Anda di halaman 1dari 14

OPTIMALISASI FUNGSI POJOK BACA DI KELAS I SD

MUHAMMADIYAH PANGKALPINANG SEBAGAI


PENUMBUHKENALKAN BUDAYA MEMBACA

Disususn sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1


pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:
BINTANG PAMUNGKAS
A510140180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
PERSETUJUAN

OPTIMALISASI FUNGSI POJOK BACA DI KELAS I SD


MUHAMMADIYAH PANGKALPINANG SEBAGAI
PENUMBUHKENALKAN BUDAYA MEMBACA

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Oleh:

BINTANG PAMUNGKAS

A510140180

Telah diperiksa dan disetujui oleh

Dosen Pembimbing

( Nur Amalia, S.S., M.Teach )


NIDN. 0627078502

i
HALAMAN PENGESAHAN

OPTIMALISASI FUNGSI POJOK BACA DIKELAS I SD


MUHAMMADIYAH PANGKALPINANG SEBAGAI
PENUMBUHKENALKAN BUDAYA MEMBACA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


BINTANG PAMUNGKAS
A510140180

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada hari senin, tanggal 21 Mei 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

1. Nur Amalia S.S., M.Teach ( )

2. Ika Candra Sayekti, S.Pd., M.Pd ( )

3. Muhammad Abduh, S.Pd., M.Pd ( )

Dekan,

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum

NIP. 196504281993031001

ii
PERNYATAAN

: Bintang Pamungkas
saya yang bertandatangan di bawah ini,
: A510140180
Nama
: Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
NIM
:“Optimalisasi Fungsi Pojok Baca Dikelas I SD
Program Studi
Judul Skripsi
Muhammadiyah Pangkalpinang Sebagai Penumbuhkenalkan
Budaya Membaca”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel publikasi yang saya serahkan ini
benar-benarhasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini hasil plagiat, saya bertanggung jawab
sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surakarta, 23 April 2018


Yang membuat pernyataan

iii
OPTIMALISASI FUNGSI POJOK BACA DIKELAS I SD
MUHAMMADIYAH PANGKALPINANG SEBAGAI
PENUMBUHKENALKAN BUDAYA MEMBACA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan 1) upaya pihak sekolah untuk


menumbuhkenalkan budaya membaca siswa dikelas I SD Muhammadiyah
Pangkalpinang 2) fungsi pojok baca dikelas I SD Muhammadiyah Pangkalpinang 3)
hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca dikelas I SD Muhammadiyah
Pangkalpinang 4) solusi dari hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca
dikelas I SD Muhammadiyah Pangkalpinang. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Informan dalam penelitian
ini adalah kepala sekolah, guru kelas 1 serta anak yang mengalami masalah belajar
membaca. Hasil penelitan menunjukkan bahwa: 1) Upaya dari pihak sekolah untuk
menumbuhkenalkan budaya membaca siswa dikelas I SD Muhammadiyah
Pangkalpinang disampaikan oleh kepala sekolah dengan mendatangkan penerbit
untuk memberikan pilihan buku yang akan diberikan kepada siswa. 2) Fungsi pojok
baca memberikan suasana baru di kelas, juga disaat ada waktu luang bisa
dimanfaatkan untuk membaca. Selain itu, menjadikan siswa senang membaca dengan
dibimbing guru. 3) Hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca yakni
sulitnya menumbuhkenalkan budaya membaca sejak dini. 4) Solusi dalam
mengoptimalkan fungsi pojok baca antara lain guru memberikan buku-buku bacaan
yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berupaya menambah koleksi bacaan agar
siswa tidak bosan membaca di pojok baca.
Kata kunci : fungsi pojok baca, penumbuhkenalkan, budaya membaca
Abstract

This study aims to describe 1) the effort of the school to introduce the reading culture
of the students I SD Muhammadiyah Pangkalpinang 2) the function of reading
corner I SD Muhammadiyah Pangkalpinang 3) obstacles in optimizing the function
of reading corner I SD Muhammadiyah Pangkalpinang 4) the solution of the
barriers in optimizing the function of reading corner I SD Muhammadiyah
Pangkalpinang. The type of research used is qualitative research with type of
phenomenology research. Informants in this study are principals, first grade
teachers and children who have problems learning to read. The research results
show that: 1) Efforts from the school to introduce the reading culture of students in
elementary school I Muhammadiyah Pangkalpinang delivered by the principal by
bringing publishers to provide a selection of books to be given to students. 2) The
function of reading corner provides a new atmosphere in class, also when there is
free time can be used for reading. In addition, making students happy to read with a
mentored teacher. 3) Obstacles in optimizing the function of the reading corner is the
difficulty of introducing reading culture from an early age. 4) Solutions in optimizing
the function of reading corner, among others, teachers provide books reading in

1
accordance with the needs of students and trying to add a collection of reading so
that students do not get bored reading in the corner read.
Keywords: function of reading corner, introducing, reading culture

1. PENDAHULUAN
Membaca merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Semua proses
belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Di Indonesia, rendahnya literasi
membaca menyebabkan Sumber Daya Manusia tidak kompetitif sebagai akibat
lemahnya kemampuan budaya membaca. Menurut survei tentang literasi yang
dilakukan Central Connecticut State University pada tahun 2016 di New Britain,
Conn, Amerika Serikat, misalnya, menempatkan Indonesia dalam posisi cukup
memprihatinkan, yaitu urutan ke-60 dari 61 negara. (Kemdikbud, 2017).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terus
menggenjot budaya membaca untuk masyarakat Indonesia khususnya bagi peserta
didik. Salah satu terobosan yang dilakukan pemerintah melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti luhur kepada peserta didik dengan mengembangkan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS merupakan upaya menyeluruh yang
melibatkan seluruh warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan
masyarakat, sebagai bagian ekosistem pendidikan. Menurut Abidin (2017: 279)
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah gerakan sosial dengan dukungan
kolaboratif dari berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya
berupa pembiasaan membaca pada peserta didik.
Pemerintah melalui instansi-instansi terkait dan berbagai lembaga
swadaya masyarakat berusaha mengadakan program-program yang bertujuan
menumbuhkenalkan budaya membaca misalnya dengan membuat perpustakaan
keliling atau taman bacaan. Pada awalnya, program ini mampu mengundang
antusias masyarakat untuk datang ke perpustakaan keliling dan anak-anak pun
menjadi suka membaca. Sayangnya, program tersebut bersifat tidak permanen.
Seiring dengan meredanya program tersebut, kegemaran untuk membaca pun ikut
mereda.

2
Keterlibatan sekolah sangatlah penting dalam pelaksanan suatu program
seperti yang telah dilakukan sebelumnya dalam mengembangkan budaya
membaca di sekolah. Budaya membaca di sekolah sangatlah diperlukan, selain
untuk meningkatkan mutu pembelajaran, juga dapat mengembangkan
kemampuan siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, bermutu dan
menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pihak sekolah perlu
memfasilitasinya salah satunya dengan cara membuat pojok bacaan di kelas.
Seperti halnya pojok bacaan yang tersedia di SD Muhammadiyah Pangkalpinang.
Di SD Muhammadiyah Pangkalpinang telah disediakan pojok bacaan
untuk kegiatan membaca siswa di kelas, namun keberadaannya belum bisa
dioptimalkan oleh siswa. Ada siswa yang kurang percaya diri untuk bergabung
dengan temannya untuk membaca karena tidak lancar membaca, dan ada juga
yang tidak bisa ikut membaca karena pojok bacaan yang sempit. Padahal dengan
adanya pojok bacaan diharapkan dapat menumbuhkenalkan budaya membaca.
Peran dari pihak sekolah seperti kepala sekolah dan guru, sangat diperlukan
sebagai pembimbing siswa di pojok bacaan untuk lebih mengetahui dan
memahami pentingnya membaca. Berdasarkan pernyataan diatas maka peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai fungsi pojok bacaan tersebut
dengan judul “Optimalisasi Fungsi Pojok Baca di Kelas I SD Muhammadiyah
Pangkalpinang Sebagai Penumbuhkenalkan Budaya Membaca”

2. METODE
Jenis Penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif dengan
jenis pendekatan fenomenologi. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian
adalah SD Muhammadiyah Pangkalpinang tepatnya di Jl. Kh. Abdul Hamid No.
3, RT/RW 1/1, Rawabangun, Kecamatan Taman Sari Kota Pangkalpinang. Data
dalam penelitian ini adalah segala fakta yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun informasi tentang optimalisasi fungsi pojok baca di kelas I SD
Muhammadiyah Pangkalpinang sebagai penumbuhkenalkan budaya membaca,
yang meliputi data tentang: peran pojok bacaan, hambatan yang dialami, dan
upaya pihak sekolah dalam menumbuhkenalkan budaya membaca siswa di SD

3
Muhammadiyah Pangkalpinang. Narasumber dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru kelas, dan siswa kelas 1 di SD Muhammadiyah Pangkalpinang.
Peneliti berperan sebagai pengumpul data utama. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data yang
digunakan adalah teknik triangulasi sumber dan teknik. Analisis data pada
penelitian ini adalah dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Upaya dari pihak sekolah untuk menumbuhkenalkan budaya membaca siswa
di kelas I SD Muhammadiyah Pangkalpinang
3.1.1 Pembiasaan berkunjung ke perpustakaan
Lestari (2017) Adanya perpustakaan keliling yang datang menarik
siswa untuk membaca. Hal ini terbukti ketika mobil perpustakaan keliling
baru memasuki gerbang sekolah, siswa-siswi sudah berkumpul mendekati
mobil perpustakaan keliling, siswa dari kelas satu sampai kelas enam
langsung menuju perpustakaan keliling memilih koleksi yang mereka
inginkan baik untuk melakukan peminjaman ataupun hanya sekedar
membaca di tempat. Koleksi yang dipinjam siswa-siswi tidak hanya cerita
fiksi saja melainkan ada yang pengetahuan umum, sejarah, dan soal-soal.
Kemudian ketika proses peminjaman koleksi mereka antri dan secara tertib
satu per satu bergantian melakukan transaksi peminjaman kepada
pustakawan yang bertugas di perpustakaan keliling.
Dari pendapat di atas sesuai dengan wawancara mengenai
pembiasaan siswa kelas 1 SD Muhammadiyah Pangkalpinang berkunjung
ke perpustakaan keliling menyatakan bahwa siswa secara bergantian
berkunjung ke perpustakaan mulai dari kelas 1 sampai kelas berikutnya
sesuai arahan dan didampingi wali kelasnya masing-masing. Pengenalan
siswa ke perpustakaan diharapkan bisa menanamkan budaya membaca
sejak dari kelas awal dan sekaligus mendatangkan penerbit untuk
memberikan pilihan buku yang akan diberikan kepada siswa.

4
Nugroho (2016) Pojok baca merupakan pemanfaatan sudut ruang
kelas sebagai tempat koleksi buku dari para siswa di tiap-tiap kelas.
Penerapan program pojok baca diharapkan akan merangsang peserta didik
untuk lebih gemar membaca dan memiliki daya pikir yang baik.
Pemanfaatan sudut ruang kelas untuk dijadikan pojok baca juga sebagai
penunjang dari perpustakaan sekolah. Selain peserta didik membaca,
meminjam dan menjelajah sumber ilmu dari perpustakaan sekolah, peserta
didik juga bisa memanfaatkan pojok baca di kelas mereka masing-masing.
Buku yang terdapat pada rak buku pojok baca adalah buku koleksi peserta
didik sendiri, sehingga mereka dapat bertukar pinjam dengan teman-
temannya.
Dari pendapat di atas sesuai dengan wawancara dan hasil observasi
membuat pojok baca di kelas 1 SD Muhammadiyah Pangkalpinang, wali
kelas yang menyebutkan bahwa kepala sekolah telah memerintahkan wali
kelas untuk membuat pojok baca di kelas. Di dalam kelas sekarang sudah
diterapkan pojok baca denganmenumbuhkenalkan gemar membaca dan
budaya membaca
3.2 Fungsi pojok baca di kelas I SD Muhammadiyah Pangkalpinang
3.2.1 Memfasilitasi kelas agar tercipta suasana kondusif saat tidak ada
kegiatan lain/ waktu luang.
Panduan GLS (2016) adanya keterbatasan sekolah dalam hal
pengelolaan perpustakaan, dapat dimulai dengan menyediakan area baca di
sekolah : 1) memanfaatkan sudut kelas sebagai tempat menyediakan bahan
bacaan sekaligus menjadikan bagian dari kebutuhan sekolah membangun
aktivitas literasi 2) memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa
untuk membiasakan membaca dengan memanfaatkan sudut baca kelas saat
waktu luang.
Berdasarkan pendapat di atas sesuai dengan hasil wawancara
mengenai fungsi pojok baca yang terbukti bisa dimanfaatkan oleh siswa
untuk mengisi waktu luang atau saat istirahat berlangsung. Pojok baca juga

5
dapat dijadikan tempat untuk menciptakan kondusifitas kelas di waktu
pembelajaran.
3.2.2 Menjadikan percaya diri
Penggambaran dari dimensi pengembangan yaitu adanya sudut baca,
mayoritas siswa erdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
mayoritas siswa dapat menceritakan kembali cerita yang mereka baca (story
telling). Mereka memberikan berbagai macam argument kenapa mereka
bisa menceritakan kemabali cerita yang mereka baca seperti karena
ceritanya mudah diingat, para siswa membaca ceritanya dari awal sampai
akhir, mereka mengerti dan memahami cerita yang mereka baca. Para guru
dan pustkawan juga menyadari bahwa pentingnya story telling bagi para
siswa, mereka memberikan pendapat bahwa dengan kesediaan mereka
untuk maju ke depan menceritakan kembali cerita yang mereka baca akan
membuat mereka percaya diri dan meningkatkan kemampuan mereka dalam
berkomunikasi. Berbagai fitur yang disajikan oleh teks yang dibaca oleh
para pembaca memiliki dampak yang besar pada pemahaman pembaca.
Sementara ketika membaca, pembaca membangun beragam representasi
dari teks yang tepenting adalah pemahaman mereka dalam memahami teks.
Fijayanti (2014)
Berdasarkan pendapat di atas sesuai dengan wawancara dan hasil
observasi yaitu di SD Muhammadiyah Pangkalpinang terlihat bahwa
seorang siswa yang belum lancar membaca sudah mulai percaya diri untuk
datang di pojok baca dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.

3.3 Yang Menjadi hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca di kelas I
SD Muhammadiyah Pangkalpinang.
3.3.1 Peran orang tua
Cahyani (2016) dari hasil analisa data yang diperoleh dapat
diketahui bahwa sebagai role model untuk anak, orang tua bisa dikatakan
belum bisa dan belum mampu menjadi model yang baik untuk anak mereka
dalam kegiatan mengembangkan literasi dini, disini dibuktikan bahwa

6
sebanyak 74 responden dari 100 responden yang diteliti menyatakan lebih
sering melakukan kegiatan menonton televisi dari pada membaca buku.
Fakta lain mengungkapkan bahwa ketidaktersediaan buku di rumah salah
satunya disebabkan oleh ketidakmampuan secara ekonomi orangtua untuk
membeli buku.
Dari pendapat di atas sesuai dengan wawancara mengenai peran
orang siswa SD Muhammadiyah Pangkalpinang oleh kepala sekolah yang
menyatakan bahwa peran orang tua yang kurang memperhatikan kebutuhan
anaknya seperti membelikan buku bacaan untuk disediakan di rumah
maupun sekolahan.
Hendrayani (2016) realita di lapangan berdasar hasil pengamatan
penulis serta hasil diskusi dengan rekan sejawat khususnya yang mengajar
di kelas rendah Sekolah Dasar dapat diketahui bahwa kemampuan membaca
peserta didik kelas rendah ternyata masih kurang memuaskan, masih cukup
banyak peserta didik yang hingga kelas 3 (tingkat terakhir kelas rendah)
membacanya masih belum lancar, selain itu kemampuan mereka dalam
memahami bacaannya pun masih kurang memuaskan, seringkali mereka
tidak dapat menangkap intisari wacana yang mereka baca dalam sekali
membaca
Dari pendapat di atas sesuai dengan hasil observasi yang terlihat di
SD Muhammadiyah Pangkalpinang kelas 1, masih ada siswa yang belum
lancar membacanya. Siswa belum lancar membaca tersebut menjadikan
hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca.
3.4 Solusi dari hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca dikelas I SD
Muhammadiyah pangkalpinang sebagai berikut :
One child book, merupakan kegiatan yang dirancang untuk
meningkatkan jumlah dan jenis buku bacaan di sekolah, agar setiap siswa
paling sedikit memiliki 1 buku untuk dibaca di sekolah/ kelas maupun di
rumah, diharapkan orang tua membelikan minimal 1 buku untuk satu
semester atau 1 buku satu tahun, yang kemudian disumbangkan untuk
sekolah. Teguh (2017). Kepala sekolah juga mengupayakan infaq buku dari

7
orangtua siswa setiap tahunnya. Orangtua membelikan buku bacaan untuk
anaknya saat sekolah mengadakan bazaar buku. Dengan cara ini buku yang
disumbangkan oleh orangtua adalah buku-buku yang cocok untuk dibaca
oleh siswa SMP, “Sebab buku yang dijual dalam bazar buku sudah diseleksi
sedemikian rupa oleh penerbit bersama guru bahasa Indonesia guru juga
melaksanakan kegiatan giat membaca dengan selalu mengingatkan siswa
rajin membaca setiap referensi baik dari buku ataupun internet minimal
untuk menunjang tugas sekolah. Nandasari (2017)
Berdasarkan pendapat di atas sesuai dengan hasil observasi dengan
kepala sekolah SD Muhammadiyah Pangkalpinang yang menyatakan guru
telah memberikan buku bacaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa di
kelas untuk menumbuhkenalkan budaya membaca.
Fajarwati (2017) selama siswa membaca, guru mendampingi
aktivitas siswa dengan tetap berada di dalam kelas dan berkeliling untuk
melihat aktivitas membaca siswa. Selain memberikan pendampingan, guru
juga memberikan bimbingan kepada siswa. Guru membimbing siswa ketika
kegiatan membaca 15 menit berlangsung. Bimbingan berupa membantu
siswa yang kesulitan dalam membaca atau menulis. Selain itu
mengingatkan siswa dan mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan
membaca.
Berdasarkan pendapat di atas sesuai dengan wawancara oleh wali kelas
SD muhammadiyah Pangkalpinang dan hasil observasi yang menyatakan guru
selalu mengingatkan kepada siswa mengenai pentingnya budaya membaca
sejak dini sekaligus guru juga selalu memotivasi siswa agar dapat
menumbuhkenalkan budaya membaca.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
dari penelitian ini bahwa:
1) Upaya dari pihak sekolah untuk menumbuhkenalkan budaya membaca siswa
dikelas I SD Muhammadiyah Pangkalpinang disampaikan oleh kepala sekolah
dengan mendatangkan penerbit untuk memberikan pilihan buku yang akan

8
diberikan kepada siswa sehingga menarik untuk dibaca di pojok baca dan
menyelenggarakan kegiatan rutin untuk berkunjung di perpustakaan kota serta
mendatangkan perpustakaan keliling di sekolah
2) Fungsi pojok baca dikelas I SD Muhammadiyah Pangkalpinang, memiliki
fungsi untuk menumbuhkenalkan budaya membaca siswa, karena memberikan
suasana baru di kelas, tidak terbatas waktu dan disaat ada waktu luang bisa
dimanfaatkan untuk membaca. Selain itu, dari hasil wawancara yang diperoleh
juga menyebutkan bahwa fungsi pojok bacaan untuk menjadikan siswa senang
membaca dengan dibimbing guru dan diarahkan agar menjadikan membaca
sabagai kegemaran serta dapat menumbuhkenalkan budaya membaca
walalupun tidak harus di perpustakaan.
3) Hal yang menjadi hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca dikelas
I SD Muhammadiyah pangkalpinang. Hambatan tersebut antara lain sulitnya
menumbuhkenalkan budaya membaca sejak dini karena orang tua kurang
memberikan fasilitas seperti membelikan buku bacaan yang sesuai kebutuhan
anak dan juga kurangnya motivasi dari guru untuk menumbuhkenalkan budaya
membaca.
4) Solusi dari hambatan dalam mengoptimalkan fungsi pojok baca dikelas I SD
Muhammadiyah Pangkalpinang antara lain guru memberikan buku-buku
bacaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berupaya menambah koleksi
bacaan agar siswa tidak bosan membaca di pojok baca, serta guru selalu
mengingatkan dan memotivasi siswa bahwa membaca sejak dini itu sangat
penting sekali melalui pojok baca.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah. 2016. Pembelajaran Literasi :
Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan
Menulis. Bumi Aksara. Jakarta
Cahyani, Indah Rahma . 2016. Peran Orang Tua Dan Guru Dalam Mengembangkan
Literasi Dini (Early Literacy) Di Kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Malang : FISIP
UA. (Tidak Diterbitkan)
Fajarwati. 2017. Implementasi Program Literasi Sekolah Di Kelas Rendah Sd Ngoto
Sewon Bantul. Skripsi. Yogyakarta : FIP UNY

9
Fijayanti, Ira Uffa Dwi Ratih. 2014. Program Membaca Lima Belas Menit
(Sustained Silent Reading) Pada Siswa dan Siswi Sekolah Dasar Negeri di
Kota Surabaya 1 Program Membaca Lima Belas Menit (Sustained Silent
Reading) Pada Siswa dan Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kota Surabaya.
Malang : FISIP UNAIR.

Hendrayani, Ade. 2016. Peningkatan Minat Baca Dan Kemampuan Membaca


Peserta Didik Kelas Rendah Melalui Penggunaan Reading Corner, Jurnal
Penelitian Pendidikan, ISSN 1412-565 X,e-ISSN 2541-4135

Kemendikbud, 2016, Panduan Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas


dan Area Baca Sekolah untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Diakses tanggal 4 Juli 2017. http://www.berkasedukasi
.com/2017/05/panduan-sudut-baca-kelas-area-baca.html
Kemendikbud, 2017. Panduan Gerakan Literasi Sekolah.
Lestari, Septi. 2017. Peranan Perpustakaan Keliling Dinas Perpustakaan Dan
Kearsipan Kabupaten Gunungkidul Dalam Meningkatkan Budaya Membaca
Siswa Di Sd Kwarasan Gunungkidul.Skripsi. Yogyakarta : FAIB UIN. (Tidak
diterbitkan)

Nandasari, Sonia Putri. 2017. Implementasi Literasi Media Dalam Mengembangkan


Minat Baca Siswa Di Smp Negeri 1 Kediri. Volume 5, Nomor 5
Nugroho, Alfian Handina, Ratna Puspitasari, dan Euis Puspitasari, 2016,
Implementasi Gemar Membaca Melalui Program Pojok Baca Dalam Mata
Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas VIII Di SMPN 2 Sumber, Jurnal Edueksos,
Vol. V, No. 2
Permendikbud. 2015. Penumbuhan Budi Pekerti. Jakarta.

Teguh, Mulyo. 2017. Gerakan Literasi Sekolah Dasar, Prosiding Seminar Nasional

10

Anda mungkin juga menyukai