DISUSUN OLEH :
Hadiah Endang, S. Kep
P1908041
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan/ pendidikan kesehatan maka
keluarga mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang sakit
dalam hal perawatan pasien Hipertensi (HT) untuk mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan/pendidikan kesehatan selama 1 x 30
menit keluarga dan pasien mampu :
a. Mengetahui pengertian HT
b. Mengetahui penyebab HT
c. Mengetahui tanda dan gejala HT
d. Mengetahui komplikasi HT
e. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Hipertensi
f. Mampu merawat keluarga dengan masalah hipertensi.
C. Strategi Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 25 Juni 2020
2. Waktu : 16.00 – 17.00 WITA
3. Tempat : Rumah keluarga Tn.P
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya Jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
G. Daftar Pertanyaan
1. Sebutkan pengertian HT
2. Sebutkan 4 dari 5 penyebab HT
3. Sebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala HT
4. Sebutkan 4 dari 5 komplikasi HT
5. Sebutkan cara perawatan HT (prinsip)
6. Sebutkan prinsip pemberian diit pada HT
7. Sebutkan makanan yang harus dihindari
8. Apakah keluarga mau merawat Tn. P yang dengan hipertensi, untuk
membawanya ke fasilitas kesehatan
MATERI HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan tekakan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab
utama dari berbagai penyakit yaitu gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Begitu
penyakit ini diderita tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratir
karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Smeltzer dan Bare, 2001).
Berdasarkan penyebabnya Hipertensi menurut (Gray dkk. 2003) dibagi menjadi 2
tipe yaitu :
a. Hipertensi primer (Hipertensi Esensial)
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang sekitar 95% kasus tidak dapat
ditentukan penyebabnya, melainkan kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami / menderita penyakit lainnya
seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.
2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dibedakan berdasarkan tipe dari Hipertensi itu sendiri, yaitu
hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer ini memiliki banyak
kemungkinan penyebab, seperti adanya perubahan pada kerja jantung dan pembuluh
darah yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Kegemukan (obesitas), gaya
hidup yang tidak sehat, stress, alkohol, pola asupan garam serta seseorang yang
memiliki faktor keturunan merupakan penyebab umum yang sering terjadi dan
memicu terjadinya hipertensi primer, sedangkan penyebab hipertensi yang dapat
diketahui adalah hipertensi sekunder. Penderita hipertensi sekunder ini mencapai 5-
10 % dan penyebab umumnya adalah penyakit ginjal. Penyebab lainnya sekitar 1-2
% disebabkan oleh kelainan hormonal atau penggunaan obat tertentu (seperti pil
KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang terjadi adalah feokromositoma yakni
adanya tumor pada kelenjar adrenalin yang memproduksi hormon epinefrin
(adrenalin) atau norepinefrin (non adrenalin).
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi Primer :
1) Usia
Semakin tua seseorang, semakin besar kemungkinan ia akan mengalami tekanan
darah tinggi, terutama peningkatan pada sistoliknya, ini dikarenakan terjadinya
ateriosklerosis atau “ pengerasan pembuluh darah “.Tekanan darah juga akan
meningkat setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Sustrani dkk, 2004).
2) Genetik (Riwayat Keturunan)
Penyebab hipertensi karena Genetik (riwayat keturunan) ini tidak bisa
dikendalikan, jika seseorang mempunyai orang tua atau saudara yang memiliki
tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih
besar. Orang kulit hitam dinegara barat lebih banyak menderita hipertensi
dibanding orang kulit putih, lebih tinggi tingkat hipertensinya, dan lebih besar
tingkat morbiditas maupun mortalitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan
hipertensi dengan perbedaan genetik (Gray dkk. 2003).
3) Gender (Jenis Kelamin)
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita, namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Kenaikan tekanan
darah selama menopause pada wanita dan pria berhubungan dengan penurunan
hormon seks, dan kenaikan kadar kolesterol. Hormon seks testoteron, esterogen,
dan progesteron dibuat dari kolesterol. Saat tubuh berhenti menggunakannya
untuk membuat hormon seks, maka kolesterol akan menumpuk. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
High Density Lipoproptein (HDL) yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. (Sunaryati, 2011).
4) 0besitas
Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas). Kegemukan lebih
cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olah raga) jika makanan
yang dimakan banyak mengandung lemak jahat (seperti kolesterol) dapat
menyebabkan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah, penyempitan
pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar.
5) Pola asupan garam
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstra seluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Peningkatan asupan garam
berperan penting dalam meningkatkan tekanan arteri, karena garam tidak mudah
dieksresi oleh ginjal sehingga dapat terjadi penumpukan dalam tubuh.
6) Riwayat merokok
Merokok dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena dalam rokok
mengandung ribuan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh seperti Tar, nikotin,
gas dan karbonmonoksida. Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan
kekentalan darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat
lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormon
adrenalin.
7) Stres
Sejumlah penyebab dan akibat tekanan darah tinggi mungkin berhubungan
dengan stres. Stres bisa bersifat fisik ataupun mental, namun sulit untuk
membedakannya. Stres dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Bentuk stres bisa berupa situasi yang mengancam hidup, masalah
bisnis, kecemasan akan kesehatan seseorang atau keluarga atau sekedar
ketegangan hidup sehari-hari. Kelenjar seperti tiroid dan adrenalin bereaksi
dengan meningkatkan pengeluaran hormon aktif mereka. Salah satu tugas saraf
simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin.
8) Alkohol
Alkohol yang dikenal sebagai minuman keras, dihasilkan dari fermentasi
karbohidrat dan ragi, didalam minuman keras, disamping alkohol terdapat
ethanol atau ethyl alkohol. Peredaran darah bagian–bagian tubuh tertentu akan
menyerap alkohol lebih banyak dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain.
Konsentrasi alkohol lebih banyak dalam darah dan otak daripada dalam lemak
atau jaringan otot sehingga alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun
tepi, apabila saraf simpati terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan
mengalami gangguan pula. Pada seseorang yang sering minum–minuman
dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung
meningkat tinggi. Alkohol dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi
lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat
lagi, ini berarti terjadi peningkatan tekanan darah untuk memenuhi kebutuhan
jaringan.
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO / ISH (International Society of Hypertension)
5. Komplikasi Hipertensi
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pembuluh darah
diseluruh organ tubuh manusia. Angka kematian yang tinggi pada penderita darah
tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.
a. Organ jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa
penebalan otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk
memompa, sehingga jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar.
Kondisi ini disertai dengan adanya gangguan pembuluh darah jantung sendiri
(koroner) akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan
menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.
b. Sistem saraf
Gangguan sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan sistem
saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis yang
akan melebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadi pecah pembuluh
darah yang akan menyebabkan gangguan penglihatan.
c. Sistem ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh
darah ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh
tidak berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi penumpukan zat yang berbahaya
bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.
6. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medula di otak dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis keganglia simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan
asetilkolin ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Maka medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan Angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi Angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal . Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
2. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC
3. Halim, M.A. (2007). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Terapi.
Edisi 2. EGC : Jakarta.
4. Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., Simpson, L.A. (2003). Lecture Notes :
Kardiologi. Alih bahasa Oemar Hamid, Editor Amalia Safitri. Edisi 4. Erlangga :
Jakarta.
5. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika