Anda di halaman 1dari 24

P MENGULAS SECARA KRITIS SEBUAH ARTIKEL

MAKALAH
Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti KBM mata pelajaran Bahasa Indonesia Tahun
Pelajaran 2017 – 2018

Disusun oleh:

1. Asrul Mulya Wardana


2. Cindy Febri Yanti
3. Deby Maylindasari
4. Dhina Rosyida Aziza
5. Dinda Binti Yuniastuti
6. Nur Ahmad Rizky Rohmanullah

Kelompok 4

Kelas XII IPS 3

SMAN 1 KESAMBEN

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BLITAR

7 Agustus 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan segala
rahmat-Nya, penulisan makalah yang berjudul Mengulas Secara Kritis Sebuah Artikel ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya dan berjalan dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti.
Sudah tentu dalam penulisan makalah ini, tidak terlepas dari dorongan moral, bimbingan, dan
kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Edi Santoso S. Pd.,M. Pd., selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Kesamben;
2. Ibu Dwi Larasati, S. Pd selaku wali kelas XI IPS 3 SMAN 1 Kesamben;
3. Bapak D. Widodo Edi S., S. S., selaku guru mata pelajaran SMAN 1 Kesamben yang telah
mencurahkan segala perhatiannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan ikhlas
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini;
4. Bapak dan ibu guru SMAN 1 Kesamben yang telah memberikan bekal ilmu;
5. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dorongan dan bantuan selama dan sampai terseselesaikannya penulisan karya
tulis ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa walaupun penulis telah berusaha semaksimalnya namun penulisan
makalah ini mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharap kritik maupun
saran dan sumbangan pemikiran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga saja materi
dalam penulisan makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan bagi pembaca agar dapat memahami tentang membangun teks cerita pendek.

Blitar, 7 Agustus 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………….............................................………..i
KATA PENGANTAR ………………..............................................……………………….....ii
DAFTAR TABEL / GAMBAR …….............................................……………………………..
DAFTAR ISI ………………….........................................…..………….………………………
SKENARIO ………………….......................................…………………….....……………….

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………......................................………………….....………………
1.2 Rumusan Masalah ………………………………….............................................………….
1.3 Tujuan ………….…………………………………………...................................................
1.4 Manfaat ………………………………………………………..............................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini, dalam sebuah artikel
2.2 Mmenyusun opini dalam bentuk artikel
2.3 Menganalisis kebahasaan artikel
2.4 Mengonstruksi sebuah artikel dengan memerhatikan fakta dan kebahasaan

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan.................................................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................................
Daftar pustaka…………………………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendekatan teks dan sains terpadu sangat sangat bagus dalam pembelajaran bahasa Indonesia
setelah Kurikulum 2013 menetapkan kebijakan menguatkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
dalam pendidikan sekolah se¬bagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Dalam kerangka
Kurikulum 2013, kekuatan bahasa Indonesia dirancang pengembangan dan pembinaannya di sekolah
melalui proses pembelajaran berbasis teks. Dengan berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan
sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi sosial dan tujuan
tertentu untuk menjadi sumber aktualisasi diri dan mengembangkan kegiatan ilmiah atau saintifik.
Sebagai sumber aktualisasi diri, bahasa Indonesia yang diajarkan dengan berbasis teks—baik
lisan maupun tulis—menguatkan jati diri peserta didik untuk bersikap spiritual menerima, menghargai,
dan menghayati keberadaan bahasa kebangsaan Indonesia yang merupakan anugrah Tuhan Yang Maha
Esa. Pada saat yang sama, penguatan jatidiri itu memantapkan sikap sosial peserta didik untuk
berakhlak mulia serta bertanggung jawab atas keberadaan bahasa Indonesia sebagai identitas diri
negara kesatuan Republik Indonesia. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, di
kalangan peserta didik, tumbuh sikap tangg jawab, setia, dan bangga aka keberadaan bahasa Indonesia
di tengah lingkungan pergaulan dunia global.
Sementara itu, sebagai sumber pengembangan kegiatan ilmiah atau saintifik, proses
pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks tersebut ditempuh melalui tahapan kegiatan peserta
didik yang bersistem, yaitu tahap pembangunan konteks dan pemodelan teks, kerjasama membangun
teks, serta kerja mandiri menciptakan teks yang sesuai dengan teks model. Semua tahapan
pembelajaran teks itu, selain terarah dan terukur, juga dilakukan secara terkendali oleh pendidik atau
pembelajar melalui kegiatan evaluasi/penilaian autentik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Tanpa adanya data yang diperoleh oleh peserta didik, proses pembelajaran bahasa Indonesia itu
tidak akan menghasilkan teks yang diciptakan secara bersama-sama atau mandiri. Untuk menghasilkan
teks yang diharapkan, kegiatan belajar haruslah berawal dengan pengamatan terhadap gejala alam atau
sosial yang menjadi objek pembelajaran teks dan berlajut dengan tahap mempersoalkan atau
mempertanyakan keberadaan gejala yang diamati tersebut. Kemudian, pengumpulan informasi/data
mengenai gejala itu diteruskan dengan analisis keterhubungan antarfakta sehingga gejala atau
fenomena yang dipelajari itu dapat disajikan dan dilaporkan dalam bentuk teks yang sesuai dengan
tujuan komunikasi berbahasa Indonesia.
Proses pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, sebagaimana harapan Kurikulum 2013,
bermaksud mengembangkan dan membina pribadi peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir
empiris dan kritis serta tindakan yang produktif dan kreatif dalam ranah komunikasi berbahasa
Indonesia.

1.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini, dalam sebuah artikel?
2. Bagaimana cara menyusun opini dalam bentuk artikel?
3. Bagaimana cara menganalisis kebahasaan artikel?
4. Bagaimana cara mengonstruksi sebuah artikel dengan memerhatikan fakta dan kebahasaan?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini, dalam sebuah
artikel.
2. Untuk mendeskripsikan cara menyusun opini dalam bentuk artikel.
3. Untuk mendeskripsikan cara menganalisis kebahasaan artikel.
4. Untuk mendeskripsikan cara mengonstruksi sebuah artikel dengan memerhatikan fakta dan
kebahasaan.

1.3 Manfaat
a. Bagi penulis
Dapat megetahui lebih dalam mangenai materi yang di pelajari.
b. Bagi pembaca
Memperoleh informasi secara lengkap mengenai materi teks cerita pendek.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Mengevaluasi Informasi, Baik Fakta Maupun Opini, Dalam Sebuah Artikel.
Mengevaluasi Struktur Teks Opini/Editorial

Teks opini/editorial adalah teks yang berisi permasalahan yang bersifat aktual yang ditulis
berdasarkan sudut pandang; opini atau pendapat dari penulis. Di dalam editorial terdapat fakta dan
opini. Fakta adalah hal yang bersifat faktual yang diambil dari peristiwa atau kejadian meaupun
berbagai gejala yang terjadi di masyarakat. Opini adalah argumen atau tanggapan redaksi terhadap
peristiwa atau gejala yang dijadikan pokok pembicaraan dalam editorial yang disertai pula dengan
harapan-harapan yang bertujuan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang dibahas.

Susunan teks opini/editorial dibuat semenarik mungkin dengan memberikan berbagai argumen,
data-data yang menunjang pendapat dari penulis tentang masalah yang sedang dibahas. Data-data yang
digunakan itu bertujuan untuk mempengaruhi atau mengubah persepsi pembaca atau pendengar untuk
mengikuti atau menerima pendapat penulis teks tersebut.

Pada kegiatan ini Anda diminta untuk dapat mengajukan argumentasi bahwa sesuatu itu benar
adanya atau sesuatu yang diusulkan itu harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan fungsi sosial teks opini.
Dengan merekonstruksi nilai-nilai dan tujuan sosial yang menerapkan kelaziman kebahasaan, serta
mengikuti tahapan struktur teks yang telah ditetapkan, diharapkan secara bersama bisa membangun
sebuah teks opini/editorial.

Struktur Teks

Setiap teks memiliki struktur yang berbeda. Struktur teks tersebut berfungsi untuk membentuk
struktur berpikir seseorang sehingga setiap penguasaan jenis teks tertentu maka seseorang akan
memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan struktur teks yang telah dikuasainya. Dengan berbagai
macam jenis teks yang dikuasai maka seseorang akan menguasai pula berbagai struktur berpikir.
Struktur berpikir akan berimbas pada bagaimana seseorang dapat menyampaikan pesan, pikiran,
gagasan, pendapat, atau idenya kepada orang lain. Perhatikan struktur teks berikut ini.

No Struktur Kalimat
.
1. Pernyataan Pendapat Sastra erat kaitannya dengan dunia imajinasi. Sastra lahir
oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan masalah
manusia, kemanusiaan, dan semesta melalui imajinasi
tersebut. Sastra juga merupakan karya kreatif yang
dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional.
Sastra yang telah dilahirkan oleh sastrawan diharapkan
dapat memberi kepuasaan estetika dan intelektual bagi
pembaca. Siapa pun itu berhak mengekspresikan
imajinasinya dan bebas menyampaikan pesan moral yang
dibawanya melalui karya yang diciptakannya. Namun,
sering karya sastra tidak mampu dinikmati oleh setiap orang
karena berbagai keterbatasan. Salah satu faktor penyebabnya
adalah kurangnya wahana pemublikasian karya sastra
tersebut, sehingga kerap karya yang telah dilahirkan
akhirnya harus mengendap di laci sang penulis, terutama
bagi penulis pemula.
2. Argumentasi Sebuah karya sastra, apabila tidak dipublikasikan, maka
akan menguap begitu saja tanpa makna. Untuk
memublikasikan sebuah karya sastra itulah diperlukan
wahana. Selama ini, wahana yang tersedia adalah media
cetak, baik itu buku, koran, majalah, serta tabloid. Dengan
berbagai keterbatasan, seperti jumlah halaman pada buku
atau jumlah kata pada rubrik-rubrik sastra di koran,
menyebabkan karya sastra yang dimuat harus melalui proses
penyeleksian. Tentu saja kesempatan terbesar untuk dapat
dimuat dalam media cetak tersebut ada pada para sastrawan
yang telah memiliki nama besar. Bagi penulis pemula,
apabila karyanya tidak spektakuler, atau belum memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan redaktur, harus mencoba dan
mencoba lagi. Hal inilah yang kadang membuat banyak
penulis pemula putus asa dan bahkan memutuskan untuk
tidak akan mencoba menulis lagi, dan mencamkan dalam
dirinya bahwa ternyata ia tidak berbakat.

Padahal untuk memunculkan kreativitas diperlukan proses,


yakni proses kreatif. Dengan berputus asa seperti itu, berarti
penulis pemula itu telah pula menghambat proses kreatif
yang ada dalam dirinya. Ide-ide imajinatif yang masih
bercokol dalam otak manusia itu, apabila diperlakukan
dengan maksimal akan memunculkan sebuah proses kreatif.
Menciptakan suasana yang dapat mengalirkan gagasan
dengan bebas merupakan salah satu unsur proses kreatif itu
sendiri. Berbagai kecenderungan yang dapat memengaruhi
daya kreasi, pengembangan, dan pelaksanaan gagasan sudah
selayaknya tak diberi peran, sehingga pemunculan
kreativitas tak tersumbat.

Cybersastra, sebagai sebuah wahana, muncul menjawab


kegelisahan para penulis atau sastrawan pemula. Wahana ini
muncul sekitar awal tahun 2001 seiring dengan merebaknya
internet di Indonesia. Cybersastra ini dapat menyalurkan
segala bentuk inspirasi bagi penulis pemula yang menjadi
tonggak baru kehadiran dunia sastra yang bersifat bebas.
Dalam hal ini, karya sastra tidak mengenal ruang, waktu,
bahasa, dan mendobrak sekat-sekat negara, karena dengan
beberapa detik tulisan yang dimuat akan terekspos ke
seluruh belahan negara. Setiap penulis yang memuat
karyanya di wahana ini tidak perlu melewati serentetan
aturan yang diciptakan para redaktur seperti pada media
cetak. Harus diakui bahwa koran dan media cetak lainnya
telah punya andil dalam membesarkan nama-nama
sastrawan, tetapi terlalu naif apabila menganggap koran atau
media cetak menjadi satu-satunya sumber untuk membuat
seseorang menjadi sastrawan, terutama pada era keterbukaan
dan era digital ini.

Kehadiran Cybersastra membawa suatu inovasi baru dalam


menduniakan karya sastra. Theora Aghata dalam esainya
“Sastra Cyber: Beberapa Catatan”, terangkum dalam Sastra
Pembebasan Antologi Puisi-Cerpen-Esai (2004),
mengungkapkan bahwa keberadaan Cybersastra telah
menjadi wahana dan wacana sangat penting, justru karena
fleksibilitas dan kemampuannya untuk menjadi sebuah
barometer baru bagi kemajuan sastra kita (Indonesia) di
masa depan. Peranan strategis Cybersastra merupakan
wahana berkreasi yang mampu meng-update karya secara
singkat sehingga menunjang produktivitas dan mendorong
perkembangan sastra. Selain itu wahana ini juga
mengembangkan wacana kritis dan mengasah kemampuan
maupun pemikiran. Kegiatan-kegiatan sastra dalam
beberapa tahun terakhir marak berkembang melalui internet,
termasuk karya-karya sastra di situs-situs jejaring sosial,
seperti Facebook, Twitter dan sebagainya.

Facebook sebuah situs web jejaring sosial populer yang


diluncurkan pada 4 Februari 2004 ini, kerap dijadikan media
pengekspresian imajinasi bagi banyak orang. Sebagai media
sosial terbuka, Facebook telah mampu mendapat tempat
bagi pelaku sastra. Siapa saja bebas menyiarkan karya-
karyanya lewat media ini dan setiap orang pun bebas
memberikan komentar atau sekadar mengacungkan jempol
sebagai bentuk apresiasi terhadap karya tersebut. Melalui
jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg,
seorang mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei 1984 ini,
siapa saja memiliki keleluasaan mengembangkan ide-ide
dan gagasan secara bebas. Pemunculan ide kreatif yang
terkait erat dengan kemampuan mentransformasikan
serangkaian gagasan abstrak, dapat diubah menjadi sebuah
realitas melalui wahana ini. Bahkan beberapa komunitas
sastra yang bergerak di sini, seperti “Kopi Sastra”, “Rumah
Sastra”, “Dunia Sastra”, dan banyak lagi membentuk
kelompok sendiri. Dengan menggunakan fasilitas yang
disediakan Facebook, mereka saling berbagi karya,
mengomentari satu sama lain, dan mendiskusikan hal-hal
yang berkaitan dengan sastra.
Media ini memiliki peranan penting dalam menghidupkan
karya sastra. Bagi para penulis pemula, media ini bisa
dijadikan sebagai sebuah bentuk pencarian jati diri di tengah
masyarakat dalam memasarkan karya-karyanya. Bagi para
sastrawan yang karya-karyanya telah dipublikasikan di
media cetak, boleh saja ikut memasarkan karya-karya
tersebut melalui media ini. Barangkali, melalui media cetak,
karya yang dihasilkannya itu tidak bisa dinikmati oleh
semua sasaran, tetapi melalui Facebook, karyanya akan
dengan cepat dan mudah diketahui banyak orang. Selain itu,
pemilik akun Facebook bisa saling berkomentar seputar
dunia sastra dan karya-karya yang dipublikasikan, tanpa
harus mengeluarkan biaya banyak. Si pemilik karya pun bisa
melihat sejauh mana apresiasi masyarakat terhadap
karyanya.
3. Pernyataan Ulang Tidak adanya batasan kreativitas pada Facebook ini, seperti
Pendapat halnya media cetak, menyebabkan kebebasan berimajinasi
penulis cenderung menciptakan hal-hal baru, yang terkadang
bersifat sesuka hati. Akibatnya, karya-karya sastra yang lahir
pun semakin liar dan kadang tak terkendali. Oleh sebab itu,
kualitas sastra Facebook layak pula ditinjau lebih jauh.
Meskipun persoalan mutu bersifat relatif, tetapi hendaknya
karya-karya yang lahir melalui media ini tetap berbasis teori
sastra secara lazim.

Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan masalah manusia. Siapa pun itu
berhak mengekspresikan imajinasinya dan bebas menyampaikan pesan moral yang dibawanya melalui
karya yang diciptakannya. Sebuah karya sastra, apabila tidak dipublikasikan akan menguap begitu saja
tanpa makna. Untuk memublikasikan sebuah karya sastra diperlukan wahana yaitu media cetak, baik
itu buku, koran, majalah, serta tabloid.

Untuk memunculkan kreativitas diperlukan proses, yakni proses kreatif. Dengan berputus asa
penulis pemula itu telah pula menghambat proses kreatif yang ada dalam dirinya.Cybersastra, sebagai
sebuah wahana, muncul menjawab kegelisahan para penulis atau sastrawan pemula. Cybersastra ini
dapat menyalurkan segala bentuk inspirasi bagi penulis pemula yang menjadi tonggak baru kehadiran
dunia sastra yang bersifat bebas.

Kehadiran Cybersastra membawa suatu inovasi baru dalam menduniakan karya sastra.
Cybersastra telah menjadi wahana dan wacana sangat penting, justru karena fleksibilitas dan
kemampuannya untuk menjadi sebuah barometer baru bagi kemajuan sastra kita (Indonesia) di masa
depan. Facebook sebuah situs web jejaring sosial populer kerap dijadikan media pengekspresian
imajinasi bagi banyak orang. Sebagai media sosial terbuka, Facebook telah mampu mendapat tempat
bagi pelaku sastra. Siapa saja bebas menyiarkan karya-karyanya lewat media ini.Media ini memiliki
peranan penting dalam menghidupkan karya sastra. Bagi para penulis pemula, media ini bisa dijadikan
sebagai sebuah bentuk pencarian jati diri di tengah masyarakat dalam memasarkan karya-karyanya.

Fakta dan Opini


Agar dapat memengaruhi pembaca, penulis opini sering menambahkan data dan fakta untuk
mendukung pendapatnya. Carilah argumentasi yang terdapat dalam teks “Sastra Facebook, Sebuah
Alternatif Pengembangan Proses Kreatif”. Identifikasikanlah argumentasi yang ada, apakah merupakan
pendapat penulis atau fakta yang mendukung pendapat penulis.

Pendapat penulis

Sebuah karya sastra, apabila tidak dipublikasikan, maka akan menguap begitu saja tanpa
makna. Bagi penulis pemula, apabila karyanya tidak spektakuler, atau belum memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan redaktur, harus mencoba dan mencoba lagi. Hal inilah yang kadang membuat banyak
penulis pemula putus asa dan bahkan memutuskan untuk tidak akan mencoba menulis lagi, dan
mencamkan dalam dirinya bahwa ternyata ia tidak berbakat. Dengan berputus asa seperti itu, berarti
penulis pemula itu telah pula menghambat proses kreatif yang ada dalam dirinya.Oleh sebab itu,
kualitas sastra Facebook layak pula ditinjau lebih jauh. Meskipun persoalan mutu bersifat relatif, tetapi
hendaknya karya-karya yang lahir melalui media ini tetap berbasis teori sastra secara lazim.

Fakta

Untuk memublikasikan sebuah karya sastra itulah diperlukan wahana. Selama ini, wahana yang
tersedia adalah media cetak, baik itu buku, koran, majalah, serta tabloid. Menciptakan suasana yang
dapat mengalirkan gagasan dengan bebas merupakan salah satu unsur proses kreatif itu
sendiri.Kegiatan-kegiatan sastra dalam beberapa tahun terakhir marak berkembang melalui internet,
termasuk karya-karya sastra di situs-situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter dan sebagainya.

Kehadiran Cybersastra membawa suatu inovasi baru dalam menduniakan karya sastra.Theora
Aghata dalam esainya “Sastra Cyber: Beberapa Catatan”, terangkum dalam Sastra Pembebasan
Antologi Puisi-Cerpen-Esai (2004), mengungkapkan bahwa keberadaan Cybersastra telah menjadi
wahana dan wacana sangat penting, justru karena fleksibilitas dan kemampuannya untuk menjadi
sebuah barometer baru bagi kemajuan sastra kita (Indonesia) di masa depan. Cybersastra, sebagai
sebuah wahana, muncul menjawab kegelisahan para penulis atau sastrawan pemula. Facebook sebuah
situs web jejaring sosial populer yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 ini, kerap dijadikan media
pengekspresian imajinasi bagi banyak orang.Melalui jejaring sosial yang didirikan oleh Mark
Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei 1984 ini, siapa saja memiliki keleluasaan
mengembangkan ide-ide dan gagasan secara bebas

2.2 Menyusun Opini Dalam Bentuk Artikel

MENULIS opini berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang
berarti mentransfer ide dan gagasannya ke ruang publik. Ia masuk ke ranah publik, dan berusaha
mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir: gagasannya diterima atau juga diperdebatkan. Dan ia siap
untuk itu.Karena itulah, menulis opini sesungguhnya adalah melakukan ”rekreasi intelektual”:
mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, juga menantang pendapat
orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan.

Menulis opini berarti memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain. Berbagai
informasi, data, juga pengalaman. Karena itulah, kegiatan menulis opini mestinya kegiatan yang
dilakukan dengan hati. Dengan kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan dan kecintaan
menyumbangkan ilmu dan pengetahuan.Menulis opini adalah kegiatan yang menyenangkan. Siapa pun
sesungguhnya bisa dan mampu untuk menulis opini. Setiap orang yang memiliki pengetahuan,
mampu menulis, sesungguhnya ia bisa menulis opini. Dengan opini, tidak saja gagasan itu bisa
menyebar, tapi juga, antara lain, membuat ia dikenal, juga mendapat honorarium.

Di Indonesia, hampir semua halaman surat kabar menyediakan rubrik opini. Dan hampir semuanya
juga menyediankan honorarium untuk opini yang dimuat. Misalnya Koran Tempo dan Majalah Tempo.
Opini-opini ini pun beraneka ragam. Bisa soal masalah sosial, politik, agama, pertanian, perkebunan,
pertambangan, hukum, dan lain sebagainya. Penulis dengan latar belakang bidang yang dikuasainya,
akan mendapat tempat khusus di media massa jika ia menulis opini tentang bidang yang dikuasainya
tersebut. Ini karena dia dinilai memiliki otoritas.

Bahkan, kadang media secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis topik-topik tertentu
untuk hari-hari tertentu pula. Karena itulah, misalnya, kita mengenal nama Kwik Kian Gie untuk
masalah ekonomi, Rhenald Kasali untuk pemasaran dan periklanan, nama Ignas Kleden untuk bidang
sosial, nama Mulya Lubis untuk bidang hukum atau nama HS. Dillon untuk bidang pertanian. Juga,
misalnya Al Chaidar jika berkaitan dengan NII atau Emerson Yuntho jika berkaitan dengan masalah-
masalah korupsi.Tentu saja mereka ini tidak langsung menjadi penulis opini.Mereka juga belajar,
melalui banyak tahap. Tetapi, yang jelas mereka memiliki kompetensi yang membuat masyarakat
mengakui, mereka memang layak untuk menulis soal atau masalah yang mereka tulis tersebut.

Antara Opini dan Kolom

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka, Opini disebutkan
sebagai ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian,”Opini memang bisa diartikan sebagai pandangan
seseorang tentang suatu masalah. Tidak sekadar pendapat, tetapi pendapat ilmiah. Pendapat yang bisa
dipertanggungjawabkan dengan berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih
popular. Karena itulah, untuk menulis opini juga dibutuhkan riset. Riset merupakan penguat dari
argumentasi penulis untuk menekankan gagasannya. Opini inilah yang ditulis dan dituangkan dalam
bentuk ”artikel.”Adapun kolom adalah opini yang ”lebih cair” dalam gaya bahasanya. Penulis kolom
biasanya tidak saja mereka yang dikenal memiliki keahlian dalam bidang yang ditulisnya, tapi juga
memiliki style –gaya-. Itu sebabnya disebut ”kolomnis”

Dengan melihat rangkaian di atas, maka di sini untuk menulis opini dibutuhkan:

1.Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu

2.Ide dan Gagasan

3.Argumentasi gagasan

4.Teknik Penulisan Opini

5. Pengetahuan bahasa

6. Pengetahuan Tentang Media Massa.

Pengetahuan Bidang/Masalah Tertentu.

Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia untuk diketengahkan
kepada masyarakat. Ini bekal utama seorang penulis opini. Jika ia ahli pertanian, tentu masyarakat
akan percaya akan seluk beluk tanaman yang ditulisnya daripada yang menulis seorang sarjana
hukum.Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, juga terutama untuk ”legitimasi” diri seorang
penulis di depan publik.
Ide dan Gagasan

Ide merupakan barang termahal yang dimiliki penulis -apa pun dan siapa penulis itu. Ide bisa
tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak pernah kehabisan ide untuk menulis opini. Karena
ide bisa muncul di mana pun, maka seorang penulis biasanya langsung menulis ide-ide yang
didapatnya begitu ide itu muncul. Ide itulah yang kemudian dikembangkannya begitu ia memiliki
waktu untuk menulis. Misalnya, di sini, seorang penulis membaca atau mendapati kenyataan tentang
makin sedikitnya para mahasiswa tertarik dan ikut pada kegiatan-kegiatan kampus. Penulis opini
kemudian mendapat ide: membandingkan fenomena ini dengan lima atau sepuluh tahun sebelumnya
dan kemudian menganalisa sebab musabahnya.

Argumentasi Gagasan

Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang jika orang itu memang menulis
bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1 (pengetahuan bidang yang dimilikinya).
Argumentasi penting karena di sinilah pembaca akan mengetahui ”kadar” keilmuan seorang penulis
opini. Semakin kuat dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan semakin memperkuat
gagasan yang ditulisnya.

Teknik Penulisan Opini

Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah. Pembaca media
massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di media massa harus memakai bahasa yang
komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan
yang tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna.

Pengetahuan Bahasa

Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada penggunaan bahasa.
Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti
masyarakat, sehingga bahasa yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti.Jika pun penulis
opini ingin menampilkan istilah asing, ia harus pula mencari padanan dalam bahasa Indonesia.
Penulis opini bahkan tidak usah khawatir untuk menampilkan idiom-idiom bahasa daerah jika
dipandang menarik. Nasehat untuk ini: JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP PEMBACA
SAMA TAHUNYA SEPERTI KITA. Beberapa kata yang tidak efektif bisa dipangkas untuk
menghasilkan tulisan yang padat. Kata-kata itu, misalnya, ”oleh,” ”adalah,” ”itu,” ”tersebut” dll.

Pengetahuan Media Massa

Pengetahuan tentang Media Massa merupakan hal penting yang perlu diketahui penulis opini
agar tulisannya bisa dimuat. Penulis opini, dengan mempelajari sebuah media massa, akan bisa
melihat, media massa itu,misalnya, apakah memberi perhatian kepada masalah-masalah yang digeluti
sang penulis opini itu atau tidak. Suratkabar Kompas, misalnya, cenderung untuk memberi tempat
kepada opini dalam bidang apa pun. Demikian juga harian Suara Pembaruan. Dengan pengetahuan
seperti ini, maka seorang penulis opini tahu, ke mana artikel yang dibuatnya itu akan dikirim.

1. Ada peg/cantolan peristiwa

Seperti berita, opini pun memerlukan peg –cantolah peristiwa. Tujuan peg ini adalah agar opini
ini relevan dengan yang sedang terjadi atau dibicarakan masyarakat. Semakin ada peg-nya maka,
kemungkinan opininya dimuat akan semakin besar. Peg ini bermacam-macam. Bisa peristiwa yang
tidak diduga, atau juga peristiwa yang sudah direncanakan pasti terjadi. Misalnya, menyambut tahun
ajaran baru (tentang pendidikan atau kemahasiwaan), peringatan ulangtahun lembaga/peristiwa
tertentu, dll.

2.Cari Angle Menarik

Jika peg itu sudah didapat, maka penulis tinggal mencari angle/sudut pandang: dia akan
menulis apa dan dari sudut pandang apa? Angle merupakan hal penting yang menajamkan opini
penulis satu dengan penulis lain. Nasehat untuk ini: carilah angle yang paling berbeda, unik, dan
mungkin orang tidak terpikirkan. Tentang makin sedikitnya mahasiswa yang tertarik pada kegiataan
kemahasiswaan itu, misalnya, seorang penulis opini, misalnya, bisa mengambil angle: kerugian apa
yang akan dialami para mahasiswa jika mereka tidak memiliki pengalaman ikut kegiatan kampus.

3.Eksplorasi gagasan dan argumentasi

Inilah argumentasi yang harus dibangun dan dimiliki penulis untuk menguatkan opininya.
Untuk membangun argumentasi ini, penulis opini bisa menyodorkan data atau contoh-contoh
peristiwa. Contoh itu bisa dari dalam negeri atau luar negeri.

4.Tidak Menggurui

Isi tulisan opini mesti dihindarkan sejauh mungkin dari kesan menggurui, juga mengesankan
penulisnya ”menampilkan,” kepintarannya. Salah satu cara agar tulisajn opini tidak menggurui, antara
lain, jangan terlalu banyak menampilkan kutipan atau sumber-sumber literatur. Lebih baik penulis
menampilkan contoh yang muncul sehari-hari dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Selain itu, syarat lainnya: baca ulang opini tersebut berkali-kali.

Teknik Menulis Opini

1.Judul : Penulis Opini mesti membuat judul tulisannya dengan menarik. Judul haruslah eyes catching.
Memikat. Syarat untuk judul seperti ini: Tidak Panjang (Cukup tiga atau empat kata) dan memakai
kata-kata yang tidak klise, menggugah. Judul tidak mesti dibuat lebih dulu. Bisa belakangan, setelah
tulisannya selesai.

2.Alinea Pembuka dan lead : Lead adalah bagian penting sebuah tulisan. Lead seperti etalase, dia harus
dibuat menarik. Lead adalah kalimat pembuka. Ia seperti kail yang menarik minat pembaca. Ia seperti
lokomotif yang membuat mata dan pikiran pembaca untuk terus mengikuti kalimat dan buah
pemikiran penulis.Karena itulah lead harus menarik, tidak memakai pemikiran yang klise, dan
kalimatnya tidak panjang. Lead ini berfungsi untuk membawa pembaca untuk mengerti masalah apa
yang akan dibicarakan oleh penulis opini. Lead adalah bagian penting dari alinea pembuka.

3.Isi (Batang Tubuh): Disinilah penulis menuangkan gagasan dan ide-idenya. Dengan demikian secara
ringkas bagian ini berisi gagasan apa yang ditawarkan,argumentasi kenapa pentingnya
gagasan/ide/pemikirannya,contoh-contoh dengan menampilkan data-data yang relevan dan
menunjang,keuntungan dan kerugian jika gagasan itu diterapkan atau tidak diterapkan.

4.Alinea Penutup (Ending): Bagian ini bisa dibilang merupakan kesimpulan dari tulisan opini. Kendati
penutup, penulis opini tetap harus menganggap ini bagian penting. Untuk mengulang dan
mengingatkan pembaca akan gagasan yang ditawarkannya.Kendati tiga bagian di atas merupakan hal
penting untuk menulis opini, sesungguhnya tetap saja diperlukan panduan agar tiga hal itu menjadi
kesatuan yang enak untuk dibaca juga menulisnya.Untuk ini dibutuhkan apa yang disebut OUTLINE.
Outline adalah semacam alur yang dibuat dengan mencantumkan segala hal yang direncanakan akan
dituangkan pada sebuah opini. Outline ini juga untuk mengingatkan penulis agar tetap fokus atau tidak
lupa pada hal-hal yang sejak awal ia tetapkan untuk ditulis. Outline bentuknya adalah pointer-pointer.

Contohnya, seorang penulis opini akan membuat tulisan tentang persoalan hilangnya sejumlah
mahasiswa yang diduga direkrut NII.

Ia menulis pointer-nya sebagai berikut:

1.Fakta banyaknya pengaduan orangtua yang kehilangan anaknya Peg

– Pengakuan para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dll

2. Bukan kejadian pertamakali àBatang tubuh

-Data penelitian berbagai lembaga tentang aktivitas NII

-Data Departemen Agama dll tentang NII

-Bagaimana perekrutannya, di mana, siapa saja sasarannya.

-Apa yang harus dilakukan orang tua/lingkungan/perguruan tinggi dll

–Yang sudah dilakukan pemerintah

-Yang belum dilakukan pemerintah

3. Saran-saran dan kesimpulan ——

a. Penutup

2.3.Menganalisis Kebahasaan Artikel

Fenomena Multimedia

Bahasa dan multimedia sangat berpengaruh dalam pembelajaran ilmiah, dan perkembangan bahasa
dan multimedia pun cukup maju dengan didukung teknologi yang semakin hari semakin canggih
dalam menghasilkan sesuatu yang baru di bidang pembelajaran ilmiah. Sampai saat ini pun bahasa dan
multimedia terus di kembangkan agar terciptanya pembelajaran yang lebih efisien dan efektif ,contoh
multimedia antara lain : gambar, video, animasi, suara, komputer dan multimedia lain nya yang
mendukung pembelajaran ilmiah.

Menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat
yang berjudul Pengembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya, multimedia terdiri atas (1)
unsur suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4) terpadu dalam satu media
penyampaian, (5) Interaktif/bukan informasi satu arah. Jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu
berdiri sendiri (stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi (network-online).

Tujuan pengembangan multimedia yaitu untuk memudahkan komunikasi antara sumber informasi
dan penerima informasi. Perkembangan multimedia tidak selalu membawa dampak positif tetapi
terkadang membawa dampak negatif pada kehidupan sehari-hari, contohnya komunikasi melalui
internet yang biasa kita sebut”chatting” seperti di Yahoo Messenger, Facebook,Twitter,dll terlihat
bahwa penulisan bahasa menjadi berbeda,hampir setiap kata di singkat dan tidak memperhatikan ejaan
yang benar(EYD). Karena itu dibutuhkan kebiasaan dalam pengejaan di setiap pembelajaran.

Kebanyakan dari kita menggunakan bahasa Indonesia yang telah terkena pengaruh-pengaruh dari
berbagai bahasa (baik bahasa daerah maupun bahasa asing) pada kehidupan sehari-hari. Tidak dapat
dipungkiri bahasa seperti itulah yang lebih menjamur di kalangan masyarakat luas mengingat singkat
dan mudah diucapkan namun memiliki arti atau makna yang sama dengan bahasa Indonesia yang baku
dan sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Sebagian besar masyarakat sudah menganggap bahasa
tersebut sebagai bahasa Indonesia dan sudah melekat dalam dirinya sehingga untuk
mengimplementasikan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD sangat sulit. Karena masalah-
masalah seperti itu maka bahasa Indonesia diajarkan lagi dalam proses edukasi baik untuk tingkat
bawah, menengah maupun atas.

Perkembangan multimedia sangat pesat, teutama dalam jaringan komunikasi dan pengetahuan.
Oleh karena itu, sebagai pengguna (user) kita harus bias memilah-milah informasi yang kita dapat.
Selain itu, kita juga harus dapat mengikuti perkembangan multimedia, agar tidak ketinggalan seiring
dengan berkembangan multimedia tersebut.

1. Hasil analisis dari segi Kata

Pada artikel di atas terdapat beberapa kesalahan dasar penulisan kata dan pemanfaatan kata
dasar. Kata imbuhan ‘di’ yang seharusnya ditulis sambung, di sini dituliskan secara terpisah, contohnya
terdapat pada baris keempat paragraf pertama. Kata kembang yang mendapatkan imbuhan ‘di’ dan ’-
kan’ ditulis sebagai di kembangkan, bukan dikembangkan. Pemanfaatan kata dasar masih tidak efisien.
Pengulangan kata banyak terjadi di dalam sebuah kalimat.

Kesalahan tersebut terdapat di paragraf pertama dalam penulisan :

Menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat
yang berjudul Pengembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya.

Seharusnya ditulis seperti dibawah ini :

Menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah pada seminar yang diselenggarakan oleh
Indosat, yang berjudul Pengembangan Teknologi Multimedia dan Implementasinya.

2. Hasil analisis dari segi Kalimat

Pada kalimat pertama paragraf pertama terdapat tiga kata konjungsi ‘dan’ yaitu pada kalimat :

Bahasa dan multimedia sangat berpengaruh dalam pembelajaran ilmiah, perkembangan bahasa
dan multimedia pun cukup maju dengan didukung teknologi yang semakin hari semakin canggih
dalam menghasilkan sesuatu yang baru di bidang pembelajaran ilmiah.

Dapat ditulis seperti dibawah ini :

Bahasa dan multimedia sangat berpengaruh dalam pembelajaran ilmiah. Perkembangannya pun
cukup maju dengan didukung oleh teknologi yang semakin hari, semakin canggih dalam menghasilkan
sesuatu yang baru di bidang pembelajaran ilmiah.

Pada artikel diatas terdapat penulisan kalimat yang tidak teratur, yaitu :
Tujuan pengembangan multimedia yaitu untuk memudahkan komunikasi antara sumber
informasi dan penerima informasi.

Dapat ditulis seperti kalimat dibawah ini :

Pengembangan multimedia bertujuan memudahkan komunikasi antara sumber dan penerima


informasi.

3. Hasil analisis dari segi Kesatuan Alinea

Alinea adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis dan sistematis yang merupakan satu
kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan
karangan. Dengan demikian, tidak ada sebuah kalimat pun dalam paragraf yang tidak membicarakan
ide pokok. Ide pokok alinea pertama adalah bahasa dan multimedia berpengaruh dalam pembelajaran
ilmiah. Ide pokok alinea kedua adalah pembagian jenis multimedia. Ide pokok alinea ketiga adalah
tujuan pengembangan multimedia. Ide pokok alinea keempat adalah pengaruh negatif multimedia
terhadap bahasa Indonesia. Ide pokok alinea kelima adalah opini penulis dalam bentuk kesimpulan.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kalimat yang tidak menciptakan kesatuan alinea. Hal ini
dapat kita lihat pada baris akhir alinea pertama dan baris awal alinea ketiga.

4. Hasil analisis dari segi Topik

Topik yang dibicarakan pada artikel di atas jelas, yakni bahasa dan multimedia. Setiap kalimat
berisi informasi mengenai topik utama.

5. Hasil analisis dari segi Isi Artikel

Isi artikel yang dibicarakan mendukung topik utamanya. Meskipun banyak kesalahan menurut
tata bahasa Indonesia, namun untuk sebuah artikel yang sederhana seperti ini, cukup mengandung
informasi yang penting. Pembaca mendapatkan informasi tentang hubungan bahasa dan multimedia,
jenis multimedia, dampak buruk multimedia terhadap bahasa Indonesia, dan cara meredam dampak
buruknya.

6. Logika

Artikel ini lebih logis dari pada artikel sebelumnya. Penggunaan kata dan pola kalimat lebih baik,
sehingga kita dapat menangkap maksud dari setiap kalimat yang ditulis. Namun demikian, masih
banyak celah yang dimiliki artikel ini sehingga masih memerlukan perbaikan penulisan, agar sesuai
dengan Ejaan Yang Disesuaikan.

Fenomena Multimedia

Multimedia adalah merupakan media yang diciptakan untuk menyajikan sesuatu dalam bentuk text,
suara, gambar dan lainnya yang dimanfaatkan untuk berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi dengan
melalui teknologi yang sedang berkembang dengan beragam jenis media. Penggunaan Multimedia saat
ini sangat membantu dalam penyampaian bidang pengetahuan yang bersifat ilmiah.Saat ini
penggunaan multimedia sering banyak ditemukan untuk kebutuhan metode pembelajaran dengan
mengambil informasi dari multimedia dengan menyajikan beragam majalah, buku dengan bermacam-
macam penulis dan penerbit. Disini manfaat tersebut dirasakan dalam mencari data yang berkaitan
langsung dengan pembelajaran dengan harga murah dan terjangkau.

Dengan berkembang pesatnya fenomena multimedia ini dapat berdampak negative bila
menyalahgunakan fungsi dari multimedia tersebut seperti membuat suatu tulisan ilmiah yang
bersumber dari multimedia tanpa menulis pengarang asli dari tulisan tersebut dengan istilah lain
plagiat atau pembajakan karya. Dampak negative lainnya adalah mencari suatu kebenaran informasi
dengan mengubah keaslian informasi tersebut. Hal tersebut perlu dihindarkan supaya fungsi
multimedia menjadi tepat sasaran.Adanya fenomena tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
multimedia adalah merupakan sarana untuk penyampaian informasi yang dapat berupa komunikasi,
informasi maupun hiburan. Dalam pelaksanaannya multimedia tersebut harus diiringi dengan fungsi
nyata multimedia tersebut agar tidak terjadi penyimpangan melalui kesadaran sendiri mengetahui
bahwa multimedia ini sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

1. Hasil analisis dari segi Kata

Isi artikel terdiri dari 200 kata, pembagian jumlah kata berdasarkan paragraf masing-masing
yaitu sebanyak 46 kata pada paragraf pertama, 43 kata pada paragraf kedua, 61 kata pada paragraf
ketiga, dan 48 kata pada paragraf keempat atau terakhir. Didalam artikel tersebut juga terdapat kata
Sinonim yang diletakkan berdampingan, sehingga membuat kalimat susah dimengerti atau dimaknai,
misalnya pada kata adalah-merupakan dan dengan-melalui (didalam paragraf pertama), dan masih
banyak terdapat kata yang tidak baku, misalnya text dan Negative. Kedua kata ini merupakan kata
serapan dari bahasa asing, alangkah baiknya jika kata tersebut diubah menjadi kata baku dalam bahasa
Indonesia, seperti Teks dan Negatif.

2. Hasil analisis dari segi Kalimat

Dari hasil analisis kami, masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan pola kalimat,
susunan nya yang tidak teratur, penggunaan kalimat yang sama artinya, dan beberapa kalimat ejaan
yang ditulis tidak benar, sehingga membuat pembaca sulit untuk mengerti isi atau makna dari artikel
tersebut. Kesalahan-kesalahan tersebut terdapat di paragraph satu dalam kalimat : Multimedia adalah
merupakan media yang diciptakan untuk menyajikan sesuatu dalam bentuk text, suara, gambar dan
lainnya yang dimanfaatkan untuk berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi dengan melalui teknologi
yang sedang berkembang dengan beragam jenis media. Penggunaan Multimedia saat ini sangat
membantu dalam penyampaian bidang pengetahuan yang bersifat ilmiah.

3. Hasil analisis dari segi Kesatuan Alinea

Kesatuan alinea dalam artikel tersebut masih kurang atau dapat dikatakan banyak terdapat
kalimat sumbang atau sulit untuk dimengerti oleh pembaca. Alinea pertama merupakan alinea definisi,
alinea kedua dan ketiga merupakan alinea penguraian, dan alinea keempat merupakan alinea konklusi
atau kesimpulan.

4. Hasil analisis dari segi Topik

Topik artikel di atas cukup menarik dan bermanfaat karena mengandung unsur pengetahuan.

5. Hasil analisis dari segi Isi Artikel


Meskipun mengandung banyak kalimat sumbang, isi yang diuraikan dalam artikel di atas masih
sejalan dengan topik fenomena multimedia. Transisi antar alinea mengalir baik. Bila dibagi per-alinea
maka menjadi : definisi multimedia, manfaat multimedia, dampak negatif multimedia, dan kesimpulan.

6. Logika

Artikel diatas masih memiliki kekurangan atau kesalahan dalam pemilihan kata, dan penulisan pola
kalimat, sehingga menyulitkan pembaca untuk memhami atau mengerti informasi atau makna yang
terdapat didalam artikel tersebut dan dari setiap kalimat yang ditulis dari artikel tersebut.

2.4.Mengonstruksi Sebuah Artikel Dengan Memerhatikan Fakta dan Kebahasaan? .

SINOPSIS

MAKANAN KEDALUWARSA

Mengantisipasi beredarnya barang kedaluwarsa, Pengawasan Obat dan Makanan(BPOM),


bersama Dinas Kesehatan Kota Jambi, Kamis (26/7) menggelar razia di beberapa supermarket di Kota
Jambi. Dalam razia ini ditemukan sejumlah makanan dan minuman kedaluwarsa yang masih dijual
bebas razia dilakukan dengan cara memeriksa dengan teliti makanan dan minuman yang dipajang
disejumlah supermarket. Awalnya tim melakukan pemeriksaan makanan, dan minuman kemasan di
Jambi Mitra utama (JMU) Jalan Bojongloa. Dalam pemeriksaan yang dilakukan di lantai satu JMU,
tidak ditemukan adanya makanan yang melanggar ketentuan atau yang melewati tanggal
kedaluwarsanya beberapa minuman kemasan yang kemasannya penyok, diminta untuk tidak dijual
bersama minuman kemasan lainnya. Tim kemudian melanjutkan memeriksa bahan makanan di
supermarket Mal Jaya Jambi,tim BPOM dan Dinkes juga memeriksa makanan jenis dodol yang dijual
dalam bentuk partai. Dengan menggunakan kaca pembesar setiap tanggal kedaluwarsa diperiksa oleh
tim. Diswalayan Mal Jaya Jambi juga tidak ditemukan adanya makanan kedaluwarsa. Tim kemudian
melanjutkan pemeriksaan ke supermarket Hero Jalan Basuki Rahmat, diHero, tim juga tidak
menemukan adanya makanan kedaluwarsa, hanya beberapa kaleng minuman kemasan yang penyok
dan diminta dipisahkan dari yang tidak penyok dan tidak untuk dijual. Kalau kemasan rusak seperti
kemasan bocor, atau kemasan minuman yang penyok,sesuai aturan yang ada, tidak boleh dijual karena
berpotensi terkena radiasi atau bisa terkena bakteri. Kata ketua tim & razia. Drs Pasima, Apt.
Pemeriksaan kemudian dilanjutkan ke supermarket anggrek di Jalan setia Budi. Pemeriksaan di
supermarket anggrek tidak ditemukan adanya makanan kedaluwarsa, hanya beberapa kemasan
makanan yang rusak dan dipisahkan dari makanan lainnya. Tim kemudian mengakhiri pemeriksaan di
salah satu supermarket Jalan Parman. Saat memeriksa makanan dan minuman kemasan tidak
ditemukan ada yang melewati batas kedaluwarsa. Saat salah seorang tim memeriksa beberapa buah es
krim ditemukan sekitar buahes krim yang tanggal kedaluwarsa sudah melewati empat hari dari batas
massa berlakunya. Tim kemudian mencatat dan menyita sebagai bahan pemeriksaan di BPOM.
Menurut ketua tim, Drs Pasima Apt, / buah es krim tersebut massa kedaluwarsanya ada yang tanggal
20 dan 22 Juli, sementara saat ini sudah memasuki tanggal 2 Juli, berarti sudah melewati 1 dan hari
batas kedaluwarsanya sudah lewat berarti sudah kedaluwarsa dan harus disita. Kami bawa barangnya
untuk diperiksa dan untuk proses selanjutnya yang bersangkutan akan kami mintai keterangan di
BPOM.Sekitar Pasima. Selain tanggal kedaluwarsa, target pengecekan juga dilakukan pada produk
makanan dan minuman import yang tidak memiliki kode import resmi. Namun untuk kategori ini
petugas tidak menemukan produk yang melanggar ketentuan.
ANALISIS FAKTA DAN OPINI

A. FAKTA

1.Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM bersama Dinas Kesehatan Kota Jambi.

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan siapa sesuai dengan cara untuk membuktikan
fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan berapa.

Bukti :

Pertanyaan : Siapa yang mengadakan razia?

Jawaban : Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), bersama Dinas Kesehatan Kota Jambi.

2. Kamis (26/7)

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan kapan. Sesuai dengan cara untuk
membuktikan fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan
berapa.

Bukti

Pertanyaan : Kapan razia digelar ?

Jawaban : Kamis (26/7)

3. Di beberapa supermarket di Kota Jambi.

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan dimana. Sesuai dengan cara untuk
membuktikan fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan
berapa.

Bukti :

Pertanyaan : Dimana Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), bersama Dinas Kesehatan Kota
Jambi menggelar razia?

Jawaban : Di beberapa supermarket di Kota Jambi

4. Dalam razia ini ditemukan sejumlah makanan dan minuman kadaluarsa yang dijual bebas.

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan apa. sesuai dengan cara untuk membuktikan
fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan berapa.

Bukti :

Pertanyaan : Apa yang ditemukan petugas saat menggelar razia?


Jawaban : Dalam razia ini ditemukan sejumlah makanan dan minuman kedaluwarsa yangmasih dijual
bebas.

5. Awalnya tim melakukan peperiksaan makanan dan minuman kemasan di Jambi Mitra Utama (JMU)
Jalan Bojongloa.

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan dimana. Sesuai dengan cara untuk
membuktikan fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan
berapa.

Bukti :

Pertanyaan : Dimana awalnya tim melakukan pemeriksaan ?

Jawaban : awalnya tim melakukan pemeriksaan makanan, dan minuman kemasan di Jambi Mitra
Utama(JMU) Jalan Bojongloa.

6. Ketua Tim Razia Drs. Pasima, Apt

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan siapa. Sesuai dengan cara untuk
membuktikan fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan
berapa.

Bukti :

Pertanyaan ; Siapa ketua tim razia ?

Jawaban : Ketua Tim Razia, Drs Pasima, Apt.

7. 8 buah es krim tersebut masa kadaluarsanya ada yang tanggal 21 dan 22 juli, sementara saat ini
sudah memasuki tanggal 26 juli, berarti usdah melewati 4 dan 5 hari batas dan kadaluarsanya.

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan berapa. Sesuai dengan cara untuk
membuktikan fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan
berapa.

Bukti :

Pertanyaan : Berapa hari / buah es krim melewati batas ketentuan?

Jawaban : 8 buah es krim tersebut massa kedaluwarsanya ada yang tanggal 20 dan 22 Juli, sementara
saat ini sudah memasuki tanggal 26 Juli, berarti sudah melewati 4 dan 5 hari batas kedaluwarsanya.
8. Selain tanggal kadaluarsa, target pengecekan juga dilakukan pada produk makanan dan minuman
import yang tidak memiliki kode import resmi.

Alasan : Disebut fakta karena bisa menjawab pertanyaan apa. Sesuai dengan cara untuk membuktikan
fakta salah satunya yaitu bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana dan berapa.

Bukti :

Pertanyaan : Apa yang diperiksa petugas selain tanggal kadaluarsa?

Jawaban : Selain tanggal kedaluwarsa, target pengecekan juga dilakukan pada produk makanan
danminuman import yang tidak memiliki kode import resmi.

B. OPINI

1. Rajia dilakukan dengan cara memeriksa dngan teliti makanan dan minuman yang dipajang
disemjulah super market.

Alasan : Disebut opini karena bisa menjawab pertanyaan bagaima. Sesuai dengan salah satu cara untuk
membuktikan opini yaitu bisa menjawab pertanyaan bagaimana.

Bukti :

Pertanyaan : Bagaimana cara yang dilakukan tim razia dalam merazia makanan?

Jawaban : razia yang dilakukan dengan cara memeriksa dengan teliti makanan dan minuman yang
dipajang disejumlah supermarket.

2. Salah seorang tim memeriksa beberapa buah es krim ditemukan sekitar 8 buah es krm yang tanggal
kadaluarsa sudah melewati 4 hari dari batas massa es berlakunya. Tim kemudian mencacat dan enyita
sebagi bahan pepemriksan di BPOM.

Alasan : Disebut opini karena belum diketahui kebenarannya karena terdapat kata sekitar

dalam pernyataan tersebut.

KESIMPULAN

Artikel berisi tentang suatu masalah yang penyampaiannya besertakan bukti dan argumentasi yang
mendukung, kemudian di akhiri dengan ringkasan dan kesimpulan. Artikel disajikan dengan bahasa
yang relative sederhana, shingga dapat dimengerti semua lapisan masyarakat. Dalam membuat artikel
harus disertai aturan aturannya, mencari informasi dan menggunakan fakta serta opini.
1. BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan

Kesimpulan dari makalah ini penulis serta pembaca mendapatkan informasi yang lengkap dari
makalah ini, serta dapat menginterpretasi, mengabstraksi, mengonversi, dan memproduksi teks cerita
pendek. setelah mengetahui pengertian dan langkah-langkah untuk melakukannya.

3.2 Saran

Bagi para siswa di harapkan mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik dan rajin
membaca untuk menambah wawasan serta para siswa di harapkan tidak ragu-ragu dalam
mengekspresikan perasaan melaui sebuah karya terutama cerpen.
Daftar Pustaka

Miharja, Ratih.2012. Buku Pintar Sastra Indonesia.Laskar Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai