Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari tujuan Pendidikan Nasional, yang
mana pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dari keterampilan dasar
olahraga sehingga prestasi olahraga tidak bisa muncul dari kegiatan olahraga karena itu
diadakan kegiatan ekstrakurikuler olahraga prestasi yang diselenggarakan di luar jam
intra-kurikuler dengan maksud menemukan dan membina bibit-bibit olahragawan.

Prestasi olahraga adalah puncak penampilan dari seorang olahragawan yang dicapai dalam
suatu pertandingan maupun perlombaan, setelah melalui berbagai macam maupun uji
coba. Pres tinggi yang dapat dicapai dalam perlombaan maupun pertandingan merupakan
dambaan setiap atlet. Selain itu, prestasi tinggi dalam olahraga juga mempunyai arti penting
bagi bangsa Indonesia, karena hal itu dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional.
Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan olahraga nasional menitik beratkan pada
peningkatan prestasi.

Dalam rangka menghadapi era serba kompetitif ini, sudah semestinya bangsa Indonesia
mengembangkan olahraga tidak hanya sekedar untuk mencapai kesegaran jasmani dan
rohani. Olahraga kita sebagian integral dalam mempererat persatuan dan kesatuan nasional
dengan tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pembinaan pendidikan jasmani
diarahkan sebagai upaya membentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar dapat
dihasilkan manusia yang produktif. Sebagaimana peribaha mengatakan, “Tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat”. Sedangkan pembinaan olahraga, selain untuk kesehatan jasmani,
diarahkan untuk memupuk minat dan bakat para peserta didik (atlet) agar dapat mencapai
sebauh prestasi olahraga optimal. Dengan demikian, pembinaan olahraga sudah
semestinya dimulai sejak usia dini, yaitu sejak tingkat Sekolah Dasar. Dan pembinaan
olahraga harus dilaksanakan dengan serius dan juga memperhatikan keseimbangan antara
prestasi keilmuan ilmiah dan prestasi olahraga siswa yang minat dan bakatnya dibidang
olahraga.

Untuk mengembangkan minat dan bakat olahraga supaya berprestasi, sekolah-sekolah


banyak memberikan kegiatan ekstrakurikuler, melalui kegiatan ekstrakurikuler inilah siswa
dapat mengembangkan dan menyalurkan minat bakat dan keterampilannya agar dapat
memiliki loyalitas terhadap sekolahnya dan bisa dibanggakan di kemudian hari. Apabila
anak/ siswa itu berprestasi hendaknya dapat disalurkan di perkumpulan atau klub-klub
olahraga sesuai dengan cabangnya masing-masing.

Kegiatan ekstrakurikuler dibidang olahraga banyak ragam di dalamnya, diantaranya yang


akan dibahas dalam pembahasan ini kegiatan Pencak Silat. Pencak Silat merupakan salah
satu kegiatan ekstrakulikuler yang sudah diterapkan di kurikulum pendidikan nasional
termasuk di tingkat sekolah dasar. Karenanya, kegiatan pencak silat harus menjadi
perhatian dan pembinaan yang baik supaya peserta didik benar-benar dapat diantarkan
pada suatu prestasi baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Pentingnya
pembinaan sejak usia dini adalah supaya siswa benar-benar mendapatkan ruang untuk
bakat dan minatnya, dan sebagai upaya pelestarian budaya bangsa, serta dapat mencapai
prestasi yang gemilang di kemudian hari. Oleh karena itu, penulis mencoba mengungkap
pencapaian prestasi olahraga melalui kegiatan ekstrakurikuler pencak silat.
Pengertian Prestasi, Olahraga, dan Pancak Silat
1. Prestasi
Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar (Sadirman A.M
2001:46). Sebuah prestasi tidak hadir dengan sendirinya, akan tetapi ada faktor-faktor
pendorong baik dari diri maupun dari sekitar yang mengantarkan diri mencapainya.
Tabrani (1991:22) menjelaskan, bahwa prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability)
yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha. Sedangkan W.S Winkel (1996:165)
berpendapat bahwa prestasimerupakan bukti usaha yang telah dicapai. Pengertian dari dua
ahli ini pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu pencapaian keberhasilan setelah suatu
usaha yang kuat dari seseorang. Sebagaimana juga tertera dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (1996:186), bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan
dan
sebagainya)”.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan. Akan
tetapi, yang perlu disadari dan penyadaran terhadap peserta didik yaitu prestasi tidak selalu
identik dengan juara. Walaupun tidak menjadi juara atau meraih kemenangan, tetapi bila itu
dapat memenuhi atau bahkan melampaui target awal maka itu sudah dapat dikatakan
berprestasi.
2. Olahraga
Kata “olahraga” dalam bahasa Jawa Kuno tersusun dari Kata “ulah” dan “raga”. Kata “ulah”
memiliki makna perbuatan, laku, atau kegiatan. Sedangkan kata “raga” bermakna anyaman,
rangka, atau wadah (Juynboll, 1923). Olahraga mempunyai pengertian kata nama benda,
kemudian kata olahraga sebagai alih bahasa pada istilah sport. Bekaitan dengan istilah
sport, Rijsdorp (1971:44) mengatakan bahwa sport mempunyai watak permainan, tapi tidak
sama dengan permainan. Permainan mempunyai makna yang lebih luas daripada sport.
Sport dapat dipandang sebagai bentuk permainan yang mempunyai jenis tersendiri.
Dengan pengertian itu, olahraga dapat dikatakan sebagai kebutuhan hidup
manusia, sebab apabila seseorang melakukan olahraga dengan teratur akan membawa
pengaruh yang baik terhadap perkembangan jasmani-nya. Selain dari berguna bagi
pertumbuhan perkembangan jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada
perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efesiensi kerja terhadap
alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur.
Fritz E. Simanjuntak (1990:15) menjelaskan bahwa olahraga dapat membantu proses
pembentukan karakteris-tik masyarakat. Lebih lanjut, ia mengutip pendapat Hovard Nixon
bahwa menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika, 90% masyarakat Amerika setuju
bahwa olahraga membina karakteristik masyarakat menjadi lebih baik dan meningkatkan
kualitas hidup manusia.
Sardjono (1986:27) juga berpendapat, bahwa olahraga mempunyai peranan yang penting
dalam mengembangkan nilai-nilai kesosialan. Adanya nilai-nilai sosial yang positif dalam
olahraga karena dalamnya merupakan mikrokosmos yang menentukanpokok-pokok dan
mencerminkan nilai-nilai sosial.
Keseimbangan jiwa raga seseorang akan mengantarkan pada keserasian individualsosial
yang segera akan disusul dengan keselarasan total makhluk yang mandiri. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa dalam hal hubungan jiwa-raga sebagai bagian dari problema
susunan kodrat manusia, pemikiran Timur lebih cenderung ke masalah kejiwaan, sementara
pemikiran Barat menekankan pada soal kejasmanian, namun baik di Barat atau Timur yang
ideal ialah yang penuh keseimbangan (Damardjati Supadjar, 1998: 6). Keseimbangan
tersebut meliputi kebutuhan jasmani dan ruhani. Olahraga diperlukan untuk memperkuat
badan, dan kebersihan ruhani dalam mengontrol sekaligus mengarahkan jasmani untuk
melakukan aktivitas yang baik dan benar. Menurut Mahmud (2000:61-62) bahwa antara hati,
jiwa, akal, dan ruh pengertiannya saling berkorelasi, saling bergantian tempat, dan memiliki
kemiripan satu sama lain dalam berbagai hal.
Dengan demikian, olahraga adalah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan,
mengembangkan dan membina kekuatan jasmaniah maupun rohaniah padasetiap manusia.
Jadi, Olahraga merupakan serangakaian gerak raga yang teratur dan terencana dan
memelihara gerak (mempertahankan hidup) serta meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualiatas hidup). Seperti halnya makan, olahraga merupakan kebutuhan
hidup yang sifatnya priodik. Artinya, olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina
kesehatan yang tidak dapat ditinggalkan. Olahraga adalah alat untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Dengan olahraga, stuktur
Anatomis- Anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan
intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya, akan
berfungsi dengan baik dan sehat. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa olahragabegitu
sangat diperlukan oleh setiap diri siswa sebagai manusia (Renstrom & Roux, 1988, dalam
A.S Watson: Children in Sport dalam Bloomfield, Fricker P.A and Fitch, 1992).
Tujuan olrahraga adalah membentuk manusia Indonesia pancasialis yang fisiknya kuat dan
sehat serta berprestasi tinggi, memiliki kemampuan mental dan keterampilan kerja yang
kritis-kreatif dan sejahtera (Engkos Kosasih, 1983:9). Dengan ini, dapat dinyatakan bahwa
prestasi olahraga adalah suatu pencapaian akhir yang memuaskan berdasarkan target awal
tim atau atlet, dalam lingkup dunia olahraga.
3. Pencak Silat
Pencak silat merupakan satu-satunya olahraga yang mengandung nilai seni dan berasal dari
budaya asli bangsa Indonesia, sehingga perlu dilestarikan dengan cara diajarkan di
sekolah-sekolah sejak dari sekolah dasar. Karena itu, pencak silat dianggap perlu termuat
dalam kurikulum pendidikan atau sebagai muatan local. Hal ini dilakukan selain untuk
meningkatkan prestasi juga mempertahankan nilai budaya.
Pencak silat sebagai bagian dari kebudaya-an bangsa Indonesia berkembang sejalan
dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis
serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat dibentuk oleh
situasi dan kondisinya. Kini pencak silat nasional dikenal dengan wujud dan corak yang
beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama.
Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil
budi daya turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai
sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pe-ngembangan yang lebih teratur.
Hanya saja, pencak silat memang hadir sebagai budaya bangsa yang sudah mendarah di
diri bangsa Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Pencak silat dikenali dengan cara
turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri
inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu
yang merupakan hambatan pengembangan, dimana kini dituntut keterbukaan dan
pemassalan yang lebih luas. Pencak silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia
mempunyai banyak ragam khas maisngmasing daerah, jumlah perguruan/aliran di segenap
penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak lebih dari 820 perguruan/aliran.
Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistematis untuk melestarikan
warisan nenek moyang bangsa. Terlebihlebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran
pemerintah berdasarkan per-timbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga
lebih mudah dalam mengada-kan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus
me-nasionalisasikan. Padahal, kungfu itu sendiri bukanlah pencak silat yang sebagaimana
dimiliki oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
PB. IPSI (1994:20) menjelaskan, terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
· Aspek Mental Spiritual
Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian serta karakter mulia seseorang.
Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati
tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi
keilmuannya.
· Aspek Seni Budaya:
Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting.
Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat yang diiringi
dentuman suara musik dan busana tradisional.
· Aspek Bela Diri:
Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam
pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampu-an teknis bela diri
pencak silat.
· Aspek Olahraga:
Hal ini berarti aspek fisik dalam pencak silat sangatlah penting. Pesilat mencoba
menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Sebagai kompetisi dari bagian aspek olahraga ini
meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau
regu.

Pencak silat pada dasarnya adalah bela diri yang mempunyai empat nilai sebagaisatu
kesatuan, yaitu nilai etis, teknis, estetis dan atletis. Nilai-nilai tersebut selain merupakan nilai
pencak silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan pencak silat yang bersumber
dari budaya masyarakat rumpun melayu.
Berdasarkan aspek pencak silat tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pencak silat
sangatlah penting untuk dilestarikan terutama di sekolah-sekolah supaya budaya bangsa
tidak hilang begitu saja, dan agar meraih prestasi bagi peserta didik yang memang memiliki
minat dan bakat dibidang olahraga pencak silat.
Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) biasanya berbeda satu sama
lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya
dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Misalnya, silat-silat harimau dan monyet
merupakan contoh dari aliranaliran tersebut. Bahkan, pencak silat sebagai salah satu tradisi
budaya bangsa Indonesia ternyata sudah dikenal manca Negara termasuk ke Eropa, karena
pencak silat memiliki aspek olahraga dan bela diri yang unik dengan beragam seninya.
Ada yang berpendapat, bahwa pokok-pokok dari pencak silat sebagai tradisi budaya bangsa
sudah terhilangkan, hal ini dikarena-kan bercampurnya pencak silat dengan dunia olah raga.
Dengan alasan ini, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau
spiritual dari pencak silat itu sendiri, dan tidak mengikuti keanggotaan serta peraturan yang
ditempuh oleh Pesilat, yang kini telah menjadi organisasi pengatur pencak silat sedunia.
Organisasi silat itu, misalnya tahun 1950an, tidak dapat perhatian baik dari berbagai
kalangan pecinta pencak silat tradisional. Pada awalnya tradisi budaya silat bangsa
Indoensia bukan bernama pencak silat, tapi beragam nama sesuai daerah masing-masing.
Kemudian, pengurus organisasi melakukan upaya-upaya seperti diadakannya suatu seminar
dengan menjelaskan bahwa organisasi silat sebagai pengukuhan bagi seni pembelaan diri
bangsa Indonesia dengan nama “pencak silat” sebagai kata majemuk. Selanjutnya
dirumuskanlah pemaknaan pencak silat supaya menjadi nama yang dapat mewakili seluruh
tradisi silat di tanah air.
PB. IPSI bersama BAKIM tahun 1975 memberikan pengertian pancak silat sebagai berikut:
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia
Indonesia untuk membela/mempertahankan
eksistensi (kemandirian) dan
integritasnya (manunggalnya) terhadap
lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup guna
meningkatkan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Dari pengertian ini dapat dinyatakan bahwa pencak silat merupakan hasil budaya bangsa
Indonesia yang memang patut untuk dilestarikan. Pancak silat sebagai hasil budaya bukan
sesuatu yang mengarah pada ke-kerasan, akan tetapi lebih pada seni dan budaya dalam
mempertahan diri ketika ada suatu bahaya yang mengancam. Pencak, dapat mempunyai
pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar,
latihan dan pertunjukan. Sedangkan silat mempunyai pengertian gerak bela diri yang
sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau
kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa
ini istilah pencak silat mengandung unsurunsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa pencak silat sudah saatnya go to
school dan disosialisasikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler setiap sekolah. Pencak silat
sebagai kegiatan ekstrakurikuler harus membuat lompatanlompatan pencapaian prestasi
dengan pembinaan dan perhatian yang baik dari berbagai pihak khususnya pihak sekolah
itu sendiri.

Prestasi Olahraga Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat


Di era globalisasi ini olahraga dapat dijadikan kegiatan untuk mendidik anak didik agar
mengerti tentang hidup yang sportif atau fair play. Pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat
dilakukan diluar jam sekolah tepatnya dan biasanya bertempat di lapangan lingkungan
sekolah. Kegiatan pencak silat merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak mengganggu
aktivitas akademika atau kurikulum pendidikan formal (materi pelajaran formal).
Dalam olahraga pencak silat terdapat nilai-nilai spirit yang dapat berimplikasi positif pada
kehidupan sosial. Sebagaimana pendapat Engkos Kosasih (1983:1) bahwa partisipasi yang
tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat memberikan peningkatan
kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang baik dalam lingkungan
persaudaraan dan persahabatan sebagai wujud persatuan yang sehat dan suasana yang
akrab, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang dalam mencapai kebahagiaan
hidup yang sejati.
Pencak silat merupakan cabang olahraga yang cukup banyak dilakukan oleh masyarakat
Indonesia. Sebab, pencak silat sudah diyakini sebagai olahraga hasil budaya bangsa untuk
membela, mempertahankan eksistensi dan integritas diri terhadap lingkungan hidup dan
alam sekitarnya. Dengan demikian, pencak silat mengajarkanpengenalan diri sebagai
makhluk sosial.
Eldon (1983:45) menjelaskan bahwa adanya nilai-nilai positif dalam olahraga dikarenakan ia
merupakan mikro kosmos yang menentukan pokok pokok dan mencerminkan nilai-nilai
sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga, selanjutnya akan menggambarkan fungsi
olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang
menikmati adalah masyarakat pelakunya sendiri.
Dengan itu, kegiatan pencak silat selain untuk menyalurkan minat dann bakat dari
siswa/siswi, juga dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya bangsa yang telah
diperjuangkan dengan jerih payah oleh para leluhur bangsa. Dengan alasan ini, di sekolah
dasar juga dikembangkan kegiatan pencak silat sebagai penanaman sejak dini tentang
budaya bangsa, dan sebagai penyaluran potensi alamiah (minat dan bakat) para siswa agar
mencapai prestasi.
Pendidikan nasional sendiri telah mengakui dan bahkan mengadakan kegiatan nasional
yang diadakan oleh Bakim dan PB. IPSI, yaitu dengan diadakan perlombaan pencak silat
nasional dan internasional. Untuk itu, para siswa yang memiliki bakat dan minat pada
pencak silat, supaya mencapai prestasi, ekstrakurikuler pencak silat perlu diadakan
pembinaan dan perhatian dari pihak sekolah. Perhatian dan pembinaan yang baik dari pihak
sekolah akan berpengaruh besar terhadap prestasi olahraga khususnya pencak silat. Selain
itu, sekolah diharapkan memiliki sarana prasarana yang memadai, dan motivasi para
Pembina kepada siswa agar serius dalam mengikuti kegiatan ekstra-kurikuler ini, akan juga
menentukan pen-capaian suatu prestasi.
Upaya mengembangkan bakat dan minat para siswa, kegiatan ekstrakurikuler semestinya
tidak dianggap kegiatan yang tak bermakna, karena hal itu juga akan menjadi pendorong
tercapainya suatu prestasi. Untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler khususnya olahraga
perlu banyak yang dibutuhkan antara lain sarana dan prasarana. Sarana merupakan segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan (alat/media).
Sedangkan prasarana adalah segala yang merupakan terselenggaranya suatu proses
usaha, pembangunan, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988).
Selanjutnya, ada beberapa factor penghambat tercapainya prestasi olahraga
khususnya pencak silat yang sering terjadi diberbagai sekolah maupun bangku perkuliahan
di antaranya:
1. Program latihan tidak teratur
2. Pemberian waktu latihan yang kurang maksimal
3. Disiplin waktu
4. Fasilitas yang kurang memadai
5. Sedikitnya siswa yang hadir saat latihan, tetapi saat menjelang pertandingan atau
kompetisi banyak yang hadir.
Faktor penghambat tersebut perlu diperhatian dan diupayakan sedemikian mungkin supaya
siswa yang berbakat dapat mencapai prestasi dengan baik. Perlu dilakukan suatu antisipasi
sehingga meminimalisir penghambat kegiatan ekstrakurikuler pencak silat, dan para siswa
dapat dengan leluasa mengembangkat bakat dan minatnya khususnya dibidang olahraga
pencak silat.
Untuk mengantarkan mahasiswa yang berbakat mencapai prestasi, tentu juga hendaknya
ada faktor pendukung. Sebuah dukungan dilakukan dalam rangka demi bakat dan minat
yang menjadi potensi siswa. Bakat merupakan dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan)
yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dan minat adalah kecenderungan hati seseorang
terhadap suatu gairah, keinginan (Kamus Besar Indonesia, 1988). Faktor pendukung bakat
dan minat siswa itu, supaya mencapai keberhasilan (prestasi), di antara lain:
1. Dukungan dan dorongan orang tua
2. Dukungan dan dorongan guru SD
3. Dukungan dan dorongan temanteman sebayanya
4. Dukungan dari sekolah terhadap siswa yang berprestasi (mencapai juara)
5. Motivasi sekolah bagi siswa berprestasi melalui reward (Beasiswa prestasi)
Sebagai upaya, pihak sekolah paling tidak memperhatikan dan mengamati
hambatan-hambatan yang ada agar nantinya dapat meningkatkan prestasi pencak silat.
minat siswa yang hadir pada saat latihan dan akan menjelang pertandingan, harus diberikan
pengertian akan pentingnya berolahraga dan bagaimana pembina
memberikan variasi-variasi latihan agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti latihan,
dan memberikan rangsangan (motivasi) berupa beasiswa atau nilai tambah dalam pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai