Disusun
Oleh :
B. Tujuan
1. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
2. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel serviks.
3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks.
4. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus urogenital dan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan
luar dan serviks dan tidak menginvansi dalam.
6. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks.
C. Indikasi
1. Menikah pada usia muda (dibawah 20 tahun).
2. Pernah melakukan senggama sebelum usia 20 tahun.
3. Pernah melakukan lebih dari 3 kali.
4. Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari tahun,terutama IUD atau kontrasepsi
hormonal.
5. Mengalami perdarahan setiap hubungan seksual.
6. Mengalami keputihan atau gatal pada vagina.
7. Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervagina.
8. Berganti-ganti pasangan dalam senggama.
E. Mempersiapkan pasien
1. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepaskan pakaian dalam.
2. Mempersipkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi.
3. Atur pasien pada posisi litotomi.
4. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa.
F. Mempersiapkan diri
1. Mencuci tangan kemudian keringkan dengan handuk bersih.
2. Memakai sarung tangan.
G. Prosedur
1. Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus
genitalis.
2. Melakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum.
3. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus
(agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus (yakinkan
bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah ke dalam lumen vagina.
4. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90º hingga tangkainya ke
arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas
bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah vagina).
5. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas
(perhatikan ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau forniks).
6. Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati (supaya
pengambilan epitel tidak terganggu).
7. Pengambilan sampel pertama kali dilakukan pada porsio (ektoserviks). Sampel
diambil dengan menggunakan spatula ayre yang diputar 360° pada permukaan
porsio.
8. Oleskan sampel pada gelas objek.
9. Sampel endoserviks (kanalis servikalis) diambil dengan menggunakan cytobrush
dengan memutar 360° sebanyak satu atau dua putaran.
10. Oleskan sampel pada gelas objek yang sama pada tempat yang berbeda dengan
sampel yang pertama, hindari jangan sampai tertumpuk.
11. Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Bila mnggunakan spray usahakan
menyemprot dari jarak 20 – 25 cm atau merendam pada wadah yang mengandung
etilalkohol 95% selama 15 menit, kemudian biarkan mengering kemudian diberi
label.
12. Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.
13. Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan.
14. Pemeriksa berdiri untuk melakukan periksa bimanual untuk tentukan konsistensi
porsio, besar dan arah uterus serta keadaan parametrium.
15. Angkat tangan kiri dari dinding perut, usapkan larutan antiseptik pada bekas
sekret/cairan di dinding perut dan sekitar vulva/perineum.
16. Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
mengambil tempat duduk.
Pemeriksaan IVA (infeksi visual asam laktat)
A. Definisi
IVA ((infeksi visual asam laktat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher Rahim sedini mungkin. IVA merupakan suatu pemeriksaan leher Rahim
(serviks) dengan cara melihat langsung leher Rahim setelah memulas leher Rahim
dengan larutan asam asetat 3-5 %.
B. Tujuan
Untuk mengurangi morbidilitas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi
pada leher Rahim.
D. Keuntungan
1. Mudah, praktis, mampu laksana.
2. Dapat dilaksana oleh seluruh tenaga kesehatan.
3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
G. Cara kerja
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendaoat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk
dalam kaki melebar)
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.
4. Speculum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukan ke vagina
pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher Rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher Rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke
leher Rahim. Dalam waktu kuraang lebih 1 menit, reaksinya pada leher Rahim
susah dapat dilihat.
7. Bila warna leher Rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif
terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat
penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadaan berprotein tinggi
berubah warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatan gambaran epitel putih pada daerah transformasi berarti
hasilnya negative.
H. Kategori IVA
1. IVA negative : Menunjukan leher Rahim normal.
2. IVA radang : Serviks dengan rahang (servisitis), atau kelainan jinak lainya (polip
serviks).
3. IVA positif : ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
4. IVA-kanker serviks : pada tahap inipun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan pada stadium invasive dini (stadium IB-IIA).
Pemerikasaan payudara sendiri (SADARI)
A. Definisi
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah cara yang efektif untuk mendeteksi
sedini mungkin. Para wanita disarankan untuk melakukannya sendiri karena mereka
sendiri yang benar-benar mengenal struktur payudara normalnya.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala setiap bulan agar benjolan
dapat ditemukan pada stadium dini dan dapat dilakukan tindakan yang cepat apabila
ditemukan benjolan maupun kelainan lainnya pada payudara. Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dapat dilakukan oleh wanita setelah berusia 20 tahun.
B. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan peserta tentang kanker payudara
2. Meningkatkan pengetahuan peserta tentang cara deteksi dini kanker payudara
dengan metode SADARI.
3. Mendorong para peserta agar senantiasa menyebarluaskan pengetahuan tentang
kanker payudara dan metode SADARI pada anggota keluarga lain dan masyarakat
sekitar sehingga tujuan umum bisa tercapai.
2. Meminjat payudara.
a. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi ke arah puting.
b. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu.
3. Meraba payudara.
a. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring.
b. Lakukan perabaan payudara satu persatu.
c. Untuk pemeriksaan pada payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang
dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala atau
diletakkan dibawah kepala.
d. Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang saling
dirapatkan.
e. Rabaan dilakukan dengan gerakan memutar, naik turun dan pilahpilah dari tepi
payudara hingga ke puting susu.
f. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi dengan gerakan sebelumnya dari tepi
payudara hingga ke puting susu.
g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudara.
h. Lakukan hal yang sama pada payudara sisi lainnya.
i. Perabaan dilakukan dengan 3 tingkat tekanan, yaitu:
1). tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di permukaan kulit,
2). tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara
dan
3). tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada
tulang iga.
j. Pemeriksaan dapat menggunakan pelicin agar pemeriksaan menjadi lebih sensitif.
k. Ulangi langkah-langkah perabaan pada posisi berdiri, sebaiknya dilakukan pada
saat mandi dengan menggunakan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Melianti Mira.2011. Skining Kanker Serviks Dengan Metode Infeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-skrining-kanker-
serviks.html.Diakses 20 Januari 2011 jam 09.30 wib)