Anda di halaman 1dari 31

A.

Definisi
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain
yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa
lapar (polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil.
Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan
sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan
gejala sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.

B. Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya
glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan.
Risiko Tinggi DM Gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria

C. Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh
darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam
kategori DM Gestasional (Tipe II).

D. Patofisiologi
Diabetes terjadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup.Insulin adalah
hormone yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans di dalam pancreas.Fungsi
insulin adalah menganglut glukosa yang masuk, yang kemudia diubah menjadi
energi.Pada diabetes, tidak terjadi kekurangan glukosa di dalam darah, melainkan glukosa
tak dapat diangkut ke dalam sel tanpa persediaan insulin yang cukup.Keadaan ini pada
akhirnya mengakibatkan hiperglikemia.
Diabetes gestasional sama dengan diabetes tipe II, dalam hal bahwa persediaan
insulin. Akan tetapi, perubahan hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan
toleransi tubuh terhadap insulin.Seiring perkembangan plasenta, produksi hormone
kehamilan akan meningkat, terutama HPL (Hormon Placenta Lactogen). Peningkatan
HPL akan meningkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes.
Pada kebanyakkan wanita, pancreas mampu memenuhi peningkatan kebutuhan insulin
ini.Akan tetapi, ketika pancreas tidak lagi sanggup memproduksi insulin, terjadilah
hiperglikemia. Efek HPL terjadi pada usia kehamilan sekitar 26-28 minggu. Waktu
tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan penapisan.
Hiperglikemia menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan. Untuk diabetes
tipe I dan II, dengan control glikemia yang jarang, peningkatan kadar keton dan glukosa
terbukti bersifat teratogenik sehingga mengakibatkan anomaly kongenital, seperti defek
jantung, defek system syaraf pusat, sindrom penurunan kaudal. Kemungkinan abortus
spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh darah pada diabetes tipe I
menyebabkan penurunan aliran darah ke uterus dan plasenta sehingga meningkatkan
insufisiensi uteroplasenta, yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain.
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui plasenta, janin
memang tidak menderita diabetes, tetapi harus meningkatkan produksi insulin dan
glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar
(makrosomia). Makrosomia disebabkan oleh hyperplasia, peningkatan jumlah sel,
hipertrofi, dan pembesaran sel pada bayi.Kondisi ini menyebabkan perubahan yang
berlangsung seumur hidup bagi janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas
pada masa kanak-kanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes di kemudian
hari. Makrosomia dianggap sebagai komplikasi pada periode intrapartum,
menempatan janin dan ibu pada risiko persalinan lama, distosia bahu, dan pelahiran
operatif.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan
di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin
dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma
ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi
sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).
Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan
metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat
persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak,
maka perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu.Pada
kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus
secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara
bermakna. Hal ini disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino

E. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk
dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau
koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar
gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
1) Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya
kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
2) Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5
menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W
bergantung pada tingkat hipoglikemia
3) Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
4) Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi
pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab
kegagalan ketiga organ ini.
b. Sindrom Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK)
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak
terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak
terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN
banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150
mEq per liter kalium bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:
Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema
IV Cairan
1 sampai 12 jam NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas plasma
330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter

Dibutuhkan 8 sampai 12 liter dari cairan selama 24 jam


menggantikan air yang hilang selama 12 jam

Bila gula darah 250 sampai 300 mg/dl berikan 5% dekstrose


Insulin
Permulaan Jam IV bolus 0.15 unit/kg RI
berikutnya 5 sampai 7 unit/jam RI
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara intravena untuk
mempertahankan kadar cairan setengahdari KCl dan setengah
dari KPO4

Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5
jam berikutnya mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %.
Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi dapat
diberikan kalium. Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus
dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring dengan hati –
hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat
diberikan 1 – 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak hanya
dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk menyeimbangkan pemberian
cairan dari ekstraseluler keintraseluler.
c. Ketosidosis Diabetic (KAD)
1) Pengertian:
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai
dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
2) Etiologi
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya  jumlah insulin yang nyata, yang
dapat disebabkan oleh :
a) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
b) Keadaan sakit atau infeksi
c) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
3) Patofisiologi
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis
diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400
hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis)
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang
secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
4) Tanda dan Gejala
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuri dan
polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu pasien dapat mengalami
penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala. Pasien dengan
penurunann volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita
hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau
lebih pada saat berdiri). Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang
nyata disertai denyut nadi lemah dan cepat.
Ketosisis dan asidosis  yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis
menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri
abdomen. Nyeri abdomen dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat
begitu berat sehingga tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang
memerlukan tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau
manis seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton.
Selain itu hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak
berat/sulit) dapat terjadi.Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya
tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan
keton.Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya.
Pasien dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya
tergantung pada osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis)
5) Pemeriksaan Penunjang
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau
lebih (yang biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi)
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan
dengan kadar glukosa darah.
Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa
yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum
yang rendah ( 0- 15 mEq/L)  dan pH yang rendah  (6,8-7,3). Tingkat pCO2
yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
(pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton
(yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam
darah dan urin.
6) Penatalaksanaan
I. Rehidrasi
i. Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 %
bergantung pada tingkat dehidrasi
ii. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 %
bergantung pada tingkat dehidrasi
iii. 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara
200 – 300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula
darah sampai 150 mg/ 100 cc.
II. Kehilangan elektrolit
Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi
kalium dalam plasma normal.
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara
intravena untuk mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari KPO4

Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium
jam berikutnya kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30
mEq/liter K+
III. Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:

algoritma Diabetes Melitus
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

F. Faktor Risiko
Hal-hal yang menjadi factor resiko diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Riwayat keluarga dengan DM
2. Glukosuria dua kali berturut-turut
3. Kegemukan
4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan).
5. Adanya hidramnion
Kelahiran anak sebelum besar.
1. RiwayatObstetrik
a. Beberapa kalikeguguran
b. Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yangjelas
c. Riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
d. Pernah melahirkan bayi > 4000 gram
e. Pernahpreeclampsia
f. Polihidramnion
2. RiwayatIbu
a. Umur ibu hamil > 30tahun
b. Obesitas
c. Riwayat DM dalamkeluarga
d. Pernah DMG pada kehamilansebelumnya
e. Infeksi saluran kemih berulang-ulang selamahamil
G. Manifestasi Klinis
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
1. Penurunan berat badan
2. Kesemutan, gatal
3. Pandangan kabur
4. Pruritus vulvae pada wanita
5. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga
klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
Manifestasi klinis yang dirasakan dapat berupa: polidipsi, poliuri, polifagia, penurunan
berat badan, lemah, mengantuk (somnolen), dan dapat timbul ketoasidosis.
Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Hiperemesis gravidarum.
2. Pemakaian glikogen bertambah.
3. Meningkatkan metabolism basal.
Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut.
1. Abortus dan partus prematurus.
2. Preeklamsi.
3. Hidramnion.
4. Kelainan letak janin.
5. Insufisiensi.
Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut.
1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2. Cacat bawaan.
3. Dismaturitas.
4. Janin besar
5. Kelainan neurologis.

H. Deteksi Dini
Deteksi dini/Skreening awal DMG adalah dengan melakukan pemeriksaan 50 gram beban
glukosa pada kehamilan 24-28 minggu.Untuk tes ini pasien tidak perlu puasa.Kadar
glukosa normal harus kurang dari 130 mg/dl atau kurang dari 140 mg/dl (RSUD Dr
Soetomo menggunakan patokan kurang dari 135 mg/dl). Hasil tes satu jam yang abnormal
dilanjutkan dengan pemeriksaan beban glukosa 100 gram. Selama 3 hari pasien
dianjurkan diet yang tidak ketat, kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa
(OGTT= three hours Oral Glucose Tolerance Test) yang diambil dari pembuluh darah
vena. (Sarwono,2008:853)
Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes: Merekomendasikan
skrining untuk mendeteksi DiabetesGestasional :
1. Risiko Rendah:
Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :

a. Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebutrendah


b. Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabatdekat
c. Usia < 25tahun
d. Berat badan normal sebelumhamil
e. Tidak memiliki riwayat metabolism glukosaterganggu
f. Tidak ada riwayat obstetric terganggusebelumnya
2. RisikoSedang
Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama pada wanita
dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan AsiaSelatan.

3. Risiko Tinggi
Yaitu, wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami
glukosuria (air seni mengandung glukosa).Dilakukan tes gula darah secepatnya.Bila
diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka pemeriksaan gula darah diulang pada
minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat gejala yang
menandakan keadaanhiperglikemia.

J. Penegakan Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan.

1. Anamnesa
a. Keluhan sekarang : poliuri, polidipsi, polifagi, dan pernah berobat sakit gula pada
dokter.
b. Riwayat Ibu : umur ibu > 30 tahun, pernah DMG pada kehamilan sebelumnya,
infeksi saluran kemih berulang-ulang, riwayat Keluarga diabetes, ada obersitas.
c. Riwayat kebidanan : multiparitas, beberapa kali abortus, pernah partus prematurus,
riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah
melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi > 4000 gram,
pernah preeclampsia dan polihidramnion, anomalies congenital, pruritus menetap,
abortus berulang.
d. Riwayat keluarga : ada riwayat keluarga menderita DM.
2. Pemeriksaanpenunjang
Glukosa difilrasi oleh glomerolus ginjal dan hampil semuanya direabsorpsi oleh tubulus
ginjal selama kadar glukosa plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi
serum naik melebihi kadar tersebut, glukosa tersebut akan keluar bersama urine
(glikosuria). Metode yang lebih sensitive untuk dapat mengetahui adanya kelainan
dalam metabolisme glukosa adalahdengan pengukuran kadar glukosa plasma setelah
pemberian beban glukosa.Belum ada kesepakatan internasional tentang uji toleransi
glukosa yang optimal untuk menegakan diagnosis pasti DMG. Diagnosis DMG
umumnya dibuat berdasarkan salah satu set kriteria American College of Obstetricians
and Gynecologist, apabila dua nilai terpenuhi atau terlapauai.
Kriteria American College of Obstetricians and Gynecologist tahun 1994 untuk
diagnosis DMG dengna menggunakan 100 gram glukosa per oral.
Waktu Glukosa Plasma (mg/dl)*
Pengukuran
National Diabetes data Carpenter&Counstan
Group (1979) (1982)

Puasa 105 95

1 jam 190 180

2 jam 165 155

2 jam 145 140

*DMG didiagnosis apabila nilai dari 2 pemeriksaan terpenuhi/terlampaui

K. Pengaruh Kehamilan Terhadap Diabetes


Efek diabetogenik dari kehamilan terungkap oleh kenyataan bahwa sebagian wanita
tanpa bukti adanya penyakit diabetes pada saat tidak hamil, kemudian pada waktu hamil
dapat menunjukkan toleransi glukosa yang jelas abnormal dan kadang-kadang pula
penyakit diabetes yang secara klinis terlihat nyata.Sebagaian besar perubahan ini bersifat
reversible. Setelah melahirkan, gejala yang membuktikan apakah induksi ataukah
pertambahan intensitas penyakit diabetes biasanya menghilang dengan cepat, dan
kemampuan ibu untuk memetabolisir karbohidrat akan kembali kepada status sebelum
hamil. Perubahan fisiologis kehamilan mengganggu kerja insulin.Antagonisme insulin
selama kehamilan mungkin merupakan akibat dari kerja laktogen plasenta yang
disekresikan dalam jumlah besar, dan untuk sebagian kecil akibat dari kerja hormone
estrogen serta progesterone.Demikian pula, insulinase plasenta dapat turut menimbulkan
diabetogenisitas yang ditimbulkan oleh kehamilan dengan dipercepatnya penguraian
insulin.
Selama kehamilan, pengendalian diabetes biasanya lebih sukar dilaksanakan karena
sejumlah komplikasi yang timbul.Nausea dan vornitus, yang mengurangi masukan
makanan untuk mengimbangi kerja insulin yang diberikan dari luar, dapat menimbulkan
disatu pihak syok insulin sementara di lain pihak, resistensi terhadap insulin jika keadaan
starvasi yang terjadi cukup berat sehingga timbul ketosis.
Wanita yang hamil, kendati tanpa adanya diabetes, lebih cenderung untuk mengalami
asidosis metabolic daripada wanita yang tidak hamil.Diperkirakan laktogen plasenta
menjadi penyebab kecenderungan ini dengan kerjanya yang menghemat karbohidrat dan
bersifat liposis.Pada diabetes, kecenderungan terjadi asidosis metabolic yang berat
mengalami peningkatan yang nyata.Infeksi selama kehamilan sering menimbullkan
resistensi terhadap insulin serta ketoasidosis, kecuali bila infeksi tersebut segera dikenali,
dan baik infeksi maupun penyakit diabetesnya sendiri segera diobati. Kerja otot yang
keras dengan sedikit atau tanpa konsumsi karbohidrat dapat mengakibatkan hipoglikemia
yang merepotkan kecuali bila jumlah insulin yang diberikan dikurangi atau pasien
mendapatkan infuse glukosa. Setelah melahirkan, kebutuhan akan insulin dari luar
kerapkali menurun dengan sangat cepat dan hingga taraf yang cukup tinggi. Namun
demikian, infeksi nifas dapat menimbulkan respon ini atau bahkan menaikkan kebutuhan
akan insulin. Barangkali penurunan yang sangat cepat pada kebutuhan akan insulin yang
biasanya tanpa komplikasi lain terjadi akibat hilangnya faktor-faktor kehamilan yang
cepat seperti disebutkan diatas setelah melahirkan plasenta selama beberapa hari.
Sebagian ahli pernah berpendapat bahwa janin akan memelihkan diabetes maternal
dengan menghasilkan insulin yang diperkirakan dibawa dalam jumlah yang berarti
melewati plasenta kedalam tubuh ibu. Namun demikian, tidak terbukti yang menunjukkan
bahwa pangkreas janin mampu menghasilkan insulin bagi ibu.

L. Pengaruh Diabetes Terhadap Kehamilan


Penyakit diabetes dapat menimbulkan efek yang merugikan kehamilan
melalui sejumlah cara. Efek maternal yang merugikan mencakup hal-hal
berikut ini :
1. Kecenderungan terjadi preeklampsi-eklampsi meningkat sekitas empat kali lipat, dan
peningkatan insiden ditemukan sekalipun tanpa terlihat penyakit vaskuler atau renal
sebelumnya.
2. Beberapa infeksi sering terjadi dan mungkin keadaannya lebih parah pada wanita yang
menderita diabetes.
3. Janin dapat berukuran lebih besar dan ukurannya ini bisa mempersulit persalinan
dengan terjadinya cedera pada jalan lahir.
4. Karena ancaman bahaya perinatal yang meningkat cukup besar, disamping
kemungkinan terdapatnya distosia, angka persalinan dengan seksio sesarea mengalami
peningkatan dan risiko maternal yang ditimbulkan oleh pembedahan juga meningkat.
5. Hidramnion sering terjadi, dan kadang-kadang cairan amnion dengan jumlah yang
banyak dan ditambah lagi dengan makrosomia janin, dapat menyebabkan gejala
kardiorespiratorius pada ibu.
6. Perdarahan postpartum lebih sering dijumpai dibandingkan dalam populasi
obstetricyang umum.
Penyakit diabetes maternal memberikan pengaruh yang
merugikan janin dan bayi baru lahir melalui beberapa cara :
1. Tanpa adanya penanganan diabetes dan maternal yang baik, angka
kematian perinatal akan meningkat secara bermakna bila
dibandingkan pada populasiumum.
2. Makrosomia
Makrosomia pada bayi dari ibu diabetes berbede dengan bayibesar untuk usia
kehamilan lainnya. Secara spesifik, mereka yang ibunya menderita diabetes
mengalami pengendapan lemak yang berlebihan dibagian bahu dan
badan.Makrosomia disebabkan oleh hiperinsulinemia pada janin yang mengakibatkan
penimbunan lemak subkutan janin akibat hiperplasi dan hipertrofi jaringan
adiposity.Disamping itu juga terjadi kelebihan jaringan non lemak seperti pada hati,
jantung danotot.Makrosomia mempertinggi terjadi trauma lahir, sindrom aspirasi
mekonium dan hipertensi pulmonal persisten.Trauma lahir biasanya terjadi akibat
distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb,
syaraf frenikus bahkan kematian.
3. Pertumbuhan janinterhambat
Hal ini terjadi karena adanya kelainan vascular ibu DMG atau dapat juga karena
perubahan metabolic ibu selama masa awal kehamilan.
4. Cacatbawaan
Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan diabetes yang tidak
terpantau sebelum hamil dan pada trimester pertama. Lima puluh persen kematian
perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB,VSD,ASD), kelainan ginjal (agenesis
ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, sindrom kolon kiri kecil), kelainan
neurologi clan skelet. Kekerapan cacat bawaanberat berkisar 3-4%, sedang cacat
bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar 20%.Dengan penatalaksanaan DMG yang
baik sekali pun, ternyata malformasi congenital dan makrosomia merupakan penyulit
kesakitan yang paling banyak.
5. Hipoglikemia
Hiperinsulinemia janin yang disebabkan oleh hiperglikemia ibu dapat memicu
hipoglikemia janin dalam beberapa detik setelah persalinan. Menurut American
Diabetes Assciation (1995), kadar kurang dari 35mg/dl pada bayi aterm dapat
dikatakan sebagai hipoglikemia. Magee dkk (1993) melaporkan bahwa 4% bayi dari
ibu DMG mendapat terapi intravena untuk hipoglikemia.
6. Hipokalsemia danhipomagnesemia
Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl (kalsium ion <3
mg/dl). Kadar kalsium terendah terjadi pada 24-72 jam setelah lahir. Beratnya
hipokalsemia berhubungan dengan tingkat terkendalinya kadar glukosa ibu DMG.
Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium < 1,5 mg/dl.Biasanya
hipomagnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia.
7. Hiperbilirubinemia
Meningkatnya kadar bilirubin indirek terjadi akibat pengrusakan eritrosit yang
berlebihan. Kerusakan eritrosit ini mungkin karena perubahan yang terjadi pada
membrane eritrosit.
8. Polistemia danhiperviskositas
Penyebabnya masih kurang jelas, mungkin karena meningkatnya kadar eritropoetin
darah atau meningkatnya produksi sel darah merah akibat hipoksia intrauterine kronik
pada ibu dengan kelainan vascular.
9. Asfiksiaperinatal
Asfiksia perinatal kemungkinan disebabkan oleh makrosomia, prematuritas, penyakit
vascular ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterine atau pada bayi yang lahir dengan
seksio sesarea.
10. Sindrom Gawat Nafas Neonatal(SGN/RDS)
Kejadian sindrom gawat napas neonatal berkorelasi dengan tingkat pengendalian
kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat napas jelas sekali menurun
pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat
napas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum
cukup atau bayi dilahirkan dengan seksio secarea.Hiperinsulinemia janin dapat
menghambat pematangan paru karena kerja insulin yang belawanan dengan kortisol.
11. Anomali yang penting meningkat tiga kali lipat pada janin dari wanita yang menderita
diabetes nyata.
12. Mobiditas sering terjadi pada bayi baru lahir. Pada sebagian kasus, morbiditas bersifat
langsung dan terjadi akibat cedera lahir sebagai konsekuensi dari makrosomia janin
dengan disproporsi antara ukuran bayi dan panggul ibu. Pada kasus-kasus lainnya,
keadaan ini bersifat tidak langsung dan berbentuk gangguan respirasi yang berat serta
penyimpangan metabolisme yang mencakup keadaan hipoglikemia dan hipokalsemia.
13. Bayi dapat mewarisi paling tidak predisposisi untuk terjadinya penyakit diabetes.

M. Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk mencegah kemungkinan timbulnya
komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan pengobatan diabetes mellitus gestasi adalah sebagai berikut.
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.

2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin.


3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diet diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12kg selama hamil
dan menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gram/hari. Diperhatikan diet yang
tratur dan asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
Saat tidur diberikan 25 gram karbohidrat untuk mencegah ketosis pada malam hari.
Pada wanita dengan glukosa di mata GTT intoleransi glukosa tidak diberikan insulin,
tetapi memerlukan pengawasan ketat.

N. Penanganan
Tujuan penangan adalah mencapai dan mempertahankan normaglikemia sejak hamil
hingga persalinan yaitu kadar glukosa darah puasa kurang dari 95 mg/dl dan 2 jam
sesudah makan < 155 mg/dl, menghindari keadaan ketosis (asam dalam darah terlalu
tinggi), menghindari keadaan hipoglikemik (gula dalam darah terlalu tinggi), menjaga
agar kehamilan berlangsung cukup lama sehingga bayi cukup umur waktu dilahirkan,
wanita dan janin sehat.
Penanganan umum yakni :
1. Penatalaksanaan DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam,
spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak.
2. Tentukan usia kehamilan dengan akurat dari HPHT atau pemeriksaan USG.
3. Pemeriksaan USG rutin antara 18-20 minggu untuk skrining adanya kelainan janin,
pertumbuhan janin, placenta, polihidramnion, makrosomia.
4. Jadwal kunjungan yang dianjurkan : setiap 2 minggu dari penemuan diagnosis sampai
36 minggu, setiap minggu dari 36 minggu sampai lahir, atau lebih sering jika ada
indikasi.
5. Evaluasi rutin TFU dengan McDonald, tekanan darah, TBBJ, glukosa urine, keton,
protein, dan leukosit.
6. Rujuk klien ke ahli gizi untuk konseling control diet.
7. Kaji faktor psikososial ibu, riwayat DM, dukungan keluarga, status emosi (tujuannya
membantu ibu untuk memahami dan mengatasi stress fisik, emosi dan psikososial
karena ia menderita DMG).
8. Evaluasi kadar glukosa klien jika kadar gula puasa atau postprandial naik secara
konsisten maka berikan insulin.
9. Ajarkan klien untuk memonitor gerakan janin mulai 28 minggu kehamilan.
10. Lakukan pemantauan janin (NST, BioPhisicalProfile, indeks cairan amnion). Waktu
pemantauan tidak ada kesepakatan. Tapi jangan lebih dari 40 minggu. Beberapa
faksilitas menganjurkan pemeriksaan setiap minggu rutin mulai 34 minggu untuk ibu
dengan DM tanpa komplikasi. Dianjurkan lebih awal pada ibu yang kadar glukosa
rendah, butuh insulin, suspect IUGR, riwayat bayi mati.
11. Pemeriksaan USG pada akhir kehamilan untuk memperkirakan berat janin sebagai
dasar pengambilan keputusan saat persalinan (janin > 4500 lahirkan dengan SC).
12. Amniosentesis untuk mengkaji kematangan baru.
13. Jika ibu dalam kondisi metabolic yang baik, tidak ada komplikasi, dan janin baik
pertimbangan persalinan pervaginam.
14. Bila diabetes agak berat dan insulin, induksi persalinan lebih dini: kehamilan minggu
ke 36-38.
15. Diabetes agak berat: riwayat kematian janin dalam kandungan, beberapa institut
melakukan seksio sesarea dalam minggu ke 37 kehamilan.
16. Diabetes berat dengan komplikasi (pre-eklamsi, hidramnion, dan sebagainya), riwayat
persalinan yang lalu buruk: induksi persalinan atau seksio sesarea lebih dini.
17. Jika persalinan tidak terjadi setelah 40 minggu, kaji kesejahteraan janin 2 kali/minggu.
18. Induksi persalinan pada minggu ke 41 pada wanita dengan DM terkontrol.

O. Pemeriksaan Penunjang
a) Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air.

b) Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin
yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria.
Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-
obatan, dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++)  kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD:  400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.

P. Penatalaksanaan
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika
klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain :
 Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,
protein 20 %.
 Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
 Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
 Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin
dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis
perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan
terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik.
Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan
pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial..
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga
berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan
olah raga.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa.
Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara
berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.

Q. Komplikasi
a) Komplikasi pada Ibu
1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar
b) Masalah pada anak :
1. Abortus
2. Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Makrosomia
6. Hipocalcemia
7. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8. Hiperbilirubinemia

c) Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional


1. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
2. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf
(stroke,neuropati).
3. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke

R. Pengkajian
a. Sirkulasi
Pengisian kapiler ekstremitas menurun, denyut nadi melambat pada DM durasi lama,
edema, peningkatan tekanan darah
b. Eliminasi
Dapat mengalami riwayat pyelonefritis, infeksi saluran perkemihan, nekropati,
poliuria.
c. Makanan/ Cairan
Polidipsia, polifagia, mual muntah, obesitas, nyeri tekan abdomen, hipoglikemia,
glikosuria.
d. Keamanan
Integritas atau sensasi kulit lengan, paha, bokong dan abdomen dapat berubah karena
injeksi insulin sering, kerusakan penglihatan,riwayat gejala infeksi dan budaya positif
infeksi khususnya perkemihan.
e. Seksualitas
Tinggi fundus uteri lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia gestasi,
riwayat neonatus besar terhadap usia gestasi, hidramnion, anomali konginetal, lahir
mati tanpa alasan yang jelas.

f. Interaksi social
Masalah sosial ekonomi dapat meningkatkan resiko komplikasi ketidakkuatan sistem
pendukung yang bertangguang jawab membengaruhi kontrol diabetik.

S. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
 Ketidak cukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glokusa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein / lamak).
 Penurunan masukan oral, anoreksia, mula, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran.
 Status hipermetabolisme. Pelepasan hormon stress misal ; epenipren, kortisol, dan
hormon GH.
 Kemungkinan dibuktikan dengan : Melaporkan pemasukan makanan tak adekuat,
kurang nafsu makan, Penurunan BB ; kelemahan, kelelahan, tonus buruk, diare.
 Kroteria evaluasi :
 Mencerna jumlah kalori / nutrisi yang tepat
 Menunjukkan tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan berat badan stabil
atau penambahan ke arah rentang biasanya / yang diinginkan dengan nilai yang
normal.
 Intervensi Keperawatan :
 Timbang berat badan saat kunjungan ANC
 Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam
 Beri informasi tentang perubahan penatalaksanaan
 Perhatikan adanya mual, muntah
 Tinjau ulang pentingnya makanan teratur tiga kali sehari dengan gula rendah
bila menggunakan insulin

b. Kelelahan berhubungan dengan :


 Penurunan produksi energi metabolic
 Perubahan kimia darah ; insufisiensi insulin
 Peningkatan kebutuhan energi : status hipermatabolik
Kemungkinan dibuktikan dengan : Kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan
mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja, kecenderungan untuk
kecelakaan
 Kriteria evaluasi :
 Mengungkapkan peningkatan energy
 Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.
 Intervensi Keperawatan
 Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
 Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu
 Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan
aktivitas
 Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya
 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
yang dapat ditoleransi

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Diuresis osmotik dari hiperglikemia


kehilangan gastrik berlebihan (diare, muntah), masukan dibatasi (mual, kacau mental)
Kemungkinan dibuktikan dengan : Peningkatan haluaran urine, urine kental/encer,
kelemahan, haus, penurunan berat BB tiba-tiba, membran mukosa kering, turgor jelek,
hipotensi, takikardi, pelambatan pengisin kapiler.

 Kriteria evaluasi :
 Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan dengan tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit baik, haluaran urine tepat secara individu, dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
 Intervensi Keperawatan
 Kaji intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat
berlebihan
 Pantau tanda-tanda vital terutama pada purubahan TD ortostatik
 Kaji pola napas seperti pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang berbau keton
 Kaji prekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan dan
adanya periode apnea dan munculnya sianosis
 Pantau suhu, warna kulit atau kelembabannya
 Kaji nada perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa
 Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
 Ukur berat badan setiap hari
 Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat
diberikan
 Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman
 Kaji adanya perubahan mental/sensori
 Obserpasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat
badan, nadi tidak teratur dan adanya distensi pada vaskuler

d. Resiko cedera terhadap janin berhubungan dengan peningkatan kadar gula darah
maternal, perubahan sirkulasi.
 Kriteria Evaluasi :
 Cedera terhadap janin tidak terjadi
 Intervensi Keperawatan:
 Kaji kontrol diabetik klien sebelum konsepsi
 Kaji gerakan janin dan DJJ
 Pantau tiap kunjungan
 Kolaborasi : kaji Hemoglobin setiap 2 – 4 minggu

e. Resiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan perubahan kontrol


diabetik, profil darah abnormal
 Kriteria Evaluasi :
 Cedera terhadap maternal tidak terjadi
 Intervensi Keperawatan :
 Perhatikan kadar gula darah dalam batas normal
 Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen
 Pantau terhadap tanda-tanda dan gejala persalinan preterm
 Kolaborasi : pantau kadar glukosa serum.

f. Kurang pengetahuan kondisi, prognosis dan tindakan keperawatan berhubungan


dengan kurangnya informasi
Kemungkinan dibuktikan dengan : pertanyaan/meminta informasi, mengungkapkan
masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah.
 Kriteria Evaluasi :
 Pengetahuan meningkat
 Intervensi Keperawatan :
 Kaji pengetahuan tentang proses tindakan terhadap penyakit, diet, latihan
kebutuhan insulin.
 Beri informasi cara kerja dan efek dari insulin
 Beri informasi dampak kehamilan dengan diabetes dan harapan masa depan,
Diskusikan agar klien dapat mengenali tanda infeksi
Mahasiswa
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
G1P000 HAMIL DENGAN DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

DI PUSKESMAS SURABAYA

Tanggal Pengkajian : 20 Juli 2020

Pukul : 08.20 WIB

Tempat : Puskesmas Surabaya

A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. T
Umur : 24 tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
Alamat : Jl. Kyai Sulaiman Alamat : Jl. Kyai Sulaiman
No Telp : 085623244546

2. Keluhan
Sering kencing, sering haus dan nafsu makan meningkat

3. Riwayat Menstruasi
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Teratur/tidak : Teratur
HPHT : 19 November 2019

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


G1P0
UK : 32 minggu
Keluhan : mual muntah UK 8 minggu
Gerakan pertama janin : Usia 20 minggu
Imunisasi : TT Lengkap

5. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi jenis apapun

6. Riwayat Kesehatan Ibu


Ibu mengatakan bahwa Ibu tidak sedang sakit dan tidak menderita penyakit menular,
menurun maupun menahun

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan bahwa memiliki keluarga dari pihak Ibu ada yang menderita penyakit
diabetes mellitus.

8. Aktivitas sehari-hari
- Nutrisi
Sebelum hamil : makan 3 kali sehari (nasi, ikan, sayur) minum 6-7 gelas perhari
Saat hamil : makan 4 kali sehari (roti, nasi, ikan, sayur), minum lebih sering 8-10
gelas perhari
- Eliminasi
Sebelum hamil: BAK 4-5 kali sehari, BAB 1 kali sehari konstipasi lembek
Saat hamil : BAK 7-8 kali sehari, BAB 1 kali sehari konstipasi lembek
- Personal Hygiene
- Sebelum hamil: mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari setelah mandi
- Saat hamil : mandi 3 kali sehari, ganti pakaian 3 kali sehari setelah mandi

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
S : 36,50C
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Berat Badan : 45 kg (sebelum hamil)
58 kg (saat hamil)
Tinggi Badan : 155 cm
LILA : 26 cm
TP : 27 November 2020

2. Pemeriksaan Fisik
- Muka : Tidak oedema, tidak pucat
- Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
- Mulut : Tidak ada carries gigi, bibir tidak pucat
- Abdomen : Tidak ada luka bekas SC, pembesaran uterus sesuai dengan UK
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat dan lunak. TFU
Leopold II :Bagian kiri teraba keras, panjang seperti papan dan bagian kanan
teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting dan masih bisa
digoyangkan
DJJ : 148x/menit
- Ekstremitas Atas dan Bawah
Tidak terdapat oedema, dan tidak terdapat varises

3. Pemeriksaan Penunjang
Reduksi urine :+1
Hb : 11 gr%
GDS : 167 mg/dl

C. ANALISA
G1P000 gravida 32 minggu dengan DM Gestasional presentasi kepala, tunggal, hidup, KU
janin dan Ibu baik

D. PENATALAKSANAAN
Pukul : 09.00 WIB
a. Kolaborasi
- Memberitahu Ibu dan keluarga Ibu mengenai hasil pemeriksaan serta kondisi ibu dan
pengaruhnya kepada janin dijelaskan oleh dokter.
Evaluasi : ibu memahami kondisi kehamilannya dengan DM gestasional terkontrol dan
walaupun khawatir tetapi bersyukur bahwa sudah diterapi dan dikontrol secara rutin.
- Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan, advis dr : USG untuk evaluasi
kesejahteraan janin, jika ada hasil kembali
Hasil USG : kepala/tunggal/hidup
BPD : 9,35 -- 35-36 mg
FL : 7,60 -- 35-36 mg
Placenta corpus posterior / II –III/ AFI 17,91
Evaluasi : Ibu sudah diberikan advis dokter
- Dokter memberikan roboransia : Elkana dosis : 1x1, dan korovit dosis:1x1
Evaluasi : Ibu bersedia meminum obat yang diresepkan dokter

b. Mandiri
- Memberikan KIE tentang tanda-tanda bahaya, tanda hipoglikemia/hiperglikemia, serta
tanda-tanda persalinan
Evaluasi : Ibu mengetahui tanda-tanda bahaya seperti gerakan janin yang berkurang
akan segera datang ke Puskesmas
- Memberikan jadwal kunjungan ulang 1 bulan yang akan datang (18 Agustus 2020)
Evaluasi : ibu bersedia akan datang 1 bulan lagi untuk Kontrol kehamilannya.

Anda mungkin juga menyukai