ASKEP PNEUMONIA
Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ASKEP PNEUMONIA,
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
dan tidak pula kami berterimakasih kepada :
Terlepas dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata berharap semoga makalah ini tentang Teori of Sustenal Imperatives Dalam
Keperawatan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca .
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan. Dengan penomena ini
harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah
pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia
(lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan
tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat
ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-
kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap
tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap
oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan
oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler
dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala
Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau
seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami
kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Dari uraian di atas, maka kelompok
tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan Pneumonia pada Lansia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Bagaimana epidemologi pneumonia?
3. Apakah etiologi dari pneumonia?
4. Apa sajakah faktor predisposisi dari pneumonia?
5. Bagaimana patofisiologi dari pneumonia?
6. Apa sajakah klasifikasi dari pneumonia?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari pneumonia?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik pneumonia?
9. Bagaimana prognosis dari pneumonia?
10. Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?
11. Apa saja komplikasi dari pneumonia?
12. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menjelaskan tentang pneumonia dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus pneumonia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia.
b. Untuk mengetahui bagaimana epidemologi pneumonia.
c. Untuk mengetahui apakah etiologi dari pneumonia.
d. Untuk mengetahui apa saja faktor predisposisi dari pneumonia.
e. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari pneumonia.
f. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari pneumonia.
g. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari pneumonia.
h. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pneumonia.
i. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari pneumonia.
j. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pneumonia.
k. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari pneumonia.
l. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
pneumonia.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa
untuk lebih mengetahui tentang penyakit pneumonia dan menambah wawasan pengetahuan
mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN
b. Epidemologi
Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat
sedikit, terutama di negara berkembang. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian
keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka
kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan
pneumonia sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk
pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada.
Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25–44 per
1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68–114 per 1000 orang.
Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita
usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya
disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak
ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi
karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan antibiotik. Pada
penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi pneumonia nosokomial
sebanyak 10% sampai 70%.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of
Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus
kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus yang
menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5
kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang
bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama
kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
c. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus,
aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.Bakteri-bakteri tersebut berada
pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
b. Menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.
c. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar
air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini
dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
d. Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang
belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang
segala jenis usia.
e. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans
d. Faktor Predisposi
1) Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh misalnya penyakit kronik (Misalnya
penyakit jantung,PPOK,diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama,
koma, pemakaian obat tidur, perokok, malnutrisi, umur lanjut, syok hemoragik.
2) Faktor Eksogen
a) Pembedahan. besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan,
yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17% dan operasi abdomen bawah (5%)
c) Peralatan terapi pernapasan, Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi. Pada individu sehat,
jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu
dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang
mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di
lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu
napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu
napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
Dirawat di rumah sakit ≥ 5 hari
e. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian
bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran
droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak,
rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai
parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan,
deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada
struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814
f. Klasifikasi
1) Berdasarkan Klinis Dan Epidemiologis
a) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b) Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c) Pneumonia aspirasi.
d) Pneumonia pada penderita immunocompromised. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
g. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
2) Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit),
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang
lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada.
3) Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas
bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, dan ronki.
4) Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat
iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
5) Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.
6) Tanda infeksi ekstrapulmonal ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)
h. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang
ada
b) Pemeriksaan darah.
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa
15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
c) LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain
menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsy jaringan
paru
d) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus.Pengambilan
sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi
dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
e) Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia)
f) Elektrolit
Natruim dan klorida mungkin rendah.
g) Aspirasi perkutanbiopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik sel
raksasa (rubeolla).
2) Radio diagnostic
a) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x
dada mungkin bersih.
b) Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa
lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
i. Prognosis
Dengan pengobatan,sebagian tipe dai pneumonia karena bakteri dapat diobati dalam satu
sampai dua minggu.Pneumonia karena virus mungkin berakhir lama,pneumonia karena
mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk memutuskan sama sekali. Hasil
akhir dari episode pneumonia tergantung dari bagaimana seseorang sakit,kapan dia di diagnosa
pertama kalinya. Salah satu cara untuk meramalkan hasil dipakai skor beratnay pneumonia atau
CURB-65 score,dimana memerlukan perhitungan dari beratnya gejal-gejala,penyakit utama,dan
umur. Skor ini dapat membantu dalam memutuskan orang tersebut dirawat di rumahsakit atau
tidak.
Di Amerika Serikat,1 dari 20 orang dengan pneumonia pnemuccocal akan meninggal
dunia.Dalam beberapa kasus dimana pneumonia dapat berkembang menjadi racun di
darah(bakteremia),1 dari 5 orang akan meninggal. Angka kematian (mortalitas)tergantung juga
penyebab utama dari pneumonia.Misalnya pneumonia karena mycoplasma dihubungkan dengan
sedikit kematian.Bagaimanapun sebagian orang timbul methilcillin-resistant Staphyloccocus
aureus (MRSA) pneumonia. Melalui ventilator akan meninggal.
Pada daerah-daerah didunia tanpa kemajuan sistem perawatan kesehatan,pneumonia
merupakan ancaman kematian.Akses yang terbatas untuk klinik dan rumah sakit,akses terbatas
untuk sinar x,terbatasnya antibiotik pilihan dan ketidak mampuan untuk perawatan kondisi utama
yang tidak dapat dihindari menunjukan tingginya angka kematian dari pneumonia.
j. Penatalaksanaan
1) Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
2) Pemberian oksigen tambahan
3) Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
4) Antibiotik sesuai dengan program
5) Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6) Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10
mEq/500 ml cairan infuse.
7) Obat-obatan :
a. Antibiotika berdasarkan etiologi.
b. Kortikosteroid bila banyak lender.
8) Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari
atau Tetrassiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat
penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin
Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid
pengobatan simptomatik seperti :
a) Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
b) Simptomatik terhadap batuk.
c) Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
d) Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
e) Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang
paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
k. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari pneumonia /
bronchopneumonia adalah :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk
ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Abses otak.
4. Endokarditis.
5. Osteomielitis.
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan
akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di
satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Infeksi sitemik.
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
PATHWAY
Etiologi
PNEUMONIA
Metabolism anaerobic
Kelalaian
Intoleransi aktivitas
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
1. Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register dan dx.medis.
2. Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan
alamat.
b. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
c. Keluhan utama :Sesak napas
d. Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa
hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang
pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensiaddomen dan kaku kuduk. Timbul batuk,
sesak, nafsu makan menurun.
e. Riwayat Kesehatan
1. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.
2. Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutris
4. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5. Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah,
sianosis
f. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis.
2. Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme kompensasi, sistem konduksi
jantung & pengaruh sistem saraf otonom.
3. Respiratory rate
4. Suhu
g. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya tachipne,
dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif – produktif.
Nyeri dada
2) Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi yang
sakit, Hati mungkin membesar
3) Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
4) Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien dengan pneumonia
adalah :
a. Aktivitas istirahat :
Gejala : kelemahan, kelelahan, Insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya GJK kronis.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan / pucat.
c. Integritas ego
Gejala : banyaknya stressor/ masalah finansial
d. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual muntah, riwayat diabetes mellitus.
Tanda : distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor buruk.,
Penampilan kalkeksia (malnutrisi).
e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal (influenza),
mialgia, artralgia
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umunya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
g. Pernafasan
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret, takipnea, dipsnea progesif, pernafasan
dangkal, penggunaan obat aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vocal bertahap dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas bronchial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
h. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan system imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid ataukemoterapi,
institusionalisasi, ketidak mampuan umum, demam (misalnya 38,5-39,6 0C)
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau
varisela.
c. Perencanaan Keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan
tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-
paru yang sakit. Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan, virus dan organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Faktor
predisposisi dari pneumonia meliputi faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh dan
faktor eksogen. Penatalaksanaan dari pneumonia antara lain pemberian antibiotik per-
oral/melalui infus, pemberian oksigen tambahan, pemberian cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik dan antibiotik sesuai dengan program
B. Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang penyakit pneumonia selain untuk
menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi kepada
masyarakat tentang informasi tentang penyakit pneumonia. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://ristalikestar.blogspot.com/2016/03/konsep-dasar-askep-pneumonia.html
potter,patrida A.2006. Buku ajar fundamental keperewatan konsep, proses dan praktik. Ed.4 Vol.2
jakarta; EGC
bulechole, Gloria 14.2013. Nursing intervention classification Ed.6. elsever Singapore pre.Ltd