Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi makanan,

dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu

rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,

anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka

mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit (Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2003)..

Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian kegiatan mulai

dari merencanakan menu sampai makanan disajikan ke pasien. Penyelenggaraan

makanan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan

yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak

dan memadai bagi klien atau pasien yang membutuhkannya (Direktorat Jenderal

Bina Kesehatan Masyarakat, 2003).

Rumah Sakit Pratama Yogyakarta adalah rumah sakit umum tipe D milik

Pemerintah Kota Yogyakarta yang mulai beroperasional pada tanggal 2 Juni 2016

yang berlokasi di Jl. Kol. R. Sugiyono No. 98 Yogyakarta. Pelayanan gizi

termasuk penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari pelayanan yang

diberikan ke masyarakat, berpedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang

telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


1
Rumah Sakit (RS) Pratama Yogyakarta saat ini memiliki empat orang ahli

gizi yang melakukan kegiatan pelayanan gizi. Salah satu kegiatan yang dilakukan

adalah kegiatan konseling gizi dalam melakukan terapi gizi. Dari hasil

penghitungan Standar Pelayanan Minimal selama 1 (satu) tahun pelayanan mulai

Juni 2016 hingga Juni 2017 didapatkan hasil Sisa Makan Pasien (comstok)

sebesar 31,3%. Data tersebut masih di atas dari standar pelayanan minimal rumah

sakit, yaitu sisa makan pasien maksimal 20%. Berdasarkan hasil sisa makan

pasien sebesar 31,3%, bisa diasumsikan asupan makan pasien rata-rata sebesar

68,7%. Asupan makan pasien minimal yang diharapkan adalah 80% dari Angka

Kecukupan Gizi (AKG).

Karena sisa makan pasien adalah merupakan salah satu dari standar pelayanan

minimal yang harus dicapai, maka dilakukan evaluasi pelayanan kepada pasien

dengan meningkatkan kualitas pelayanan oleh ahli gizi melalui konseling gizi

sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan dalam Pedoman Pelayanan Gizi

Rumah Sakit .

Pedoman konseling gizi yang digunakan masih merupakan bagian dari

pedoman pelayanan pasien secara umum. Karena masih dalam bentuk prosedur

umum, sehingga dalam pelaksanaan konseling gizi masih berbeda-beda

pelaksanaannya baik alur maupun persepsi ahli gizi dalam langkah-langkah

konseling. Sementara kemampuan pasien dalam menerima pesan adalah berbeda-

beda, diharapkan dengan penyusunan Standar Prosedur Operasional Konseling

Gizi ini diharapkan mampu menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan

perilaku sehingga membantu pasien mengenali dan mengatasi masalah gizinya

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


2
yang ditandai dengan meningkatnya asupan makan pasien selama dirawat.

Dengan meningkatnya asupan makan pasien akan menurunkan sisa makan pasien,

sehingga SPM Gizi indikator sisa makan pasien akan sesuai dengan target.

B. Rumusan Masalah

Adakah Pengaruh Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) Konseling

Gizi terhadap Perubahan Asupan Makan Pasien Di bangsal rawat inap RS Pratama

Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Mengetahui pengaruh penerapan standar prosedur operasional (SPO) konseling

gizi terhadap perubahan asupan makan pasien di bangsal rawat inap RS Pratama

Yogyakarta.

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui asupan makan pasien sebelum dan setelah dilakukan konseling

gizi tanpa Standar Prosedur Operasional (SPO).

2. Mengetahui asupan makan pasien sebelum dan setelah dilakukan konseling

gizi dengan Standar Operasional Prosedur (SPO).

3. Mengetahui pengaruh konseling gizi dengan penerapan Standar Prosedur

Operasional Konseling Gizi terhadap perubahan asupan makan pasien.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini tentang penerapan konseling gizi dengan menggunakan SPO

konseling gizi terhadap efek yang diukur dari asupan makan pasien. Waktu

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


3
penelitian pada bulan Februari-Maret 2018 .Sasaran penelitian ini adalah pasien

rawat inap. Tempat penelitian di bangsal rawat inap yaitu bangsal dewasa dan

bangsal maternal Rumah Sakit Pratama Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi ahli gizi, dengan adanya standar prosedur operasional (SPO)

konseling gizi dengan tahapan-tahapan konseling akan memudahkan

kegiatan dalam melakukan konseling gizi.

2. Bagi pasien, dengan adanya peningkatan asupan makan maka akan

terpenuhi kecukupan gizi sesuai kebutuhan yang akan berpengaruh dengan

kesembuhan pasien dan mempersingkat waktu rawat inap di bangsal

perawatan.

3. Bagi Instalasi Gizi, dengan meningkatnya asupan makan pasien maka akan

diikuti dengan penurunan sisa makan pasien(comstok) sehingga standar

pelayanan minimal (SPM) akan sesuai dengan target yang diharapkan.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian - penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti - peneliti

sebelumnya yaitu :

1. Aulia (2011) meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di RS Haji Jakarta, jenis

penelitiannya kuantitatif dengan disain cross sectional. Sampel sebanyak 58

sampel yang diambil secara purposive sampel. Analisis hubungan antar

variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji t, uji

anova dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sisa makanan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


4
responden adalah 20,27% dan responden yang tidak menghabiskan

makanannya >25% mencapai 39,7%. Persamaan penelitian ini adalah pasien

rawat inap. Perbedaan penelitian ini adalah materi penelitian dan lokasi.

penelitian.

2. Silawati (2017) meneliti tentang efektifitas konseling gizi terhadap perubahan

sisa makan siang pada pasien diabettes melitus rawat inap di RSI Klaten.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Jumlah subjek

penelitian ada 29 pasien. Pengumpulan data sisa makanan pasien

menggunakan skala Comstock 6 poin. Data dianalisis menggunakan program

SPSS 21 for windows. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sisa makanan

pokok sebelum konseling gizi sebesar 61,21%, dan setelah konseling gizi

sebanyak 24,31% sehingga ada selisih sebesar 36,90%. Rata-rata sisa lauk

hewani sebelum konseling gizi sebesar 35,34%, dan setelah konseling gizi

sebanyak 9,14% sehingga ada selisih sebesar 26,21%. Rata-rata sisa lauk

nabati sebelum konseling gizi sebesar 41,55%, dan setelah konseling gizi

sebanyak 18,97% sehingga ada selisih sebesar 22,59%. Rata-rata sisa sayur

sebelum konseling gizi sebesar 44,83%, dan setelah konseling gizi sebanyak

8,79% sehingga ada selisih sebesar 36,03%. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah konseling gizi merupakan metode yang efektif untuk memperbaiki sisa

makan siang pada pasien diabetes melitus di RSI Klaten.

3. Yuniarti, 2012, meneliti tentang pengaruh konseling gizi dan penambahan

makanan terhadap asupan zat gizi dan status gizi pasien HIV, rancangan uji

pra-post test eksperimental non acak. Subjek terdiri dari dua kelompok yaitu

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


5
konseling gizi plus (dengan suplemen gizi) dan penyuluhan gizi

saja. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dr. Sardjito dari bulan Januari

sampai Maret 2012. Sampel diambil secara purposif dengan kriteria inklusi

dan eksklusi. Data dianalisis dengan menggunakan paired t-test dan regresi

linier untuk menghitung asupan gizi dan status gizi. Hasil Asupan energy

kelompok konseling nutrisi plus menunjukkan jumlah yang jauh lebih tinggi

daripada kelompok dengan konseling gizi saja (perubahan 141,40 kkal vs

15,99 kkal; OR = 4,96). Asupan protein secara signifikan lebih tinggi daripada

konseling gizi (perubahan 6,98 g vs 5,1 g; OR = 1,94), berat badan tidak

signifikan lebih rendah dari pada penyuluhan gizi (perubahan 0,46 kg vs 0,75

kg; OR = 1,21), dan status gizi secara signifikan lebih rendah daripada

konseling nutrisi (perubahan indeks massa tubuh 0,18 kg / m2 vs 0,32 kg / m2;

OR = 1,25). Kesimpulan: Konseling nutrisi plus bisa meningkatkan asupan

energi namun tidak bisa meningkatkan asupan protein, berat badan, dan indeks

massa tubuh.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


6

Anda mungkin juga menyukai