Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang di

tandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme, karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati. (Yuliana, 2009 dalam

Nanda Nic-Noc 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan 194

juta jiwa (5,1%) dari 3,8 milyar penduduk dunia menderita diabetes

mellitus, dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari

populasi dunia yang menderita diabetes mellitus dan hanya 5% dari jumlah

tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1. Pada tahun 2025 diperkirakan

meningkat menjadi 333 juta jiwa, dan akan meningkat pada tahun 2030

menjadi 366 juta jiwa. (Rusli, 2014)

Indonesia merupakaan salah satu dari 10 negara dengan jumlah

penderita diabetes terbanyak. Indonesia diprediksi menjadi peringkat ke-5

pada tahun 2025 dengan perkiraan jumlah penderita sebanyak 12,4 juta

jiwa. Di Indonesia angka kejadian diabetes melitus terus meningkat. Dari

tahun 2013, telah terjadi peningkatan sebesar 7.5% menjadi 10.7% pada
2

tahun 2014. Adapun hasil survey Badan Pusat Statistik pada tahun 2015,

menunjukan prevalensi Diabetes Melitus di perkotaan sebesar 14,7% dan

pada daerah pedesaan sebesar 7,2% (Perkini, 2016).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, tercatat

dari tahun 2013-2015 mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 penderita

diabetes mellitus sebesar 30%, pada tahun 2014 sebesar 35% dan pada

tahun 2015 sebesar 35% (Dinkes Prov Sumsel, 2015).

Menurut data Dinas Kota Palembang jumlah penderita diabetes

mellitus dari tahun 2014-2016 mengalami peningkatan. Pada tahun 2014

terdapat 1553 kasus diabetes mellitus dengan proporsi 18% sedangkan

pada tahun 2015 sebanyak 2415 kasus diabetes mellitus dengan proporsi

29%, dan pada tahun 2016 terdapat 4442 kasus diabetes mellitus dengan

proporsi 53%. (Dinkes Kota Palembang, 2016).

Diabetes Melitus Tipe 2 ini biasanya menyerang orang-orang yang

menjalankan gaya hidup yang tidak sehat, misalnya kebanyakan makan-

makanan berlemak dan berkolestrol namun rendah serat dan vitamin.

Keadaan ini memicu terjadinya obesitas yang merupakan salah satu

penyebab terjadinya diabetes melitus tipe 2. Jika diabetes mellitus

dibiarkan tidak terkendali akan menimbulkan komplikasi yang berakibat

fatal. Komplikasi diabetes dapat dicegah atau di perlambat dengan

mengontrol kadar gula darah salah satunya dengan terapi senam kaki

diabetes.
3

Senam kaki diabetes digunakan sebagai latihan kaki, latihan atau

gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kedua kaki secara bergantian atau

bersamaan yang bermanfaat untuk memperkuat atau melenturkan otot-otot

di daerah tungkai bawah terutama pada kedua pergelangan kaki dan jari-

jari kaki. Pada prinsipnya, senam kaki dilakukan dengan menggerakkan

seluruh sendi kaki dan disesuaikan dengan kemampuan pasien. Dalam

melakukan senam kaki ini salah satu tujuan yang diharapkan adalah

melancarkan peredaran darah pada daerah kaki (Damayanti, 2015).

Menurut Wibisono (2009) senam kaki ini berpengaruh untuk

memperbaiki sirkulasi darah. Sejalan dengan pendapat Yanuar (2011)

dalam Yudono (2012) bahwa pada saat latihan senam kaki kebutuhan

energi meningkat sehingga otot menjadi aktif dan terjadi peningkatan

pemakaian glukosa sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.

Kadar gula darah tinggi bisa menyebabkan masalah yang lebih serius

termasuk gangguan pada organ hati, ginjal, pancreas, jantung dan organ

lain. Kadar gula darah yang tinggi akan menjadikan viskositas atau

kekentalan darah tinggi, sehingga akan menghambat sirkulasi darah dan

persyarafan terutama daerah atau ujung kaki sebagai tumpuan tubuh

utama. Viskositas yang tinggi ini juga akan meningkatkan kemampuan

bakteri untuk merusak sel-sel tubuh, sehingga kalau terjadi luka cenderung

sulit atau lama proses penyembuhannya (Akhtyo (2009) dan Sutanto

(2013)).
4

Menurut data Puskesmas Merdeka dari Tahun 2014-2016 kasus

diabetes mellitus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 terdapat 1413

kasus diabetes mellitus dengan proporsi 30%. Pada tahun 2015 meningkat

menjadi 1646 kasus diabetes mellitus dengan proporsi 36% dan pada tahun

2016 terdapat 1576 kasus diabetes mellitus dengan proporsi 34%.

(Puskesmas Merdeka, 2016)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang dari bulan

Januari-April 2017, Puskesmas Merdeka menduduki peringkat ke 2 dari 40

Puskesmas yang ada di kota Palembang. Menurut data awal dari bulan

Januari-April 2017 di Puskesmas Merdeka Palembang terdapat 734 kasus

diabetes mellitus dan setelah dilakukan observasi awal belum ada program

yang dilakukan untuk pasien diabetes mellitus, khususnya program kadar

gula darah dengan menggunakan teknik senam kaki di Puskesmas

Merdeka Palembang.

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh senam kaki terhadap perubahan

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas

Merdeka Palembang Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas

Merdeka Palembang, data yang di peroleh dari bulan Januari-April Tahun

2017 terdapat 734 kasus diabetes mellitus dan hasil wawancara dengan
5

petugas Puskesmas Merdeka Palembang yang menyatakan belum ada

program yang dilakukan untuk pasien diabetes mellitus, khususnya

program kadar gula darah. Upaya yang dilakukan oleh perawat di

Puskesmas Merdeka Palembang untuk mengurangi kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus biasanya dilakukan dengan pemberian obat oral

dan untuk pengobatan non farmakologi khusus diabetes mellitus belum

ada seperti pemberian terapi senam kaki.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam

penelitian ini yaitu diketahuinya apa pengaruh senam kaki terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di

Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah

pada pasien diabetes melitus.tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang

Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rerata kadar gula darah sebelum teknik senam kaki

terhadap pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka

Palembang Tahun 2017.


6

b. Diketahuinya rerata kadar gula darah sesudah teknik senam kaki

terhadap pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka

Palembang Tahun 2017.

c. Diketahuinya perbedaan rerata kadar gula darah sebelum dan sesudah

teknik senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah informasi dan kajian pengetahuan di bidang keperawatan

medikal bedah khususnya mengenai teknik senam kaki pada penderita

diabetes melitus tipe 2 sebagai teknik alternative yang bisa digunakan

selain menggunakan farmakologi dalam proses penurunan kadar gula

darah.

1.4.2 Manfaat Prakitis

a. Bagi Institusi Siti khadijah Palembang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai

sumber referensi perpustakaan yang dapat menambah wawasan

peneliti yang akan datang untuk melanjutkan penelitian khususnya

mengetahui pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah

pada penderita diabetes melitus tipe 2.


7

b. Bagi Puskesmas Merdeka Palembang

Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan sebagai

tambahan informasi bagi petugas kesehatan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah pada penderita

diabetes mellitus Tipe 2 dan menjadikan teknik senam kaki menjadi

salah satu kegiatan yang akan di lakukan oleh pihak puskesmas

tersebut untuk mengontrol kadar gula darah selain menggunakan

farmakologi.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain

guna meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita Diabetes

Melitus, selain itu dijadikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya

untuk melanjutkan penelitian mengenai pengaruh senam kaki terhadap

kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.

1.5 Keaslian Peneliti

a. Penelitian ini dilakukan oleh Ruben, et.all (2016) yang berjudul

pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula darah

pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Enemawira. Variable yang di teliti yaitu kadar gula darah dan senam

kaki diabetes. Penelitian ini menggunakan desian pra eksperimental

dengan metode one group pra test post test design dan teknik yang

digunakan yaitu total sampling. Data analisis yang digunakan dalam


8

penelitian ini yaitu uji Wilcoxon. Sedangkan penelitian yang akan saya

lakukan menggunakan teknik purposive sampling

b. Penelitian ini dilakukan oleh Semendawai, Rudi K (2013) yang

berjudul pengaruh latihan fisik senam kaki tehadap efektifitas fungsi

sensori di daerah telapak kaki pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Kedung Mundu Kota Semarang. Variable yang di teliti

yaitu Latihan fisik senam kaki, efektifitas fungsi sensori, neurophaty

diabetic. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi

exsperimen untuk mengetahui pengaruh latihan fisik senam kaki

terhadap peningkatan efektifitas fungsi sensori di daerah telapak kaki

pada penderita diabetes militus dengan menggunakan rancangan

penelitian one group pre test-post test desain. Data dianalisi secara

univariat (shapiro-Wilk) dan bivariat (non parametrik wilcoxon).

Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan berupa variable senam

kaki dan kadar gula darah menggunakan pra- eksperimen dengan

rancangan one group pre test post test.

c. Penelitian ini dilakukan oleh Utomo, et.all (2012) yang berjudul

Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di RS.Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang. Variable yang

di teliti yaitu senam dan kadar gula darah. Penelitian yang dilakukan

adalah studi observasional dengan rancangan penelitian kohor. Studi

kohor ini bersifat retrospektif yaitu paparan dan teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive


9

sampling. Data analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

dengan menggunakan uji wilcoxon. Sedangkan penelitian yang akan

saya lakukan berupa variable senam kaki dan kadar gula darah

menggunakan pra- eksperimen dengan rancangan one group pre test

post test design.

d. Penelitian ini dilakukan oleh Paat, et.all (2016) yang berjudul

Pengaruh Senam Kaki Terhadap Integritas Kulit Kaki Diabetik Pada

Pasien Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Bitung. Variable yang diteliti yaitu senam kaki,

ulkus diabetik dan diabetes mellitus. Metode penelitian menggunakan

pra-eksperimental dengan rancangan pre-post test design dan alat

instrument menggunakan lembar observasi dan kuisioner. Sedangkan

penelitian yang akan saya lakukan berupa variable senam kaki dan

kadar gula darah dengan menggunakan metode pra-eksperimental

dengan rancangan one group pra test-post test design dan teknik

purposive sampling.

e. Penelitian ini dilakukan oleh wahyuni dan Arisfa (2016) yang berjudul

Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial Index

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Variable yang diteliti berupa senam

kaki, ankle brachial index dan diabetes mellitus. Metode yang

digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan one group pre

test-post test dan teknik purposive sampling. Sedangnkan penelitian

yang akan saya lakukan variabelnya berupa senam kaki dan kadar gula
10

darah dengan menggunakan rancangan pra-eksperimen dengan

rancangaan one group pra test-post test design.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai

dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme, karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrosvaskuler, dan

neuropati. (Yuliana, 2009 dalam buku Nanda Nic-Noc, 2015) .

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya,

karena dapat menyebabkan banyak komplikasi penyakit berat lainnya.

Komplikasi akibat diabetes menyebabkan berbagai kerusakan pada organ-

organ tubuh hingga menyebabkan berbagai penyakit, seperti kebutaan,

gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki diabetic dan sebagainya

(Sutanto, 2013).

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolic yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan

pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Brunner & suddart,

2013).
12

Jadi, Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang di tandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin.

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

1. Diabetes Tipe 1 (IDDM)

Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses

imun dan merupakan gangguan katabolisme yang di tandai dengan

kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah, pemecahan

lemak dan protein tubuh.

2. Diabetes Tipe 2 (NIDDM)

Diabetes Tipe 2 atau disebut juga sebagai noninsulin-dependent

diabetes, diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Pada diabetes

tipe 2 organ pankreas penderita mampu memproduksi insulin dengan

jumlah yang cukup namun sel-sel tubuh tidak merespon insulin yang

ada dengan benar. Penyakit diabetes yang disebabkan karena sel-sel

tubuh tidak menggunakan insulin sebagai sumber energi atau sel-sel

tubuh tidak merespon insulin yang dilepaskan pankreas, inilah yang

disebut dengan resistensi insulin yang menyebabkan glukosa yang

tidak dimanfaatkan oleh sel akan tetap berada didalam darah, semakin

lama semakin menumpuk hingga terjadinya resistensi insulin.


13

3. Diabetes Gestasional

Gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia akibat

peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan

glukosa oleh sel.

4. Diabetes yang disebabkan oleh kondisi hamil.

Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui

selama kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4% kehamilan.

Wanita dengan diabetes kehamilan akan mengalami peningkatan risiko

terhadap diabetes selama 5-10 tahun setelah melahirkan.

[Damayanti (2015) & Sutanto (2013)]

2.1.3 Etiologi

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin pada

DM II masih belum diketahui. Factor genetik memegang peran dalam

proses terjadinya resistensi insulin.

Factor-faktor resiko menurut Padila (2012) :

- Usia (resistensi insulin cendrung meningkat pada usia diatas 65

tahun)

- Obesitas

- Riwayat keluarga

Factor-factor resiko menurut (American Diabetes Association, 2007) :

- Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus (orang tua atau saudara

kandung dengan DM tipe 2).


14

- Kelompok usia dewasa tua > 45 tahun

- Obesitas (BMI ³ 25 kg/m)

- Memiliki kebiasaan fisik yang tidak aktif 

- Ras/etnis ( African American, latin, native American, asian

american, pacific islander )

- Riwayat Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau melahirkan bayi

dengan berat >4 kg7.

- Hipertensi (140/90 mmHg)

- Level kolesterol HDL <35 mg/dL (0.90 mmol/L) dan atau level

trigliserida >250 mg/dL (2.82mmol/L)

- Riwayat penyakit vaskuler 

2.1.4 Patofisiologi

Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan

sel. Sebagai akibatnya terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadi

suatu rangkaian reaksi intrasel dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk

mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam

darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada

penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada


15

tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel

beta tidak mampu mengimbangi peningkatan akan kebutuhan insulin,

maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe 2. (Brunner

& Suddart, 2002)

2.1.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 2

a. Gejala awalnya ditemukan :

1) Poliuria (sering kencing)

2) Polidipsi (sering haus)

3) Polifagi (sering makan)

b. Gejala lanjutannya ditemukan :

1) Cepat mengalami kelelahan dan lemas tanpa penyebab yang jelas

2) Air kencing dikerumuni semut. Kandungan gula dalam darah salah

satunya dapat dilihat dari indikasi ini ; air kencing dikerumuni oleh

semut Karen rasanya manis.

3) Penurunan berat badan yang drastis tanpa penyebab yang jelas.

c. Gejala menahun (Kronik) :

1) Rasa kesemutan pada jari tangan dan kaki. Diabetes menyebabkan

sirkulasi darah terhamabat. Karena sirkulasi darah tidak lancar,

maka bagiantubuh yang peling jauh dari jantung seperti jari tangan

dan kaki mengalami kesemutan.

2) Terasa panas dikutlit, kulit juga terasa tebal.

3) Sering terjadi kram.


16

4) Gejala gangguan kulit, seperti badan terasa gatal berupa kulit

merah dan menipis.

5) Gangguan pengelihatan (pandangan kabur)

6) Menurunya gangguan seksual pada pria.

7) Jika terjadi luka sulit untuk sembuh. Lamanya proses

penyembuhan luka disebabkan Karena terhambatnya sirk ulasi

darah akibat menyempitnya pembuluh darah

8) Gangguan pada kesehatan mulut dan gigi.

(Sutanto, 2013)

2.1.6 Diagnosis

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus. [Sudoyo Aru,dkk (2009) dalam

buku Nanda Nic-Noc, (2015)] :

a. Gejala klasik Diabetes Melitus dan glukosa plasma sewaktu >200

mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu

c. Gejala klasik Diabetes Melitus dan glukosa plasma >126mg/dL (7,0

mmol/L, puasa diartikan pasien tidak mendapatkan kalori tembahan

sedikitnya 8 jam.

d. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO >200 mg/dL (11,1 mmol/L).

TTGO dilakukan dengan standar WHO, me nggunakan beban glukosa

yang setara dengan 75 gramglukosa anhidrus dilarutka kedalam air.


17

2.1.7 Komplikasi

Penyakit diabetes merupakan penyakit yang memiliki banyak

komplikasi. Komplikasi Diabetes dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Komplikasi akut

a. Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah

meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan

metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik,

Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

b. Sindrom hiperosmolar diabetik (diabetic hyperosmolar syndrome),

kondisi yang disebabkan kadar gula darah puncak terukur sebesar

600 mg/dL. Sindrom hiperosmolor diabetes dapat menyebabkan

dehidrasi dan menyebabkan koma.

2. Komplikasi Kronis

a. Penyakit jantung coroner, apabila darah semakin mengental akibat

tingginya kadar gulah dalam darah, maka dapat menyebabkan

jantung bekerja ekstra keras untuk memompa darah, akibtnya

pasien diabetes muncul gejala jantung berdebar-debar dan perasaan

mudah lelah meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat.

b. Gangguan mata (retinopati diabetik), merupakan penyebab utama

kebutaan pada diabetes diseluruh dunia. Restinopati diabetik terjadi

karena adanya kerusakan pada pembuluh darah retina, kerusakan

ini menyebabkan kebocoran dan terjadinya penumpukan cairan


18

yang mengandung lemak serta pendarahan pada retina, sehingga

semakin lama seorang mengidap diabetes maka semakin besar

kemungkinan terjadinya retinopati diabetik. (Sutanto, 2013)

Jika diabetes mellitus dibiarkan tidak terkendali akan menimbulkan

komplikasi yang dapat berakibat fatal. Komplikasi diabetes dapat dicegah,

ditandai atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.

Mengontrol kadar gula darah dapat dilakukan dengan terapi misalnya patut

minum obat (Sidartawan, 2007)

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan glukosa dan keton

4. Terapi insulin

5. Pendidikan

(Sutanto, 2013)

2.2 Konsep Kadar Gula Darah

2.2.1 Definisi

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk

dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan

otot rangka. ( Leefever, 2007 ).


19

Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari

glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari

metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan

dengan pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan

metabolit-metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan menumpuk,

sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa

mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan

kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa.

( Ronald,dkk, 2004 ).

2.2.2 Metabolisme

Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang terjadi

didalam makhluk hidup. Proses yang lengkap dan komplit sangat

terkoordinatif melibatkan banyak enzim di dalamnya, sehingga terjadi

pertukaran bahan dan energi.

Adapun metabolisme yang terjadi dalam tubuh yang mempengaruhi

kadar gula darah, yaitu :

a. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian besar intake

makanan sehari-hari, dan sebagian besar karbohidrat akan diubah

menjadi lemak. Fungsi dari karbohidrat dalam metabolisme adalah

sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk

proses-proses metabolisme lainnya. (Ganong, 2005)


20

b. Metabolisme Gula Darah

Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam

aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen

kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk

dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya.

Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon

insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka

gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa

darah meningkat. Bila kadar gula darah ini meninggi hingga melebihi

ambang ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama urin

(glukosuria). (Depkes RI, 2006).

2.2.3 Nilai Kadar Gula Darah

Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5 - 5,5 mmol/L (James,

Baker, & Swain, 2008).

Tabel 2.1

Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Diagnosis DM (mg/dl)

Kriteria Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar gula Plasma <110 mg/dl 110-199 mg/dl >200 mg/dl
darah sewaktu Vena
(mg/dl) Darah <90 mg/dl 90-199 mg/dl >200 mg/dl
kapiler
Kadar glukosa Plasma <100 100=125 >126
darah puasa vena
(mg/dl) Darah <90 90-99 >100
kapiler
Sumber: Soegondo, 2008
21

2.2.4 Gangguan Kadar Gula Darah

Kadar gula darah normal adalah suatu kondisi dimana kadar gula

darah yang ada mempunya resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi

penyakit, sebaliknya jika gula darahnya melebihi 140 mg/dl. Seseorang

mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes dan komplikasi lainnya.

Ada 2 jenis gangguan kadar gula darah, antara lain :

1. Hiperglikemia

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari

rentang kadar glukosa normal. Penyebab utama yang paling umum

diketahui adalah defisiensi insulin dan faktor herediter sedangkan

penyebab lain yaitu akibat pengangkatan pankreas, kerusakan kimiawi

sel β pulau langerhans. Faktor imunologi pada penderita hiperglikemia

khususnya diabetes terdapat bukti adanya respon autoimun. Respon ini

merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggap sebagai jaringan asing (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan syaraf yang

disebabkan penurunan kadar glukosa darah. Hipoglikemia terjadi

karena pemakaian obat- obatan diabetik yang melebihi dosis yang

dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah (Lewis,

2011 dan Price, 2005).


22

Tanda- tanda hipoglikemia :

1) Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah menurun

2) Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit berbicara,

kesulitan menghitung sederhana

3) Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung,

bibir atau tangan

4) Stadium gangguan otak berat : koma (tidak sadar) dengan atau

tanpa kejang.

2.2.5 Langkah-langkah Penggunan Alat Pengukur Gula Darah

a. Cara mendapatkan sampel darah dengan lancing device

1) Putar dan buka blue/ black cap

2) Masukan sterile lancet ke lancing device dan tutup kembali

blue/black cap

3) Carilah ukuran kedalaman tusukan dari satu sampai Sembilan

lewat depth indicator.

4) Tekan cloaking control untuk mengeluarkan jarum

b. Proses pemeriksaan kadar gula darah

1) Cuci tangan dan gunakan handskun, bersihkan bagian tangan yang

akan di tusuk menggunakan kapas alcohol

2) Tusukkan lancet keujung jari, atau lengan bawah, atau telapak

tangan.

3) Dekatkan test strip pada darah yang keluar


23

4) Test strip dimasukkan dalam glukometer, dalam hitungan beberapa

detik hasil kadar gula darah dapat terlihat.

(Sutanto, 2013).

2.3 Konsep Senam Kaki

2.3.1 Definisi

Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM

atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah bagian kaki (Soebagio, 2011). Perawat

sebagai salah satu tim kesehatan, selain berperan dalam memberikan

edukasi kesehatan juga dapat berperan dalam membimbing penderita DM

untuk melakukan senam kaki sampai dengan penderita dapat melakukan

senam kaki secara mandiri (Anggriyana & Atikah, 2010).

Gerakan-gerakan senam kaki ini dapat memperlancar peredaran

darah di kaki, memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki dan

mempermudah gerakansendi kaki. Dengan demikian diharapkan kaki

penderita diabetes dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas

hidup penderita diabetes (Anneahira, 2011).

2.3.2 Manfaat Senam Kaki

a. membantu melancarkan peredaran darah

b. memperkuat otot-otot kecil,

c. mencegah terjadiya kelainan bentuk kaki


24

d. meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

e. mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya luka.

(Damayanti, 2015)

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi Senam Kaki Diabetes Melitus

1. Indikasi Senam Kaki Diabetes melitus :

a. Diberikan kepada semua penderita diabetes melitus (DM tipe 1 dan

tipe 2)

b. Sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosis menderita diabetes

melitus sebagai tindakan pencegahan dini. (Setyoadi & Kushariyadi.

2011)

2. Kontraindikasi Senam Kaki Diabetes melitus :

a. Pasien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispneu

dan nyeri dada,

b. Pasien yang mengalami depresi, khawatir, dan cemas. (Setyoadi &

Kushariyadi. 2011)

2.3.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan Senam kaki Diabetes

a. Mengecek Kadar gula darah pasien sebelum melakukan senam kaki

diabetes (pre test) dengan menggunakan glukometer Metode

pelaksanaan kegiatan pelatihan senam kaki terdiri dari beberapa

kegiatan, yaitu:
25

Memberikan penjelasan tentang senam kaki :

1) Pengertian senam kaki

2) Alat yang digunakan

3) Posisi Senam Kaki

4) Prinsip

5) Tujuan senam kaki

6) Manfaat senam kaki

7) Indikasi dan kontraindikasi senam kaki

8) Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki

b. Pelatihan dan pelaksanaan senam kaki :

1) Mengajarkan senam kaki sesuai dengan standar operasional

prosedur.

2) Senam kaki dilakukan dengan menggunakan alat berupa kursi

untuk tempat duduk responden dan Koran bekas

3) Senam kaki dilaksanakan selama 15-30 menit,.

c. Mengukur kadar gula darah sesudah melakukan senam kaki (post test)

dengan menggunakan glukometer. Catat hasil pengukuran kadar gula

darah ke dalam lembar observasi. Dari kegiatan tersebut disusun

rancangan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dan dapat dicapai dengan baik

sesuai tujuan kegiatan.


26

1) Untuk mengukur aspek kognitif :

a) Penderita DM mengetahui tujuan dilakukannya senam kaki

b) Penderita DM mengetahui manfaat senam kaki

c) Penderita DM mengetahui indikasi dan kontraindikasi senam

kaki

d) Penderita DM mengetahui cara melaksanakan senam kaki.

2) Untuk mengukur aspek afektif :

a) Penderita DM menyatakan senang mendapatkan pelatihan

tentang senam kaki

b) Penderita DM menyatakan mau dan tertarik untuk mempelajari

senam kaki.

c) Penderita DM menyatakan mau dan akan melaksanakan senam

kaki 3 kali dalam seminggu.

d) Penderita DM menyadari pentingnya melaksanakan senam kaki

untuk mencegah komplikasi DM pada kaki.

3) Untuk mengukur aspek psikomotor/tindakan :

a) Penderita DM mampu berdiskusi perihal pelaksanaan senam

kaki

b) Penderita DM antusias, perhatian dan aktif selama kegiatan

pelatihan senam kaki

c) Penderita DM mampu melakukan senam kaki secara mandiri.


27

2.3.5 Teknik Senam Kaki Diabetes Melitus

1. Prosedur

Duduk tegak di sebuah bangku (tanpa bersandar) kedua kaki menyentuh

lantai, lepas alas kaki.

Gambar 2.1
Posisi Senam Kaki

a. Latihan 1 :

Gerakan jari-jari kedua kaki anda seperti bentuk cakaran dan luruskan

kembali.

Gambar 2.2
Gerakan latihan 1

b. Latihan 2 :

1) Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakan di atas lantai

2) Turunkan ujung kaki, kemudian angkat tumitnya dan turunkan

kembali
28

Gambar 2.3
Gerakan latihan 2

c. Latihan 3 :

1) Angkat kedua ujung kaki anda

2) Putar kaki pada pergelangan kaki kearah samping

3) Turunkan kembali kelantai dan gerakan ke tengah

Gambar 2.4
Gerakan latihan 3

d. Latihan 4 :

1) Angkat kedua tumit anda

2) Putar kedua tumit kearah samping

3) Turunkan kembali kelantai dan gerakan ketengah


29

Gambar 2.5
Gerakan latihan 4

e. Latihan 5 :

1) Angkat salah satu lutuut dan luruskan kaki anda

2) Gerakan jari-jari kaki anda kedepan

3) Turunkan kembali kaki anda bergantian kiri dan kanan

Gerakan 2.6
Gerakan latihan 5

f. Latihan 6 :

1) Luruskan salah satu kaki anda diatas lantai

2) Kemudian angkat kaki tersebut

3) Gerakan ujung-ujung jari kaki kearah muka anda dan turunkan

kembali tumit anda ke lantai


30

Gambar 2.7
Gerakan latihan 6

g. Latihan 7 :

1) Seperti latihan sebelumnya tapi kali ini dengan kedua kaki

bersamaan

Gambar 2.8
Gerakan latihan 7

h. Latihan 8:

1) Angkat kedua kaki anda luruskan dan pertahankan posisi tersebut

2) Putar kaki pada pergelangan ke arah luar

3) Turunkan kembali kedua kaki ke lantai


31

Gambar 2.9
Gerakan latihan 8

i. Lantai 9 :

1) Luruskan salah satu kaki anda dan angkat lurus

2) Putar kaki anda pada pergelangan kaki

3) Tuliskanlah diudarah dengan kaki anda angka-angka 0-9

Gambar 2.10
Gerakan Latihan 9

j. Latihan 10 :

1) Letakkan Koran dilantai dan dibuka.

2) Sobek menjadi dua bagian, Satu bagian disobek sekecil-kecil

mungkin dengan menggunakan jati-jari kaki.

3) Kumpulkan sobekan kecil Koran tadi di sobekan besar, lipat-lipat

dan dibuang ke tempat sampah.


32

Gambar 2.11
Gerakan latihan 10

(Sumber : Damayanti, 2015)


33

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.12
Kerangka Teori

Usia, obesitas, riwayat keluarga, gaya


hidup, stress, rokok dan Alkohol

Diabetes Melitus II

Ggn. Fungsi Sel beta pancreas

Defisiensi Insulin

Penurunan Pemakaian Glukosa


Senam Kaki
Hiperglikemia

Peningkatan aliran
darah

Jala-jala kapiler terbuka

Kebutuhan energy
meningkat

Otot menjadi aktif

Peningkatan pemakaian
glukosa diotot

Penurunan kadar gula darah

Sumber : Yanuar (2010), & Padila (2012)


34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian Pra-eksperimental

dengan rancangan one group pra test-post test design, yaitu

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek, yaitu kelompok senam kaki dimana kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi

setelah intervensi (Nursalam, 2016).

Table 3.1

Desain Penelitian

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes


K O I O1
Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan :

K : Subjek

O : Observasi sebelum senam kaki

I : Intervensi (senam kaki)

O1 : Observasi sesudah senam

(Nursalam, 2016)
35

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di

tetapkan. (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita

diabetes melitus tipe 2 yang datang berobat di Puskesmas Merdeka

Palembang Pada Tahun 2017.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan tehnik Purposive Sampling, yaitu tehnik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti, sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumya (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah

penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang.

Rumus Sampel yang digunakan yaitu, rumus Besar Sampel untuk

rerata 2 kelompok dan teknik Uji Hipotesa 2 kelompok sebelum dan

sesudah berdasarkan penelitian Utomo,et all (2012) di dapatkan hasil :

RUMUS :

Keterangan : n=∂ ² ¿ ¿

- N = besar sampel

- S = standar deviasi
36

- Z = level of signifikan (95%) = 1,96

- Z = power of the test (95%) = 1,64

- μ1 = rata-rata kelompok sebelum

- μ 2 = rata-rata kelompok sesudah

( Sumber : Rachmat, 2012)

Diketahui :

n1 = 42 n1 = 42

s1 = 14,68 s2 = 16,36

µ1 = 226,21 µ2 = 212,45

Ditanya : Sp² ?

Jawab :

sp ²=[( n1−1 ) s 12 + ( n 2−1 ) s 22 ]


( n 1−1 )+(n 2−1)

sp ²=[( 42−1 ) 14,58 ²+ ( 42−1 ) 16,362 ]


( 42−1 )+(42−1)

Sp ² = 241,57

n=∂ ² ¿ ¿

241,57[1,96+1,64]²
n¿
(226,21−212,45)²

n = 16,5

Jadi, peneliti perlu memeriksa kadar gula darah dari 17 orang yang

melakukan teknik senam kaki.


37

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inkulsi

dalam penelitian ini adalah:

1. Penderita dengan riwayat Diabetes Melitus Tipe 2

2. Usia dari range 40-60 tahun

3. Peserta yang selalu datang mengikuti senam selama penelitian

berlangsung.

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara

lain :

1. Terdapat penyakit komplikasi lain yang menganggu pengukuran

maupun interprestasi hasil.

2. Mendapat terapi lain seperti senam diabetes dan terapi insulin

3. Tidak mengalami masalah muskuloskletal

Penetapan kriteria sampel (inklus dan eksklusi) diperlukan dalam

upaya untuk mengendalikan variable penelitian yang tidak di teliti, tetapi

ternyata berpengaruh terhadap variable dependen (Nursalam, 2016).

3.3 Variabel Penelitian

Variable Independen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kadar gula darah sebelum dilakukan treatment Senam kaki dan variable

dependent yang dimaksud adalah kadar gula darah setelah dilakukan

treatment senam kaki.


38

3.4 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian telah dilakukan di Puskesmas Merdeka Palembang

tahun 2017.

3.5 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 Juni sampai 07 Juli 2017

3.6 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa rekomendasi

dari institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Khadijah Palembang

dengan cara mengajukan permohonan izin. Setelah mendapat persetujuan,

barulah peneliti menekankan masalah etika yang meliputi (Hidayat, 2007):

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti.

Responden harus memenuhi kriteria inklusi. Lembar informed Consent

harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila

subjek menolak, maka penelitian tidak boleh memaksa dan harus tetap

menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.


39

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitia.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar

Operasional Prosedur (SOP) senam kaki diabetes mellitus dan alat ukur

yang digunakan untuk mengukur kadar gula darah berupa alat ukur

glukometer dan lembar observasi.

Alat dan bahan yang digunakan saat melakukan penelitian, antara

lain :

1. Bahan yang digunakan untuk senam kaki :

a. Kursi

b. Kertas Koran

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk periksa kadar gula darah :

a. Glukometer

b. Handskun

c. Kapas alkohol

d. Stik GDA

e. Lanset

f. Lembar observasi
40

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam uji coba instrument adalah

validias content yaitu validitas yang akan melihat isi instrument. Uji yang

dilakukan meliputi uji validitas terhadap prosedur senam kaki. Uji

validitas senam kaki dilakukan dengan menggunakan expert validitas yaitu

peneliti sendiri yang menjadi instruktur dalam penelitian

3.8.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas yang dilakukan meliputi uji reliable terhadap senam

kaki diabetes dan alat ukur glukometer. Uji reliabilitas senam kaki diabetes

dilakukan dengan cara peneliti dibantu oleh asisten penelitian. Hasil

penelitian menggunakan lembar observasi senam kaki yang di isi oleh

peneliti.

Uji reliabilitas glukometer menggunkan satu alat pengukur glukosa

darah yang telah divalidasi oleh ahli analis kesehatan meliputi kalibrasi

alat, hasil dan kemampuan baterai yang digunakan. Glukometer yang

digunakan dilengkapi dengan tambahan berupa stik darah merk dan tipe

yang sama untuk mendapatkan kadar gula darah harus mendapatkan

sampel darah dengan cara jari telunjuk ditusuk kemudian diambil sampel

darahnya. Cara pengambilan darah dilakukan sesuai dengan standar

operasional prosedur (SOP) kemudian stick dimasukan kedalam

glukometer, setelah itu baca hasilnya.


41

3.9 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam

suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung

pada rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan. Burns

dan Groves (1999) dalam buku Nursalam (2016).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan

kadar gula darah sebelum dan setelah diberi terapi senam kaki terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan

menggunakan lembar observasi yang di isi oleh peneliti. Pemberian terapi

senam kaki di lakukan sebanyak 3 kali dalam 1 minggu.

3.10 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Metode Pengolahan

Menurut Notoatmodjo (2012), metode pengolahan data dapat

dilakukan dengan cara berikut :

1. Editing (pengolahan data)

Dalam melakukan pengolahan data dengan baik, data tersebut perlu

diperiksa terlebih dahulu, apakah telah sesuai dengan harapan atau

tidak dengan melihat lembaran observasi pre-test post-test kadar gula

darah menggunakan teknik hidroterapi dan senam kaki

2. Coding (pengkodean data)


42

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada masa entry data. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan coding (pengkodean) sebagai

berikut :

3. Processing (Memproses data)

Setelah semua lembar observasi dilakukan serta telah melewati

pengkodean, maka selanjutnya memproses data agar data yang sudah

di entry dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara

meng-entry data dan hasil kadar gula darah setelah melakukan teknik

hidroterapi dan senam kaki ke paket program komputer. Ada

bermacam-macam mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satu

program yang sudah umum digunakan untuk enty data adalah paket

program komputerisasi.

4. Cleaning (Pembersihan data)

Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan apakah

ada kesalahan atau tidak.

3.10.2 Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa data dilakukan dengan analisa univariat terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian. Pada penelitian ini distribusi dan

frekuensi dari tiap variabel penelitian yang diteliti.


43

2. Analisa Bivariat

Sebelum analisa data, lakukan uji normalitas (shapirowilk), jika uji

normalitasnya terdistribusi normal maka menggunakan uji paired T-

test Namun jika uji normalitasnya tidak normal maka menggunakan

uji Wilcoxon.

Batasan kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. pengambilan

keputusan statistik dilakukan dengan membandingkan nilai p ( p

value ) dengan nilai α (0,05), dengan ketentuan :

1) Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada pengaruh senam kaki

terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus

tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2017.

2) Bila p value > nilai α (0,05), maka tidak ada pengaruh senam kaki

terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2017.

3.11 Jalannya Penelitian

Gambar 3.1

Jalannya Peneliti

Perizinan/ Administrasi :

1. STIK Siti Khadijah Palembang


2. Kesbangpol
3. Dinas Kesehatan Kota Palembang
4. Puskesmas Merdeka Palembang

Tahap Penelitian
44

Penetapan Sampling

Periksa Kadar Gula Darah Sebelum


Perlakuan

Melakukan Perlakuan Untuk Kelompok


Senam Kaki

Periksa Kadar Gula Darah Setelah


Perlakuan

Tahap Dokumentasi

Analisis dan Interprestasi

3.12 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu urutan dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu atau terhadap konsep lainnya, antara variable

yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).


45

Kerangka konsep pada penelitian Secara skematis dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 3.2

Kerangka Konsep

Senam Kaki

Kadar gula darah sebelum Kadar gula darah setelah


dilakukan treatment dilakukan treatment
Senam Kaki Senam Kaki

3.13 Definisi Operasional

Table 3.2

Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Kadar Kadar gula Observasi Glukometer Rerata kadar Rasio
gula darah sewaktu gula darah
darah yang dalam mg/dl
sebelum merupakan
dilakukan Pecahan dari
treatment karbohidrat
yang dipecah
menjadi
glukosa atau
gula darah
yang diserap
oleh darah
yang di
observasi
sebelum
dilakukannya
46

treatment
Kadar Kadar gula Observasi Glukometer Rerata kadar Rasio
gula darah sewaktu gula darah
darah yang dalam mg/dl
sesudah merupakan
dilakukan Pecahan dari
treatment karbohidrat
yang dipecah
menjadi
glukosa atau
gula darah
yang diserap
oleh darah
yang di
observasi
setelah
dilakukannya
treatment

3.14 Hipotesis

1. Ada pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang Tahun

2017.

BAB IV
47

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang berjudul pengaruh senam

kaki terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2017. Penelitian di mulai

dari tanggal 15 Juni 2017 sampai dengan 07 Juli 2017untuk menemukan

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, peneliti

melakukan wawancara kepada calon responden. Intervensi dilakukan 3

kali dalam seminggu pada pukul 08.30 WIB. Kemudian kadar gula darah

sewaktu dipantau sebelum diberi perlakuan senam kaki dan sesudah senam

kaki dalam pertemuan yang ke 3. Penelitian ini menggunakan 17

responden atau penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka

Palembang tanpa menggunakan kelompok control.

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Merdeka Palembang

Puskesmas Merdeka Palembang merupakan Puskesmas Kecamatan

pada tahun 1988 ditetapkan sebagai salah satu Puskesmas Induk di

Kecamatan Bukit Kecil sekaligus Puskesmas Koordinator untuk

Kecamatan Bukit Kecil dengan luas wilayah kerja 619 Ha. Puskesmas

Merdeka mempunyai 3 Puskesmas Pembantu dan 16 Posyandu. Wilayah

kerja Puskesmas Merdeka meliputi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan 26 Ilir,

Kelurahan 22 Ilir, Kelurahan 19 Ilir, dan Kelurahan Talang Semut.


48

Puskesmas Merdeka terletak di tepi jalan untuk mencapai Puskesmas

Merdeka relatif lebih mudah karena dilalui oleh kendaraan umum (becak,

oplet, bus), kendaraan pribadi, dan juga dengan berjalan kaki sehingga

transportasi ke Puskesmas Merdeka relatif mudah karena letaknya sangat

strategis di Pusat Kota. Geografi wilayah kerja Puskesmas Merdeka terdiri

dari dataran rendah dan sebagian kecil pinggiran sungai, batas wilayah

kerja meliputi:

a. Sebelah utara dengan Kelurahan 24 Ilir

b. Sebelah Selatan dengan Kelurahan 28 Ilir, 29 Ilir, dan 30 Ilir

c. Sebelah barat dengan Kelurahan 16 Ilir

d. Sebelah timur dengan Kelurahan 26 Ilir Daerah I

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Merdeka adalah

30.031 jiwa dengan jumlah penduduk wanita sebanyak 12.763 jiwa dan

pria sebanyak 17.238 jiwa. Sebaran demografi penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Merdeka adalah 789 ibu hamil, 788 ibu bersalin, 712 bayi,

3.028 balita, usia lanjut 437 jiwa. Pada wilayah kerja ini, terdapat pula

1.303 jiwa kepala keluarga miskin dan 10.364 jiwa anggota keluarga

miskin (Profil Puskesmas, 2012).


49

A. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Palembang

Gambar 4.1

Peta Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Palembang

B. Visi, Misi, Kebijakan Mutu, Motto dan Nilai Puskesmas Merdeka

Visi :”Tercapainya Kecamatan Bukit Kecil Sehat dengan

Bertumpu Pada Pelayanan Prima Dan Pemberdayaan

Masyarakat”

Misi :

1. Meningkatkan Kemitraan pada semua pihak

2. Meningkatkan Profesionalitas, Provider dan Pemberdayaan

Masyarakat.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu

prima.
50

4. Mengikuti standar yang telah ditetapkan

Kebijakan Mutu :

Puskesmas merdeka bertekad meningkatkan kualitas pelayanan

secara berkesinambungan berdasarkan standar yang ditetapkan demi

tercapainya kepuasan masyarakat.

Motto : Kesehatan anda adalah kebahagian kami.

Nilai : 1. Pengabdian

2. Kebersamaan dan kekeluargaan

3. Kerja keras

4. Saling percaya

5. Terus belajar (Profil Puskesmas, 2012).

C. Sumber Daya Puskesmas Merdeka Palembang

1. Tenaga

Adapun sumber daya manusia yang ada di Puskesmas

Merdeka meliputi: medis, paramedis dan non kesehatan yang

masing-masing bertanggung jawab terhadap tugas pokok atau

tugas integrasi dan fungsinya.


51

Tenaga di Puskesmas Merdeka Palembang dengan rincian

pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Staf/Tenaga Kesehatan Puskesmas Merdeka Palembang

Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)


Dokter umum 3
Dokter spesialis 2
Dokter gigi 1
Perawat gigi 2
Bidan 16
Perawat 10
Pembantu ahli gizi 1
Tenaga laboratorium 2
Pengelola obat 3
Penjaga Loket 4
Tata usaha 4
Jumlah 48

(Sumber : Profil Puskesmas Merdeka, 2012)

D. Sarana dan Prasarana

1. Anggaran/Dana:

• Retribusi 100%

• ASKES

• ASKESKIN

• Dekonsentrasi

• Operasional puskesmas

• APBN/APBD (Profil Puskesmas, 2012).

E. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Merdeka Palembang


52

Upaya kesehatan Puskesmas menurut Kepmenkes No 128 th 2004

adalah:

1. Upaya kesehatan wajib puskesmas

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya perbaikan gizi

d. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular

e. Upaya kesehatan ibu, anak & kb

f. Upaya pengobatan dasar

2. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas.

a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Usaha Kesehatan Gigi

Sekolah (UKGS)

b. Posyandu Lansia (Profil Puskesmas, 2012).

4.1.2 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada penelitian ini distribusi dan frekuensi dari tiap variabel penelitian

yang diteliti. Karakterisitik responden yang meliputi usia, jenis kalemin

serta variable jumlah kadar gula darah sewaktu baik sebelum maupun

sesudah intervensi . data numerik yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu menghitung mean, dan simpang baku (Standar Deviasi), nilai

minimal dan maksimal. Data numerik di tampilkan untuk mendekripsikan

karakteristik responden yang merupakan data dari usia, jenis kelamin serta
53

variable jumlah kadar gula darah sewaktu baik sebelum maupun sesudah

intervensi.

1. Uji Normalitas Data

Table 4.2
Analisa Hasil Uji Normalitas Data Responden Juli 2017 (n=17)

Karakteristik Shapirowilk
Statistic Df P. value
Kadar gula darah sebelum 0,920 17 0,150
intervensi
Kadar gula darah sesudah 0,944 17 0,364
intervensi

Berdasarkan tabel diatas bahwa uji normalitas kadar gula darah

sebelum intervensi dengan nilai p value 0,150 lebih besar dari α = 0.05

yang artinya data berdistribusi normal dan uji normalitas kadar gula

darah setelah intervensi dengan nilai p value 0,364 lebih besar dari α =

0,05 yang artinya data berdistribusi normal.

Table 4.3
Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl) Sebelum Diberi
Senam Kaki dan Setelah di Beri Senam Kaki 2017 (n=17)

Variable Mean ± SD Min-Max


Kadar Gula Darah Sebelum 233,06 ± 25,309 198-273
Intervensi
54

Kadar Gula Darah Sesudah 219,12 ± 25,281 183-265


Intervensi

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan

kadar gula darah sebelum diberi senam kaki dan sesudah diberi senam

kaki. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebelum di beri senam

sebesar 233,06 mg/dl sedangkan nilai rata-rata sesudah diberi senam

sebesar 219,12 mg/dl.

4.1.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu

perbedaan kadar gula darah sebelum diberi intervensi dan sesudah diberi

intervensi yang di lihat dari seberapa besar efek senam kaki diabetes

terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2,

dengan menganalisis penelitian selama kurang dari 1 bulan dan dipantau

pada pertemuan 1 hingga pertemuan ke 3 setelah intervensi. Jenis analisis

yang digunakan adalah uji statistic simple test (paired t-Test). Batasan

kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. pengambilan keputusan statistik

dilakukan dengan membandingkan nilai p ( p value ) dengan nilai α (0,05),

untuk menganalisis perbedaan rerata kadar gula darah sebelum dan

sesudah intervensi.

1. Analisi Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Senam Kaki dan

Sesudah Senam Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Table 4.4
55

Analisa perbedaan rerata kadar gula darah sebelum dan sesudah


senam kaki diabetes pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (n=17)

Variable Senam Kaki Mean Standar P (value)


Deviasi
Kadar Gula Sebelum 233,06 25,309
Darah intervensi
Sesudah 219,12 25,281 0,000
intervensi
Selisih 13,941

Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata kadar gula darah

sebelum (pre-test) senam kaki sebesar 233,06 mg/dl dan rata-rata

kadar gula darah sesudah (post-test) senam kaki sebesar 219,12 mg/dl.

Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai P value 0,000 lebih kecil dari

α =0,05 yang artinya ada pengaruh senam kaki terhadap perubahan

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas

Merdeka Palembang Tahun 2017.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Merdeka Palembang pada

tanggal 15 Juni – 07 Juli 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kuantitatif dan menggunakan metode pra-eksperimen dengan rancangan

one group pra test- post test. Populasi dalam penelitian ini adalah

penderita diabetes mellitus tipe 2 yang datang berobat di Puskesmas

Merdeka Palembang Pada Tahun 2017 dengan besar sampel 17 responden.

Sampel diambil dengan tehnik purposive sampling. Data dikumpulkan

dengan menggunakan observasi yang di isi oleh peneliti dan selanjutnya


56

diolah dengan analisa univariat dan bivariat dan digunakan uji statistik Uji

paired T-test. Dari 17 responden masing-masing dilihat dari rata-rata kadar

gula darah sebelum dilakukan senam kaki, rata-rata kadar gula darah

setelah dilakukan senam kaki dan perbedaan rerata kadar gula darah

sebelum dan sesudah dilakukannya senam kaki.

4.2.1 Analisis Univariat

1. Rata-rata Kadar Gula Darah Sebelum Teknik Senam Kaki

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kadar gula darah sebelum

diberi senam kaki sebesar 233,06 mg/dl dengan nilai minimal kadar

gula darah sebesar 198 mg/dl dan nilai maksimal kadar guladarah

sebesar 273 mg/dl.

Dari penelitian tesebut diketahui bahwa penderita diabetes mellitus

di Puskesmas Merdeka belum pernah melakukan latihan jasmani

berupa senam kaki diabetes dalam upaya pencegahan komplikasi

diabetes pada kaki (Diabetes Foot) dan penurunan kadar gula dalam

darah pada penderita diabetes mellitus.

Menurut Utomo, Azam, dan Anggraini (2012) dari hasil

penelitiannya didapatkan rata-rata kadar gula darah sebelum diberi

intervensi sebesar 226,21 mg/dl dan menurut Khoirul (2013) dari hasil

penelitiannya didapatkan nilai rata-rata kadar gula darah sebelum di

beri intervensi sebesar 204,13 mg/dl.


57

Menurut James, Baker dan Swain (2008) nilai normal gula dalam

darah adalah 3,5-5,5 mmol/L atau 70-100 mg/dl. Menurut Akhtyo

(2009) dalam Sutanto (2013) kadar gula darah yang tinggi bisa

menyebabkan masalah yang lebih serius termasuk gangguan pada

organ hati, ginjal, pancreas dan organ lain. Kadar gula darah tinggi

akan menjadikan kekentalan darah tinggi, sehingga akan mengambat

sirkulasi darah dan persyarafan terutama daerah atau ujung kaki

sebagai tumpuan tubuh utama. Kekentaalan darah yang tinggi akan

meningkatkan kemampuan bakteri untuk merusak sel-sel tubuh,

sehingga kalau terjadi luka sulit untuk di sembuhkan.

Menurut asumsi peneliti sebagian besar penderita diabetes mellitus

type 2 mempunyai kadar gula darah tinggi sebelum dilakukan

intervensi, tingginya kadar gula darah dapat menyebabkan darah

menjadi kental sehingga sirkulasi darah tidak lancar hal ini disebabkan

karena sel-sel tubuh tidak menggunakan insulin sebagai sumber energi

atau sel-sel tidak merespon insulin yang di lepaskan pankreas yang

menyebabkan glukosa yang tidak dimanfaatkan oleh sel akan tetap

berada di dalam darah, semakin lama menumpuk sehingga terjadinya

resistensi insulin yang menyebabkan kadar gula darah seseorang

menggalami peningkatan atau (hiperglikemia).

2. Rata –rata Kadar Gula Darah Sesudah Teknik Senam Kaki

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kadar gula darah sesudah

diberi senam kaki sebesar 219,12 mg/dl dengan nilai minimal kadar
58

gula darah sebesar 183 mg/dl dan nilai maksimal kadar guladarah

sebesar 265 mg/dl.

Menurut Utomo, Azam, dan Anggraini (2012) dari hasil

penelitiannya didapatkan rata-rata kadar gula darah sesudah diberi

intervensi sebesar 212,45 mg/dl dan menurut Khoirul (2013) dari hasil

penelitiannya didapatkan nilai rata-rata kadar gula darah sesudah di

beri intervensi sebesar 187,13 mg/dl.

Menurut James, Baker dan Swain (2008) nilai normal gula dalam

darah adalah 3,5-5,5 mmol/L atau 70-100 mg/dl. Menurut Unairawati

(2011) dalam Sanjaya dan Huda (2014) mengatakan senam diabetes

dapat menyebabkan penurunan glukosa darah, hal ini dikarenakan pada

saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa

oleh otot. Selanjutnya terjadi peningkatan aliran darah yang

menyebabkan banyak jala-jala kapiler terbuka, sehingga reseptor

insulin lebih banyak tersedia dan lebih aktif untuk menurunkan

glukosa darah.

Menurut asumsi penelitian para penderita diabetes mellitus dapat

menyadari pentingnya olahraga dalam upaya mengontrol kadar gula

darah selain hanya dilakukan melalui pengobatan namun juga bisa

ditambah dengan faktor olahraga berupa senam kaki. Karena setelah

dilakukan intervensi selama 3 kali dalam seminggu senam kaki dapat

menyebabkan penurunan pada kadar gula darah. Hal tersebut terjadi

karena responden melakukan senam kaki diabetes dengan sungguh-


59

sungguh serta dilakukan secara berkelanjutan sehingga sirkulasi dalam

darah meningkat dan terjadi penurunan kadar gula darah pada pasien

dengan diabetes dan juga hal tersebut dikarenakan penderita yang

mengalami diabetes melitus disebabkan oleh kerusakan pankreas

dalam meproduksi insulin, dimana insulin ini berfungsi dalam

mengendalikan kadar gula darah. Untuk menunjang peran pankreas

yang mengalami kerusakan tadi, perlu didukung faktor lain yang

mempunyai fungsi yang sama yaitu dalam mempengaruhi produksi

gula darah. Faktor penting lain tersebut adalah diet dan latihan berupa

senam kaki atau latihan lainnya.

4.2.2 Analisis Bivariat

1. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Senam Kaki dan Sesudah

Senam Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

Merdeka Palembang Tahun 2017.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-

rata kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi selama

tiga kali dalam seminggu.

Hasil analisitik statistik dari sebelum dan sesudah intervensi yaitu

pada pertemuan petama sampai setelah intervensi pada pertemuan ke

tiga menunjukan adanya perubahan kadar gula darah setelah di lakukan

test kadar gula darah pada pasien senam kaki diabetes mellitus. Dari

penelitian tersebut didapatkan hasil penelitian yaitu nilai rata-rata


60

kadar gula darah sebelum senam sebesar 233,06 mg/dl dan nilai rata-

rata kadar gula darah setelah senam sebesar 219,12 mg/dl sehingga

menunjukan adanya perubahan kadar gula darah saat dibandingkan

dengan pengukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan

nilai p value = 0,000 (p < 0,05) yang artinya Ho ditolak dan Ha

diterima. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan rerata kadar gula darah sebelum dan sesudah diberi senam

kaki terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2017.

Dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ruben, Rottie, dan Karundeng, (2016) dengan didapatkan hasil uji

Paired Sample t-test diperoleh nilai p = 0,000 untuk itu berarti nilai p =

0,000 lebih kecil dari pada nilai α = 0,05 maka Ho ditolak yang berarti

ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula

darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas

Enemawira yang dilakukan di bulan Mei 2016.

Setelah dilakukan terapi senam kaki sebagian besar responden

mengalami penurunan gula darah dengan nilai mean 13,941 mg/dl. Hal

ini sejalan dengan Yanuar (2011) yang mengatakan bahwa pada saat

latihan (senam) kebutuhan energi meningkat sehingga otot menjadi

lebih aktif dan peka lalu membuat reseptor insulin menjadi lebih aktif

dan terjadinya peningkatan pemakain glukosa yang menyebabkan

terjadinya penurunan kadar gula darah sehingga hasil kadar gula darah
61

pun berubah, dan hal ini juga dilatarbelakangi oleh faktor kontinuitas

atau keteraturan dalam mengikuti senam kaki sehingga terjadinya

penurunan pada kadar gula darah. Menurut Misnadiarly (2006) latihan

jasmani secara langsung dapat menyebabkan terjadiny peningkatan

pemakaian glukosa oleh otot aktif dan lebih banyak jala-jala kapiler

yang terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan

reseptor insuin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap

perubahan kadar gula darah.

Menurut Sutanto (2013) penderita diabetes mellitus sebaiknya

melaksanakan 5 penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu diet, latihan,

pemantauan glukosa dan keton, terapi insulin dan yang terakhir

pendidikan.. Salah satunya latihan jasmani dengan senam kaki

diabetes, senam kaki diabetes merupakan kegiatan atau latihan yang

dilakukan oleh penderita diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya

luka dan membantu melancarkan peredaran darah pada daerah bagian

kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot

paha dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono,

2009).

Pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula

darah yaitu pada otot–otot yang bergerak aktif dapat meningkatkan

kontraksi sehingga permeabilitas membran sel terhadap peningkatan


62

glukosa, resistensi insulin berkurang dan sensitivitas insulin meningkat

(Parichehr et al,2012). Sehingga sirkulasi dalam darah meningkat dan

dalam waktu 30 menit setelah di lakukan senam kaki diabetes ini dapat

menurunkan GDA (Gula Darah Sewaktu) penderita diabetes melitus

pada interval 5-10 mg/dl. (Wibisono, 2009).

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, menurut asumsi peneliti

senam kaki berpengaruh pada penurunan kadar gula darah. Aktivitas

yang dilakukan penderita dapat menekan terjadinya kenaikan gula

darah sehingga dapat menurunkan dan mengontrol kadar gula darah

pada pasien diabetes mellitus, karena saat melakukan senam kaki

aliran darah menjadi meningkat sehingga jala-jala kapiler terbuka

membuat kebutuhan energi menjadi meningkat sehingga otot-otot

menjadi aktif dan menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian

glukosa pada otot sehingga terjadinya penurunkan kadar gula darah.

Kadar gula darah bisa turun 5-10 mg/dl setiap melakukan 15-30 menit

gerakan senam kaki dan juga dapat membantu memperbaiki sirkulasi

darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya

kelainan bentuk kaki.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan dalam penelitian, yaitu

Penelitian ini tidak bersifat rendomisasi sehingga tidak dapat di


63

generalisasikan, jadi hasil yang didapatkan peneliti hanya bisa digunakan

pada penelitian saat ini saja namun tidak bisa digunakan oleh peneliti lain.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


64

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh senam kaki terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Merdeka Palembang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rata-rata kadar gula darah responden sebelum diberi terapi senam kaki

mempunyai nilai mean 233,06 ±SD 25,309 mg/dl

2. Rata-rata kadar gula darah responden setelah dilakukan terapi senam

kaki mempunyai nilai mean 219,12±SD 25,281mg/dl

3. Tedapat perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah di

lakukan intervensi dengan selisih 13,941 mg/dl dan didapatkan nilai p

value 0,000 artinya ada pengaruh senam kaki terhadap perubahan

kadar gula darah sebelum dan sesudah di beri senam kaki pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Merdeka Palembang Tahun

2017.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Puskesmas Merdeka Palembang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk

mengembangkan program penatalaksanaan penyakit tidak menular berupa

senam kaki diabetes yang bisa digunakan oleh Puskesmas Merdeka

Palembang untuk dapat mengontrol kadar gula darah dengan membuat

jadwal khusus senam kaki bagi penderita diabetes mellitus yang bisa

dilaksanakan 1 kali dalam seminggu.


65

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan sebagai sumber

referensi perpustakaan yang dapat menambah wawasan peneliti yang akan

datang untuk melanjutkan penelitiannya dan dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan dalam ilmu pengetahuan serta memperkuat dalam bidang ilmu

keperawatan medical bedah tentang pengaruh senam kaki terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 untuk para

mahasiswa/i sehingga dapat ikut memperkenalkan dan memperaktekan

terapi senam kaki kepada pasien diabetes mellitus baik untuk tipe1

maupun tipe 2.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan wawasan

bagi peneliti dan bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil

penelitian ini sebagai sumber referensi penelitian dan pengembangan

konsep penelitian. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak hanya

melakukan terapi senam kaki 3 kali dalam seminggu namun bisa lebih

dengan menggunakan metode dan rancangan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai