Anda di halaman 1dari 11

F1-F6 EFRI

F1. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas Tanjung Enim

Latar Belakang

Proses pemberian informasi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan media promosi.
Penerapan promosi kesehatan mental bertujuan sebagai langkah penting dalam
menyampaiakan sebuah dasar pengetahuan yang sering muncul sehingga dapat digunakan ke
dalam bentuk praktek yang efektif dalam sebuah aturan. Penelitian promosi kesehatan jiwa
menggambarkan bahwa fakta-fakta penelitian dan pengalaman praktek promosi kesehatan
jiwa menjadi sebuah faktor kunci yang dapat membuat promosi tersebut bekerja secara
sukses. Penelitian tersebut menggambarkan berupa penemuan-penemuan, penyorotan
terhadap efektifitas promosi kesehatan jiwa yang sedang berlangsung, dan proses identifikasi
kondisi yang memungkinkan muncul dalam penerapan program tersebut. Dari uraian diatas
membuat penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tentang kesehatan jiwa.

Permasalahan

Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan jiwa dan stigma negatif yang
diberikan pada pasien gangguan jiwa.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Dari permasalahan di atas maka penulis merencanakan untuk melakukan suatu intervensi
berupa penyuluhan mengenai kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Enim yang
menyasar pada kader jiwa yang telah dipilih oleh desa. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk
menambah pengetahuan para kader jiwa mengenai kesehatan jiwa meliputi gejala, faktor
risiko serta apa yang harus dilakukan pada pasien kesehatan jiwa. Prioritas masalah yang
akan dibahas adalah pengertian kesehatan jiwa, gejala gangguan jiwa, dan penanganan pasien
gangguan jiwa serta upaya pencegahan putus obat pada pasien jiwa agar tidak timbul relaps
yang lebih parah.

Pelaksanaan

Proses intervensi dilakukan pada hari Senin, 16 Maret 2020. Intervensi yang dilakukan adalah
memberikan penyuluhan kepada kader jiwa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Enim.
Penyuluhan dihadiri oleh 20 orang.

Pemaparan materi berlangsung selama 15 menit. Materi penyuluhan yang diberikan


melingkupi pengertian kesehatan jiwa, gejala gangguan jiwa, dan penanganan pasien
gangguan jiwa serta upaya pencegahan putus obat pada pasien jiwa agar tidak timbul relaps
yang lebih parah. Setelah pemaparan materi dilakukan sesi tanya jawab yang berlangsung
sekitar 15 menit.

Monitoring dan Evaluasi

Evaluasi pengetahuan mengenai kesehatan jiwa dilakukan oleh penulis sejak awal
penyuluhan dimulai dengan melempar pertanyaan kepada audience dengan hasil evaluasi
awal bahwa kebanyakan audience sudah mengerti secara umum mengenai kesehatan jiwa.
Selanjutnya juga dilakukan evaluasi di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana
penulis mendapatkan respon yang baik yaitu audience aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan pembicara.

F2. PHBS Rumah Tangga

Latar Belakang

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai
Rumah Tangga Sehat. Walaupun program pembinaan PHBS telah berjalan sekitar 20 tahun,
tetapi keberhasilannya masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
2007 mengungkapkan bahwa baru 38,7% rumah tangga di Indonesia yang mempraktikan
PHBS. Hal ini jelas menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS.
Kegiatan penyuluhan PHBS, yang secara khusus membahas 10 Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Rumah Tangga, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai PHBS termasuk manfaatnya sehingga dapat memotivasi pelaksanaan PHBS,
khususnya di Rumah Tangga.

Permasalahan

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS, dan memfokuskan pada PHBS di Rumah
Tangga

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Penyuluhan mengenai materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), meliputi:

1. Pengertian PHBS secara umum

2. Ruang lingkup PHBS

3. Pengertian dan manfaat PHBS Rumah Tangga


4. Sepuluh PHBS di Rumah Tangga

Di akhiri dengan sesi tanya jawab

Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 26 Maret 2020 pukul 08.30-09.30 WIB.
Pemaparan materi 10 menit dengan poin-poin pengertian PHBS secara umum, ruang lingkup
PHBS, Pengertian dan manfaat PHBS rumah tangga, dan Sepuluh PHBS di rumah tangga.
Setelah pemaparan selesai dilanjutkan dengan sesi tanya jawab 10 menit.

Monitoring dan Evaluasi

1. Tempat pelaksanaan di Puskesmas Tanjung Enim bersih dan nyaman sehingga


mendukung dilakukannya penyuluhan mengenai PHBS

2. Peserta antusias mendengarkan penyampaian materi dan aktif dalam sesi tanya jawab

3. Dari ke-10 PHBS tersebut, mayoritas peserta menyatakan bahwa perilaku tidak
merokok di dalam rumah masih sulit dilakukan.

F3. Upaya Perbaikan Gizi Pada Anak

Latar Belakang

Kejadian gizi kurang juga terkait dengan penyakit yang diderita oleh anak, misalnya diare.
Berdasarkan Riskesdas 2010, sebagian besar rumah tangga di Indonesia masih menggunakan
air yang tidak bersih (45 persen) dan sarana pembuangan kotoran yang tidak aman (49
persen). Minimal satu dari setiap empat rumah tangga dalam dua kuintil termiskin masih
melakukan buang air besar di tempat terbuka. Perilaku tersebut berhubungan dengan penyakit
diare, yang selanjutnya berkontribusi terhadap gizi kurang. Pada tahun 2007, diare
merupakan penyebab dari 31 persen kematian pada anak-anak di Indonesia antara usia 1
sampai 11 bulan, dan 25 persen kematian pada anak-anak antara usia satu sampai empat
tahun.

Seiring perkembangan anak maka diperlukan pemantauan terhadap tumbuh kembangnya.


Tanpa konseling yang efektif, pemantauan pertumbuhan tidak akan efektif dalam
menurunkan gizi kurang. Bagian-bagian dari paket intervensi gizi efektif berada pada sektor
kesehatan dan melibatkan para pemangku kepentingan. Mendorong revitalisasi Posyandu
dengan menggunakan program konseling gizi. Jaringan Posyandu yang luas di Indonesia
merupakan satu-satunya struktur yang memberikan kemungkinan untuk konseling gizi
sampai ke tingkat masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi tenaga kesehatan dan kader
masyarakat untuk menggerakkan posyandu sebagai lini pertama screening serta penanganan
gizi buruk pada anak.

Permasalahan

Kurangnya perhatian orang tua tentang pemenuhan gizi pada anaknya, karena anak yang
pintar dan aktif dapat dibantu dengan pemenuhan gizi yang cukup. Pengetahuan kader harus
ditingkatkan agar dapat mengedukasi masyarakat secara baik dan tepat sasaran.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada peserta Posyandu Cikalang kecamatan Lawang
Kidul. Pada penyuluhan ini akan menggunakan Lembar balik dan ceramah sebagai media
informasi kepada peserta penyuluhan. Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan ibu tentang gizi pada anak yang meliputi status gizi anak, penyebab penurunan
gizi pada anak, dan cara memperbaiki status gizi anak.

Pelaksanaan

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Rabu, 08 April 2020

Tempat : Posyandu Cikalang, Kecamatan Tanjung Enim, Muara Enim.

Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan adalah ibu-ibu di wilayah kerja Posyandu Cikalang, Kecamatan Tanjung
Enim, Muara Enim.

Media yang Digunakan

Media yang digunakan adalah lembar balik disertai penjelasan singkat.

Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab.
Monitoring dan Evaluasi

Selama penyuluhan terjadi diskusi yang menarik karena peserta penyuluhan cukup antusias
yang dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan. Dalam penggunaan media menggunakan
Lembar balik bergambar yang diperlihatkan pada peserta.

Kendala yang dihadapi penyuluh selama proses penyuluhan berlangsung adalah faktor waktu
dan kehadiran peserta. Peserta yang hadir secara bergantian dan dilakukan penyuluhan hanya
pada ibu yang memiliki anak dengan gangguan berat baadan. Hal ini memiliki efek yang baik
juga buruk karena ibu yang diberikan penyuluhan dapat secara leluasa melakukan konsultasi,
tetapi ibu lain tidak dapat mendapatkan informasi yang sama sebagai upaya pencegahan satus
gizi kurang pada anak.

F4. Diet Bagi Penderita Hipertensi

Latar Belakang

Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat 60% pada tahun 2025, yaitu sekitar 1.56 juta
orang penderita.Hal ini merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler dan
bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia. Hipertensi primer atau yang
dikenal dengan hipertensi essensial atau idiopatik merupakan kasus hipertensi terbanyak,
yaitu sekitar 95% dari kejadian hipertensi secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian WHO-
Comunity Study of the Elderly Central Java menemukan bahwa hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler merupakan penyakit kedua terbanyak yang diderita lansia setelah artritis,
yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel.

Salah satu yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi adalah pola makan yang kurang baik,
terutama makanan yang mengandung natrium tinggi. Makanan ini bisa diperoleh pada
konsumsi garam serta biasanya terdapat pada semua makanan siap saji maupun makanan di
restaurant. Walaupun garam dapat menyedapkan rasa makanan, tetapi garam juga dapat
memudahkan sel dalam mengikat lemak yang menjadi pemicu obesitas. Oleh karena itu,
penting bagi lansia untuk mengetahui diet sehat yang bersahabat untuk mengurangi faktor
resiko hipertensi. Selain garam, makanan yang harus diwaspadai adalah makanan berlemak
dan kafein.

Tingkat pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan pengalaman pribadi


seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Dengan
mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan lansia mendapat bekal pengetahuan yang
cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan risiko penyakit
degeneratif terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Permasalahan

Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler dan bertanggung jawab
terhadap kebanyakan kematian di dunia. Hipertensi banyak diderita oleh kaum lansia. Salah
satu faktor penyebab terjadinya hipertensi adalah pola makan yang tidak baik terutama dalam
konsumsi natrium berlebih. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi dan informasi untuk
mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan dengan mendapatkan infomasi yang
benar. Lansia diharapkan mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat
melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan risiko penyakit degeneratif terutama
hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Intervensi pada kegiatan kali ini dengan melakukan penyuluhan dimana penyuluhan ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peserta Posyandu Lansia Koramil mengenai
diet pada pasien Hipertensi yang meliputi makanan yang sebaiknya dikonsumsi dan makanan
yang perlu dihindari.

Pelaksanaan

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari / Tanggal : kamis, 14 Mei 2020

Tempat : Puskesmas Tanjung Enim

Sasaran Penyuluhan

Pasien-Pasien Hipertensi dan kader posyandu wilayah Puskesmas Tanjung Enim

Media yang Digunakan

Tidak menggunakan media visual, hanya melalui penjelasan secara lisan.

Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab.
Monitoring dan Evaluasi

Penyuluhan mengenai Hipertensi pada peserta Posyandu Lansia adalah upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pencegahan Hipertensi sedini mungkin.Metode yang
digunakan adalah metode penyuluhan langsung dengan pendekatan perorangan yang
disampaikan dengan santai tapi serius dan dapat dipahami oleh peserta.Selama penyuluhan
terjadi diskusi yang menarik karena peserta penyuluhan cukup antusias yang dapat dilihat
dari pertanyaan yang diajukan.

Kendala yang dihadapi penyuluh selama proses penyuluhan berlangsung adalah faktor waktu
yang singkat karena dibatasi sebelum jam pelayanan puskesmas di mulai, serta jumlah pasien
yang sedikit karena sedang dalam era pandemi covid 19. Untuk itu, dalam pelaksanaan
penyuluhan, sebaikmya penyuluh lebih memperhatikan waktu agar semua proses yang
diberikan selama berlangsungnya penyuluhan dapat diserap dengan baik oleh peserta serta
harus dipikirkan cara lain agar partisipan dalam kegiatan dapat lebih banyak seperti
penggunaan aplikasi online zoom dll.

F5. Pencegahan Covid 19

Latar Belakang

Coronavirus berasal dari bahasa Yunani κορών yang berarti mahkota (corona). Dilihat di
bawah mikroskop elektron, mahkota terlihat seperti tancapan paku-paku yang terbuat dari S
glikoprotein. Struktur inilah yang terikat pada sel inang dan nantinya dapat menyebabkan
virus dapat masuk ke dalam sel inang. Corona Virus yang pernah terjadi sebelumnya pada
tahun 2002-2003 di sepanjang benua Asia hingga Amerika telah merenggut banyak korban
serta memberikan perhatian penuh dari seluruh dunia terhadap kasus tersebut. Tujuh kasus
virus yang disebut novel coronavirus (NCoV) itu muncul di wilayah Provinsi al-Ahsa, bagian
timur Arab Saudi.Virus NCoV menyebabkan pasien mengalami pneumonia dan kadang-
kadang gagal ginjal. Virus ini berasal dari keluarga yang sama dengan virus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang terjadi di Asia pada
2003. Hingga saat ini belum terdapat pengobatan yang spesifiik untuk penyakit yang
disebabkan oleh Corona virus, tatalaksana yang diberikan masih dalam bentuk supportif dan
mencegah komplikasi lebih lanjut dari infeksi sekunder.

Permasalahan

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Covid 19

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan dan hal yang difokuskan berupa pencegahan-
pencegahan tentang Covid 19 serta praktek penggunaan masker dan 6 langkah cuci tangan.
Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan pada tanggal 03 April di halaman depan Puskesmas tanjung enim
dengan menaati ptorokol Covid 19 yaitu physical distancing, sosial distancing dan
penggunaan masker. Penyuluhan dengan durasi 10 menit serta mempraktekan cara cuci
tangan dan pemakaian masker yang benar, selanjutnya peserta diajak untuk mempraktekan 6
langkah cuci tangan. Pada akhir sesi, di buka untuk tanya jawab.

Monitoring dan Evaluasi

Peserta tampak antusias pada saat penyuluhan, pada saat melakukan ulang 6 langkah cuci
tangan, peserta dapat dengan lancar mengulang langkah-langkah yang telah diajarkan, dan
pasien aktif pada sesi tanya jawab.

F6. Upaya Pengobatan Tinea Kruris

Latar Belakang

Dermatofitosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi
imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton.

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.
Kelainan ini dapa bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang
berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja, atau
meluas ke daerah sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genitor-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian
bawah, atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan
lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi
terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit ini
menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan
biasanya akibat garukan

Kasus tinea kruris ini di masyarakat jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena penyakit ini
disebabkan oleh infeksi jamur yang mudah menular lewat kontak langsung maupun
penggunaan alat bersamaan. Tidak jarang ditemukan pasien dengan tinea kruris yang datang
ke puskesmas rata-rata mempunyai anggota keluarga yang juga memiliki keluhan serupa.
Selain itu penderita tinea kruris biasanya berkolerasi dengan higienitas pakaian dalam
maupun daerah kulit sekitar kemaluan. Karena kasus tinea kruris jumlanya cukup banyak dan
pengobatannya pun cukup mudah dan regimen terapinya tersedia di puskesmas, maka
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus dikuasai oleh dokter umum dan
seyogyanya dapat ditatalaksana dengan pengobatan dasar di puskesmas.

Permasalahan

Selama di Puskesmas Tanjung Enim, beberapa kali menjumpai kasus tinea kruris. Berikut
salah satu kasus pasien tinea kruris yang datang ke Puskesmas Tanjung Enim pada tanggal 10
April 2020 dengan identitas dan riwayat penyakit di bawah ini :

1. Identitas

Nama : Ny. SK

Usia : 30 tahun

Perkerjaan : IRT

2. Anamnesis

Sejak 1 bulan sebelum ke puskesmas pasien mengeluhkan gatal-gatal pada kulitnya.


Gatal dirasakan di daerah selangkangan, perut bagian bawah, dan paha atas. Gatal dirasakan
terus-menerus sepanjang hari sehingga menganggu aktivitas sehari-hari. Gatal bertambah
berat jika pasien berkeringat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Pada kasus ini pasien menderita tinea kruris. Idealnya penegakan diagnosis tinea kruris
dilakukan dengan pemeriksaan kerokan kulit dan diperiksa dengan cairan KOH 10% untuk
mengetahui jenis jamur yang menginfeksi. Namun, pada kasus ini penegakan diagnosis hanya
dilakukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan itu secara klinis sudah menunjukkan lesi
khas infeksi dermatofita penyebab tinea kruris. Penatalaksanan yang direncanakan pada kasus
ini meliputi medis dan non-medis. Penatalaksanaan medis berupa pemberian obat antijamur
oral dan topikal. Sedangkan penatalaksanaan non-medis berupa edukasi tentang penyakit dan
perawatan penyakit.
Pelaksanaan

Pada kasus ini pasien mendapat intervensi terapi medikamentosa berupa :

R/ Ketokonazole tab 200 mg No VII

S 3 dd tab I

R/ Cetirizine tab 10 mg No III

S 1 dd tab I

R/ Ketokonazol zalf No I

S 2 dd ue

Bentuk edukasi yang diberikan kepada pasien antara lain :

1. Penyakit tinea kruris

Bahwa penyakit ini adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini dapat
sembuh total dengan menggunakan obat antijamur baik obat oral maupun topikal, dan
pengobatan dari infeksi jamur biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu sehingga
pasien diedukasi untuk rutin minum obat agar jamurnya cepat mati.

2. Cara pencegahan agar penyakit ini tidak menular ke orang lain

Penularan terjadi lewat kontak langsung kulit antar kulit maupun penggunaan alat mandi
seperti handuk atau pakaian bersama dengan orang lain. Bisa jadi pasien tertular oleh
suaminya atau bisa jadi suami pasien tertular oleh pasien. Untuk menhindari proses penularan
terus-menerus pasien diedukasi untuk tidak menggunakan barang pribadi bersama dengan
orang lain termasuk suaminya.

3. Perawatan lesi kulit

Gatal pada tinea kruris disebabkan oleh kondisi kulit yang lembab baik karena keringat
atau penggunaan celana dalam yang tidak higienis. Pasien juga diedukasi untuk selalu
mengganti celana dalamnya minimal dua kali sehari dan mengganti celana dalam jika kondisi
kulit lembab atau berkeringat. Jika gatal pasien juga diedukasi untuk tidak menggaruknya
dengan keras karena akan menyebabkan lecet sehingga bisa terjadi infeksi sekunder.
Monitoring dan Evaluasi

3 hari kemudian, pasien datang ke Puskesmas Katobu untuk kontrol. Dari anamnesis
didapatkan keluhan pasien telah berkurang. Gatal-gatal sudah tidak terlalu dirasakan lagi
seperti sebelum pasien minum obat. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada daerah lesi,
didapatkan lesi sudah mulai mengering dan terdapat skuama tanda infeksi sudah mulai
mereda. Namun, pasien tetap diberikan terapi medikamentosa sama seperti saat ia datang
pertama kali karena regimen terapi tinea kruris pada kasus ini adalah ketokonazole yang
harus diberikan dalam jangka waktu 1 bulan. Dan yang paling penting, pasien tetap diedukasi
untuk menjaga kebersihan daerah perianal dan mengganti celana dalam secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai