Anda di halaman 1dari 77

PANDUAN FASILITASI

PENGHITUNGAN BIAYA
OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
(BOSP) DAN PENYUSUNAN
KEBIJAKAN

Pembentukan
Tim Penghitungan
BOSP**

Penyamaan Persepsi
tentang BOSP

Perumusan Perumusan
Komponen Klasifikasi
BOSP Sekolah***

Penghitungan BOSP atau


BOSP Berdasarkan
Klasifikasi Sekolah

Penyusunan Kebijakan
Pembiayaan
Pendidikan

Decentralized Basic Education 1


Management and Governance

Edisi
Desember 2008

KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
Panduan ini telah diuji coba dan digunakan oleh pemangku
kepentingan terkait di 50 kabupaten/kota mitra DBE1
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................1


1.1. Latar Belakang dan Isyu Kebijakan ....................................................................1
1.2. Dasar Hukum ......................................................................................................2
1.3. Ruang Lingkup....................................................................................................4
1.4. Gambaran Umum Metode...................................................................................5
1.5. Tahapan Proses ...................................................................................................5
1.6. Manfaat Penghitungan BOSP .............................................................................6
1.6.1. Bagi Pemda ..................................................................................................6
1.6.2. Bagi Sekolah ................................................................................................7
1.6.3. Bagi Masyarakat/Orang Tua ........................................................................7
1.7. Bagaimana Menggunakan Panduan Ini? .............................................................7
BAB 2. PENYAMAAN PERSEPSI TENTANG BOSP ...............................................9
2.1. Pengertian dan Konsep Biaya Satuan (Unit Cost) Pendidikan ...........................9
2.1.1. Berdasarkan jenis input ................................................................................9
2.1.2. Berdasarkan sifat penggunaan .....................................................................9
2.1.3. Berdasarkan jenis penggunaan ...................................................................10
2.1.4. Berdasarkan pihak yang menanggung .......................................................10
2.1.5. Berdasarkan sifat keberadaan ....................................................................11
2.2. Biaya Pendidikan di Sekolah ............................................................................11
2.2.1. Biaya Operasional ......................................................................................11
2.2.2. Biaya Operasional Bukan Personil ............................................................12
2.3. Klasifikasi Sekolah ...........................................................................................13
LAMPIRAN BAB 2. PANDUAN FASILITASI PENYAMAAN PERSEPSI
TENTANG BOSP........................................................................................................15
BAB 3. PENGHITUNGAN BOSP ..............................................................................18
3.1. Penghitungan BOSP Minimal ...........................................................................18
3.1.1. Komponen Biaya untuk SD/MI .................................................................18
3.1.2. Komponen Biaya untuk SMP/MTs ............................................................21
3.1.3. Komponen Biaya untuk SMA/MA ............................................................25
3.1.2. Penghitungan BOSP...................................................................................29
3.2. Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah (Optional) ..................32
3.2.1. Klasifikasi Sekolah ....................................................................................32
3.2.2. BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah ....................................................33
3.2.3. Catatan untuk BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah .............................33
Lampiran-1a Bab-3. PANDUAN FASILITASI PENGHITUNGAN BOSP BAGIAN
PERTAMA: LOKAKARYA 2 (PENGHITUNGAN BOSP) ......................................34
Lampiran-1b Bab-3. PANDUAN FASILITASI PENGHITUNGAN BOSP BAGIAN
KEDUA: LOKAKARYA 3 (FINALISASI PENGHITUNGAN BOSP) ....................39
BAB 4. PENYUSUNAN KEBIJAKAN ......................................................................42
4.1. Pentingnya Kebijakan .......................................................................................42
4.2. Ruang Lingkup Kebijakan ................................................................................42
4.3. Dokumen Kebijakan .........................................................................................43
Lampiran-1 Bab-4. PANDUAN FASILITASI PENYUSUNAN KEBIJAKAN
(LOKAKARYA 4).......................................................................................................44
Lampiran-2 Bab 4. CONTOH DRAFT PERATURAN BUPATI SIDOARJO ...........48
Lampiran-3 Bab 4. CONTOH DRAFT SURAT KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO
......................................................................................................................................57

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengkategorian Biaya Pendidikan Menurut PP 19/2005 ............................. 4


Gambar 2. Proses Penghitungan BOSP hingga Penyusunan Kebijakan........................ 6
Gambar 3. Prosedur Fasilitasi Penghitungan BOSP dan Penyusunan Kebijakan ......... 8
Gambar 4. Contoh Tampilan Template Penghitungan BOSP ...................................... 30
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


BSNP : Badan Standar Nasional Pendidikan
BAS : Badan Akreditasi Sekolah
BOS : Bantuan Operasional Sekolah
BOSP : Biaya Operasional Satuan Pendidikan
DC : District Coordinator
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
PC : Provincial Coordinator
PHBK : Peringatan Hari Besar Keagamaan
PHBN : Peringatan Hari Besar Nasional
PMR : Palang Merah Remaja
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PP : Peraturan Pemerintah
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
SDM : Sumber Daya Manusia
SK : Surat Keputusan
SPM : Standar Pelayanan Minimal
TU : Tata Usaha
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Isyu Kebijakan

Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan


pendidikan secara keseluruhan. Salah satu masalah pokok dalam hal pembiayaan
pendidikan adalah bagaimana mencukupi kebutuhan operasional sekolah di satu sisi,
dan di sisi lain bagaimana melindungi masyarakat (khususnya dari keluarga tidak
mampu) dari hambatan biaya untuk memperoleh pendidikan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, sejak tahun 2005 pemerintah meluncurkan


program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang memberikan bantuan uang kepada
sekolah berdasarkan jumlah murid. Program BOS bertujuan untuk membebaskan
biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar
mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat
dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun1.

Program BOS ternyata ditanggapi secara beragam oleh


daerah (kabupaten/kota). Ada daerah yang mengalokasikan Perbedaan respon
APBD-nya sebagai dana “pendamping BOS” (dengan daerah dilatar-
jumlah yang bervariasi) dan kemudian menerapkan belakangi oleh
kebijakan “sekolah gratis”, ada pula yang tetap bertahan perbedaan
dengan kebijakan mengizinkan partisipasi masyarakat pemahaman tentang
dalam pembiayaan operasional sekolah. Perbedaan respon biaya satuan
daerah tersebut pada dasarnya dilatar-belakangi oleh pendidikan..
perbedaan pemahaman tentang biaya operasional pada
satuan pendidikan (sekolah).

Biaya operasi satuan pendidikan (BOSP) yang dimaksud dalam panduan ini
merupakan rata-rata biaya operasional di luar biaya untuk pegawai yang dikeluarkan
oleh sekolah untuk mendidik satu orang anak/murid di sekolah. Informasi tentang
BOSP diperlukan, paling tidak jika muncul situasi seperti di bawah ini:
• Muncul wacana tentang “sekolah gratis”, terutama setelah adanya program BOS.
Dengan adanya penghitungan BOSP, semua pihak diharapkan akan dapat
melangkah berdasarkan pemahaman yang sama tentang berapa biaya yang
diperlukan untuk operasional sekolah.
• Pemerintah Daerah ingin mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional
sekolah (pada situasi ada BOS) sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dengan adanya
penghitungan BOSP, Pemda dapat mengetahui berapa dana APBD yang harus
dialokasikan sebagai “pendamping BOS”.

Dengan latar belakang pemikiran itu lah buku panduan ini disusun. Selain sebagai
panduan bagi Pemda dalam menghitung BOSP, buku panduan ini juga memberikan
gambaran tentang bagaimana proses fasilitasi mesti dilakukan dalam rangka
penghitungan BOSP dan penyusunan kebijakan berdasarkan BOSP.

1
Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOS Buku dalam rangka Wajib Belajar 9
Tahun. Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama, 2007.

1
1.2. Dasar Hukum

Ada beberapa peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung mendasari
perhitungan BOSP. Pertama, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
merupakan revisi terhadap Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Pasal 14 ayat (1) butir (f) menyatakan bahwa penyelenggaraan
pendidikan merupakan salah satu kewenangan wajib kabupaten/kota. Hal ini
merupakan landasan pelaksanaan desentralisasi di sektor pendidikan. Dengan adanya
ketentuan ini, Pemda dituntut untuk berperan lebih besar, termasuk dalam menyusun
kebijakan pembiayaan pendidikan di daerah masing-masing.

Kedua, Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ada beberapa pasal yang relevan, yaitu:
a. Pasal 34 ayat (2): Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya.
b. Pasal 46 ayat (2): Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat (4)
Undang-undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Pasal 47 ayat (1): Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.
d. Pasal 48 ayat (1): Pengelolaan dana pendidikan berdasar pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik
e. Pasal 49 ayat (1): Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)

Ketiga, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005


..PP 19/2005 dan PP
tentang Standar Nasional Pendidikan. PP ini memberikan
47/2008
penjelasan yang lebih detil tentang pembiayaan pendidikan.
memberikan
Beberapa pasal yang relevan adalah:
penjelasan lebih
a. Pasal 42 ayat (1) : Setiap satuan pendidikan wajib detil tentang
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pembiayaan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar pendidikan..
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan
b. Pasal 62
• Ayat (1) : Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal
• Ayat (2) : Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap
• Ayat (3) : Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan

2
• Ayat (4) : Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi :
i. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji
ii. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
iii. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya

Keempat, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM (Rencana


Pembangunan Jangka Menengah) Nasional 2004 - 2009 Bab 27, arah kebijakan butir
(20): Menata sistem pembiayaan pendidikan yang berprinsip adil, efisien, efektif,
transparan dan akuntabel termasuk pembiayaan pendidikan berbasis jumlah siswa.
Peraturan ini merupakan landasan bagi kebijakan alokasi anggaran pemerintah untuk
keperluan operasional pendidikan, termasuk di dalamnya alokasi dana BOS.

Kelima, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.


129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan:
a. Pasal 1: Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja
pelayanan pendidikan yang diselenggarakan Daerah
b. Pasal 2, ayat (2): Penyelenggaraan satuan pendidikan dasar dan menengah
termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi wewenang Pemerintah
Kabupaten/ Kota.
c. Pasal 10: Sumber pembiayaan SPM dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Keenam, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, yang
pada dasarnya merupakan penegasan terhadap apa yang telah disampaikan oleh UU
No 20/2003:
a. Pasal 9: Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya
b. Pasal 10 ayat (3): Biaya operasi di satuan pendidikan milik pemerintah merupakan
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah

3
1.3. Ruang Lingkup

Biaya operasi di sekolah:


Biaya investasi: gaji dan tunjangan, bahan habis
sarana prasarana, pakai, biaya tak langsung
pengembangan SDM, modal
tetap

Yang dicakup
Biaya Personal: dalam manual
yang ditanggung anak didik ini adalah biaya
operasi

Gambar 1. Pengkategorian Biaya Pendidikan Menurut PP 19/2005

Gambar 1 menunjukkan pengkategorian biaya pendidikan berdasarkan PP 19/2005.


Manual ini hanya mencakup biaya operasi di sekolah yang meliputi: gaji dan
tunjangan, bahan habis pakai dan biaya tidak langsung. Dengan penghitungan BSP
berdasarkan biaya operasi, dapat diketahui berapa biaya yang dikeluarkan oleh
sekolah untuk mendidik satu orang murid. Pada dasarnya biaya operasi merupakan
kebutuhan sekolah agar proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.

Biaya personal merupakan kategori biaya yang juga penting, meskipun tidak dicakup
secara langsung oleh buku panduan ini. Biaya personal merupakan biaya-biaya yang
ditanggung oleh peserta didik (atau orang tua/keluarga). Dengan kata lain, biaya
operasional memberikan gambaran tentang biaya yang diperlukan oleh rumah tangga
untuk mengirim anak ke sekolah. Dalam banyak kasus, sebagian biaya operasi dan
investasi di sekolah juga menjadi tanggungan anak didik (orang tua).

Keterbatasan ruang lingkup buku manual ini membuat …Pemenuhan


semua pihak perlu bersikap hati-hati dalam kebutuhan
menindaklanjuti hasil penghitungan BOSP. Pemenuhan operasional sekolah
kebutuhan operasional sekolah tidak berarti tidak berarti
terselesaikannya seluruh masalah pembiayaan terselesaikannya
pendidikan, khususnya jika dikaitkan dengan upaya seluruh masalah
peningkatkan partisipasi sekolah. Persoalan lainnya biaya pendidikan…
terkait dengan biaya personal yang perlu dicarikan
solusinya agar semua anak usia sekolah (termasuk dari
keluarga kurang mampu) bisa bersekolah tanpa hambatan
biaya.

4
1.4. Gambaran Umum Metode

Metode penghitungan BOSP yang ditampilkan dalam panduan ini dikembangkan


berdasarkan metode yang dipakai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Metode itu memiliki beberapa karakteristik: (1) yang dihitung adalah biaya minimal,
(2) standar biaya dihitung berdasarkan standar-standar yang tercantum dalam PP
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan pelaksanaan yang telah
ada, (3) dalam beberapa kasus, dilakukan penilaian (judgement) untuk menilai
kepantasannya.

Ada tiga hal yang sangat menentukan hasil penghitungan


BOSP: ..yang dihitung di
a. Level perhitungan BOSP: Paling tidak ada tiga level sini adalah biaya
yang relevan, yakni minimal, standar atau ideal. BSNP standar minimal…
menghitung BOSP pada level minimal berdasarkan
berbagai standar yang berlaku. Dengan kata lain, yang dihitung di sini adalah
biaya standar minimal untuk keperluan operasional sekolah.
b. Komponen biaya: Untuk keperluan operasional standar minimal sebagaimana
tersebut dalam butir (a), komponen biaya apa saja
yang perlu dimasukkan. ..BSNP menggunakan
c. Tingkat penggunaan: Untuk setiap komponen biaya patokan “harga
pada butir (b), berapa tingkat penggunaannya Jakarta” dan
(jumlah, frekuensi, dsb) untuk periode waktu tertentu. menyediakan indeks
d. Harga: Untuk setiap komponen dan tingkat harga untuk setiap
penggunaan sebagaimana tersebut dalam butir (b) dan daerah ..
(c), berapa harga per satuan penggunaan. Dalam hal
ini, BSNP menggunakan “harga Jakarta” sebagai
patokan. Penyesuaian nilai BOSP untuk daerah tertentu bisa dilakukan dengan
menggunakan indeks harga yang juga disediakan oleh BSNP.

1.5. Tahapan Proses

Hasil akhir proses penghitungan BOSP di daerah adalah tersusunnya kebijakan yang
pembiayaan pendidikan di daerah yang antara lain mengacu pada hasil penghitungan
BOSP. Kebijakan tersebut bisa berbentuk Peraturan Daerah, Peraturan
Bupati/Walikota, atau pun SK Bupati/Walikota.

Untuk menuju ke sana, diperlukan beberapa tahap, mulai dari persiapan hingga
penyusunan kebijakan. Tahapan proses tersebut dapat dilihat dalam Gambar 2.

5
Pembentukan
Tim Penghitungan
BOSP**

Penyamaan Persepsi
tentang BOSP

Perumusan Perumusan
Komponen Klasifikasi
BOSP Sekolah***

Penghitungan BOSP atau


BOSP Berdasarkan Klasifikasi
Sekolah

** : Tidak harus merupakan tim


khusus, yang penting jelas siapa yang
bertanggung jawab Penyusunan Kebijakan
Pembiayaan
*** : Hanya diperlukan jika ingin Pendidikan
menghitung BOSP berdasarkan klasifikasi
sekolah

Gambar 2. Proses Penghitungan BOSP hingga Penyusunan Kebijakan

1.6. Manfaat Penghitungan BOSP

Penghitungan BOSP bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan,
khususnya bagi pemda, sekolah dan masyarakat (orang tua).

1.6.1. Bagi Pemda


Manfaat penghitungan BOSP bagi pemda:
• Memperoleh gambaran tentang berapa yang diperlukan sekolah untuk menopang
kegiatan operasionalnya. Informasi ini selanjutnya bisa digunakan sebagai
langkah awal untuk menghitung kebutuhan biaya pendidikan secara keseluruhan.
• Menjadi dasar alokasi dana APBD untuk menunjang kebutuhan sekolah. Dana
APBD perlu dialokasikan untuk “mendampingi” dana BOS, jika terbukti bahwa
BOSP lebih tinggi dibandingkan dengan dana BOS yang diterima oleh sekolah.
• Menjadi dasar penyusunan kebijakan tentang pembiayaan pendidikan, khususnya
terkait dengan isyu “sekolah gratis” atau boleh tidaknya sekolah menarik dana
dari masyarakat setelah adanya dana BOS. Kebijakan memperbolehkan adanya
partisipasi masyarakat dalam menunjang kegiatan operasional sekolah perlu
diambil jika terbukti bahwa dana BOS dan APBD (serta dana pemerintah lain
untuk keperluan operasional sekolah) tidak bisa menutup BOSP.

6
1.6.2. Bagi Sekolah
Manfaat penghitungan BOSP bagi sekolah:
• Dapat mengkomunikasikan kebutuhan dana untuk keperluan operasional sekolah
secara lebih baik dengan pihak di luar sekolah.
• Dapat dijadikan dasar usulan untuk diperbolehkannya sekolah menarik partisipasi
masyarakat dalam pembiayaan operasional sekolah, kalau memang BOSP lebih
tinggi dibandingkan dengan dana pemerintah yang diterima.
• Bisa bisa acuan alokasi/penggunaan dana di sekolah

1.6.3. Bagi Masyarakat/Orang Tua


Manfaat penghitungan BOSP bagi masyarakat/orang tua:
• Diperoleh gambaran lebih jelas tentang berapa sebenarnya yang dibutuhkan oleh
sekolah untuk keperluan operasionalnya.
• Diperoleh gambaran lebih jelas tentang apakah memang sekolah masih
memerlukan partisipasi masyarakat untuk keperluan operasionalnya.
• Diperoleh gambaran tentang alokasi penggunaan dana operasional di sekolah,
sehingga memberi peluang untuk ikut mengawasi penggunaan dana di sekolah.

1.7. Bagaimana Menggunakan Panduan Ini?

Panduan ini sebenarnya berisi substansi tentang pembiayaan pendidikan (khususnya


tentang BOSP) dan panduan fasilitasi. Meskipun demikian, panduan ini lebih
ditujukan bagi lembaga/program yang hendak melakukan fasilitasi penghitungan
BOSP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan (berdasarkan hasil
penghitungan BOSP).

Pengguna panduan ini sangat dianjurkan untuk mengikuti alur sebagaimana tercantum
dalam Gambar 2, Gambar 3, serta pembahasan tentang teknis fasilitasi dalam
panduan ini.

Panduan ini dilengkapi dengan CD (compact disk) yang berisi template untuk
penghitungan BOSP di setiap jenjang pendidikan dan juga beberapa bahan yang bisa
digunakan sebagai referensi dalam proses fasilitasi.

7
Lokakarya-1:
Penyamaan Persepsi
tentang BOSP

Lokakarya 2: Kegiatan-kegiatan
Perumusan Komponen dalam rangka review
& Penghitungan BOSP atau sosialiasi
- Uji publik
- Konsultasi
internal
Lokakarya-3: - Lokakarya multi
Review & Finalisasi stakeholder
Penghitungan BOSP - Dsb

Lokakarya-4:
Penyusunan Masukan Kebijakan
Pembiayaan Pendidikan

Gambar 3. Prosedur Fasilitasi Penghitungan BOSP dan Penyusunan Kebijakan

8
BAB 2. PENYAMAAN PERSEPSI TENTANG BOSP

2.1. Pengertian dan Konsep Biaya Satuan (Unit Cost) Pendidikan

Biaya pendidikan didefinisikan sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya (input)
baik dalam bentuk natura (barang), pengorbanan peluang, maupun uang, yang
dikeluarkan untuk seluruh kegiatan pendidikan.

Untuk kepentingan analisis, biaya pendidikan diukur sebagai biaya satuan (unit cost),
yaitu biaya pendidikan per tahun per siswa dan biaya siklus (cycle cost), yaitu biaya
yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.
Cycle cost adalah unit cost dikalikan dengan waktu (dalam tahun) yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.

Selain itu, biaya satuan pendidikan perlu pula diklasifikasikan berdasarkan: (1) jenis
input, (2) sifat penggunaan, (3) jenis penggunaan, dan (4) pihak yang menanggung,
serta (5) sifat keberadaannya.

2.1.1. Berdasarkan jenis input


Biaya satuan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam biaya satuan pendidikan
operasional/lancar (operational /recurrent costs) dan biaya satuan pendidikan
investasi/modal/pembangunan (investment/capital/ development costs).

Biaya satuan pendidikan operasional adalah biaya input pendidikan yang habis pakai
dalam satu tahun atau kurang, atau biaya yang dikeluarkan berulang-ulang setiap
tahunnya per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan operasional ini mencakup,
antara lain, pengeluaran-pengeluaran untuk: gaji dan tunjangan, buku-buku wajib,
barang-barang yang harus sering diganti dengan yang baru, beasiswa dan bantuan dari
dalam maupun luar negeri, pelayanan kesejahteraan, seperti kantin, transport,
penginapan dan olahraga, pemeliharaan gedung dan peralatan, serta pengoperasian
gedung, seperti listrik, air, dan telepon.

Biaya satuan pendidikan investasi adalah biaya input pendidikan yang penggunaannya
lebih dari satu tahun per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan investasi ini
meliputi, antara lain, pengeluaran-pengeluaran untuk: pembelian tanah,
pengembangan gedung sekolah, kelas, laboratorium, peralatan tetap, perlengkapan
pelajaran lain yang tahan lama, tempat tinggal dan sebagainya.

2.1.2. Berdasarkan sifat penggunaan


Biaya satuan pendidikan dapat dibedakan antara biaya satuan pendidikan langsung
(direct costs) dan biaya satuan pendidikan tidak langsung (indirect costs).

Biaya satuan pendidikan langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan
input yang langsung terkait dengan proses belajar mengajar. Biaya satuan pendidikan
langsung ini mencakup pengeluaran-pengeluaran, antara lain untuk: gaji guru dan

9
tenaga kependidikan lainnya; pembelian bahan, peralatan dan perlengkapan belajar;
dan pembangunan gedung untuk belajar.

Biaya satuan pendidikan tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar
tetapi menunjang proses belajar mengajar tersebut. Biaya satuan pendidikan tidak
langsung ini, antara lain adalah: overhead sekolah, pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten, kecamatan, dan pendapatan yang tidak jadi diterima oleh siswa karena
bersekolah dan tidak bekerja (forgone earning). Biaya tidak langsung selain yang
ditanggung oleh orangtua/siswa dapat disebut juga biaya overhead atau institusional
(overhead/institutional costs).

2.1.3. Berdasarkan jenis penggunaan


Khususnya di sekolah, biaya satuan pendidikan operasional dapat dikelompokkan ke
dalam biaya satuan pendidikan operasional personel dan biaya satuan pendidikan
operasional bukan personel.

Biaya satuan pendidikan operasional personel adalah biaya yang dikeluarkan untuk
kesejahteraan dan pengembangan personel. Personel di sekolah meliputi guru dan
tenaga kependidikan lain (laboran, pustakawan, dll.), administratur (kepala sekolah
dan pegawai administrasi lain), dan pegawai lain (seperti penjaga sekolah, tukang
kebun, dll.) yang melaksanakan atau menunjang proses pembelajaran.

Biaya satuan pendidikan operasional bukan personel adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menyediakan segala bahan, peralatan, perlengkapan, serta sarana dan prasarana
yang digunakan untuk proses pembelajaran, seperti buku, alat tulis sekolah, gedung,
daya dan jasa, dll.

2.1.4. Berdasarkan pihak yang menanggung


Biaya pendidikan dapat digolongkan menjadi biaya satuan pribadi (private unit costs),
biaya satuan publik (public unit cost), dan biaya satuan sosial/total (social/total unit
cost).

Biaya satuan pribadi adalah biaya yang ditanggung oleh orangtua (siswa) per tahun.
Biaya satuan pribadi mencakup pengeluaran untuk sumbangan pendidikan, iuran
sekolah, buku dan alat tulis sekolah, seragam sekolah, akomodasi, transportasi,
konsumsi, karyawisata, uang jajan, kursus, dan forgone earning. Forgone earning
adalah potensi penghasilan yang tidak jadi diterima siswa karena siswa sekolah dan
tidak bekerja.

Biaya satuan publik adalah biaya yang ditanggung oleh pemerintah (pusat, provinsi,
kabupaten) dan masyarakat, yang berarti keseluruhan biaya selain yang ditanggung
oleh orangtua (siswa) per tahun.

Biaya satuan sosial (total) adalah total biaya yang ditanggung pemerintah, orangtua
(siswa) dan masyarakat lain per tahun, atau sama dengan biaya satuan pribadi
ditambah dengan biaya satuan publik.

10
2.1.5. Berdasarkan sifat keberadaan
Biaya satuan pendidikan dapat dibedakan ke dalam biaya satuan pendidikan faktual
dan biaya satuan pendidikan ideal.

Biaya satuan pendidikan faktual adalah biaya-biaya yang senyatanya dikeluarkan


dalam penyelenggaraan pendidikan.

Biaya satuan pendidikan ideal adalah biaya-biaya satuan pendidikan yang


semestinya dikeluarkan agar penyelenggaraan pendidikan dapat menghasilkan mutu
pendidikan yang diinginkan.

2.2. Biaya Pendidikan di Sekolah

Di tingkat sekolah, biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya operasional dan biaya
investasi.

2.2.1. Biaya Operasional


Biaya operasional adalah biaya yang ditimbulkan dari pengadaan barang dan jasa
yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan yang habis digunakan dalam
waktu satu tahun atau kurang per siswa per tahun. Biaya operasional dapat dipilah
menjadi biaya operasional personil dan biaya operasional bukan personil.

2.2.1.1. Biaya Operasional Personil


Biaya operasional personil meliputi seluruh pengeluaran sekolah yang digunakan
untuk kesejahteraan personil atau sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan
personil (SDM) sekolah2.

Kesejahteraan personil mencakup gaji, tunjangan, kesejahteraan, transportasi


termasuk perjalanan dinas, seragam, kelebihan jam mengajar atau kerja, tunjangan
hari raya, dan sebagainya.

Adapun personil (SDM) sekolah tersebut adalah : kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru tetap pegawai negeri sipil (PNS), guru honorer, guru diperbantukan,
guru tetap yayasan, pegawai tata usaha (TU), pesuruh sekolah, satpam, tenaga
laboratorium atau bengkel, pegawai perpustakaan, dan pengurus komite sekolah.

Pengembangan personil (SDM) meliputi lokakarya, seminar, magang, pelatihan,


penataran, dan pendidikan untuk personil.

2
Sebenarnya, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 biaya pengembangan
personel/SDM termasuk biaya investasi/modal karena penggunaan atau pemanfaatan hasil
pengembangan SDM bukan hanya untuk satu tahun, melainkan lebih dari satu tahun. Namun, karena
biaya pengembangan SDM ada setiap tahun dalam nilai riil yang relatif sama maka biaya
pengembangan SDM ini dapat diklasifikasikan sebagai biaya operasional

11
2.2.2. Biaya Operasional Bukan Personil
Biaya satuan pendidikan operasional bukan personil meliputi seluruh pengeluaran
sekolah selain yang dimanfaatkan untuk keperluan kesejahteraan guru dan staf di
sekolah. Komponen biaya ini mencakup biaya-biaya sebagai berikut:

(1) Biaya Alat Tulis Sekolah (ATS)


a. Alat Tulis Kantor
b. Alat Tulis PBM

(2) Buku3
a. Buku pegangan guru
b. Buku untuk siswa
c. Buku perpustakaan

(3) Biaya Alat dan Bahan Habis Pakai


a. Bahan Praktek
b. Alat-alat Praktek
c. LKS (Lembar Kerja Siswa)
d. Alat Kebersihan
e. Alat Listrik
f. Kebutuhan Rumah Tangga Sekolah

(4) Biaya Daya dan Jasa


a. Listrik
b. Telepon
c. Air
d. Internet
e. Gas

(5) Biaya Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan


a. Gedung
b. Alat /Utilitas
c. Perabot

(6) Biaya Pembinaan Siswa


a. Pramuka
b. LDKS OSIS
c. Masa Orientasi Siswa (MOS)
d. Olimpiade
e. Lomba-lomba
f. LPIP (Lomba Penelitian Ilmiah Pelajar)/LKIR (Lomba Karya Ilmiah Remaja)
g. PIB (Pembinaan Intensif Belajar)/Bimbingan Belajar (BIMBEL)
h. Kegiatan Keagamaan
i. Peringatan PHBK/PHBN
j. UKS
k. Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan Karier/Bursa Kerja Khusus
l. Olah Raga

3
Seperti halnya pengembangan SDM, buku sebenarnya masuk kategori barang tahan lama (durable
good), sehingga dalam kategori biaya operasional, nilainya harus dibagi dengan umur buku.

12
m. Kesenian
n. PMR

(7) Biaya Hubungan Industri (HI)


a. Sinkronisasi Kurikulum
b. Koordinasi Hubungan Industri
c. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri
d. Uji Kompetensi

(8) Biaya Pembinaan, Pengawasan, Pemantauan dan Pelaporan

(9) Biaya Rapat


a. Pendukung perlengkapan rapat
b. Konsumsi

(10) Biaya Operasional Komite Sekolah

2.3. Klasifikasi Sekolah

Dalam menghitung Standar BOSP, BSNP menggunakan jumlah rombongan belajar


(rombel) untuk mengakomodir variasi antar sekolah. Sekolah dengan jumlah rombel
berbeda akan mempunyai nilai BOSP yang berbeda.

Dalam beberapa kasus, jumlah rombel dianggap tidak cukup mewakili variasi sekolah
yang berimplikasi pada variasi nilai BOSP. Dalam kasus demikian, perlu dicari
kriteria yang akan digunakan untuk melakukan klasifikasi sekolah. Beberapa model
klasifikasi sekolah (selain jumlah rombel) yang umum digunakan antara lain :
• Jumlah kegiatan di sekolah : Ada sekolah dengan kegiatan sedikit, sekolah dengan
kegiatan sedang, sekolah dengan kegiatan banyak. Kriteria ini biasa digunakan
dengan pertimbangan bahwa di luar kegiatan belajar-mengajar di kelas, biaya
operasional sekolah ditentukan oleh keberadaan kegiatan seperti : kepramukaan,
praktek komputer, keberadaan laboratorium bahasa, adanya berbagai kegiatan
ketrampilan, dan sebagainya.
• Jarak dari pusat kegiatan (kota) : Ada sekolah jauh, sekolah di pertengahan,
sekolah di pusat. Klasifikasi ini bisa digunakan dengan pertimbangan bahwa
sekolah yang jauh biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk melakukan
suatu kegiatan dibandingkan dengan sekolah yang berada di pusat kota. Misalnya :
biaya transportasi lebih besar, harga ATS/buku dan peralatan lain yang lebih
mahal, dam sebagainya. Masalahnya adalah, biasanya selalu muncul perdebatan
tiada henti tentang pendefinisian ‘jauh’, ‘pertengahan’ dan ‘pusat’.
• Status sekolah : Ada sekolah biasa, sekolah standar nasional, sekolah standar
internasional. Masalah yang muncul dalam kasus ini biasanya terkait dengan
penilaian status sekolah internasional yang tidak dilakukan untuk semua sekolah.
• Hasil akreditasi Badan Akreditasi Sekolah (BAS). Dalam hal ini, sekolah
diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria yang sangat rinci. Tidak semua
kriteria yang ada dalam penilaian akreditasi sekolah mencerminkan pelayanan
langsung kepada siswa, karena ada beberapa hal yang merupakan kegiatan
administrasi.

13
Pada dasarnya, klasifikasi sekolah dilakukan untuk membuat penghitungan BOSP
mendekati kenyataan di lapangan, khususnya dalam hal variasi antar sekolah.
Meskipun demikian, klasifikasi sekolah juga harus memperhitungkan faktor
kepraktisan, sehingga dalam implementasi tidak malah menimbulkan persoalan lain.

14
LAMPIRAN BAB 2

PANDUAN FASILITASI
PENYAMAAN PERSEPSI TENTANG BOSP

Penyamaan persepsi perlu dilakukan bagi penentu kebijakan di daerah melalui


lokakarya yang diselenggarakan di kabupaten/kota.

Hasil yang Diharapkan:


1. Peserta memahami konsep apa, mengapa dan bagaimana BOSP dihitung
2. Peserta memahami mengapa daerah perlu melakukan penghitungan BOSP
3. Peserta mengetahui apa saja pilihan kebijakan terkait dengan BOSP dengan
masing-masing manfaat dan risikonya
4. Peserta menyepakati rencana kerja untuk menindak-lanjuti lokakarya

Waktu:
1 (satu) hari

Peserta:
1. Perwakilan dari setiap kab/kota: Bapeda, Bag Keuangan Setda, Dinas
Pendidikan, UPTD (Cabang Dinas), perwakilan pengawas sekolah, perwakilan
sekolah (dari jenjang pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan), Dewan
Pendidikan, DPRD
2. Tim BOSP daerah (jika sudah ada)
3. DC

Setting Ruangan:
Duduk berkelompok menurut jenjang pendidikan.

Alat dan Bahan:


1. “Template” penghitungan BOSP berdasarkan metode yang digunakan oleh
BSNP (File: App 2-BOSP per tahun untuk praktek.xls)
2. Materi presentasi pengenalan BOSP (File: 1-PENGANTAR LOKAKARYA
1 SUCA.PPT)
3. Berbagai dokumen kebijakan pembiayaan pendidikan yang relevan (baik Pusat
maupun Daerah)
4. Kertas plano, meta plan, spidol besar
5. Laptop & LCD

Metode:
1. Ceramah
2. Curah pendapat

15
3. Diskusi dan presentasi

Urutan Fasilitasi:
a. Pleno-1: Pengantar
1. Fasilitator menyampaikan ide dasar lokakarya, tujuan yang hendak dicapai,
garis besar acara, dsb. Gunakan bahan presentasi yang telah disiapkan
sebelumnya (File: 1-PENGANTAR LOKAKARYA 1 SUCA.PPT).
2. Tanya jawab, fasilitator memandu diskusi.

b. Diskusi/Kerja Kelompok-1: Pembahasan Komponen Perhitungan BOSP


1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan dan tujuan materi yang akan
didiskusikan. Pada intinya materi yang didiskusikan adalah: Apakah asumsi
perhitungan yang digunakan oleh BSNP sudah sesuai dengan kondisi di
daerah? Kalau ada yang tidak sesuai, apa usulan-usulan perubahan untuk
membuatnya menjadi lebih sesuai dengan kondisi daerah?
2. Masing-masing kelompok menunjuk ketua dan dan presenter (dapat orang
yang sama).
3. Fasilitator membagikan hard copy Standar Operasi setiap jenjang pendidikan
yang pada dasarnya merupakan asumsi komponen biaya.
4. Ketua kelompok dipersilakan untuk memimpin diskusi
5. Setiap kelompok menuliskan hasil diskusinya dalam kertas plano atau diketik
dengan komputer untuk kemudian dicetak.
6. Hasil kerja kelompok dipajangkan.

c. Pleno-2: Presentasi dan Diskusi


1. Presenter masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kesepakatannya
2. Tanya jawab dan diskusi, dipandu fasilitator.

d. Pleno-3: Cara Menghitung BOSP


1. Fasilitator menjelaskan tentang bagaimana menggunakan template Excel
untuk menghitung BOSP
2. Tanya jawab dan diskusi, dipandu fasilitator

e. Pleno: Penyusunan RTL


1. Fasilitator menyampaikan apa yang perlu dilakukan untuk menindaklanjuti
lokakarya
2. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang: apa yang
akan dilakukan nanti setelah ada hasil penghitungan BOSP, jenjang
pendidikan apa saja yang akan dihitung BOSP-nya, kapan akan dilaksanakan
Lokakarya 2, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

16
Contoh Jadwal Lokakarya 1:

SUSUNAN ACARA LOKAKARYA-1


PENGHITUNGAN BIAYA OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
KABUPATEN [.....]

[HARI: ...], [TANGGAL: ...]

Waktu Materi Penanggung


Jawab/
Narasumber
08.30-09.00 Registrasi Peserta DC
09.00-09.30 Pengarahan: Dinas Pendidkan
Arah kebijakan pembiayaan pendidikan di Kab Karawang,
mengapa perlu penghitungan BOSP

Pembukaan
09.30-11.00 Pengantar Lokakarya: Fasilitator
Ide dasar program, update perkembangan BSNP, ide dasar
lokakarya, tujuan yang hendak dicapai, garis besar acara,
dsb

Diskusi/Tanya Jawab
11.00-11.30 Diskusi/Kerja Kelompok: Fasilitator
Mempelajari komponen penghitungan BOSP, komentar
terhadap komponen biaya (usulan perubahan).
11.30-13.00 ISHOMA
13.00-13.30 Diskusi/Kerja Kelompok (LANJUTAN): Fasilitator
Mempelajari komponen penghitungan BOSP, komentar
terhadap komponen biaya (usulan perubahan).

Presentasi/Diskusi/Tanya Jawab
13.30-15.00 Pengenalan Template Penghitungan BOSP: Fasilitator
Cara menggunakan, cara melakukan penyesuaian
15.00-15.30 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut: Fasilitator
Pembentukan Tim, rencana kerja, jadwal lokakarya
selanjutnya
15.30-16.00 Wrap up Fasilitator

Penutupan Dinas Pendidikan

17
BAB 3. PENGHITUNGAN BOSP

3.1. Penghitungan BOSP Minimal

Langkah awal penghitungan BOSP adalah membuat berbagai asumsi tentang


komponen biaya, volume penggunaan dan harga yang terkait dengan setiap komponen
biaya. Perbedaan dalam ketiga hal tersebut (komponen, volume dan harga) akan
sangat mempengaruhi hasil perhitungan BOSP.

3.1.1. Komponen Biaya untuk SD/MI


Beberapa asumsi dasar yang digunakan oleh BSNP untuk
menghitung standar biaya operasi SD/MI ini mencakup: ....perbedaan asumsi
1. Jumlah peserta didik per rombongan belajar = 28 orang komponen biaya,
2. Jumlah rombongan belajar (rombel): BOSP SD/MI volume penggunaan
disusun untuk 6 rombel, 12 rombel dan 18 rombel dan harga sangat
3. Jumlah guru SD/MI: mempengaruhi hasil
a. Untuk 6 rombongan belajar sebanyak 9 guru yaitu: penghitungan
1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 BOSP....
guru pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes).
Pelajaran muatan lokal diajarkan oleh kepala sekolah atau guru kelas.
b. Untuk 12 rombongan belajar sebanyak 17 guru yaitu: 1 kepala sekolah, 12
guru kelas, 2 guru agama, 2 guru pendidikan jasmani dan kesehatan
(penjaskes). Pelajaran muatan lokal diajarkan oleh kepala sekolah atau guru
kelas.
c. Untuk 18 rombongan belajar sebanyak 23 guru yaitu: 1 kepala sekolah, 18
guru kelas, 2 guru agama, 2 guru pendidikan jasmani dan kesehatan
(penjaskes). Pelajaran muatan lokal diajarkan oleh kepala sekolah atau guru
kelas
4. Biaya pegawai dihitung berdasarkan asumsi 12 bulan gaji dan tunjangan dalam
setahun terdiri dari:
a. Gaji guru termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah diasumsikan rata-
rata berada pada golongan III-B
b. Jumlah tenaga kependidikan sebanyak 5 orang berasal dari Standar
Pengelolaan yaitu pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, TU dan
kebersihan
c. Tunjangan melekat pada gaji berdasarkan peraturan yang berlaku tahun 2006,
terdiri dari:
i. Tunjangan istri/suami 10 % dari gaji
ii. Tunjangan anak maksimal untuk 2 orang anak, masing-masing 2 % dari
gaji
iii. Tunjangan perumahan sebesar Rp 7.000,- per bulan
iv. Tunjangan askes sebesar Rp 6.000,- per bulan
v. Tunjangan beras sebesar 40 kg, Rp.2.500,- per kg
d. Penghasilan lainnya yaitu:
i. Tunjangan profesi maksimal 1 kali gaji pokok PNS bagi yang sudah
memperoleh sertifikat guru. Diasumsikan guru yang sudah bersertifikat
kurang lebih 15 % dari jumlah guru.

18
ii. Tunjangan fungsional diberikan sesuai dengan Peraturan Peresiden nomor
58 tahun 2006 sebesar Rp. 227.000,- ditambah Rp. 100.000,- per bulan
sesuai kesepakatan DPR untuk APBN TA 2007, sedangkan untuk
pustakawan diberikan sesuai dengan Kepmenpan No.33/1998.
iii. Tunjangan khusus (diberikan untuk daerah khusus, hanya diberikan
kepada guru dan tenaga kependidikan yang berada di daerah terpencil,
oleh karena itu tidak ditentukan jumlahnya dalam standar biaya operasi.
iv. Maslahat tambahan: (1) tunjangan tugas tambahan kepala sekolah sebesar
Rp 365.000,- sesuai Perpres No. 58/2006 dan (2) tenaga kependidikan
struktural/administrasi Rp 175.000,- per bulan.
5. Biaya bukan pegawai diberikan berdasarkan asumsi kebutuhan setahun yaitu
terdiri dari:
a. Alat tulis sekolah (ATS), bahan dan alat habis pakai antara lain
1. ATS
i. Pensil, pena, penghapus pensil dan penghapus tinta: kebutuhan untuk
guru dan tenaga kependidikan, per tahun @ 10 bulan
ii. Penggaris, stepler kecil dan isi stepler kecil: kebutuhan untuk guru per
tahun @ 1 buah
iii. Stepler besar dan isi stepler besar: kebutuhan untuk sekolah per tahun
@ 1 buah
iv. Kertas manila: kebutuhan per tahun untuk guru per rombel dan tenaga
kependidikan
v. Buku tulis: untuk guru per tahun @ 10 buah
vi. Buku folio: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
vii. Buku absen: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
viii. Buku daftar/kelas: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
ix. Buku kleper/rekap nilai: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
x. Buku leger: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
xi. Buku nilai: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
xii. Buku rencana pembelajaran (RP) untuk guru per rombel per tahun @ 1
buah
xiii. Kapur tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xiv. Penghapus papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xv. Penggaris papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xvi. Jangka papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xvii. Kertas warna: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xviii. Cat poster: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per rombel
xix. Spidol warna-warni: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xx. Buku rapor siswa: kebutuhan per tahun untuk masing-masing peserta
didik
xxi. Buku administrasi: kebutuhan per tahun untuk administrasi sekolah
antara lain agenda rapat, surat keluar dan surat masuk
xxii. Buku induk: kebutuhan per tahun untuk administrasi

19
xxiii. Kertas HVS, kertas karbon, amplop, cutter, gunting, lem, lakban,
selotip, stopmap
xxiv. Fotocopy (penggandaan): untuk kebutuhan belajar per mata pelajaran
dan kebutuhan surat per peserta didik
2. Bahan habis pakai (sesuai dengan Standar Sarana dan Prasarana hanya ada
praktikum IPA dan komputer)
i. Bahan praktikum IPA: kebutuhan per peserta didik Rp 15.000,- untuk
10 kali pertemuan per tahun
ii. Bahan praktikum komputer: kebutuhan untuk sewa komputer dengan
asumsi Rp 300.000,- per rombel per tahun, dengan @ 3 orang per
kelompok
iii. Bahan praktikum keterampilan: kebutuhan per bulan per rombel per
kelompok @ 4 orang
iv. Tinta stempel, toner/ tinta printer
v. Bahan kebersihan
3. Alat habis pakai
i. Alat olah raga : kebutuhan per tahun untuk bola kaki dan kasti
ii. Set alat jahit
iii. Alat kebersihan
4. Lain-lain
i. Kartu anggota perpustakaan: tiap peserta didik
ii. Kartu buku perpustakaan SD: kebutuhan kartu perpustakaan per tahun
dihitung 20% dari jumlah buku perpustakaan yang terdiri atas:
• Jumlah buku teks pelajaran adalah satu eksemplar untuk 9 mata
pelajaran per peserta didik ditambah 2 eksemplar untuk masing-
masing mata pelajaran.
• Jumlah buku panduan pendidik adalah satu eksemplar untuk 9 mata
pelajaran per guru mata pelajaran yang bersangkutan ditambah satu
eksemplar per masing-masing mata pelajaran.
• Jumlah buku pengayaan adalah 840 judul per sekolah dengan
proporsi 60% non fiksi dan 40% fiksi, dengan jumlah minimal (a)
1000 eksemplar untuk 3 s.d 6 rombel; (b) 1.500 eksemplar untuk 9
s.d 12 rombel; (c) 2.000 eksemplar untuk 15 s.d 18 rombel; dan (d)
4.000 eksemplar untuk 21 s.d 24 rombel.
• Jumlah buku referensi adalah 10 judul per sekolah, meliputi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris,
Ensiklopedi, Buku Statistik Daerah, Buku Telepon, Buku Undang-
Undang dan Peraturan, dan Kitab Suci.
• Jumlah buku sumber belajar lainnya adalah 10 judul per sekolah,
meliputi: majalah, surat kabar, globe, peta, dan CD pembelajaran
iii. Kartu iuran bulanan: tiap peserta didik
iv. Kartu pelajar: tiap peserta didik
v. Kotak P3K + isi: kebutuhan per tahun per sekolah
b. Rapat-rapat: perhitungan didasarkan kepada asumsi kebutuhan minimal
konsumsi dan bahan rapat per peserta masing-masing Rp 10.000,- terdiri dari:
i. Rapat penerimaan siswa baru
ii. Rapat evaluasi semester siswa
iii. Rapat kenaikan kelas
iv. Rapat kelulusan
v. Rapat pemecahan masalah

20
vi. Rapat koordinasi
vii. Rapat wali murid
c. Transpor/Perjalanan Dinas diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun,
yaitu untuk:
i. Kepala sekolah
ii. Guru
iii. Tenaga kependidikan
d. Penilaian (penggandaan soal) diasumsikan untuk kebutuhan minimal per
tahun, yaitu untuk:
i. Ulangan umum kelas I s.d V
ii. Ulangan umum kelas VI
iii. Ujian akhir sekolah (UAS)
iv. Penyusunan soal ulangan umum kelas I-V
v. Penyusunan soal ulangan umum kelas VI
e. Daya dan jasa diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun, yaitu untuk:
i. Listrik
ii. Telepon
iii. Air
f. Pemeliharaan sarana dan prasarana: diasumsikan untuk kebutuhan minimal per
tahun, yaitu untuk:
i. Pengecatan gedung/pagar
ii. Penggantian genteng yang rusak
iii. Perbaikan/penggantian komponen
iv. Pemeliharaan meubel
v. Pemeliharaan peralatan
vi. Pemeliharaan taman
vii. Pemeliharaan bahan pustaka
g. Pembinaan siswa diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun, yaitu,
untuk:
i. Pramuka
ii. PMR
iii. UKS
iv. kelompok Ilmiah Remaja (KIR)
v. Pembinaan Prestasi Olah Raga
vi. Pembinaan Prestasi Kesenian
vii. Lomba Bidang Akademik
viii. Perpisahan kelas terakhir
ix. Pembinaan kegiatan keagamaan

3.1.2. Komponen Biaya untuk SMP/MTs


Beberapa asumsi dasar yang digunakan oleh BSNP untuk menghitung standar biaya
operasi SMP/MTs mencakup:
1. Jumlah peserta didik per rombongan belajar = 32 orang
2. Jumlah rombongan belajar (rombel): BOSP di tingkat SMP/MTs disusun untuk 3
rombel, 9 rombel dan 18 rombel
3. Jumlah guru SMP/MTs:
a. 3 rombongan belajar sebanyak 12 guru (yaitu: 1 kepala sekolah, 1 wakil
kepala sekolah dan 10 guru lainnya), dengan alokasi mengajar sebagai berikut:
i. 1 kepala sekolah (sebagai guru mengajar minimal selama 4 jam per
minggu),

21
ii. 1 wakil kepala sekolah (sebagai guru mengajar minimal 8 jam per
minggu),
iii. 10 guru lainnya mengajar minimal 6 jam per minggu yaitu:
1. Untuk 6 mata pelajaran @ 2 jam, masing-masing guru minimal
mengajar 3 rombel
2. untuk 5 pelajaran @ 4 jam; masing-masing guru mengajar 3 rombel
b. Untuk 9 rombongan belajar sebanyak 17 guru (yaitu: 1 kepala sekolah, 1 wakil
kepala sekolah dan 15 guru lainnya), dengan alokasi mengajar sebagai
berikut:
i. 1 kepala sekolah sebagai guru mengajar minimal selam 4 jam per minggu,
ii. 1 wakil kepala sekolah sebagai guru mengajar minimal 12 jam per minggu,
iii. 15 guru lainnya mengajar minimal 16 jam s.d 20 jam per minggu yaitu:
1. Untuk 6 mata pelajaran @ 2 jam, masing-masing guru minimal
mengajar 9 rombel
2. untuk 5 pelajaran @ 4 jam; masing-masing guru mengajar 4 atau 5
rombel
c. Untuk 18 rombongan belajar sebanyak 33 guru yaitu: (yaitu: 1 kepala sekolah,
1 wakil kepala sekolah dan 15 guru lainnya), dengan alokasi mengajar
sebagai berikut:
i. 1 kepala sekolah sebagai guru mengajar minimal selama 4 jam per minggu
ii. 1 wakil kepala sekolah sebagai guru mengajar minimal 12 jam per minggu
iii. 31 guru lainnya mengajar minimal 16 jam s/d 20 jam per minggu yaitu:
1. Untuk 6 mata pelajaran @ 2 jam, masing-masing guru minimal
mengajar 9 rombel
2. untuk 5 pelajaran @ 4 jam; masing-masing guru mengajar 4 atau 5
rombel
4. Biaya pegawai dihitung berdasarkan asumsi 12 bulan gaji dan tunjangan dalam
setahun terdiri dari:
a. Gaji guru termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah diasumsikan rata-
rata berada pada golongan III-C
b. Jumlah tenaga kependidikan sebanyak 5 orang berasal dari Standar
Pengelolaan yaitu pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, TU dan
kebersihan
c. Tunjangan melekat pada gaji berdasarkan peraturan yang berlaku tahun 2006,
terdiri dari:
i. Tunjangan istri/suami 10 % dari gaji
ii. Tunjangan anak maksimal untuk 2 orang anak, masing-masing 2% dari
gaji
iii. Tunjangan perumahan sebesar Rp 7.000,- per bulan
iv. Tunjangan askes sebesar Rp 6.000,- per bulan
v. Tunjangan beras sebesar 40 kg, Rp 2.500,- per kg
d. Penghasilan lainnya yaitu
i. Tunjangan profesi maksimal 1 kali gaji pokok PNS bagi yang sudah
memperoleh sertifikat guru. Diasumsikan guru yang sudah bersertifikat
kurang lebih 60% dari jumlah guru.
ii. Tunjangan fungsional diberikan sesuai dengan Peraturan Presiden nomor
58 tahun 2006 sebesar Rp 227.000,- ditambah Rp 100.000,- per bulan
sesuai kesepakatan DPR untuk APBN TA 2007, sedangkan untuk
pustakawan diberikan sesuai dengan Kepmenpan No.33/1998).

22
iii. Tunjangan khusus (diberikan untuk daerah khusus, hanya diberikan
kepada guru dan tenaga kependidikan yang berada di daerah terpencil,
oleh karena itu tidak ditentukan jumlahnya dalam standar biaya operasi.
iv. Maslahat tambahan: (1) tunjangan tugas tambahan kepala sekolah sebesar
Rp 406.000,- sesuai Perpres No. 58/2006 dan (2) tenaga kependidikan
struktural/administrasi Rp 180.000,- per bulan.
5. Biaya bukan pegawai diberikan berdasarkan asumsi kebutuhan setahun yaitu
terdiri dari:
a. Alat tulis sekolah (ATS), bahan dan alat habis pakai antara lain
1. ATS
i. Pensil, pena, penghapus pensil dan penghapus tinta: kebutuhan untuk
guru dan tenaga kependidikan, per tahun @ 10 buah
ii. Penggaris, stepler kecil dan isi stepler kecil: kebutuhan untuk guru per
tahun @ 1 buah
iii. Stepler besar dan isi stepler besar: kebutuhan untuk sekolah per tahun
@ 1 buah
iv. Kertas manila: kebutuhan per tahun untuk guru per rombel dan tenaga
kependidikan
v. Buku tulis: untuk guru per tahun @ 10 buah
vi. Buku polio: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
vii. Buku absen: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
viii. Buku daftar/kelas: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
ix. Buku kleper/rekap nilai: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
x. Buku leger: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
xi. Buku nilai: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
xii. Buku rencana pembelajaran (RP) untuk guru per rombel per tahun @ 1
buah
xiii. Kapur tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xiv. Penghapus papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xv. Penggaris papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xvi. Jangka papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xvii. Kertas warna: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xviii. Cat poster: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per rombel
xix. Spidol warna-warni: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xx. Buku rapor siswa: kebutuhan per tahun untuk masing-masing peserta
didik
xxi. Buku administrasi: kebutuhan per tahun untuk administrasi sekolah
antara lain agenda rapat, surat keluar dan surat masuk
xxii. Buku induk: kebutuhan per tahun untuk administrasi
xxiii. Kertas HVS, kertas karbon, amplop, cutter, gunting, lem, lakban,
selotip, stopmap
xxiv. Fotocopy (penggandaan): untuk kebutuhan belajar per mata pelajaran
dan kebutuhan surat per peserta didik

23
2. Bahan habis pakai (sesuai dengan Standar Sarana dan Prasarana hanya ada
praktikum IPA dan komputer)
i. Bahan praktikum IPA: kebutuhan per peserta didik Rp 15.000,- untuk
10 kali pertemuan per tahun
ii. Bahan praktikum komputer : kebutuhan untuk sewa komputer dengan
asumsi Rp 300.000,- per rombel per tahun, dengan @ 3 orang per
kelompok
iii. Bahan praktikum keterampilan : kebutuhan per bulan per rombel per
kelompok @ 4 orang
iv. Tinta stempel, toner/ tinta printer
v. Bahan kebersihan
3. Alat habis pakai
i. Alat olah raga : kebutuhan per tahun untuk bola kaki dan kasti
ii. Set alat jahit
iii. Alat kebersihan
4. Lain-lain
i. Kartu anggota perpustakaan: tiap peserta didik
ii. Kartu buku perpustakaan SMP: kebutuhan kartu perpustakaan per
tahun di hitung 20% dari jumlah buku perpustakaan yang terdiri atas:
• Jumlah buku teks pelajaran adalah satu eksemplar untuk 11 mata
pelajaran per peserta didik ditambah 2 eksemplar untuk masing-
masing mata pelajaran.
• Jumlah buku panduan pendidik adalah satu eksemplar untuk 11
mata pelajaran per guru mata pelajaran yang bersangkutan
ditambah satu eksemplar per masing-masing mata pelajaran.
• Jumlah buku Pengayaan adalah 870 judul per sekolah dengan
proporsi 60% non fiksi dan 40% fiksi, dengan jumlah minimal (a)
1.000 eksemplar untuk 3 s.d 6 rombel; (b) 1.500 eksemplar untuk 9
s.d 12 rombel; (c) 2.000 eksemplar untuk 15 s.d 18 rombel; dan (d)
4.000 eksemplar untuk 21 s.d 24 rombel.
• Jumlah buku referensi adalah 10 judul per sekolah, meliputi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris,
Ensiklopedi, Buku Statistik Daerah, Buku Telepon, Buku Undang-
Undang dan Peraturan, dan Kitab Suci.
• Jumlah buku sumber belajar lainnya adalah 10 judul per sekolah,
meliputi: majalah, surat kabar, globe, peta, dan CD pembelajaran
iii. Kartu iuran bulanan: tiap peserta didik
iv. Kartu pelajar: tiap peserta didik
v. Kotak P3k + isi: kebutuhan per tahun per sekolah
b. Rapat-rapat: perhitungan didasarkan kepada asumsi kebutuhan minimal
konsumsi dan bahan rapat per peserta masing-masing Rp. 10.000,- terdiri dari:
i. Rapat penerimaan siswa baru
ii. Rapat evaluasi semester siswa
iii. Rapat kenaikan kelas
iv. Rapat kelulusan
v. Rapat pemecahan masalah
vi. Rapat koordinasi
vii. Rapat wali murid
c. Transpor/Perjalanan Dinas diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun,
yaitu untuk:

24
i. Kepala sekolah
ii. Guru
iii. Tenaga kependidikan
d. Penilaian (penggandaan soal) diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun,
yaitu untuk:
i. Ulangan umum kelas VI s.d VIII
ii. Ulangan umum kelas IX
iii. Ujian akhir sekolah (UAS)
iv. Penyusunan soal ulangan umum kelas VII-VIII
v. Penyusunan soal ulangan umum kelas IX
e. Daya dan jasa diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun, yaitu untuk:
i. Listrik
ii. Telepon
iii. Air
f. Pemeliharaan sarana dan prasarana: diasumsikan untuk kebutuhan minimal per
tahun, yaitu untuk:
i. Pengecatan gedung/pagar
ii. Penggantian genteng yang rusak
iii. Perbaikan/penggantian komponen
iv. Pemeliharaan meubel
v. Pemeliharaan peralatan
vi. Pemeliharaan taman
vii. Pemeliharaan bahan pustaka
g. Pembinaan siswa diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun, yaitu,
untuk:
i. Pramuka
ii. PMR
iii. UKS
iv. kelompok Ilmiah Remaja (KIR)
v. Pembinaan Olah Raga
vi. Pembinaan Prestasi Kesenian
vii. Lomba Bidang Akademik
viii. Perpisahan kelas terakhir
ix. Pembinaan kegiatan keagamaan

3.1.3. Komponen Biaya untuk SMA/MA


Beberapa asumsi dasar yang digunakan oleh BSNP untuk menghitung standar biaya
operasi SMA/MA mencakup:
1. Jumlah peserta didik per rombongan belajar (rombel) = 32 orang
2. Jumlah rombongan belajar (rombel): BOSP di tingkat SMA/MA disusun untuk 3
rombel, 9 rombel, dan 18 rombel:
a. 3 rombel:
i. Kelas X dan XI, masing-masing 1 rombel
ii. Kelas XII, terdiri dari 1 rombel maksimal 1 jurusan
b. 9 rombel:
i. Kelas X dan XI, masing-masing 3 rombel
ii. Kelas XII, terdiri dari 3 rombel maksimal 3 jurusan
c. 18 rombel:
i. Kelas X dan XI, masing-masing 6 rombel
ii. Kelas XII, terdiri dari 6 rombel maksimal 3 jurusan

25
3. Jumlah guru SMA/MA:
a. Untuk 3 rombongan belajar (rombel) sebanyak 18 guru (yaitu 1 kepala sekolah
dan 3 wakil kepala sekolah dan 14 guru lainnya) dengan alokasi waktu
mengajar sebagai berikut:
i. 1 kepala sekolah (sebagai guru mengajar minimal selama 4 jam per
minggu)
ii. 3 wakil kepala sekolah (sebagai guru mengajar minimal 8 jam per minggu)
iii. 20 guru lainnya mengajar 12 jam per minggu yaitu: (1) Untuk 11 mata
pelajaran @ 2 jam per minggu, masing-masing guru mengajar minimal 3
rombel, (2) Untuk 6 mata pelajaran @ 4 jam per minggu, masing-masing
guru mengajar minimal 3 rombel
b. Untuk 9 rombongan belajar sebanyak 24 guru (yaitu 1 kepala sekolah dan 3
wakil kepala sekolah dan 15 guru lainnya) dengan alokasi waktu mengajar
sebagai berikut:
i. 1 kepala sekolah sebagai guru mengajar minimal 4 jam per minggu yaitu:
ii. 3 wakil kepala sekolah sebagai guru mengajar minimal 16 jam per minggu
iii. 20 guru lainnya mengajar antara 16 s/d 20 jam per minggu yaitu: (1)
Untuk 11 mata pelajaran @2 jam per minggu, masing-masing guru
mengajar minimal 9 rombel, (2) Untuk 6 pelajaran @4 jam per minggu,
masing-masing guru mengajar 4 atau 5 minimal rombel
c. Untuk 18 rombongan belajar sebanyak 47 guru (yaitu 1 kepala sekolah dan 3
wakil kepala sekolah dan 46 guru lainnya) yaitu dengan alokasi waktu
mengajar sebagai berikut:
i. 1 kepala sekolah, (sebagai guru mengajar minimal 4 jam per minggu)
ii. 3 wakil kepala sekolah, (sebagai guru mengajar minimal 16 jam per
minggu)
iii. 46 guru lainnya mengajar antara 16 s/d 20 jam per minggu yaitu:
4. Biaya pegawai dihitung berdasarkan asumsi 12 bulan gaji dan tunjangan dalam
setahun terdiri dari:
a. Gaji guru termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah diasumsikan rata-
rata berada pada golongan III-D
b. Jumlah tenaga kependidikan sebanyak 5 orang berasal dari Standar
Pengelolaan yaitu pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, TU dan
kebersihan
c. Tunjangan melekat pada gaji berdasarkan peraturan yang berlaku tahun 2006,
terdiri dari:
i. tunjangan istri/suami 10% dari gaji
ii. tunjangan anak maksimal untuk 2 orang anak, masing-masing 2% dari gaji
iii. tunjangan perumahan sebesar Rp 7.000,- per bulan
iv. tunjangan askes sebesar Rp 6.000,- per bulan
v. tunjangan beras sebesar 40 kg beras, Rp 2.500,- per kg
d. Penghasilan lainnya yaitu:
i. Tunjangan profesi maksimal 1 kali gaji pokok PNS bagi yang sudah
memperoleh sertifikasi guru. Diasumsikan jumlah guru bersertifikat
kurang lebih 80% dari jumlah guru.
ii. Tunjangan fungsional diberikan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
58 Tahun 2006 sebesar Rp 227.000,- ditambah Rp 100.000,- per bulan
sesuai kesepakatan DPR untuk APBN TA 2007, sedangkan untuk
pustakawan diberikan sesuai Kepmenpan No. 33/1998

26
iii. Tunjangan khusus diberikan untuk daerah khusus, hanya diberikan kepada
guru dan tenaga kependidikan yang berada di daerah terpencil, oleh karena
itu tidak ditentukan jumlahnya dalam standar biaya operasi.
iv. Maslahat tambahan: (1) tunjangan tugas tambahan kepala sekolah sebesar
Rp 475.000,- dan (2) tenaga kependidikan struktural/administrasi Rp
180.000,- per bulan.
5. Biaya bukan pegawai diberikan berdasarkan asumsi kebutuhan setahun yaitu
terdiri dari:
a. ATS, bahan dan alat habis pakai antara lain:
1. ATS
i. Pensil, pena, penghapus pensil dan penghapus tinta: kebutuhan untuk
guru dan tenaga kependidikan, per tahun @ 10 buah
ii. Penggaris, stepler kecil dan isi stepler kecil: kebutuhan untuk guru per
tahun @ 1 buah
iii. Stapler besar dan isi stapler besar: kebutuhan untuk sekolah per tahun
@ 1 buah
iv. Kertas manila: kebutuhan per tahun untuk guru per rombel dan tenaga
kependidikan
v. Buku tulis: untuk guru per tahun @ 10 buah
vi. Buku polio: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
vii. Buku absen: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
viii. Buku daftar/kelas: untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
ix. Buku kleper/rekap nilai untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
x. Buku leger untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
xi. Buku nilai untuk guru per rombel per tahun @ 1 buah
xii. Buku rencana pembelajaran (RP) untuk guru per rombel per tahun @ 1
buah
xiii. Kapur tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xiv. Penghapus papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xv. Penggaris papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xvi. Jangka papan tulis: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xvii. Kertas warna: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per
rombel
xviii. Cat poster: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru per rombel
xix. Spidol warna-warni: kebutuhan per tahun untuk masing-masing guru
per rombel
xx. Buku rapor siswa: kebutuhan per tahun untuk masing-masing peserta
didik
xxi. Buku administrasi: kebutuhan per tahun untuk administrasi sekolah
antara lain agenda rapat, surat keluar, dan surat masuk
xxii. Buku induk: kebutuhan per tahun untuk administrasi
xxiii. Kertas HVS, kertas karbon, amplop, cutter, gunting, lem, lakban,
selotip, stopmap
xxiv. Foto copy (penggandaan): untuk kebutuhan belajar per mata pelajaran
dan kebutuhan surat per peserta didik
2. Bahan Habis Pakai

27
i. Bahan praktikum IPA: kebutuhan per peserta didik Rp 15.000 untuk 10
kali pertemuan per tahun
ii. Bahan praktikum IPS: berupa kebutuhan kunjungan lapangan 3 kali
per tahun @ Rp 25.000,- untuk transpor dan/atau karcis masuk
iii. Bahan praktikum bahasa, untuk sewa laboratorium bahasa 10 bulan per
tahun @ Rp 25.000,-
iv. Bahan praktikum komputer: kebutuhan untuk sewa komputer per
murid per tahun diasumsikan Rp 15 ribu per bulan untuk 10 bulan
v. Bahan praktikum keterampilan: kebutuhan per bulan per rombel per
kelompok @ 4 orang
vi. Tinta stempel, toner/tinta printer
vii. Bahan kebersihan
3. Alat Habis Pakai
i. Alat olahraga untuk basket, voli, dan sepakbola: kebutuhan per tahun
ii. Set alat jahit
iii. Alat kebersihan

4. Lain-lain
i. Kartu anggota perpustakaan: tiap peserta didik
ii. Kartu buku perpustakaan SMA:
Kebutuhan kartu perpustakaan per tahun dihitung 20% dari jumlah
buku perpustakaan yang terdiri atas:
♦ Jumlah buku teks pelajaran adalah satu eksemplar untuk 17 mata
pelajaran per peserta didik ditambah 2 eksemplar untuk masing-
masing mata pelajaran
♦ Jumlah buku panduan pendidik adalah satu eksemplar untuk 17
mata pelajaran per guru mata pelajaran yang bersangkutan
ditambah satu eksemplar per masing-masing mata pelajaran
♦ Jumlah buku pengayaan adalah 820 judul per sekolah dengan
proporsi 75% non fiksi dan 25% fiksi, dengan jumlah minimal (a)
1.000 eksemplar untuk 3 s.d. 6 rombel; (b) 1.500 eksemplar untuk
9 s.d. 12 rombel; (c) 2.000 eksemplar untuk 15 s.d. 18 rombel; dan
(d) 4.000 eksemplar untuk 21 s.d. 24 rombel.
♦ Jumlah buku referensi adalah 30 judul per sekolah, meliputi antara
lain: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris,
Ensiklopedi, Buku Statistik Daerah, Buku Telepon, Buku Undang-
Undang dan Peraturan, dan Kitab Suci.
♦ Jumlah buku sumber belajar lainnya adalah 30 judul per sekolah,
meliputi antara lain: majalah, surat kabar, globe, peta, dan CD
pembelajaran.
iii. Kartu iuran bulanan: tiap peserta didik
iv. Kartu pelajar: tiap peserta didik
v. Kotak P3K + isi: kebutuhan per tahun per sekolah
b. Rapat-rapat: perhitungan didasarkan kepada asumsi kebutuhan minimal
konsumsi dan bahan rapat per peserta masing-masing Rp 10.000,- terdiri dari:
i. Rapat penerimaan siswa baru
ii. Rapat evaluasi semester siswa
iii. Rapat kenaikan kelas
iv. Rapat kelulusan
v. Rapat pemecahan masalah

28
vi. Rapat koordinasi
vii. Rapat wali murid
c. Transpor/Perjalanan Dinas diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun,
yaitu untuk:
i. Kepala sekolah
ii. Guru
iii. Tenaga kependidikan
d. Penilaian (penggandaan soal) diasumsikan untuk kebutuhan minimal per
tahun, yaitu untuk:
i. Ulangan umum kelas X dan XI
ii. Ulangan umum kelas XII
iii. Ujian akhir tertulis
iv. Penyusunan soal UAS
v. Penyusunan soal ulangan umum kelas X dan XI
vi. Penyusunan sial ulangan umum kelas XII
e. Daya dan jasa diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun, yaitu untuk:
i. Listrik
ii. Telepon
iii. Air
f. Pemeliharaan sarana dan prasarana: diasumsikan untuk kebutuhan minimal per
tahun, yaitu untuk:
i. Pengecatan gedung/pagar
ii. Penggantian genteng yang rusak
iii. Perbaikan/penggantian komponen
iv. Pemeliharaan meubel
v. Pemeliharaan peralatan
vi. Pemeliharaan taman
vii. Pemeliharaan bahan pustaka
g. Pembinaan siswa diasumsikan untuk kebutuhan minimal per tahun, yaitu
untuk:
i. Pramuka
ii. PMR
iii. UKS
iv. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)
v. Pembinaan Prestasi Olah Raga
vi. Pembinaan Prestasi Kesenian
vii. Lomba bidang akademik
viii. Perpisahan kelas terakhir
ix. Pembinaan kegiatan keagamaan

3.1.2. Penghitungan BOSP


Penghitungan BOSP dilakukan setelah tercapai ...penghitungan
kesepakatan tentang komponen biaya yang akan dilakukan dengan
dimasukkan ke dalam perhitungan. Penghitungan biaya menggunakan
dilakukan secara sederhana: (jumlah penggunaan) x template program
(frekuensi penggunaan) x (harga setiap satuan penggunaan) Microsoft Excel...
untuk setiap komponen biaya yang telah disepakati
sebelumnya.

29
Untuk mempermudah proses, penghitungan dilakukan dengan menggunakan template
program Microsoft Excel (lihat Gambar 4). Template ini dikembangkan berdasarkan
apa yang digunakan oleh BSNP dalam menghitung standar biaya operasional.
Komponen biaya yang ada dalam template tetapi disepakati untuk tidak digunakan,
harus dihapus terlebih dahulu. Sebaliknya, komponen biaya yang tidak ada dalam
template tetapi disepakati untuk digunakan, harus ditambahkan ke dalam template
sebelum melakukan penghitungan.

Biaya/unit
Frekuensi per unit (Ribuan
No. Deskripsi pertahun Jumlah satuan Rp) Nilai (Ribuan Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(3)x(4)x(5)x(6)
A. BIAYA PEGAWAI
a. Gaji
Guru sebagai Kepala Sekolah 12 1 1 1,085.2 13,022
Guru 12 8 1 1,085.2 104,179
Tenaga Kependidikan 12 5 1 976.9 58,614
b. Tunjangan melekat pada gaji
Guru 12 9 1 265 28,620
Tenaga Kependidikan 12 5 1 250 15,000
c. Penghasilam Lainnya
1. Tunjangan Profesi (x15%)
Guru 12 1 1 1,085.2 13,022
2. Fungsional
Guru 12 8 1 327 31,392
Tenaga Kependidikan 12 2 1 202 4,848
3. Tunjangan Khusus
Guru
Tenaga Kependidikan
4. Maslahat Tambahan
Guru sebagai Kepala Sekolah 12 1 1 365 4,380
Tenaga Kependidikan 12 1 1 175 2,100
JUMLAH BIAYA PEGAWAI 275,178

B. BIAYA BUKAN PEGAWAI


a. ATS, Bahan, dan Alat Habis Pakai
1 ATS
Pensil 10 1 14 2 280
Pena 10 1 14 4 560
Penghapus Pensil 10 1 14 1.5 210
Penghapus Tinta 10 1 14 2 280
Penggaris 1 1 14 2 28
Stepler kecil 1 1 14 10 140
Isi Stepler kecil 1 1 14 1 14
Kertas Manila 10 1 6 2 120

Gambar 4. Contoh Tampilan Template Penghitungan BOSP

30
Dalam template tersebut terdapat beberapa kolom yang perlu dipahami sebelum
melakukan penghitungan BOSP, yaitu:
ƒ Kolom 3 (Frekuensi per Tahun): Kolom ini menunjukkan seberapa sering
penggunaan/pemakaian/pembayaran untuk komponen pengeluaran tertentu.
Misalnya, untuk SD/MI: Untuk gaji, frekuensi per tahun adalah 12, karena
guru dan tenaga kependidikan dibayar 12 kali (setiap bulan) dalam satu tahun;
Untuk pensil (ATS), frekuensi per tahun adalah 10, karena diasumsikan proses
belajar-mengajar efektif hanya 10 bulan (2 bulan libur), dst.
ƒ Kolom 4 (Jumlah) dan Kolom 5 (Per Unit Satuan): Secara bersama-sama
(4)x(5) menunjukkan jumlah penggunaan terkait dengan komponen biaya
tertentu. Misalnya, untuk SD/MI: Ada 8 guru yang harus digaji, sehingga
kolom 4 berisi “8” dan kolom 5 berisi “1”; Untuk pensil (ATS) kolom 4 berisi
“2” karena diasumsikan setiap guru dan tenaga kependidikan membutuhkan 2
pensil per bulan, sedangkan kolom 5 berisi “14” karena jumlah guru dan
tenaga kependidikan adalah 14. Sebagai catatan, pengisian kolom 4 dan
kolom 5 sebenarnya dapat fleksibel, karena yang terpenting adalah diperoleh
angka yang menunjukkan jumlah penggunaan terkait dengan komponen
pengeluaran tertentu.
ƒ Kolom 6 (Biaya per Unit): Menunjukkan harga (dalam ribuan) untuk setiap
komponen biaya. Misalnya, untuk SD/MI: Untuk gaji guru, kolom 6 berisi
“1.085,2” karena diasumsikan rata-rata guru berpangkat IIIB dengan gaji Rp
1.085.200,- per bulan; Untuk pensil (ATS) kolom 6 berisi “2” karena
diasumsikan harga sebuah pensil adalah Rp 2.000,-. Seperti disampaikan di
bagian lain buku panduan ini, harga yang dipergunakan oleh BSNP adalah
“harga Jakarta”. Oleh karena itu, daerah perlu melakukan penyesuaian agar
hasil perhitungan BOSP dapat lebih mendekati kenyataan di lapangan.
Penyesuaian harga dapat dilakukan berdasarkan patokan/standar harga yang
digunakan oleh Pemda dalam menyusun APBD atau berdasarkan harga nyata
(riil).
ƒ Kolom 7 (Nilai): Merupakan hasil perkalian (3)x(4)x(5)x(6) yang
menunjukkan nilai pengeluaran untuk setiap komponen biaya selama satu
tahun. Kolom ini terisi secara otomatis (menggunakan formula), sehingga
tidak perlu diisi secara khusus.

Penyesuaian volume penggunaan dan/atau harga


untuk komponen biaya tertentu (jika ada) ..setiap perubahan harus
dilakukan pada saat penghitungan BOSP. mempunyai dasar atau alasan
Komponen biaya yang ada dalam template yang jelas. Jika tidak ada
tetapi disepakati untuk tidak digunakan harus alasan yang benar-benar kuat,
dihapus terlebih dahulu. Sebaliknya, komponen dianjurkan untuk mengikuti
biaya yang tidak ada dalam template tetapi aumsi yang dipergunakan oleh
disepakati untuk digunakan harus ditambahkan BSNP..
ke dalam template dalam proses penghitungan.
Hal terpenting dalam melakukan perubahan adalah: setiap perubahan harus
mempunyai dasar atau alasan yang jelas. Jika tidak ada alasan yang benar-benar kuat,
dianjurkan untuk mengikuti asumsi yang dipergunakan oleh BSNP.

Penyesuaian juga dapat dilakukan pada beberapa asumsi dasar, terutama jumlah
rombel dan jumlah murid per rombel. Beberapa asumsi tersebut terdapat di bagian
bawah template. Satu hal yang perlu diingat adalah: Jika dilakukan perubahan pada

31
asumsi jumlah murid, hal itu akan berdampak pada penggunaan atau volume
komponen biaya tertentu. Misalnya, untuk SD/MI: Penggunaan kapur tulis (ATS)
sebanyak 30 (5x6) akan berubah jika jumlah rombel diasumsikan tidak “6”;
Penggunaan bahan habis pakai juga akan berubah jika ada perubahan asumsi jumlah
murid atau jumlah rombel.

3.2. Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah (Optional4)

3.2.1. Klasifikasi Sekolah ....penambahan klasifikasi


Seperti yang disampaikan di bagian terdahulu, sekolah (selain jumlah rombel)
tambahan klasifikasi sekolah bisa dilakukan jika sebaiknya juga tidak
Pemda “tidak puas” dengan pembedaan BOSP melupakan unsur kepraktisan
hanya berdasarkan jumlah rombel. Dalam Bab dan kemudahan dalam
2 disampaikan, bahwa klasifikasi sekolah dapat melakukan penilaian...
dilakukan berdasarkan berbagai kriteria, seperti:
jumlah kegiatan di sekolah, jarak sekolah dari pusat kegiatan, status sekolah, dan hasil
akreditasi BAS. Selain itu, juga disampaikan bahwa penambahan klasifikasi sekolah
(selain jumlah rombel) sebaiknya juga tidak melupakan unsur kepraktisan dan
kemudahan dalam melakukan penilaian.

Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, disarankan untuk menggunakan jumlah


kegiatan di sekolah sebagai patokan klasifikasi sekolah. Kegiatan sekolah yang
dimaksud antara lain:
1. Pramuka
2. Dokter kecil atau kegiatan sejenisnya
3. Karya ilmiah atau kegiatan sejenisnya
4. Kursus Bahasa Inggris atau Bahasa Asing lainnya di sekolah
5. Kursus komputer di sekolah
6. Penggunaan laboratorium bahasa
7. Kegiatan pengayaan di bidang keagamaan
8. Kegiatan pengayaan untuk siswa berpretasi
9. Kegiatan pembelajaran intensif untuk siswa kelas akhir
10. Kegiatan olah raga (ekstra kurikuler)
11. Kegiatan kesenian (ekstra kurikuler)
12. Kegiatan ketrampilan (ekstra kurikuler)
13. Kegiatan lainnya

Selanjutnya sekolah dikelompokkan berdasarkan jumlah kegiatan tersebut di atas.


Salah satu alternatif pengelompokan sekolah:
1. Sekolah Kategori-C : 1 s/d 4 kegiatan
2. Sekolah Kategori-B : 5 s/d 8 kegiatan
3. Sekolah Kategori-A : > 8 kegiatan

Pada dasarnya, pengelompokan dilakukan dengan tujuan mendorong sekolah


menggunakan dana operasional untuk hal-hal yang memang bersifat “melayani”
siswa.

4
Bagian ini diperlukan untuk daerah yang tidak “puas” dengan pembedaan BOSP berdasarkan jumlah
rombel.

32
Klasifikasi juga dapat dilakukan dengan menyusun standar pelayanan. Yang cukup
banyak didiskusikan adalah wacana untuk mengelompokkan sekolah-sekolah ke
dalam tiga kelompok, yaitu Sekolah Minimal, Sekolah Standar dan Sekolah Ideal.
Kalau itu akan dilakukan, tentu saja yang harus dilakukan adalah menyusun kriteria
(yang berimplikasi pada komponen biaya operasional) untuk “minimal”, “standar”
dan “ideal” tsb.

3.2.2. BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah


Jika pengklasifikasian sekolah telah dilakukan, sehingga dapat dibedakan dengan jelas
komponen biaya apa saja (beserta volume penggunaannya) untuk setiap jenis sekolah,
penghitungan BOSP dengan mudah dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur
yang “biasa”. Dengan kata lain, titik kritisnya terletak pada penentuan komponen
biaya untuk setiap kategori sekolah.

3.2.3. Catatan untuk BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah


Meskipun terlihat “mudah”, praktek penghitungan BOSP berdasarkan klasifikasi
sekolah tidak mudah dilakukan. Perdebatan tentang dasar klasifikasi dan komponen
biaya untuk setiap kategori sekolah. Oleh karena itu, ada beberapa catatan yang perlu
diperhatikan oleh para fasilitator:
1. Mengingat keterbatasan waktu dan sumberdaya,
sebaiknya diprioritaskan untuk menghitung BOSP Mengingat
tanpa klasifikasi sekolah. Dalam kondisi keterbatasan waktu
demikian, BOSP yang dihitung adalah BOSP dan sumberdaya,
minimal yang memasukkan biaya-biaya yang sebaiknya
harus ada atau tak terhindarkan bagi sekolah. diprioritaskan untuk
BOSP berdasarkan klasifikasi dapat dilakukan menghitung BOSP
sendiri oleh Pemda setelah mereka mendapatkan tanpa klasifikasi
pengetahuan dan ketrampilan untuk menghitung sekolah....
BOSP.
2. Kalau pun akan difasilitasi, fasilitator sebaiknya mengajak Pemda untuk
memulai dengan klasifikasi sekolah yang sederhana (tidak rumit). Dari
berbagai pilihan yang ada, sekali lagi: jika memang akan dilakukan, klasifikasi
sekolah berdasarkan jumlah kegiatan di sekolah merupakan pilihan yang
paling masuk akal. Selain itu, perlu selalu diingatkan, bahwa penghitungan
BOSP berdasarkan klasifikasi sekolah harus benar-benar dilakukan
berdasarkan kebutuhan berupa rencana kebijakan tertentu yang didasarkan
pada klasifikasi sekolah tersebut.

33
Lampiran-1a Bab-3.

PANDUAN FASILITASI PENGHITUNGAN BOSP


BAGIAN PERTAMA: LOKAKARYA 2
(PENGHITUNGAN BOSP)

Tujuan:
1. Peserta mampu menentukan komponen dan sub komponen BOSP yang sesuai
dengan kondisi daerah
2. Peserta mampu menghasilkan angka BOSP untuk daerahnya sendiri

Waktu:
2 hari

Peserta:
1. Tim Penyusun BOSP
2. Perwakilan sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA)
3. Perwakilan dari Dinas Pendidikan

Seting Ruangan:
Duduk berkelompok sesuai dengan jenjang sekolah (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA). Untuk setiap jenjang sekolah, dibagi menjadi dua kelompok kecil.
Perwakilan Dinas Pendidikan menyebar, sehingga di setiap kelompok (jenjang
pendidikan).

Alat dan Bahan:


1. RAPBS tahun terakhir
2. Print out komponen BOSP yang digunakan oleh BSNP (dapat di-copy dari
bagian buku panduan ini, halaman 19-31)
3. Template penghitungan BOSP dalam Excel (File: App 2-BOSP per tahun
untuk praktek.xls)
4. Kertas plano, meta plan, kertas “Post It”, spidol besar, selotip bolak-balik
5. White board/papan tulis
6. Laptop & LCD
Keterangan: Harus ada minimal satu peserta di setiap jenjang yang terampil
mengoperasikan komputer (laptop), khususnya program Microsoft Excel.

Metode:
1. Curah pendapat

34
2. Kerja kelompok
3. Diskusi dan presentasi

Urutan Fasilitasi:
a. Pleno-1: Pengantar
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan dan tujuan materi yang akan
didiskusikan
2. Fasilitator menjelaskan tentang tata cara penghitungan BOSP yang dimulai
dengan Penentuan Komponen Biaya
3. Fasilitator menjelaskan apa yang sudah dikerjakan oleh BSNP, khususnya
terkait dengan komponen biaya.
4. Fasilitator membagi kelompok sesuai dengan jenjang pendidikan
5. Dibantu petugas lain, fasilitator membagikan salinan komponen biaya yang
dipergunakan oleh BSNP untuk setiap kelompok (jenjang sekolah)
6. Fasilitator menjelaskan apa yang perlu didiskusikan dalam kelompok, yaitu
apakah komponen biaya yang dipergunakan oleh BSNP sudah sesuai dengan
kondisi di daerah. Peserta bisa mengusulkan perubahan untuk disepakati
bersama. Jangan lupa memberikan penekanan bahwa yang dihitung oleh
BSNP adalah standar minimal.

b. Kerja Kelompok-1: Penentuan Asumsi Komponen Biaya


1. Masing-masing kelompok menunjuk ketua dan dan presenter
2. Ketua kelompok memimpin diskusi tentang komponen biaya. Dimulai dengan
membaca bahan yang telah dibagian selama kurang lebih 15-20 menit.
Fasilitator mendampingi/mengamati dan mengarahkan jika diskusi keluar dari
fokus/topik pembicaraan, serta menjaga agar semua peserta bisa
menyampaikan pendapatnya.
3. Diskusi difokuskan pada: Apa yang dianggap kurang sesuai? Apa usulan
perubahan yang diajukan? (Catatan: Usulan perubahan harus disertai dengan
alasan/dasar hukum yang sangat jelas, bukan hanya karena “keinginan”).
4. Kelompok menuliskan butir-butir kesepakatan ke dalam kertas plano, atau
pada meta plan yang ditempelkan
pada kertas plano. Hasil diskusi
kelompok ditampilkan dalam bentu
tabel/matriks yang berisi: Nomor,
Butir (yg dianggap kurang sesuai),
Tentang, Usulan Perubahan,
Alasan/Dasar Hukum.

c. Presentasi dan Diskusi-1


Peserta lokakarya menghitung BOSP,
1. Setiap kelompok memajang hasil fasilitator mendampingi
kerja kelompoknya masing-masing

35
2. Peserta saling melihat hasil kerja kelompok lain, memberikan komentar secara
tertulis.
3. Tanya jawab, dipandu oleh fasilitator.
4. Fasilitator mencatat hal-hal yang menjadi kesepakatan bersama, dan juga hal-
hal yang belum disepakati.

d.Pleno-2:Membangun Kesepakatan tentang Komponen Biaya


1. Fasilitator menyampaikan butir-butir yang telah disepakati
2. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan hal-hal yang belum
disepakati. Usahakan semaksimal mungkin agar tercapai kesepakatan
3. Fasilitator menyampaikan bahwa langkah selanjutnya adalah melakukan
penghitungan BOSP

e. Kerja Kelompok-2: Penghitungan BOSP


1. Peserta kembali ke kelompok masing-masing. Peserta bekerja dengan
menggunakan komputer. Sebelumnya fasilitator meng-copy file Excel untuk
penghitungan BOSP
2. Fasilitator menjelaskan bahwa yang akan dilakukan adalah menterjemahkan
berbagai asumsi komponen biaya yang telah disepakati sebelumnya ke dalam
bentuk uang dengan menggunakan file Excel yang telah disiapkan
sebelumnya. Perubahan asumsi/komponen masih dimungkinkan selama
proses penghitungan.
3. Masing-masing kelompok melakukan penghitungan BOSP sesuai jenjang
pendidikan
4. Hasil kerja kelompok dicetak dan dipajangkan.

f. Kerja Kelompok-3: Revisi Hasil Penghitungan BOSP


1. Kunjung karya, peserta dipersilakan
saling memberikan komentar secara
tertulis dalam kertas “Post It” yang telah
disediakan sebelumnya.
2. Peserta kembali ke kelompok masing-
masing dan melakukan revisi
penghitungan BOSP berdasarkan
masukan dari peserta lain
3. Hasil kerja kelompok dicetak dan
dibagikan kepada semua anggota Kunjung Karya BOSP
kelompok sesuai jenjang pendidikan.

36
Contoh Agenda Lokakarya 2:
SUSUNAN ACARA
LOKAKARYA-2 BIAYA OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
[KAB/KOTA……]

[TANGGAL… s/d …...]


Waktu Kegiatan PIC Logistik
[Hari..], [Tanggal..]
08.00-08.30 Registrasi Peserta DC Daftar
Hadir,
Seminar
Kit
08.30-08.45 Sambutan dan Pembukaan oleh Kepala Dinas Pemda
Pendidikan
08.45-08.55 Kontrak Belajar DC Kertas
plano
08.55-09.15 Presentasi dan Tanya Jawab (Pleno): Fasilitator LCD
Gambaran umum program DBE, DBE1 dan
program di bidang keuangan pendidikan di
DBE1
09.15-09.45 Presentasi dan Tanya Jawab (Pleno): Fasilitator LCD, meta
Pengantar tentang BOSP, rangkaian lokakarya plan, kertas
BOSP, tujuan lokakarya-2 BOSP plano,
spidol besar
09.45-10.15 Presentasi dan Tanya Jawab (Pleno): Fasilitator Copy
Pengenalan Komponen Penghitungan dan asumsi &
Template yang Digunakan BSNP/Depdiknas template
BSNP,
LCD
10.15-10.30 Presentasi dan Tanya Jawab (Pleno): Fasilitator
Penjelasan tentang proses lokakarya.
Kesepakatan tentang basis perhitungan (standar
vs aktual)
10.30-10.45 Istirahat
10.45-11.45 Kerja Kelompok: Fasilitator Kertas
Pembahasan komponen penghitungan BOSP + DC plano,
dan usulan perubahan/penyesuaian spidol besar
11.45-12.15 Kunjung Karya dan Presentasi Hasil Kerja Fasilitator
Kelompok
12.15-12.30 Catatan dari fasilitator Fasilitator
+ DC
12.30-13.30 Istirahat
13.30-15.00 Kerja Kelompok: Fasilitator Notebook
Penghitungan BOSP dengan menggunakan + DC utk
template yang digunakan oleh BSNP kelompok
15.00-15.30 Kunjung Karya dan Presentasi Hasil Kerja Fasilitator
Kelompok
15.30-16.00 Wrap-Up Hari-1 dan Agenda Hari-2 Fasilitator
[Hari…], [Tanggal…]
08.00-08.15 Registrasi Peserta DC
08.15-08.45 Refleksi Hari-1 oleh Peserta Fasilitator Meta plan,
kertas

37
plano
08.45-09.30 Kerja Kelompok: Fasilitator Notebook
Penyempurnaan hasil penghitungan BOSP utk
kelompok
09.30-10.00 Presentasi Hasil Kerja Kelompok Fasilitator
10.00-10.15 Istirahat
10.15-11.15 Diskusi tentang Klasifikasi Sekolah untuk Fasilitator
BOSP (apakah diperlukan, dasar klasifikasi,
dsb)
11.15-11.30 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Fasilitator
11.30-11.50 Wrap-Up keseluruhan lokakarya Fasilitator
Evaluasi oleh peserta DC
11.50-12.00 Penutupan oleh Dinas Pendidikan Pemda

38
Lampiran-1b Bab-3.

PANDUAN FASILITASI PENGHITUNGAN BOSP


BAGIAN KEDUA: LOKAKARYA 3
(FINALISASI PENGHITUNGAN BOSP)

Tujuan:
1. Peserta mampu melakukan revisi dan finalisasi terhadap hasil penghitungan BOSP di
Lokakarya sebelumnya
2. Jika memang dikehendaki dan diperlukan, peserta mampu melakukan penghitungan
BOSP berdasarkan klasifikasi sekolah
3. Peserta mampu menjelaskan apa implikasi kebijakan dari hasil penghitungan BOSP
yang telah dilakukannya

Waktu:
2 hari

Peserta:
Sama dengan peserta Lokakarya 2

Seting Ruangan:
Duduk berkelompok sesuai dengan jenjang sekolah (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA). Perwakilan Dinas Pendidikan menyebar, sehingga ada di setiap
kelompok (jenjang pendidikan).

Alat dan Bahan:


1. Print-out hasil Lokakarya 2
2. Kertas plano, meta plan, kertas “Post It”, spidol besar, selotip bolak-balik
3. White board/papan tulis
4. Laptop untuk setiap kelompok
5. LCD

Metode:
1. Curah pendapat
2. Kerja kelompok
3. Diskusi dan presentasi

Urutan Fasilitasi:
a. Pleno-1: Pengantar
1. Sebelum acara dimulai, fasilitator mengkoordinir pemajangan hasil Lokakarya
2

39
2. Fasilitator menyampaikan ringkasan hasil penghitungan BOSP yang dilakukan
dalam Lokakarya 2 sambil memberikan komentar dan masukan tentang apa
yang sudah baik dan apa yang masih perlu diperbaiki.
3. Fasilitator menjelaskan bahwa yang akan dilakukan dalam Lokakarya 3 adalah
finalisasi penghitungan
4. Fasilitator mempersilakan peserta untuk melakukan Kunjung Karya. Peserta
dipersilakan memberikan komentar secara tertulis dengan menggunakan kertas
“Post It” yang telah disiapkan sebelumnya.

b. Kerja Kelompok
1. Peserta melakukan revisi berdasarkan masukan peserta lain
2. Hasil kerja dicetak dan dipajangkan lagi
3. Peserta melakukan Kunjung Karya dan memberikan komentar
4. Langkah ini dilakukan berulang-ulang hingga menghasilkan BOSP yang
mencerminkan kondisi di daerah

d. Pleno-2: Implikasi Kebijakan


1. Fasilitator menyampaikan hasil perhitungan setiap kelompok dan menjelaskan
bahwa posisi hasil penghitungan adalah sebagai masukan bagi Pemda,
khususnya Dinas Pendidikan.
2. Fasilitator mengajak peserta berdiskusi tentang implikasi kebijakan dari hasil
penghitungan BOSP yang telah mereka lakukan
3. Fasilitator menyampaikan bahwa langkah selanjutnya adalah Lokakarya 4
tentang Penyusunan Kebijakan dengan kemungkinan tidak semua peserta
Lokakarya 2 dan 3 dapat diundang.

Catatan: Jika peserta menghendaki dilakukannya penghitungan BOSP berdasarkan


klasifikasi sekolah, maka hal itu dapat diakomodir dengan proses yang sama dengan
penghitungan BOSP Minimal, tetapi dimulai dengan penentuan dasar melakukan
klasifikasi sekolah.

40
Contoh Agenda Lokakarya 3:
SUSUNAN ACARA
LOKAKARYA-3 BIAYA OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
[KAB/KOTA ……]

[TANGGAL ....s/d ….]


Waktu Kegiatan PIC Logistik
[Hari], [Tanggal..]
08.00-08.30 Registrasi Peserta DC Daftar Hadir,
Seminar Kit
08.30-08.45 Sambutan dan Pembukaan:
ƒ Kepala Dinas Pendidikan Pemda
ƒ Koordinator Provinsi DBE1 PC
08.45-09.00 ƒ Kontrak Belajar: (1) Tepat Waktu, (2) HP silent, DC Kertas plano,
terima telepon di luar ruangan, dan (3) No Smoking spidol besar
09.00-09.15 Review Lokakarya-2: Fasilitator LCD, ppt
Apa yang telah dicapai, apa yang perlu dilanjutkan hasil
Lokakarya-2
09.15-10.00 Presentasi dan Tanya Jawab (Pleno): Fasilitator LCD, kertas
Presentasi oleh setiap koordinator tentang apa yang telah plano, spidol
dilakukan dan dihasilkan setelah Lokakarya-2 besar
ƒ SD : 15 menit
ƒ SMP : 15 menit
ƒ SMA : 15 menit
10.00-10.15 Istirahat
10.15-12.30 Kerja Kelompok (SD, SMP, SMA): Fasilitator Komputer
Membangun kesepakatan di dalam kelompok (jika ada + DC utk setiap
usulan perubahan, dsb) kelompok,
printer
12.30-13.30 Istirahat
13.30-14.15 Lanjutan Kerja Kelompok (SD, SMP, AMA)
14.15-14.45 Kunjung Karya dan Presentasi Hasil Kerja Kelompok Fasilitator
14.45-15.15 ƒ Catatan Fasilitator Fasilitator
ƒ Menggali ide tentang klasifikasi sekolah: Apakah
diperlukan, apa dasar klasifikasi, diakomodir dalam
kebijakan atau dalam penghitungan
15.15-15.30 Wrap-up hari-1 dan Agenda Hari-2 Fasilitator
Kamis, 3 April 2008
08.00-08.15 Registrasi Peserta DC
08.15-09.00 Refleksi Hari-1 oleh Peserta; Melihat hasil kerja Fasilitator Meta plan,
kelompok lain kertas plano
09.00-09.30 Diskusi Hasil Kerja Kelompok Fasilitator
09.30-11.00 Finalisasi Perhitungan BOSP oleh setiap Kelompok Fasilitator Komputer
(Hasil kerja dipajangkan) untuk setiap
kelompok
10.30-11.00 Presentasi Singkat Hasil Finalisasi Perhitungan Fasilitator LCD
11.00-11.15 Penyusunan RKTL Fasilitator LCD
11.15-11.30 Wrap-Up keseluruhan lokakarya Fasilitator
Evaluasi oleh peserta DC
11.30-11.45 Catatan akhir Fasilitator
Penutupan oleh Dinas Pendidikan Pemda

41
BAB 4. PENYUSUNAN KEBIJAKAN

4.1. Pentingnya Kebijakan

Tujuan akhir penghitungan BOSP adalah tersusunnya kebijakan daerah tentang


pembiayaan pendidikan. Kebijakan pembiayaan ini diharapkan akan berguna bagi
semua pihak, antara lain:
1. Bagi Pemda: Adanya kebijakan pembiayaan pendidikan akan menjadi acuan bagi
Pemda sendiri dalam mengambil berbagai langkah yang diperlukan, misalnya
terkait dengan pengalokasian dana APBD, pengaturan tentang partisipasi
masyarakat dalam pembiayaan pendidikan, dan sebagainya.
2. Bagi Sekolah: Adanya kebijakan pembiayaan merupakan “payung hukum” yang
akan menghilangkan keragu-raguan di kalangan sekolah untuk melangkah,
khususnya terkait dengan penggunaan dana di sekolah dan upaya mendorong
partisipasi masyarakat di bidang pembiayaan sekolah.
3. Bagi Masyarakat: Adanya kebijakan pembiayaan membuat masyarakat semakin
yakin bahwa sektor pendidikan di daerahnya tertata dengan baik.

4.2. Ruang Lingkup Kebijakan

Kebijakan pembiayaan pendidikan setidak-tidaknya mencakup beberapa hal sebagai


berikut:
1. Alokasi APBD: Apakah Pemda akan mengalokasikan APBD-nya untuk
mendukung kegiatan operasional sekolah ataukah tidak. Pada level ini, bisa
dipertimbangkan untuk menyebutkan “berapa” yang akan dialokasikan untuk
keperluan operasional sekolah, sesuai dengan kemampuan APBD. Alokasi dana
operasional sekolah dari APBD sebaiknya mempertimbangkan Tipe/Klasifikasi
Sekolah.
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pembiayaan di Tingkat Sekolah: Apakah sekolah
diperbolehkan menarik iuran dari orang tua murid untuk mendukung kegiatan
operasional sekolah ataukah tidak. Pada level ini, mungkin perlu ditetapkan
berapa jumlah uang maksimal yang boleh ditarik oleh sekolah (sesuai dengan Tipe
Sekolah sebagaimana didiskusikan dalam Bab 3).
3. Partisipasi Masyarakat dalam Pembiayaan di Tingkat Kabupaten/Kota: Perlu
dinyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pendidikan di daerah,
Pemda bisa menjalin kerjasama dengan dunia usaha atau komponen masyarakat
lainnya dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
4. Perlindungan untuk Siswa dari Keluarga Miskin: Secara tegas harus dinyatakan
bahwa anak miskin harus dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan iuran
kepada sekolah, sebagaimana diatur oleh ketentuan program BOS. Juga perlu
dijelaskan bahwa perlindungan untuk siswa miskin dilakukan melalui mekanisme
“subsidi silang” di sekolah, bantuan dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah,
serta cara lain.
5. Pengawasan Keuangan di Sekolah: Hal ini terkait dengan butir (2). Perlu
dijelaskan bahwa pemerintah, pemda dan masyarakat berhak melakukan
pengawasan terhadap penggunaan uang di sekolah melalui cara-cara yang berlaku
sesuai dengan peraturan yang ada. Secara spesifik, perlu dipertimbangkan untuk
memberi Pengawas dan Komite Sekolah kewenangan untuk juga memeriksa
keuangan sekolah.

42
4.3. Dokumen Kebijakan

Kebijakan pembiayaan pendidikan harus diformulasikan ke dalam sebuah dokumen


kebijakan resmi (formal). Dokumen kebijakan tersebut setidak-tidaknya berupa SK
Bupati/Walikota atau Peraturan Bupati/Walikota.

43
Lampiran-1 Bab-4.

PANDUAN FASILITASI
PENYUSUNAN KEBIJAKAN (LOKAKARYA 4)

Tujuan
1. Peserta memahami pentingnya diterbitkannya kebijakan daerah terkait dengan
BOSP
2. Peserta memahami dampak diterbitkannya kebijakan tersebut
3. Peserta mampu menyusun dan merencanakan sosialisasi dan evaluasi
kebijakan berdasarkan hasil penghitungan BOSP

Waktu
1 hari

Peserta
1. Tim Penyusun BOSP
2. Perwakilan Pemda (Bagian Keuangan Setda, Bapeda, Dinas Pendidikan, dan
instansi lain yang relevan)
3. Perwakilan DPRD
4. Perwakilan masyarakat (Dewan Pendidikan, LSM peduli pendidikan,
pengusaha, dsb)

Seting Ruangan
Duduk berkelompok menurut “profesi” atau “fungsi” (Tim BOSP, Pemda,
DPRD+Masyarakat)

Alat dan Bahan


1. Hasil Penghitungan BOSP
2. Peraturan yang terkait dengan pendidikan, khususnya pendanaan pendidikan
seperti :
a. UU 32/ 2004
b. UU 33/2004
c. UU 20/2003
d. PP 19/2005
3. Perda/ Surat Keputusan Kepala Daerah yang terkait dengan pendanaan
pendidikan (RPJD, Renstra SKPD, dll)
4. Hasil kesepakatan tahap sebelumnya (jika ada)

44
5. Contoh peraturan tentang BOSP dari daerah lain
6. Kertas plano, meta plan, spidol besar, selotip bolak-balik
7. White board/papan tulis
8. Laptop & LCD

Metode:
1. Ceramah (minimal)
2. Curah pendapat
3. Diskusi kelompok dan presentasi
4. Diskusi pleno

Urutan Fasilitasi:

a. Pleno-1: Pengantar
1. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan, konsideran pentingnya kebijakan
(Perda/ Perbup/ Surat Keputusan Kepala Daerah) terkait dengan BOSP
2. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah penyusunan kebijakan daerah terkait
dengan BSP
3. Fasilitator menjelaskan dampak dari kebijakan tersebut
4. Tanya jawab tentang materi/pengantar yang disampaikan
5. Fasilitator membagi kelompok sesuai dengan profesi/ fungsi
6. Fasilitator menjelaskan apa saja yang perlu didiskusikan dalam kelompok
(ruang lingkup kebijakan pembiayaan pendidikan di daerah)

b. Kerja Kelompok-1
1. Kelompok memilih ketua dan presenter.
2. Ketua kelompok memimpin diskusi sesuai dengan butir-butir dalam ruang
lingkup kebijakan. Fasilitator mendampingi/mengamati dan mengarahkan jika
diskusi keluar dari fokus/topik pembicaraan, serta menjaga agar semua peserta
bisa menyampaikan pendapatnya.
3. Kelompok menuliskan butir-butir kesepakatan ke dalam kertas plano, atau
pada meta plan yang ditempelkan pada kertas plano.

c. Presentasi dan Diskusi-1


1. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kesepakatannya (alternatif
lain adalah melakukan “kunjung karya”: setiap kelompok memajang hasil
kesepakatan kelompok, peserta dari kelompok lain melihat dan memberikan
komentar/pertanyaan tertulis)
2. Peserta memberi pendapat, saran, atau masukan.

45
3. Fasilitator mencatat hal-hal yang telah disepakati, dan juga hal-hal yang masih
terdapat perbedaan pendapat antar peserta.

d. Pleno-2: Membangun Kesepakatan


1. Fasilitator menyampaikan butir-butir yang telah disepakati (sesuai dengan
ruang lingkup kebijakan yang didiskusikan)
2. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan hal-hal yang belum
disepakati. Usahakan semaksimal mungkin agar tercapai kesepakatan.

e. Pleno-3: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut


1. Perwakilan dari masing-masing kelompok secara bersama-sama membentuk
tim perumus untuk menyepakati hasil draft kebijakan.

Catatan:
Penyusunan kebijakan merupakan sebuah proses yang memerlukan “pengawalan”,
agar berjalan pada jalur yang semestinya. Oleh karena itu, rangkaian lokakarya saja
tidak cukup, harus dilengkapi dengan kegiatan pendampingan yang dilakukan secara
terus-menerus. Yang disampaikan dalam bagian ini hanya proses fasilitasi
penyusunan kebijakan dalam lokakarya.

Frekuensi lokakarya dan kegiatan pendampingan sangat tergantung pada dinamika


proses penyusunan kebijakan. Yang disampaikan di atas merupakan fasilitasi pada
tingkat yang minimal.

46
Contoh Agenda Lokakarya 4:
SUSUNAN ACARA
LOKAKARYA-4 BIAYA OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
[KAB/KOTA........]

[HARI, TANGGAL.....]
Waktu Materi Penanggung
Jawab/
Narasumber
08.00-08.30 Registrasi Peserta DC
08.30-09.00 Sambutan-Sambutan dan Pembukaan:
• Sambutan DBE1 PC
• Sambutan Dinas Pendidikan dan Pembukaan Pemda
09.00-10.15 Presentasi dan Diskusi Hasil Penghitungan BOSP Kab
Karawang:
• Proses Keseluruhan Lokakarya Fasilitator
• BOSP untuk SD/MI Koordinator SD
• BOSP untuk SMP/MTs Koordinator SMP
• BOSP untuk SMA/MA Koordinator SMA
10.15-10.30 Istirahat
10.30-12.15 Diskusi Kebijakan: Fasilitator
• Bentuk rekomendasi
• Ruang lingkup rekomendasi
• Rencana Tindak Lanjut
12.15-12.30 Penutupan:
• Rangkuman Hasil Lokakarya Fasilitator
• Sambutan dan Penutupan Dinas Pendidikan
12.30 - Makan Siang

47
Lampiran-2 Bab 4.

CONTOH DRAFT
PERATURAN BUPATI SIDOARJO

NOMOR ......... TAHUN 2007


TENTANG
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
BUPATI SIDOARJO
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 62 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pembiayaan Pendidikan terdiri atas Biaya
Invesatasi, Biaya Operasi, dan Biaya Personal

c. bahwa penetapan besarnya biaya operasional minimum


bertujuan agar sekolah senantiasa memberikan layanan
pendidikan yang optimal yang mengarah pada peningkatan
mutu pendidikan di sekolah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut huruf


a, b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Standar Biaya Satuan Pendidikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor ...................... tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Timur;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286 ) ;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

48
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389 );

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

49
9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Satuan pendidikan adalah lembaga formal yang memberikan


layanan pendidikan kepada anak didik

3. Pelaksana satuan pendidikan adalah Kepala Sekolah, atau


guru atau tenaga administrasi yang ditunjuk

4. Biaya satuan pendidikan merupakan rata-rata biaya yang


dikeluarkan oleh sekolah untuk keperluan operasional di luar
gaji untuk satu orang murid.

5. Kategorisasi sekolah adalah pengelompokan satuan


pendidikan pada suatu jenjang tertentu berdasarkan pelayanan
yang diberikan kepada anak didik

6. Masyarakat adalah orang-orang di luar satuan pendidikan


yang terkait dengan proses belajar-mengajar di satuan
pendidikan

50
7. Biaya satuan pendidikan minimal adalah biaya minimal yang
diperlukan oleh sekolah untuk menunjang proses
pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana
sesuai rencana dan hasil proses pembelajaran sesuai dengan
target yang diharapkan.

8. Komite Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut Komite


Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah serta tokoh
masyarakat yang peduli pendidikan.

9. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya


disingkat SD/MI adalah Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Kabupaten ……………...

10. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang


selanjutnya disingkat SMP/MTs adalah Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta di
Kabupaten Sidoarjo.

11. Keluarga miskin (tidak mampu) adalah keluarga yang masuk


kategori miskin (tidak mampu) berdasarkan dokumen
pendukung yang sah.

BAB II
RUANG LINGKUP, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 2
Ruang Lingkup kebijakan pembiayaan pendidikan meliputi:

a. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


untuk operasional sekolah

b. Partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pendidikan

c. Perlindungan bagi penduduk miskin (tidak mampu)

d. Pengawasan keuangan di sekolah

51
Pasal 3
Kebijakan Pembiayaan Pendidikan berfungsi sebagai pedoman bagi
semua pihak dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
melalui aspek pembiayaan.
Pasal 4
Kebijakan Pembiayaan Pendidikan bertujuan untuk menjamin
adanya pembiayaan pendidikan yang efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan pada satuan pendidikan.

BAB III

ALOKASI APBD UNTUK OPERASIONAL SEKOLAH


Pasal 5

1. Bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi,


Pemerintah Kabupaten mencukupi kebutuhan biaya operasional
di sekolah mengacu pada besarnya biaya satuan pendidikan,
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah

2. Besarnya biaya satuan pendidikan ditetapkan melalui SK Bupati

Pasal 6

1. Bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi,


Pemerintah Kabupaten mencukupi kebutuhan sarana-prasarana di
sekolah negeri berupa gedung dan mebelair, sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah

2. Bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi,


Pemerintah Kabupaten membantu kebutuhan sarana-prasarana di
sekolah/madrasah swasta dan pondok pesantren

Pasal 7
Pemerintah Kabupaten mengalokasikan APBD untuk mendorong
pengembangan siswa dan/atau sekolah berprestasi

52
BAB IV
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN
Pasal 8

1. Sekolah dapat menggalang dana partisipasi masyarakat untuk


keperluan biaya operasional sekolah dari masyarakat atau orang
tua yang mampu.

2. Besarnya dana partisipasi masyarakat atau orang tua yang dapat


digalang oleh sekolah ditetapkan oleh Bupati berdasarkan
Kategori Sekolah dan Biaya Satuan Pendidikan.

3. Kategori Sekolah ditetapkan berdasarkan SK Kepala Dinas


Pendidikan.

Pasal 9

1. Untuk memenuhi kebutuhan biaya investasi di sekolah, sekolah


dapat menggalang dana partisipasi dari masyarakat atau orang tua
yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah dan orang tua

2. Siswa baru SD/MI Negeri tidak dipungut biaya, tanpa menutup


kemungkinan adanya partisipasi dari masyarakat/ortu yang
mampu secara sukarela.

3. Besarnya dana partisipasi untuk siswa baru SD/MI diatur lebih


lanjut dengan SK Bupati.

4. Siswa baru SMP/MTs dan SMA/MA/SMK Negeri dapat


dipungut biaya partisipasi masyarakat.

5. Besarnya biaya partisipasi untuk siswa baru SMP/MTs dan


SMA/MA/SMK diatur lebih lanjut dengan SK Bupati.

53
Pasal 10

1. Pemkab dapat menggalang partisipasi masyarakat (dunia usaha


dan dunia industri) untuk membantu pembiayaan pendidikan

2. Pemkab mendorong dunia usaha dan dunia industri untuk


menyisihkan sebagian keuntungannya untuk keperluan
pembiayaan pendidikan

3. Partisipasi dunia usaha dan dunia industri dapat disampaikan


kepada siswa, sekolah dan/atau Pemkab

BAB V
PERLINDUNGAN BAGI PENDUDUK MISKIN (TIDAK
MAMPU)
Pasal 11
Siswa dari keluarga tidak mampu dibebaskan dari segala bentuk
beban pembiayaan oleh sekolah

Pasal 12

1. Bagi siswa yang tidak mampu, sekolah dapat mengusulkan yang


bersangkutan untuk mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Kabupaten

2. Sekolah dapat menjalankan mekanisme subsidi silang untuk


membantu siswa dari keluarga tidak mampu

Pasal 13

1. Pemerintah Kabupaten mengalokasikan dana untuk membantu


siswa dari keluarga tidak mampu dalam menanggung biaya
pendidikan, sesuai dengan kemampuan keuangan daerah

2. Pemkab mengalokasikan dana untuk menjamin keluarga tidak


mampu agar dapat menyekolahkan anaknya, sesuai kemampuan
keuangan daerah

54
BAB VI
PENGAWASAN KEUANGAN DI SEKOLAH
Pasal 14

1. Pengawasan keuangan di sekolah dilakukan oleh instansi atau


lembaga pemerintah yang berwenang, Komite Sekolah, atau
lembaga lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

2. Sekolah menyusun laporan keuangan untuk


mempertanggungjawabkan penggunaan dana di sekolah.

3. Mekanisme pelaporan keuangan sekolah diatur oleh Kepala


Dinas Pendidikan.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 15

(1) Pembinaan terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati ini


dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Bupati.

(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati ini


dilakukan oleh lembaga/instansi yang berwenang
melaksanakan pengawasan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten …………...

Di tetapkan di ...........
pada tanggal

BUPATI ............,

55
..........................

Diundangkan di ..............
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ............................................

BERITA DAERAH KABUPATEN ...................... TAHUN 2007 NOMOR……….

56
Lampiran-3 Bab 4.

CONTOH DRAFT
SURAT KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO

NOMOR ......... TAHUN 2007


TENTANG
BIAYA SATUAN PENDIDIKAN
BUPATI SIDOARJO
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 62 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pembiayaan Pendidikan terdiri atas Biaya
Investasi, Biaya Operasi, dan Biaya Personal

e. bahwa penetapan besarnya biaya operasional minimum


bertujuan agar sekolah senantiasa memberikan layanan
pendidikan yang optimal yang mengarah pada peningkatan
mutu pendidikan di sekolah;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut huruf


a, b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Standar Biaya Satuan Pendidikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor ...................... tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Timur;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286 ) ;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

57
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389 );

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

58
9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496);

10. Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor ……. tentang Pembiayaan


Pendidikan

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN BUPATI TENTANG BIAYA SATUAN
PENDIDIKAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Satuan pendidikan adalah lembaga formal yang memberikan


layanan pendidikan kepada anak didik

3. Pelaksana satuan pendidikan adalah Kepala Sekolah, atau


guru atau tenaga administrasi yang ditunjuk

4. Biaya satuan pendidikan merupakan rata-rata biaya yang


dikeluarkan oleh sekolah untuk keperluan operasional di luar
gaji untuk satu orang murid.

5. Kategorisasi sekolah adalah pengelompokan satuan


pendidikan pada suatu jenjang tertentu berdasarkan pelayanan
yang diberikan kepada anak didik

59
6. Masyarakat adalah orang-orang di luar satuan pendidikan
yang terkait dengan proses belajar-mengajar di satuan
pendidikan

7. Biaya satuan pendidikan adalah biaya minimal yang


diperlukan oleh sekolah untuk memenuhi kebutuhan biaya
operasional non-pegawai sehingga proses pembelajaran dapat
terlaksana sesuai rencana dan hasil proses pembelajaran
sesuai dengan target yang diharapkan.

8. Komite Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut Komite


Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah serta tokoh
masyarakat yang peduli pendidikan.

9. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya


disingkat SD/MI adalah Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Kabupaten ……………...

10. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang


selanjutnya disingkat SMP/MTs adalah Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta di
Kabupaten Sidoarjo.

BAB II
RUANG LINGKUP, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 2
Ruang Lingkup biaya satuan pendidikan meliputi:

a. biaya satuan pendidikan untuk SD/MI Negeri atau Swasta

b. biaya satuan pendidikan untuk SMP/MTs Negeri atau Swasta

c. biaya satuan pendidikan untuk SMA/MA Negeri atau Swasta

Pasal 3
Standar Biaya Satuan Pendidikan berfungsi sebagai dasar bagi
kebijakan tentang pembiayaan pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan.

60
Pasal 4
Standar Biaya Satuan Pendidikan bertujuan untuk menjamin
adanya pembiayaan pendidikan yang efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan pada satuan pendidikan.

BAB III
BIAYA SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 5

1. Besarnya Biaya Satuan Pendidikan untuk SD/MI Negeri atau


Swasta adalah sebesar Rp 36.500,- per siswa per bulan

2. Besarnya Biaya Satuan Pendidikan untuk SMP/MTs Negeri atau


Swasta sebesar Rp 118.500,- per siswa per bulan

3. Besarnya Biaya Satuan Pendidikan untuk SMA/MA Negeri atau


Swasta sebesar Rp … per siswa per bulan

BAB IV
KATEGORISASI SEKOLAH
Pasal 6

1. Sekolah di setiap jenjang pendidikan dikategorikan menjadi tiga,


yaitu Sekolah Kategori 1, Sekolah Kategori 2 dan Sekolah
Kategori 3

2. Kategorisasi sekolah dilakukan berdasarkan keberadaan sarana


dan prasarana, kegiatan akademik dan kegiatan non-akademik di
sekolah

3. Kategori sekolah untuk setiap sekolah ditetapkan melalui SK


Kepala Dinas Pendidikan

BAB V
BIAYA MAKSIMAL
UNTUK KEPERLUAN OPERASIONAL NON-PEGAWAI DI
SEKOLAH

61
Pasal 9
Biaya maksimal yang dibebankan oleh sekolah negeri kepada
orang tua murid disesuaikan dengan kategori sekolah.

Pasal 10

1. SD/MI Kategori 1 dapat menarik dana partisipasi masyarakat


dari orang tua yang mampu untuk keperluan operasional non-
pegawai maksimal sebesar Rp 30.000,- per siswa per bulan

2. SD/MI Kategori 2 dapat menarik dana partisipasi masyarakat


dari orang tua yang mampu untuk keperluan operasional non-
pegawai maksimal sebesar Rp 10.500,- per siswa per bulan

3. SD/MI Kategori 3 tidak dapat menarik dana partisipasi


masyarakat untuk keperluan operasional non-pegawai

Pasal 11

1. SMP/MTs Kategori 1 dapat menarik dana partisipasi


masyarakat dari orang tua yang mampu untuk keperluan
operasional non-pegawai maksimal sebesar Rp 120.000,- per
siswa per bulan

2. SMP/MTs Kategori 2 dapat menarik dana partisipasi


masyarakat dari orang tua yang mampu untuk keperluan
operasional non-pegawai maksimal sebesar Rp 89.000,- per
siswa per bulan

3. SMP/MTs Kategori 3 dapat menarik dana partisipasi


masyarakat dari orang tua yang mampu untuk keperluan
operasional non-pegawai maksimal sebesar Rp 30.000,- per
siswa per bulan

Pasal 12
SMA/MA dapat menarik dana partisipasi masyarakat untuk
keperluan operasional non-pegawai sesuai dengan kebutuhan

62
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13

(1) Pembinaan terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati ini dilakukan


oleh Tim yang dibentuk oleh Bupati.

(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati ini


dilakukan oleh lembaga/instansi yang berwenang melaksanakan
pengawasan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Keputusan Bupati ini mulai berlaku sejak pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten …………...
Di tetapkan di .....
pada tanggal

BUPATI

......................

Diundangkan di ..............
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ............................................

63
BERITA DAERAH KABUPATEN ...................... TAHUN 2007 NOMOR……….

64
DRAF
SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN SIDOARJO

TENTANG
KATEGORISASI SEKOLAH
DALAM RANGKA KEBIJAKAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Menimbang :

Mengingat :
1. Peraturan Bupati Nomor …. tentang Pembiayaan Pendikan
2. SK Bupati Nomor …… tentang Biaya Satuan Pendidikan

MEMUTUSKAN: KATEGORISASI SEKOLAH DALAM RANGKA KEBIJAKAN


PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Pasal 1
UMUM

1. Kategorisasi sekolah dalam rangka kebijakan pembiayaan pendidikan


dilakukan oleh Dinas Pendidikan berdasarkan laporan dari sekolah
2. Kategorisasi sekolah dilakukan pada awal tahun ajaran atau selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun ajaran baru dimulai
3. Hasil kategorisasi sekolah berlaku untuk 1 (satu) tahun atau hingga
dikeluarkan keputusan baru tentang kategorisasi sekolah

Pasal 2
KATEGORISASI SEKOLAH UNTUK SD/MI

1. Kategorisasi sekolah untuk SD/MI didasarkan berdasarkan format isian


sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini
2. SD/MI Kategori 1 adalah SD/MI dengan skor penilaian 14 atau lebih
3. SD/MI Kategori 2 adalah SD/MI dengan skor penilaian antara 10 sampai
dengan 13
4. SD/MI Kategori 3 adalah SD/MI dengan skor penilaian 9 atau kurang

Pasal 3
KATEGORISASI SEKOLAH UNTUK SD/MI

1. Kategorisasi sekolah untuk SMP/MTs didasarkan berdasarkan format isian


sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini
2. SD/MI Kategori 1 adalah SMP/MTs dengan skor penilaian 16 atau lebih

65
3. SD/MI Kategori 2 adalah SMP/MTs dengan skor penilaian antara 13 sampai
dengan 16
4. SD/MI Kategori 3 adalah SMP/MTs dengan skor penilaian 12 atau kurang

Pasal 4
KATEGORISASI SEKOLAH UNTUK SMA/MA

1. Kategorisasi sekolah untuk SMA/MA didasarkan berdasarkan format isian


sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini
2. SD/MI Kategori 1 adalah SMA/MA dengan skor penilaian 18 atau lebih
3. SD/MI Kategori 2 adalah SMA/MA dengan skor penilaian antara 14 sampai
dengan 17
4. SD/MI Kategori 3 adalah SD/MI dengan skor penilaian 13 atau kurang

Pasal 5
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

1. Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka pelaksanaan Surat Keputusan ini


dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan instansi atau lembaga lain yang
berwenang
2. Sekolah yang terbukti melakukan kecurangan dalam memberikan data terkait
dengan kategori sekolah akan dikenai sanksi berupa penurunan kategori
sebanyak 1 (satu) tingkat atau dianggap sebagai sekolah dengan kategori
terendah.

66
Form
Lampiran -1. 1
FORMAT ISIAN KATEGORISASI SEKOLAH
UNTUK SD/MI

No Uraian Beri SKOR**


tanda “√”
jika ada
atau “Ya”
A SARANA PEMBELAJARAN
1 Perpustakaan
2 Ruang UKS
3 Laboratorium IPA
4 Laboratorium Komputer
5 Laboratorium Bahasa

B KEGIATAN AKADEMIK
1a Ranking sekolah dibanding tahun sebelumnya naik?
1b Ranking sekolah dibanding tahun sebelumnya tetap?
2 Siswa ikut serta dalam lomba prestasi akademik
3 Siswa memenangi juara 1, 2 atau 3 dalam lomba
prestasi akademik

C KEGIATAN EKSTRA KURIKULER


1 Pramuka
2 Kesenian Tradisional
3 Olah Raga
4 Ketrampilan Komputer
5 UKS
6 Keagamaan
7 Drum Band
8 Dokter Kecil
9 Palang Merah Remaja (PMR)
10 Band
11 Siswa ikut serta dalam lomba non-akademik
12 Siswa memenangi juara 1, 2 atau 3 dalam lomba non-
akademik

TOTAL NILAI/SKOR
**Diisi dengan nilai 1 (satu) untuk semua jawaban “Ada” atau “Ya”, kecuali untuk
pertanyaan B1a, B3 dan C12 diberi nilai 2 (dua) jika “Ada” atau “Ya”.

67
Form
Lampiran 2. 2
FORMAT ISIAN KATEGORISASI SEKOLAH
UNTUK SMP/MTs

No Uraian Beri SKOR**


tanda “√”
jika ada
atau “Ya”
A SARANA PEMBELAJARAN
1 Perpustakaan
2 Ruang UKS
3 Laboratorium Fisika
4 Laboratorium Kimia
5 Laboratorium Biologi
6 Laboratorium Komputer
7 Laboratorium Bahasa

B KEGIATAN AKADEMIK
1a Ranking sekolah dibanding tahun sebelumnya naik?
1b Ranking sekolah dibanding tahun sebelumnya tetap?
2 Siswa ikut serta dalam lomba prestasi akademik
3 Siswa memenangi juara 1, 2 atau 3 dalam lomba
prestasi akademik

C KEGIATAN EKSTRA KURIKULER


1 Pramuka
2 Kesenian Tradisional
3 Olah Raga
4 Karya Ilmiah Remaja (KIR)
5 UKS
6 Keagamaan
7 Kecakapan Hidup (Life Skill)
8 Drum Band
9 Palang Merah Remaja (PMR)
10 Band
11 Siswa ikut serta dalam lomba non-akademik
12 Siswa memenangi juara 1, 2 atau 3 dalam lomba non-
akademik

TOTAL NILAI/SKOR
**Diisi dengan nilai 1 (satu) untuk semua jawaban “Ada” atau “Ya”, kecuali untuk
pertanyaan B1a, B3 dan C12 diberi nilai 2 (dua) jika “Ada” atau “Ya”.

68
Form
Lampiran 3. 3
FORMAT ISIAN KATEGORISASI SEKOLAH
UNTUK SMA/MA

No Uraian Beri SKOR**


tanda “√”
jika ada
atau “Ya”
A SARANA PEMBELAJARAN
1 Perpustakaan
2 Ruang UKS
3 Laboratorium Fisika
4 Laboratorium Kimia
5 Laboratorium Biologi
6 Laboratorium Komputer
7 Laboratorium Bahasa

B KEGIATAN AKADEMIK
1a Ranking sekolah dibanding tahun sebelumnya naik?
1b Ranking sekolah dibanding tahun sebelumnya tetap?
2 Siswa ikut serta dalam lomba prestasi akademik
3 Siswa memenangi juara 1, 2 atau 3 dalam lomba
prestasi akademik

C KEGIATAN EKSTRA KURIKULER


1 Pramuka
2 Kesenian Tradisional
3 Olah Raga
4 Karya Ilmiah Remaja (KIR)
5 UKS
6 Keagamaan
7 Kecakapan Hidup (Life Skill)
8 Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
9 Drum Band
10 Palang Merah Remaja (PMR)
11 Band
12 Siswa ikut serta dalam lomba non-akademik
13 Siswa memenangi juara 1, 2 atau 3 dalam lomba non-
akademik

TOTAL NILAI/SKOR
**Diisi dengan nilai 1 (satu) untuk semua jawaban “Ada” atau “Ya”, kecuali untuk
pertanyaan B1a, B3 dan C13 diberi nilai 2 (dua) jika “Ada” atau “Ya”.

69

Anda mungkin juga menyukai