Gic (Rizki Fajar Fauzan B1)
Gic (Rizki Fajar Fauzan B1)
Instruktur:
drg. M. Y. Ichrom N., Sp.KG
2016
GIC
(GLASS IONOMER CEMENT)
PENDAHULUAN
Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan
Kent pada tahun 1972, yang merupakan gabungan dari semen silikat dan
semen polikarboksilat dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen,
pelepasan flour dari semen silikat dan kemampuan untuk melekat secara
kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat.[2]
. Sifat utama semen ionomer kaca adalah kemampuan untuk melekat
pada email dan dentin tanpa ada penyusutan atau panas yang bermakna,
mempunyai sifat kompabilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada
pelepasan flour yang berfungsi sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi
volume pada pengerasan sedikit, koefisien ekspansi termal sama dengan
struktur gigi.[1]
Salah satu karakteristik dari semen ionomer kaca adalah
kemampuannya untuk berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi
melalui mekanisme pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur
gigi terjadi oleh karena adanya peristiwa difusi dan absorb yang dimulai
ketika bahan berkontak dengan jaringan gigi.[3] Reaksi yang terbentuk dari
semen ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat kaca dalam bentuk
powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan restorasi,
semen ionomer kaca dapat digunakan sebagai bahan perekat, bahan pengisi
untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapis kavitas, penutup pit dan
fisur, bonding agent pada resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada
perawatan ortodontik. Ukuran partikel semen ionomer kaca bervariasi, yaitu
sekitar 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 µm sebagai bahan luting.
[5]
PEMBAHASAN
A. Defenisi Glass Ionomer Cement (GIC)
Semen ionomer kaca adalah material restorasi yang berupa powder
dan liquid. Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen
ionomer kaca adalah kemampuan untuk melekat pada email dan dentin tanpa
ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat kompabilitas
dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi
sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan
sedikit, koefisien ekspansi termal sama dengan struktur gigi.[1]
Ada dua sifat utama pada semen ionomer kaca yang menjadikan bahan ini
diterima sebagai salah satu bahan kedokteran gigi yaitu:
1. Kemampuannya untuk melekat pada enamel
2. Kemampuannya untuk melepaskan flouride
Meskipun semen restorasi digunakan untuk restorasi sementara
maupun jangka panjang, juga diperlukan untuk aplikasi lain misalnya sebelum
penempatan restorasi, pulpa dapat terganggu atau terluka oleh berbagai sebab,
misalnya karies atau preparasi kavitas. Untuk melindungi pulpa terhadap
trauma lebih lanjut, seringkali ditempatkan alas penahan panas dibawah
tambalan logam, dan bahan-bahan penutup pulpa serta pelapik kavitas pada
permukaan kavitas. Semen ionomer kaca diindikasikan untuk kavitas kelas III
dan kelas V yang tidak terlalu membutuhkan estetik yang tinggi.[1]
Semen adalah suatu substansi atau bahan ketika mengeras bahan
tersebut berfungsi sebagai basis, liner, bahan tumpatan, maupun sebagai
bahan perekat antara gigi dengan gigi tiruan. Semen ini melekat pada enamel
dan dentin melalui ikatan kimia. Komposisi semen ionomer kaca terdiri atas
bubuk dan cairan. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan
cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki
semen ionomer kaca adalah bersifat biokompabilitas terhadap jaringan gigi,
sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta
mempunyai beberapa sifat fisis.[5]
C. Mekanisme Polimerisasi
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer dicampurkan, cairan asam
akan memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan
membentuk lapisan semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam,
kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion flouride pada bubuk akan semen
ionomer kaca akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion
kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam flour yang dianggap
dapat mencegah timbulnya karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca
lapisan luar membentuk lapisan. Pembentukan ikatan silang antara Ca2+ dan
Al3+ menghasilkan polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal pengerasan dan
ion Al3+ berperan pada pengerasan selanjutnya. Terdapat tiga tahap dalam
reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu sebagai berikut:
a.Dissolution
Pada saat pencampuran powder dan liquid,terjadi penetrasi ion hidrogen dari
cairan asam ke permukaan partikel bubuk. Terdekomposisinya 20-30%
partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass (kalsium, stronsium, dan
aluminium) akibat serangan polyacid (terbentuk cement sol).[1][2]
b. Gelation/hardening
Ion-ion kalsium, stronsium, dan aluminium terikat pada polianion pada grup
polikarboksilat. 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai
kalsium (fragile & highly soluble in water). Air terikat secara longgar
kemudian perlahan-lahan menghidrasi matriks ikatan silang. Pada saat ini,
semen sensitif terhadap air. Bila terkontaminasi air akan terlihat buram, dapat
melarutkan kation pembentuk matriks sehingga semen menjadi lemah dan
mudah larut. 24 jam setelah pencampuran, maka aluminium akan terikat pada
matriks semen dan membentuk rantai aluminium (strong & insoluble). Secara
perlahan-lahan meningkatkan ikatan silang dengan gugus karboksil menjadi
lebih rigid, semen menjadi lebih kaku. Ion natrium sebagian ada yang
berkontribusi dalam pembentukan partikel glass. Bersamaan dengan kenaikan
pH, akan berubah menjadi gel silika yang melekatkan powder dengan matriks.
Sebagian lagi bergabung dengan ion flour menyebar rata di dalam semen yang
mengeras.[2][4]
c.Hydration of salts
Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan
meningkatkan sifat fisik dari semen ionomer kaca. Air yang tadinya terikat
secara longgar perlaham-lahan menghidrasi matriks ikatan silang sehingga
meningkatkan kekuatan semen dan struktur gel yang stabil (air terikat secara
erat). Saat setting, struktur GIC terdiri dari partikel kaca yang unreacted
dikelilingi gel silika (melekatkan partikel kaca dengan matriks) dan matriks
Ca2+ dan Al3+ membentuk poligaram dengan gugus COO- dari asam poliakrilat
dan membentuk ikatan silang. Gugus karboksil (COO -) bereaksi dengan
kalsium dari email dan dentin menghasilkan adhesi semen pada gigi.[1]
Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa
ikatan fisiko kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya
berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus
COOH (karboksil) multipel dari semen ionomer kaca.[2]
Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis
pada dua permukaan yang berkontak. Semen ionomer memiliki gugus
karboksil sehingga membentuk ikatan hidrogen yg kuat. Sehingga
memungkinkan semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada
permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca dengan email dua kali
lebih besar dibandingkan ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur
anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis. Ikatan bahan
ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan kavitas dari
pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat
menambah ikatan semen ionomer kaca.[1][6]
Kekurangan:
1. Water in and water out
2. Compressive strength kurang baik
3. Biokompatibel resistensi terhadap abrasi menurun
4. Melekat secara kimia dengan struktur gigi estetik kurang baik
5. Sifat fisik yang stabilwarna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan
secara jelas antara tambalan dengan gigi asli
6. Mudah dimanipulasi
Indikasi:
1. Lesi erosi servikal
2. Sebagai bahan perekat atau luting
3. Dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin
pada kasus kelas I, II, III, V
4. Sebagai fissure sealent untuk fissure dan pit yang dalam
5. Restorasi gigi susu
6. Untuk perawatan pasien yang mengalami trauma fraktur
Kontraindikasi:
1. Tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan
pelapis kalsium hidroksida
2. Lesi erosi yang dangkal
3. Kontrol kekeringan daerah kerja susah didapatkan
4. Melekat secara kimia dengan struktur gigi estetik kurang baik
5. Restorasi kelas IV
D A F T A R P U S TA K A