Anda di halaman 1dari 12

Malnutrisi adalah kondisi ketika terjadi ketidakseimbangan, entah itu

kekurangan atau kelebihan, nutrisi di dalam tubuh seseorang. Kondisi ini


sebenarnya dapat menyerang siapa saja di usia berapa pun. Namun, kebanyakan
kasus malnutrisi biasanya dialami oleh kelompok usia anak-anak.

Malnutrisi sebenarnya bisa diartikan sebagai nutrisi anak kurang cukup atau


bahkan kelebihan. Keduanya sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan
mengganggu perkembangan si kecil.  Malnutrisi terbagi menjadi 2 kelompok
besar kondisi, yakni gizi kurang (undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition).

Gizi kurang di sini mencakup beberapa hal, seperti:

 Stunting: tinggi badan sangat rendah pada anak dengan indikator TB/U di


bawah angka -2 SD.
 Wasting: berat badan sangat kurang pada anak dengan indikator dengan
indikator BB/TB di angka -3 sampai dengan <-2 SD.
 Underweight: berat badan kurang pada anak dengan indikator BB/U atau
IMT/U di angka <-2 sampai -3 SD, atau persentil < 5. 
 Kekurangan vitamin serta mineral.

Sedangkan gizi lebih meliputi overweight (berat badan lebih) dan obesitas.


Tidak seperti anak-anak normal pada umumnya, anak-anak yang mengalami
malnutrisi serius umumnya mengalami perkembangan kepribadian yang lambat.

Kondisi tersebut bahkan bisa sampai menimbulkan keterbelakangan mental.


Meskipun sudah ditangani, terkadang malnutrisi bisa memberikan efek jangka
panjang pada anak-anak.

Meliputi munculnya gangguan pada fungsi mental dan pencernaan, bahkan


dalam beberapa kasus bisa bertahan seumur hidup. Selain itu, malnutrisi pada
anak juga dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan yang bisa semakin
memperburuk kondisinya.

Seberapa umumkah malnutrisi?


Malnutrisi dapat terjadi pada siapa saja, entah itu laki-laki maupun wanita.
Namun, kebanyakan kasusnya lebih sering dilaporkan dialami oleh anak-anak.
Jangan khawatir. Anda dapat mengurangi risiko terserang penyakit ini dengan
mengurangi faktor risiko yang Anda atau anggota keluarga miliki.
Konsultasikan dengan dokter Anda untuk mencari tahu informasi lebih lanjut.

Apa penyebab malnutrisi?


Secara garis besar, malnutrisi pada anak disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara asupan dengan kebutuhan zat gizi harian anak. Namun bukan hanya itu,
kondisi ini juga diakibatkan oleh beragam hal, meliputi:

Pola makan buruk

Ketika asupan makanan anak terlalu sedikit atau berlebih, sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan gizi optimal harian, anak berisiko mengalami malnutrisi.

Pola makan yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari
mengalami dysphagia (kesulitan menelan), mengalami penyakit, tidak
tersedianya cukup bahan makanan, atau keinginan untuk makan berlebih.

Masalah kesehatan mental

Beberapa pasien dengan kondisi kesehatan mental, seperti depresi, bisa


mengalami kondisi ini. Umumnya, hal ini dialami pada anak dengan kondisi
gizi kurang, karena mengonsumsi terlalu sedikit makanan.

Ketidakmampuan untuk memperoleh dan menyediakan makanan yang


cukup

Kebanyakan anak dengan gizi kurang biasanya sulit untuk memperoleh asupan
nutrisi harian yang cukup. Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya sumber
makanan yang bisa memenuhi kebutuhannya, atau lingkungan sekitar yang
tidak mendukung.

Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar dari tubuh

Anak yang mengalami gizi lebih biasanya sangat gemar makan, bahkan dalam
porsi yang banyak. Akan tetapi, hal tersebut tidak dibarengi dengan aktif
melakukan berbagai kegiatan.

Bukan tidak mungkin, kondisi tersebut justru akan membuat sisa energi yang
tidak digunakan oleh tubuh, akan mengendap sehingga membentuk lemak.

Masalah pada sistem pencernaan


Beberapa orang mungkin bisa makan dengan baik, tapi tubuhnya tidak memiliki
kemampuan untuk menyerap zat gizi yang diperlukan. Contohnya pada pasien
dengan Chron’s disease atau ulcerative colitis, yang perlu melakukan
pengangkatan usus kecil (ileostomi).

Individu dengan penyakit Celiac yang memiliki kelainan genetik, sehingga


membuat mereka mengalami intoleransi terhadap gluten. Anak yang memiliki
penyakit Celiac berisiko lebih tinggi terhadap kerusakan pada lapisan pada usus,
yang kemudian menyebabkan proses penyerapan makanan terhambat.

Anak yang mengalami diare dan muntah parah dapat kehilangan nutrisi penting,
dan berisiko tinggi terhadap kekurangan gizi.

Alkoholisme

Alkoholisme adalah penyakit kronis (jangka panjang). Individu yang menderita


alkoholisme dapat mengalami gastritis atau kerusakan pankreas. Masalah ini
juga mengganggu kemampuan tubuh untuk mencerna makanan, menyerap
vitamin dan menghasilkan hormon yang mengatur metabolisme.

Kurangnya asupan ASI ibu

Para ahli mengatakan bahwa kurangnya ASI, bisa menyebabkan malnutrisi pada
bayi dan anak-anak. Ini karena di dalam ASI terkandung beragam nutrisi yang
penting untuk menunjang tumbuh kembang anak di awal masa kehidupannya.

Pengobatan
Bagaimana cara menangani malnutrisi?
Cara mengatasi kurang gizi biasanya disesuaikan kembali dengan tingkat
keparahan dan kondisi khusus yang dialami masing-masing anak. Secara garis
besarnya, berikut berbagai pengobatan untuk kondisi anak dengan gizi kurang:

Rencana perawatan

Tujuan perawatan akan ditentukan, yang meliputi perawatan untuk kondisi


penyebab yang berkontribusi terhadap gizi kurang. Umumnya, perawatan akan
meliputi program makan dengan diet yang diatur secara khusus, dan
kemungkinan suplemen gizi tambahan.

Anak yang mengalami kurang gizi serius, atau individu yang tidak dapat
mendapatkan gizi yang cukup dapat menerima dukungan gizi tambahan. Pasien
akan dimonitor untuk melihat perkembangan. Perawatan akan ditinjau secara
rutin untuk memastikan gizi yang didapat cukup.

Pengaturan pola makan

Dokter dan ahli gizi akan memberikan saran mengenai yang tepat sesuai dengan
kondisi pasien. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien mendapatkan
makanan yang sehat dan bergizi. Apabila pasien tidak mendapatkan gizi yang
cukup dari makanan, biasanya diperlukan tambahan dari suplemen.

Ada 2 jenis utama dari dukungan gizi buatan, terutama untuk pasien dengan
malnutrisi serius:

 Enteral nutrition (tube feeding): selang dimasukan melalui hidung,


lambung atau usus kecil.
 Parenteral feeding: cairan steril diberikan melalui aliran darah. Beberapa
pasien mungkin tidak dapat mengonsumsi langsung gizi ke dalam lambung atau
usus kecil.

Pemantauan secara berkala

Kesehatan anak akan dipantau secara rutin untuk melihat apakah ia menerima
jumlah kalori dan kebutuhan gizi yang cukup. Di samping itu, seiring
berjalannya waktu pengobatan dapat disesuaikan kembali dengan kebutuhan
anak.

Pencegahan
Bagaimana cara mencegah malnutrisi?
Sebenarnya cara mencegah malnutrisi pada anak, baik itu karena gizi kurang
atau lebih cenderung sama. Intinya yaitu dengan makan makanan yang sehat
dan bergizi seimbang. Tak lupa, pastikan kebutuhan zat gizi harian terpenuhi
dengan baik, tidak kurang atau berlebih.

Selain itu, berikut cara yang bisa dilakukan untuk mencegah malnutrisi pada
anak-anak:

 Makan dalam porsi yang cukup, tidak kurang dan juga lebih.
 Usahakan asupan makanan harian mengandung berbagai nutrisi yang
dibutuhkan. Mulai dari karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, dan mineral.
 Makan aneka ragam makanan dan minuman bergizi.
 Pilih camilan sehat sebagai pengganjal perut di sela-sela makan.
Definisi
Apa itu obesitas?
Kegemukan alias obesitas adalah penumpukkan lemak yang tidak normal atau
berlebihan di dalam tubuh. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus dapat
memengaruhi kesehatan penderitanya. Ya, kondisi ini tidak hanya berdampak
pada penampilan fisik penderitanya, tetapi juga meningkatkan risiko dalam
kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Selain


dapat menyebabkan masalah kesehatan secara fisik, kondisi ini juga dapat
menyebabkan masalah psikologis, seperti stres dan depresi.

Obesitas dan berat badan berlebih (overweight) merupakan dua konsep yang
berbeda. Overweight adalah kondisi di mana terdapat kenaikan berat badan
berlebih. Namun demikian, kenaikan berat badan tidak hanya disebabkan oleh
lemak berlebih, tetapi juga bisa disebabkan massa otot atau cairan dalam tubuh.
Kondisi-kondisi tersebut dapat memberikan dampak berbahaya pada kesehatan.

Seberapa umum kondisi ini?


Obesitas adalah salah satu kondisi paling umum yang dapat dialami oleh anak-
anak maupun orang dewasa. Seseorang berisiko tinggi mengalami kondisi
ini jika tidak menjaga pola makan dan melakukan olahraga yang cukup.

Kegemukan biasanya diderita oleh orang-orang dengan pekerjaan administratif


atau kantoran yang cenderung menerapkan gaya hidup sedentari, alias malas
gerak. Anda dapat menjaga diri Anda dari kondisi ini dengan mengurangi
faktor-faktor risiko yang ada. Jadi, silakan berkonsultasi dengan dokter untuk
informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja gejala-gejala obesitas?
Sebanarnya tidak ada tanda gejala pasti dari obesitas. Memang sih, orang yang
obesitas cenderung terlihat lebih gemuk dan besar. Namun perlu dipahami
bahwa orang yang gemuk belum tentu mengalami obesitas, sementara mereka
yang obesitas sudah pasti gemuk.
Untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam obesitas atau tidak,
terdapat beberapa cara menentukannya yakni dengan mengukur:

 Body Mass Index (BMI)


 Lingkar pinggang
 Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP)
 Tebal lipatan kulit menggunakan alat ukur yang bernama skinfold
 Kadar lemak tubuh menggunakan sebuah alat bioelectrical impedance
analysis (BIA)

Penyebab
Apa penyebab obesitas (kegemukan)?
Obesitas disebabkan oleh kadar kalori yang berlebihan dalam tubuh.
Penumpukkan kadar kalori yang berlebih ini dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor (multifaktorial). Interaksi antara berbagai macam faktor inilah
yang menyebabkan seseorang dapat mengalami obesitas. 

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk obesitas
(kegemukan)?
Berikut beberapa faktor yang bisa jadi penyebab kenaikan berat badan dan
obesitas:

1. Genetik

Genetik alias keturunan adalah salah satu komponen terbesar yang bisa memicu
obesitas. Anak dari orangtua yang obesitas jauh lebih berisiko mengalami
obesitas dibanding anak yang orangtuanya memiliki berat badan ideal.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Investigastion


diketahui bahwa orang yang membawa gen FTO biasanya cenderung banyak
makan makanan berlemak dan tinggi gula. Selain itu orang dengan gen tersebut
juga biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa kenyang. Nah, hal
tersebutlah yang menyebabkan orang dengan gen FTO lebih mungkin untuk
mengalami obesitas.

Meski begitu bukan berarti obesitas sepenuhnya ditentukan oleh genentik.


Pasalnya, apa yang Anda konsumsi juga memiliki efek besar pada gen yang
dapat memicu obesitas. Ya, jika Anda memiliki gen obesitas dan Anda memiliki
kebiasaan hidup yang tidak sehat, maka hal tersebut justru akan meningkatkan
risiko Anda berkali-kali lipat untuk mengalami obesitas.

Sebaliknya, jika Anda memiliki gen obesitas, tapi Anda secara teratur
menerapkan pola hidup sehat dengan memerhatikan asupan makanan serta rajin
olahraga, maka risiko Anda terkena obesitas pun akan menurun.

2. Junk food

Junk food adalah jenis makanan yang tinggi kandungan gula, lemak, garam, dan
minyak. Kombinasi inilah, ditambah dengan wangi makanan dan berbagai
paduan rasa lainnya, yang membuat makanan junk food terasa nikmat sehingga
bikin ketagihan. Tanpa sadar, orang yang sering makan junk food menumpuk
banyak kalori dan lemak di tubuhnya.

Nah, hal inilah yang menyebabkan Anda mengalami kenaikan berat badan yang
pada akhirnya memicu obesitas. Jika sudah obesitas, maka Anda berisiko
terkena penyakit kronis lainnya.

3. Obat-obatan tertentu

Banyak obat-obatan dengan/tanpa resep dokter dapat menyebabkan


penambahan berat badan sebagai efek samping. Misalnya antidepresan yang
sudah lama dikaitkan dengan kenaikan berat badan secara perlahan-lahan.

Beberapa obat-obatan lain yang bisa memicu kenaikan berat badan adalah obat
diabetes dan antipsikotik yang sering digunakan untuk meredakan masalah
mental. Obat-obatan ini mengubah fungsi tubuh dan otak Anda, menyebabkan
meningkatkan nafsu makan dan berkurangnya tingkat metabolisme Anda. Hal
tersebutlah yang memicu kenaikan berat badan.

4. Stres

Siapa sangka, stres nyatanya juga bisa jadi penyebab obesitas. Ya, stres sangat
mungkin menyebabkan obesitas. Pasalnya pada saat Anda mengalami stres,
Anda akan lebih mudah untuk lebih banyak makan, terutama makanan manis,
guna sekadar meredakan stres dan memperbaiki suasana hati.

Padahal tanpa disadari, konsumsi makanan di saat-saat seperti itu justru akan
membuat Anda mengonsumsi makanan ebih banyak, yang pada akhirnya akan
menumpuk kalori, gula, serta lemak di dalam tubuh. Nah, hal inilah yang
menyebabkan Anda mengalami kenaikan berat badan.
5. Malas gerak

Dengan adanya televisi, komputer, video game, mesin cuci, ponsel pintar, dan
perangkat kenyamanan modern lainnya, hidup kebanyakan orang memang jadi
lebih santai. Sayangnya, hal tersebut justru membuat banyak orang minim
melakukan aktivitas fisik.

Padahal kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan perlambatan metabolisme


dalam tubuh. Ya, semakin sedikit Anda bergerak, maka semakin pula kalori
yang Anda bakar.

Akibatnya, kalori akan lebih banyak menumpuk di dalam tubuh. Bahkan tak
hanya soal kalori saja. Aktivitas fisik yang minum juga memengaruhi kinerja
hormon insulin dalam tubuh. Jika kadar insulin dalam tubuh tidak stabil, maka
erat kaitannya dengan penambahan berat badan.

6. Tidak cukup tidur

Penelitian telah menemukan bahwa jika Anda tidak cukup tidur, Anda berisiko
dua kali lipat untuk mengalami obesitas. Risiko ini berlaku untuk orang dewasa
dan anak-anak. Hal ini berdasarkan penelitian dilakukan di Warwick Medical
School di University of Warwick.

Para ahli dalam penelitian tersebut meninjau bukti di lebih dari 28.000 anak dan
15.000 orang dewasa. Hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa kurang tidur
secara signifikan meningkatkan risiko obesitas pada kedua kelompok.

Kurang tidur dapat menyebabkan obesitas melalui peningkatan nafsu makan


akibat dari perubahan hormonal. Jika Anda tidak cukup tidur, Anda
menghasilkan Ghrelin, hormon yang merangsang nafsu makan. Kurang tidur
juga mengakibatkan tubuh Anda memproduksi lebih sedikit Leptin, hormon
yang menekan nafsu makan.

Jika Anda tidak mengidap faktor-faktor risiko tersebut bukan berarti Anda tidak
dapat terjangkit obesitas. Tanda-tanda tersebut hanya referensi saja, jadi akan
lebih baik jika Anda berkonsultasi pada dokter untuk informasi lebih lanjut.

Obat & Pengobatan


Apa saja penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengobati obesitas?
Menjaga pola makan yang seimbang, olah raga, dan melakukan operasi dapat
dilakukan untuk mengurangi berat badan. Ya, haya hidup aktif, olah raga, dan
pola makan sehat seimbang adalah jalan terbaik untuk mengurangi berat badan
dan menjaga kesehatan.

Anda dapat berkonsultasi pada ahli gizi untuk mengukur kadar kalori yang bisa
Anda konsumsi setiap hari.  Dalam sesi konsultasi, biasanya dokter atau ahli
gizi kesehatan dapat memberitahu informasi tentang:

 Bagaimana memilih makanan sehat


 Memilih kudapan yang sehat
 Cara membaca kandungan nutrisi sebelum mengonsumsinya
 Cara sehat memproses makanan
 Mengatur pola makan

Apa itu stunting? Stunting adalah gangguan pertumbuhan kronis pada anak


akibat kekurangan nutrisi dalam waktu lama. Sehingga anak yang terkena
stunting umumnya bertubuh lebih pendek dibanding anak seusianya. Di
Indonesia, angka stunting cukup tinggi, yaitu sekitar 7,8 juta dari 23 juta balita
atau sekitar 35,6 persen. Angka ini menyebabkan WHO menetapkan Indonesia
sebagai negara dengan status gizi buruk untuk balita dan anak-anak.

Dampak Stunting pada Anak


Umumnya stunting adalah gangguan yang sering ditemukan pada balita,
khususnya usia 1-3 tahun. Pada rentang usia tersebut, ibu dapat mengenal
apakah anak mengalami stunting atau tidak. Dampak stunting yang bisa terlihat
antara lain:

1. Mengganggu Pertumbuhan tinggi dan berat anak


Stunting adalah salah satu dari berbagai penyebab anak lebih pendek
dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya. Berat badannya pun cenderung
jauh di bawah rata-rata anak sebayanya.

2. Tumbuh kembang anak tidak optimal

Stunting juga bisa terlihat pada tumbung kembang anak dimana anak menjadi
terlambat jalan atau kemampuan motoriknya kurang optimal.

3. Memengaruhi kecerdasan dan kemampuan belajar anak

Menurut sebuah penelitian, stunting adalah salah satu faktor yang berpengaruh


terhadap IQ anak lebih rendah dibanding anak seusianya. Anak akan sulit
belajar dan berkonsentrasi akibat kekurangan gizi.

4. Mudah terserang penyakit

Penderita stunting dapat mudah terserang penyakit dan berisiko terkena


berbagai penyakit saat dewasa seperti diabetes, jantung, kanker dan stroke.
Bahkan stunting juga bisa berujung pada kematian usia dini.

Penyebab Stunting pada Anak
Meski gejala stunting baru dapat terlihat ketika balita, namun sebenarnya untuk
memahami penyebab stunting adalah hal yang dapat dilakukan sejak bayi masih
di dalam kandungan:

1. Nutrisi ibu

Ibu hamil yang kurang mengonsumsi makanan bergizi seperti asam folat,
protein, kalsium, zat besi, dan omega-3 cenderung melahirkan anak dengan
kondisi kurang gizi. Kemudian saat lahir, anak tidak mendapat ASI eksklusif
dalam jumlah yang cukup dan MPASI dengan gizi yang seimbang ketika
berusia 6 bulan ke atas.

2. Cara pemberian makan

Pemberian makanan pelengkap yang tidak cukup dan kekurangan nutrisi


penting di samping asupan kalori murni adalah salah satu penyebab
pertumbuhan pada anak terhambat. Anak-anak perlu diberi makanan yang
memenuhi persyaratan minimum dalam hal frekuensi dan keragaman makanan
untuk mencegah kekurangan gizi.

3. Kebersihan lingkungan

Ada kemungkinan besar hubungan antara pertumbuhan linier anak-anak dan


praktik sanitasi rumah tangga. Kontaminasi jumlah besar bakteri fecal oleh
anak-anak kecil ketika meletakkan jari-jari kotor atau barang-barang rumah
tangga di mulut mengarah ke infeksi usus. Ini memengaruhi status gizi anak-
anak dengan mengurangi nafsu makan, mengurangi penyerapan nutrisi, dan
meningkatkan kehilangan nutrisi.

Penyakit-penyakit yang berulang seperti diare dan infeksi cacing usus


(helminthiasis) yang keduanya terkait dengan sanitasi yang buruk telah terbukti
berkontribusi terhadap terhambatnya petumbuhan anak. Enteropati lingkungan
adalah sindrom yang menyebabkan perubahan pada usus kecil orang dan dapat
terjadi karena kurangnya fasilitas sanitasi dasar dan terkena kontaminasi feses
dalam jangka panjang.

Penelitian pada tingkat global telah menemukan bahwa proporsi stunting yang
dapat dikaitkan dengan lima atau lebih episode diare sebelum usia dua tahun
adalah 25%. Karena diare terkait erat dengan air, sanitasi dan kebersihan
(WASH), ini merupakan indikator yang baik untuk hubungan antara WASH dan
pertumbuhan yang terhambat.
Sejauh mana peningkatan dalam keamanan air minum, penggunaan toilet dan
praktik mencuci tangan yang baik berkontribusi untuk mengurangi stunting
tergantung pada seberapa buruk praktik-praktik ini sebelum intervensi.

Pencegahan Stunting pada Anak


Untuk mencegah anak stunting, ibu bisa mencegahnya sejak masa kehamilan.
Beberapa tips yang bisa Ibu lakukan untuk mencegah stunting adalah:

1. Memperbaiki pola makan dan mencukupi kebutuhan gizi selama


kehamilan
2. Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi dan
asam folat untuk mencegah cacat tabung saraf.
3. Memastikan anak mendapat asupan gizi yang baik khususnya pada
masa kehamilan hingga usia 1000 hari anak.
4. Selain itu stunting adalah gangguan yang juga dapat dicegah dengan
meningkatkan kebersihan lingkungan dan meningkatkan akses air
bersih di lingkungan rumah.

Anda mungkin juga menyukai