagai pengganti norepinephrine) dapat digunakan
bila agen tambahan diperlukan untuk
mempertahankan tekanan darah
5. Vasopresin 0,03 units/menit dapat ditambahkan
kedalam norepinephrine dengan tujuan untuk
meningkatkan MAP atau menurunkan dosis
norepinephrine
6. Vasopresin dosis rendah tidak direkomendasikan
sebagai vasopresor tunggal awal untuk tatalaksana
pada hipotensi yang disebabkan karena sepsis dan
vasopressin dosis lebih fari 0,03 – 0,04 unit/menit harus
digunakan untuk terapi akhir (gagal mencapai MAP
adekuat dengan agen vasopresor)
7. Dopamin dapat digunakan sebagai vasopresor alternative
dibandingkan norepinephrine tunggal pada beberapa kondisi
pasien (contoh pada paien dengan resiko rendah takiaritmia dan
resiko absolut atau relatif bradikardia). Dopamine meningkatkan
MAP dengan meningkatkan Cardiac input dengan pengaruh
minimal terhadap resistensi pembuluh darah sistemik
8. Dosis rendah dopamine tidak digunakan untuk proteksi ginjal
9. Kombinasi norepinefrin dengan dobutamin sesuai untuk mencapai
tujuan terapi syok septik dibandingkan norepinefrin dengan
dopamine atau dopamine saja. Pemberian dobutamin dapat
dilakukan bila terdapat tanda disfungsi miokard dengan
peningkatan tekanan pengisian dan cardiac output yang rendah,
atau tanda hipoperfusi, daripada memperlihatkan tercapainya
volume intravascular yang adekuat dan adekuat MAP
10. Fenilepinefrin tidak disarankan pada tatalaksana
syok sepsis kecuali beberapa keadaan dimana
norepinefrin berhubungan dengan aritmia berat,
kardiak output yang tinggi dan tekanan darah
yang selalu rendah atau sebagai tatalaksana
akhir ketika kombinasi obat inotropik/vasopresor
dan dosis vasopressin rendah dapat gagal untuk
mencapai target MAP
Syok Anafilaktik
Adrenalin merupakan pilihan terapi untuk
anafilaksis. Dosis rekomendasi adalah 0,3
hingga 0,5 mg (konsentrasi 1:1000)
intramuscular tiap 5 hingga 10 menit pada
dewasa

Epinefrin intravena diberikan pada kasus


kolaps kardiovaskular atau yang gagal respon
pada terapi intramuskular.
Syok Neurogenik
Tatalaksana primer pada syok
neurogenik adalah resusitasi cairan.
Bila terdapat respon yang inadekuat
pada resusitasi cairan, vasopresor
dengan aktivitas alfa dan beta seperti
norepinephrine harus diawali dengan
penurunan simpatis dan memberikan
chronotropic cardiac support

Anda mungkin juga menyukai