PENDAHULUAN
Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup
yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritual
merubuan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun
emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien
dalam menerima kenyataan yang terjadi.
Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di
propinsi NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahan
dari kejadian tersebut akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yang
telah dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasien
terkadang ragu, bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yang
dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan
atau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak
berespons terhadap intervensi yang efektif.
Distress Spiritual| 1
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah
kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
2.2 Karakteristik
a. Ungkapan kekurangan
1) Harapan
3) Perdamaian/ketenangan
b. Penerimaan
c. Cinta
e. Keberanian
1) Marah
2) Kesalahan
2. Faktor Presipitasi
a. Kejadian Stresfull
2.4 Patofisiologi
Tindakan Psikoterapeutik
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah
agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit
atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f.Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap
spiritual yang diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual
dalam kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama
yang dianut oleh pasien.
f.Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah
atau kegiatan spiritual lainnya.
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
gangguan spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan
dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya, bantu klien
mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.
a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum pak, nama saya suster Lily Puspita Rini saya
dipanggil Lily, Nama bapak siapa?
Pasien : Iya suster, nama saya Anton.
Perawat : Bapak suka dipanggil apa?
Pasien : Panggil saja saya Anton.
Perawat : Oh, baik. Saya dari Politeknik Kesehatan Depkes Tasikmalaya
Program Studi Keperawatan Cirebon yang akan merawat
bapak selama 2 minggu di sini. Bagaimana perasaan bapak pagi ini.
Pasien : Saya sedang sedih suster.
Perawat : Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah - masalah yang
bapak alami, kita ngobrol selama 30 menit ya? Dimana menurut
bapak tempat yang cocok untuk kita ngobrol?
Pasien : Di bawah pohon rindang saja
suster. Perawat : Oh disana? Mari pak kalau
begitu.
b. Kerja
Sp. 2-P : Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau
agama yang dianut oleh pasien, fasilitasi klien untuk menjalankan
ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta
dalam kegiatan keagamaan.
a. Orientasi
a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum, bu. Bagaimana keadaan keluarga ibu hari ini?
Ibu : Wa’alaikum salam. Alhamdulilah baik suster.
Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang masalah yang ibu hadapi
dalam merawat atau membantu anak ibu, selama 30 menit. Disini
saja yah bu!
Ibu : Iya suster silakan.
b. Kerja
Perawat : Bu, menurut ibu apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat atau
membantu anak ibu?
Ibu : Iya suster, anak saya jadi malas sholat dan tidak mau mengikuti
pengajian. Pada hal dia sangatlah rajin beribadah sebelumnya.
Pewat : Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa atau akibat tsunami
yang lalu. Oh, jadi masalah yang ibu hadapi adalah susah
memberitahu dan mengajak dia untuk sholat lima waktu ya?
Ibu : Benar suster. Sekarang dia susah banget untuk di ajak sholat
semenjak kejadian stunami itu.
Perawat : Bagaimana dengan kegiatan keagamaan lainnya, apakah anak ibu
mau melakukannya?
Ibu : Tidak suster, dia males malesan saja di rumah. Diemm saja
Perawat : Jadi ibu kewalahan menasehati agar dapat melakukan ibadah dan
ini terjadi sesudah tsunami.
Ibu : Iya, saya sudah angkat tangan menyuruh dia untuk sholat.
Perawat : Ibu, biasanya kalau ada kejadian bencana seperti gempa tsunami,
kadang seseorang akan mengalami kejadian seperti itu anak ibu
tersebut. Oleh karena itu mari saya bantu ibu untuk bersama-sama
dan merawat anak ibu ya.
Ibu : Iya suster. Apa yang harus saya lakukan?
Perawat : Bu cara untuk membantu anak ibu yang malas sholat adalah
dengan selalu mengingatkan, mengajak atau memberi contoh solat
pada waktu sholat telah tiba. Selain itu ibu menyiapkan
perlengkapan sholat untuk anak ibu misalnya kopiah, sarung dan
sajadah. Lalu bu bersama-sama satu keluarga melakukan sholat
berjamah ya? Jangan lupa mengajak anak-anak untuk bersama-
sama sholat berjamaah. Bila perlu ajak anak ibu untuk menjadi
imam.
Ibu : Oh, begitu yah suster. Ings’allah saya akan melakukannya.
Perawat : Iya bu. Setelah sholat ibu ajak anak ibu untuk berdoa semoga
diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi masalah akibat
adanya bencana alam yang dialami tersebut.
Ibu : I yah s uster
Perawat : Jangan lupa, agar ibu mengigatkan anak ibu untuk sholat Jum’at
berjamaah di masjid bersama warga lainnya. Ya bu yah?
Ibu : Siap suster.
Perawat : Kemudian, ibu jangan segan-segan untuk meminta nasehat dan
bantuan kepada ustadz setempat. Saya yakin mereka akan dengan
senang hati membantu ibu dan terutama memberi nasehat
keagamaan kepada anak ibu.
Ibu : I ya s uster
Perawat : Sudah bisa mengerti cara merawat dan membantu anak ibu yang
mengalami masalah tersebut. Dengan demikian, ibu bisa membantu
agar dia aktif dan rajin sholat lima waktu serta mengikuti
pengajian, ya kan bu?
Ibu : Terimakasih suster atas nasehat ya.
c. Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tentang masalah-
masalah yang ibu hadapi dalam merawat anak ibu?
Ibu : Lebih tenang suster dan semangat untuk mengajak anak saya
sholat lima waktu.
Perawat : Bisa ulangi kembali apa saja cara untuk masalah yang ibu hadapi
dalam merawat anak ibu tersebut?
Ibu : Dengan cara menasehati, mengajak dan selalu mengigatkan
untuk selalu beribadah suster.
Perawat : Bagus sekali bu, ibu sudah mengetahui semua permasalahan yang
terjadi ya?
Ibu : I ya s uster.
Perawat : Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum.
Ibu : Terimakasih bayak suster atas bantuannya. Wa’alaikum salam.
A. Psikofarmako
B. Manipulasi Lingkungan
1. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
3. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.
2.7 Evaluasi
A. Kemampuan Pasien
B. Kemampuan Keluarga
C. Kemampuan Perawat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah -
masalah fisik atau psikososial yang dialami.
3.2 Saran