http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs
Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Medicine and Law are pragmatic and empiric activities which need evidences to prove the truth. Both evidences are
based on probability, but medicine – particularly in evidence based medicine - tends to apply a scientific standard
of proof, one that is claimed more certain than the standards of proof courts apply in civil and criminal proceedings.
On the other hand, medicine is also called as the art of probability and the science of uncertainty.
27 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(2): 27-30 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs
Pemahaman tentang Evidence Based Medicine (EBM) penyebab kematian sesuai dengan bukti epidemiologis,
mendorong kita untuk menggunakan tingkat kepastian namun belum cukup untuk dijadikan bukti kausal pada
yang lebih tinggi, dengan pembuktian secara ilmiah. suatu kasus individual tertentu. Diperlukan bukti lain
EBM mensyaratkan hanya “well-designed, randomized yang menunjang bahwa penyempitan koroner tersebut
controlled trials” yang dapat menghasilkan bukti yang telah mengakibatkan suplai darah ke otot jantung
sesuai dengan pembuktian ilmiah (standard of proof). berkurang dan mengakibatkan infark iskemik. Temuan
Reviu sistematik atau meta-analysis of multiple RCTs adanya robekan selaput dara sampai ke dasar mungkin
diapresiasi lebih tinggi, dan ditempatkan sebagai relevan untuk dijadikan bukti bahwa sesuatu telah
puncak piramida pembuktian ilmiah kedokteran atau memasuki liang sanggama (penetrasi), tetapi
sebagai gold-standard. Standar pembuktian dengan diperlukan bukti lain yang membuktikan bahwa yang
cara EBM merupakan standar bagi bukti masuk tersebut adalah penis sebelum bisa dinyatakan
epidemiologis. RCTs dan meta-analisis dipercaya bahwa telah terjadi persetubuhan.
memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi sehingga
KETERANGAN SAKSI
kebijakan yang akan diambil lebih dapat
dipertahankan secara ilmiah [7,8] Namun di sisi lain, Para pakar EBM menempatkan laporan kasus sebagai
para pakar juga mereviu berbagai RCTs dan meta- bukti yang terbawah pada piramida pembuktian ilmiah
analisis yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, dan bersama dengan editorial dan pendapat pakar,
menemukan banyak bukti sebaliknya meskipun mereka masih tetap menganggap penting
[9,10,11,12,13,14,15]. informasi yang diperoleh dari pasien [19]. Pada
umumnya laporan kasus di kedokteran tidak cukup
Chan dan Altman mereviu 519 RCTs yang dipublikasi
dapat dijadikan bukti, melainkan memerlukan
di bulan Desember 2000 dan menemukan bahwa tidak
pengujian sesuai dengan standard of proof yang sesuai
jarang terjadi pelaporan hasil yang tidak lengkap
untuk fakta atau masalah yang dipertanyakan. Laporan
(dituliskan di dalam metodologi tetapi tidak ditulis di
kasus dapat memberikan bukti sebagai nilai probatif,
dalam hasil). Mereka berkesimpulan bahwa
yang dapat diuji dengan pendapat kedua, pemeriksaan
kepustakaan kedokteran dengan RCTs
ulang, uji laboratorium dan follow-up.
memperlihatkan hasil studi yang selektif dan bias.16
Dikatakan bahwa “epidemiological analysis is Pembuktian hukum menempatkan keterangan saksi
notoriously susceptible to misinterpretation, and even sebagai bukti yang esensial. Keterangan saksi
manipulation. Two sets of researchers can extract seringkali dijadikan sumber utama informasi dalam
diametrically opposed results from the same data” persidangan pengadilan, yang dengan teknik
[17]. Industri farmasi dan bioteknologi melihat bahwa pemeriksaan tertentu dan pemeriksaan silang (cross
lebih dari 60% publikasi penelitian RCTs di jurnal examination) sidang dapat menguji reliabilitas
kedokteran ditengarai digunakan sebagai alat kesaksian. Memang pada akhirnya pengadilan
pemasaran [18]. seringkali membutuhkan bukti keras (hard evidence)
berupa bukti ilmiah seperti sidik jari, analisis DNA,
Pembuktian sebagaimana diuraikan di atas bukanlah
balistik, atau hasil laboratorium forensik lainnya.
pembuktian bahwa sesuatu x mengakibatkan sesuatu y
secara spesifik pada suatu individu, melainkan Laporan kasus juga dapat memiliki nilai bukti
merupakan pembuktian epidemiologis, yaitu bukti kausalitas yang tinggi apabila memenuhi 3 rangkaian
dengan kemaknaan statistik. Bukti epidemiologis bukti kausalitas yang individual (CDR), yaitu
dapat membuktikan bahwa sesuatu agent tertentu challenge (dampak timbul bila terjadi kontak), de-
menjadi penyebab suatu penyakit tertentu pada suatu challenge (dampak hilang bila kontak dihentikan), dan
populasi, tetapi tidak untuk menjawab hubungan re-challenge (muncul kembali pada kontak ulang) [20].
sebab-akibat pada suatu kasus tertentu. Bukti FDA mengatakan bahwa laporan kasus tunggal CDR
epidemiologis dapat membuktikan bahwa kebiasaan sudah cukup menjadi bukti kausalitas, sedangkan bila
merokok merupakan penyebab kanker paru, namun hanya CD karena alasan etis tidak dilakukan re-
tidak dapat membuktikan bahwa kanker paru pada challenge, maka dibutuhkan 3 kasus.
seseorang tertentu disebabkan merokok. Bukti
kausalitas pada suatu kasus tertentu bukan menjadi Dalam hal ini, pembuktian hukum juga mengikuti pola
ranah bukti epidemiologis. pikir yang sama dengan pembuktian ilmiah
sebagaimana di atas. Hearsay atau secondary
Dengan demikian EBM tidak bisa digunakan untuk information (kecuali di sistem hukum sipil di negara
menyatakan bahwa suatu temuan adanya penyempitan tertentu) dan pendapat saksi (kecuali pendapat ahli
koroner saja (dengan tingkat penyempitan tertentu) sesuai dengan keahliannya) pada dasarnya tidak
adalah penyebab kematian mayat yang diautopsi. dianggap sebagai alat bukti sah. Tetapi bukti serupa
Demikian pula temuan adanya electric mark tidak lebih dari satu dapat dipertimbangkan sebagai bukti
dapat dinyatakan sebagai bukti bahwa orang tersebut yang mencukupi. Pada kasus brides in the bath,
meninggal karena tersetrum listrik. seseorang suami dituduh membunuh isterinya yang
ditemukan mati tenggelam di bathtube, namun tidak
Suatu penyempitan koroner mungkin relevan sebagai
28 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(2): 27-30 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs
ada bukti fisik yang mendukung. Ternyata si mengandalkan evidence based medicine masih
almarhum isteri telah mewasiatkan hartanya kepada memiliki kelemahan dalam implementasinya dan
suaminya, dan peristiwa yang sama telah terjadi pada masih terbatas pada pembuktian epidemiologis.
dua isteri sebelumnya. Dua kejadian yang sama Pembuktian kausalitas di kedokteran forensik haruslah
dengan kejadian terakhir dianggap sebagai bukti yang mempertimbangkan prinsip relevansi dan kecukupan
cukup untuk menjelaskan kausalitas [21]. bukti.
Di pihak lain, “tidak ditemukannya bukti” tidak sama
dengan “bukti ketiadaan”. Pada penyakit atau kejadian
DAFTAR PUSTAKA
yang sangat jarang terjadi, temuan yang tidak
[1] Republik Indonesia. Undang-Undang No 8 tahun
bermakna dalam RCTs tidak harus berarti bahwa tidak
1981 tentang Hukum Acara Pidana. LN 1981/76;
ada hubungan kausalitas antara agent yang diteliti
TLN NO. 3209
dengan penyakit yang diduga sebagai akibatnya [22].
[2] Op.cit. Pasal 1 angka 28 dan Pasal 187 ayat (3)
PERAN HAKIM DI PERSIDANGAN [3] Op.cit. pasal 180
[4] Miller DW and Miller CG. On evidence, Medical
Dalam masalah ilmiah dan teknis, para hakim banyak
and Legal. Journal of American Physicians and
mengacu kepada keterangan ahli sebagai individu.
Surgeons Volume 10 Number 3 Fall 2005
Sistem hukum memang telah memiliki hukum
[5] Chase A. Some cautionary remarks about the
pembuktian yang mengatur tentang aturan penerimaan
precautionary principle. Available at:
(admisibilitas) keterangan ahli. Tetapi hukum
http://www.apec.org.au/docs/chase.pdf. Accessed
pembuktian tidak mengatur tentang aturan, metode,
May 10, 2013
prosedur, dan bukti ilmiah seperti apa yang seharusnya
[6] Goklany IM. The Precautionary Principle: A
diterima di sidang pengadilan. Keterangan ahli
Critical Appraisal of Environmental Risk
didasarkan kepada standar pembuktian kedokteran
Assessment.Washington,D.C.: Cato Institute;
yang mungkin saja berbeda dari standar pembuktian
2001
hukum sebagaimana diuraikan di atas. Oleh karena itu
[7] Commission v. Denmark (2003)ECRI-9693, §48.
pengadilan harus tetap memiliki kewenangan penuh
[8] The Evidence-Based Medicine Working Group,
untuk menerima atau menolak bukti ilmiah yang
Guyatt G, Rennie D, eds. Users. Guide to the
diajukan. Pada umumnya visum et repertum ataupun
Medical Literature: Essentials of Evidence-Based
keterangan ahli dapat diterima sebagai alat bukti sah,
Clinical Practice. Chicago, Ill.:AMAPress; 2002
namun tidak berarti bahwa substansi keterangannya
[9] Sackett DL, Rosenberg WMC, Muir Gray JA, et
dapat langsung diterima sebagai bukti.
al. Evidence-based medicine: what it is and what
Ilmu hukum umumnya mengajarkan untuk menilai it isn.t. 1996;312:71-72.
keterangan ahli dimulai dari penilaian tentang sang [10] Horsey PJ. The Cochrane 1998 albumin
ahli dan metodologinya, dengan menggunakan review.not all it was cracked up to be. EJA
beberapa pertanyaan uji, yaitu [23]: 2002;19:701-704.
a. sesuaikah bidang keilmuan si ahli dengan isu yang [11] Wilkes MM, Navickis RJ. Patient survival after
dipertanyakan? human albumin administration: a meta-analysis of
b. cukupkah kualifikasinya untuk membuat pendapat randomized, controlled trials. Ann Intern Med
yang diajukan? 2001;135:149-164.
c. jenis informasi apa yang dijadikan dasar dalam [12] Juni P, Witsch JP, Bloch R, Egger M. The hazards
pendapatnya tersebut? of scoring the quality of clinical trials for meta-
d. bagaimana penerimaan masyarakat ilmuwan di analysis. JAMA 1999;28:1054-1060.
bidangnya? [13] Miller ER, Pastor-Barriuso R, Dalal D, et al.
e. adakah limitasinya (potential errors)? Meta-analysis: high-dosage vitamin E
supplementation may increase all-cause mortality.
Keharusan untuk menilai kebenaran keterangan ahli
Ann Intern Med 2004;142:37-46.
didasarkan kepada publikasi ilmiah juga harus [14] Graby AR. Study flaws cast doubt on claims of
mempertimbangkan kemungkinan sikap seleksi para vitamin E danger. Nov 18, 2004. Available at:
editor majalah ilmiah untuk hanya memilih publikasi http://www.nnfa.org/images/vitamine_images/
yang sesuai dengan “keinginan sponsor” atau Healthnotes.pdf. Accessed Jan 22, 2005.
“kepentingan tertentu”.
[15] Council for Responsible Nutrition. Vitamin E
KESIMPULAN meta-analysis in: what.s wrong with this picture?
Available at:
Pendapat memang diperbolehkan berbeda dari satu ke http://www.crnusa.org/vitaminEmetanalysis.html.
ahli yang lain, namun masing-masing harus Accessed May 10, 2013
mengemukakan dasar ilmiah pendapatnya yang sesuai [16] Chan AW, Altman DG. Identifying outcome
dengan standard of proof di bidang keilmuannya. reporting bias in randomized trials on PubMed:
Pembuktian ilmiah di bidang kedokteran yang review of publications and survey of authors. BMJ
29 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(2): 27-30 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs
30 Budi Sampurna
Department of Forensic Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia