Anda di halaman 1dari 4

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(2): 27-30 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

BUKTI MEDIS VERSUS BUKTI HUKUM

Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia

Medicine and Law are pragmatic and empiric activities which need evidences to prove the truth. Both evidences are
based on probability, but medicine – particularly in evidence based medicine - tends to apply a scientific standard
of proof, one that is claimed more certain than the standards of proof courts apply in civil and criminal proceedings.
On the other hand, medicine is also called as the art of probability and the science of uncertainty.

Key words: medical – legal – evidence

PENDAHULUAN materiel – khususnya pada pidana dengan ancaman


hukuman yang tinggi. Sedangkan perkara perdata lebih
Pembuktian dalam perkara pidana adalah upaya untuk
menggunakan pembandingan kekuatan bukti kedua
membuktikan bahwa benar telah terjadi tindak pidana
pihak atau balancing of evidence, sehingga tingkat
dan bahwa si terdakwalah pelaku tindak pidana
kepastiannya bervariasi dari precautionary principle,
tersebut. Pembuktian dilakukan dengan mengajukan
more likely than not, clear and convincing, beyond a
alat bukti sah ke depan persidangan, termasuk analisis
reasonable doubt, hingga irrefutable [4].
dan penalaran yang sah.
Pada umumnya pengadilan perdata di Inggris atau
Alat bukti sah diperlukan dalam membuat putusan
negara common law dapat memutus perkara cukup
hakim, karena seorang hakim hanya dapat mengambil
dengan tingkat kepastian more likely than not atau
putusan apabila sekurang-kurangnya terdapat dua alat
berarti lebih dari 50%. Sedangkan di Amerika hakim
bukti sah yang menimbulkan keyakinan hakim bahwa
harus menggunakan tingkat kepastian clear and
telah terjadi tindak pidana dan bahwa terdakwalah
convincing pada kasus yang memerlukan kecermatan,
yang melakukan tindak pidana tersebut, sebagaimana
seperti pada pengasuhan anak, kesepakatan non
dimaksud oleh Pasal 183 Undang-Undang No 8 tahun
sukarela, keputusan withdrawal of life support pada
1981 tentang Hukum Acara Pidana [1]
pasien koma, penentuan sikap tindak (frame of mind)
Para ahli forensik berperan dalam upaya yang dapat dihukum pada kasus fraud, dan pada
pembuktian dengan menyediakan dua macam alat pendisiplinan profesi advokat dan dokter [4].
bukti sah, yaitu alat bukti sah keterangan ahli yang
PEMBUKTIAN ILMIAH
disampaikan secara lisan, dan alat bukti sah surat yang
disampaikan dalam bentuk dokumen tertulis. Ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan peluang
Keterangan yang diberikan oleh ahli tidak dibatasi kepada manusia untuk memberikan pembuktian
hanya tentang “yang merupakan hal-hal yang dialami hingga tingkat kepastian yang mendekati kebenaran
atau didengar atau dilihat sendiri oleh ahli”, melainkan hakiki. Pada umumnya, untuk meyakini sesuatu
juga pendapat atau opini berdasarkan keahliannya, hipotesis atau teori diperlukan tingkat kepastian ilmiah
sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku [2]. hingga irrefutable, meskipun tidak ada keseragaman
pendapat tentang apa dan bagaimana mencapai tingkat
Pendapat ahli yang satu dengan ahli yang lain tentang
irrefutable pada berbagai ilmu pengetahuan dan
sesuatu hal tertentu tidak selalu sama, bergantung
teknologi.
kepada bidang ilmu yang digunakan, kedalaman ilmu
pengetahuannya atau kecanggihan teknologinya, Di kedokteran, pada tahun 1990 dikeluarkan Bergen
metode pemeriksaan dan penilaiannya, data atau fakta Declaration yang menyatakan “where there are
yang digunakan dalam membuat penilaian, cara threats of serious or irreversible damage, lack of full
pengambilan kesimpulan, dan lain-lain. Oleh karena scientific certainty should not be used as a reason for
itu undang-undang memberikan peluang kepada postponing measures to prevent environmental
sesuatu pihak untuk mengajukan keberatan atas degradation”[5]. Prinsip ini memanfaatkan kaidah
keterangan ahli dan memberi peluang untuk etik non-maleficence sebagai acuan utama (prima
dilakukannya pemeriksaan ulang, baik oleh institusi facie), dan kemudian digunakan dalam melarang
yang sama maupun oleh institusi yang lain [3] penggunaan DDT dan pengurangan emisi CO2.
Padahal untuk mendukung bukti adanya atau parahnya
Tingkat kepastian yang diperlukan pada pembuktian di
risiko hanya digunakan data yang tersedia, “the real
perkara pidana berbeda dengan tingkat kepastian pada
risk alleged for public health appears sufficiently
perkara perdata. Pada perkara pidana diperlukan
established on the basis of the latest scientific data
tingkat kepastian yang mendekati seratus persen
available” [6]. Kebenaran kebijakan yang dilakukan
(beyond a reasonable doubt) atau sampai tidak ada
dengan menggunakan bukti dengan tingkat kepastian
lagi keraguan yang beralasan, sesuai dengan keinginan
di atas menjadi tidak dapat dipertahankan secara
filosofis hukum pidana untuk mencapai kebenaran
ilmiah.

27 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(2): 27-30 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

Pemahaman tentang Evidence Based Medicine (EBM) penyebab kematian sesuai dengan bukti epidemiologis,
mendorong kita untuk menggunakan tingkat kepastian namun belum cukup untuk dijadikan bukti kausal pada
yang lebih tinggi, dengan pembuktian secara ilmiah. suatu kasus individual tertentu. Diperlukan bukti lain
EBM mensyaratkan hanya “well-designed, randomized yang menunjang bahwa penyempitan koroner tersebut
controlled trials” yang dapat menghasilkan bukti yang telah mengakibatkan suplai darah ke otot jantung
sesuai dengan pembuktian ilmiah (standard of proof). berkurang dan mengakibatkan infark iskemik. Temuan
Reviu sistematik atau meta-analysis of multiple RCTs adanya robekan selaput dara sampai ke dasar mungkin
diapresiasi lebih tinggi, dan ditempatkan sebagai relevan untuk dijadikan bukti bahwa sesuatu telah
puncak piramida pembuktian ilmiah kedokteran atau memasuki liang sanggama (penetrasi), tetapi
sebagai gold-standard. Standar pembuktian dengan diperlukan bukti lain yang membuktikan bahwa yang
cara EBM merupakan standar bagi bukti masuk tersebut adalah penis sebelum bisa dinyatakan
epidemiologis. RCTs dan meta-analisis dipercaya bahwa telah terjadi persetubuhan.
memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi sehingga
KETERANGAN SAKSI
kebijakan yang akan diambil lebih dapat
dipertahankan secara ilmiah [7,8] Namun di sisi lain, Para pakar EBM menempatkan laporan kasus sebagai
para pakar juga mereviu berbagai RCTs dan meta- bukti yang terbawah pada piramida pembuktian ilmiah
analisis yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, dan bersama dengan editorial dan pendapat pakar,
menemukan banyak bukti sebaliknya meskipun mereka masih tetap menganggap penting
[9,10,11,12,13,14,15]. informasi yang diperoleh dari pasien [19]. Pada
umumnya laporan kasus di kedokteran tidak cukup
Chan dan Altman mereviu 519 RCTs yang dipublikasi
dapat dijadikan bukti, melainkan memerlukan
di bulan Desember 2000 dan menemukan bahwa tidak
pengujian sesuai dengan standard of proof yang sesuai
jarang terjadi pelaporan hasil yang tidak lengkap
untuk fakta atau masalah yang dipertanyakan. Laporan
(dituliskan di dalam metodologi tetapi tidak ditulis di
kasus dapat memberikan bukti sebagai nilai probatif,
dalam hasil). Mereka berkesimpulan bahwa
yang dapat diuji dengan pendapat kedua, pemeriksaan
kepustakaan kedokteran dengan RCTs
ulang, uji laboratorium dan follow-up.
memperlihatkan hasil studi yang selektif dan bias.16
Dikatakan bahwa “epidemiological analysis is Pembuktian hukum menempatkan keterangan saksi
notoriously susceptible to misinterpretation, and even sebagai bukti yang esensial. Keterangan saksi
manipulation. Two sets of researchers can extract seringkali dijadikan sumber utama informasi dalam
diametrically opposed results from the same data” persidangan pengadilan, yang dengan teknik
[17]. Industri farmasi dan bioteknologi melihat bahwa pemeriksaan tertentu dan pemeriksaan silang (cross
lebih dari 60% publikasi penelitian RCTs di jurnal examination) sidang dapat menguji reliabilitas
kedokteran ditengarai digunakan sebagai alat kesaksian. Memang pada akhirnya pengadilan
pemasaran [18]. seringkali membutuhkan bukti keras (hard evidence)
berupa bukti ilmiah seperti sidik jari, analisis DNA,
Pembuktian sebagaimana diuraikan di atas bukanlah
balistik, atau hasil laboratorium forensik lainnya.
pembuktian bahwa sesuatu x mengakibatkan sesuatu y
secara spesifik pada suatu individu, melainkan Laporan kasus juga dapat memiliki nilai bukti
merupakan pembuktian epidemiologis, yaitu bukti kausalitas yang tinggi apabila memenuhi 3 rangkaian
dengan kemaknaan statistik. Bukti epidemiologis bukti kausalitas yang individual (CDR), yaitu
dapat membuktikan bahwa sesuatu agent tertentu challenge (dampak timbul bila terjadi kontak), de-
menjadi penyebab suatu penyakit tertentu pada suatu challenge (dampak hilang bila kontak dihentikan), dan
populasi, tetapi tidak untuk menjawab hubungan re-challenge (muncul kembali pada kontak ulang) [20].
sebab-akibat pada suatu kasus tertentu. Bukti FDA mengatakan bahwa laporan kasus tunggal CDR
epidemiologis dapat membuktikan bahwa kebiasaan sudah cukup menjadi bukti kausalitas, sedangkan bila
merokok merupakan penyebab kanker paru, namun hanya CD karena alasan etis tidak dilakukan re-
tidak dapat membuktikan bahwa kanker paru pada challenge, maka dibutuhkan 3 kasus.
seseorang tertentu disebabkan merokok. Bukti
kausalitas pada suatu kasus tertentu bukan menjadi Dalam hal ini, pembuktian hukum juga mengikuti pola
ranah bukti epidemiologis. pikir yang sama dengan pembuktian ilmiah
sebagaimana di atas. Hearsay atau secondary
Dengan demikian EBM tidak bisa digunakan untuk information (kecuali di sistem hukum sipil di negara
menyatakan bahwa suatu temuan adanya penyempitan tertentu) dan pendapat saksi (kecuali pendapat ahli
koroner saja (dengan tingkat penyempitan tertentu) sesuai dengan keahliannya) pada dasarnya tidak
adalah penyebab kematian mayat yang diautopsi. dianggap sebagai alat bukti sah. Tetapi bukti serupa
Demikian pula temuan adanya electric mark tidak lebih dari satu dapat dipertimbangkan sebagai bukti
dapat dinyatakan sebagai bukti bahwa orang tersebut yang mencukupi. Pada kasus brides in the bath,
meninggal karena tersetrum listrik. seseorang suami dituduh membunuh isterinya yang
ditemukan mati tenggelam di bathtube, namun tidak
Suatu penyempitan koroner mungkin relevan sebagai

28 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(2): 27-30 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

ada bukti fisik yang mendukung. Ternyata si mengandalkan evidence based medicine masih
almarhum isteri telah mewasiatkan hartanya kepada memiliki kelemahan dalam implementasinya dan
suaminya, dan peristiwa yang sama telah terjadi pada masih terbatas pada pembuktian epidemiologis.
dua isteri sebelumnya. Dua kejadian yang sama Pembuktian kausalitas di kedokteran forensik haruslah
dengan kejadian terakhir dianggap sebagai bukti yang mempertimbangkan prinsip relevansi dan kecukupan
cukup untuk menjelaskan kausalitas [21]. bukti.
Di pihak lain, “tidak ditemukannya bukti” tidak sama
dengan “bukti ketiadaan”. Pada penyakit atau kejadian
DAFTAR PUSTAKA
yang sangat jarang terjadi, temuan yang tidak
[1] Republik Indonesia. Undang-Undang No 8 tahun
bermakna dalam RCTs tidak harus berarti bahwa tidak
1981 tentang Hukum Acara Pidana. LN 1981/76;
ada hubungan kausalitas antara agent yang diteliti
TLN NO. 3209
dengan penyakit yang diduga sebagai akibatnya [22].
[2] Op.cit. Pasal 1 angka 28 dan Pasal 187 ayat (3)
PERAN HAKIM DI PERSIDANGAN [3] Op.cit. pasal 180
[4] Miller DW and Miller CG. On evidence, Medical
Dalam masalah ilmiah dan teknis, para hakim banyak
and Legal. Journal of American Physicians and
mengacu kepada keterangan ahli sebagai individu.
Surgeons Volume 10 Number 3 Fall 2005
Sistem hukum memang telah memiliki hukum
[5] Chase A. Some cautionary remarks about the
pembuktian yang mengatur tentang aturan penerimaan
precautionary principle. Available at:
(admisibilitas) keterangan ahli. Tetapi hukum
http://www.apec.org.au/docs/chase.pdf. Accessed
pembuktian tidak mengatur tentang aturan, metode,
May 10, 2013
prosedur, dan bukti ilmiah seperti apa yang seharusnya
[6] Goklany IM. The Precautionary Principle: A
diterima di sidang pengadilan. Keterangan ahli
Critical Appraisal of Environmental Risk
didasarkan kepada standar pembuktian kedokteran
Assessment.Washington,D.C.: Cato Institute;
yang mungkin saja berbeda dari standar pembuktian
2001
hukum sebagaimana diuraikan di atas. Oleh karena itu
[7] Commission v. Denmark (2003)ECRI-9693, §48.
pengadilan harus tetap memiliki kewenangan penuh
[8] The Evidence-Based Medicine Working Group,
untuk menerima atau menolak bukti ilmiah yang
Guyatt G, Rennie D, eds. Users. Guide to the
diajukan. Pada umumnya visum et repertum ataupun
Medical Literature: Essentials of Evidence-Based
keterangan ahli dapat diterima sebagai alat bukti sah,
Clinical Practice. Chicago, Ill.:AMAPress; 2002
namun tidak berarti bahwa substansi keterangannya
[9] Sackett DL, Rosenberg WMC, Muir Gray JA, et
dapat langsung diterima sebagai bukti.
al. Evidence-based medicine: what it is and what
Ilmu hukum umumnya mengajarkan untuk menilai it isn.t. 1996;312:71-72.
keterangan ahli dimulai dari penilaian tentang sang [10] Horsey PJ. The Cochrane 1998 albumin
ahli dan metodologinya, dengan menggunakan review.not all it was cracked up to be. EJA
beberapa pertanyaan uji, yaitu [23]: 2002;19:701-704.
a. sesuaikah bidang keilmuan si ahli dengan isu yang [11] Wilkes MM, Navickis RJ. Patient survival after
dipertanyakan? human albumin administration: a meta-analysis of
b. cukupkah kualifikasinya untuk membuat pendapat randomized, controlled trials. Ann Intern Med
yang diajukan? 2001;135:149-164.
c. jenis informasi apa yang dijadikan dasar dalam [12] Juni P, Witsch JP, Bloch R, Egger M. The hazards
pendapatnya tersebut? of scoring the quality of clinical trials for meta-
d. bagaimana penerimaan masyarakat ilmuwan di analysis. JAMA 1999;28:1054-1060.
bidangnya? [13] Miller ER, Pastor-Barriuso R, Dalal D, et al.
e. adakah limitasinya (potential errors)? Meta-analysis: high-dosage vitamin E
supplementation may increase all-cause mortality.
Keharusan untuk menilai kebenaran keterangan ahli
Ann Intern Med 2004;142:37-46.
didasarkan kepada publikasi ilmiah juga harus [14] Graby AR. Study flaws cast doubt on claims of
mempertimbangkan kemungkinan sikap seleksi para vitamin E danger. Nov 18, 2004. Available at:
editor majalah ilmiah untuk hanya memilih publikasi http://www.nnfa.org/images/vitamine_images/
yang sesuai dengan “keinginan sponsor” atau Healthnotes.pdf. Accessed Jan 22, 2005.
“kepentingan tertentu”.
[15] Council for Responsible Nutrition. Vitamin E
KESIMPULAN meta-analysis in: what.s wrong with this picture?
Available at:
Pendapat memang diperbolehkan berbeda dari satu ke http://www.crnusa.org/vitaminEmetanalysis.html.
ahli yang lain, namun masing-masing harus Accessed May 10, 2013
mengemukakan dasar ilmiah pendapatnya yang sesuai [16] Chan AW, Altman DG. Identifying outcome
dengan standard of proof di bidang keilmuannya. reporting bias in randomized trials on PubMed:
Pembuktian ilmiah di bidang kedokteran yang review of publications and survey of authors. BMJ

29 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(2): 27-30 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

2005;330(7494):753. Available at: strategies for appraisal of clinical evidence. J Eval


http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/short/bmj. Clin Pract 2002;8:121-126.
38356.424606.8Fv1. Accessed May 10, 2013 [20] Cook County Bureau of Health Services.
[17] Kirby, D. : Evidence of Harm Mercury in Reporting adverse events related to investigational
Vaccines and the Autism Epidemic: A Medical drugs or devices. . Grants Handbook.
Controversy. NewYork, N.Y.: St. Martin.s Press; [21] Altman DG, Bland M. Absence of evidence is not
2005. evidence of absence. BMJ 1995;311:485.
[18] Brownlee S. Doctors without borders: why you [22] R.v. Smith. (1915) 11 Cr. App. R. 229.
can.t trust medical journalsanymore. , Washington [23] Robertson B and Vignaux GA. Interpreting
Monthly April 2004. Available at: evidence, evaluating forensic science in the
http://www.washingtonmonthly.com/features/200 courtroom. Chichester: John Wiley and Sons,
4/0404.brownlee.html. Accessed May 10, 2013 1995.
[19] Malterud K. Reflexivity and metapositions:

30 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai