Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NUR AINI

NIM : PO.62.24.2.19.179

KELAS : XXI-A

KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA INDONESIA

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah individu yang yang berusia 12
sampai 24 tahun, belum menikah dan hidup masih bergantung orang tua. Saat individu
memasuki usia remaja, mereka sedang berada pada fase perubahan dari anak-anak menuju
dewasa. Menurut Papalia & Feldman (2010), individu mengalami banyak perubahan fisik
(biologis), mental (psikologis), dan kehidupan sosial pada saat memasuki masa remaja.

Perubahan paling signifikan yang terjadi pada remaja adalah perubahan fisik. Baik remaja
laki-laki maupun remaja perempuan memiliki pengalaman perubahan fisik yang sangat
mencolok. Perubahan fisik tersebut adalah bagian fase pubertas yang dialami remaja. Pada
remaja perempuan, individu mulai mengalami pertumbuhan di beberapa bagian tubuhnya
secara signifikan, yaitu pertumbuhan payudara dan pinggul. Sedangkan pada remaja laki-laki,
pembesaran ukuran alat kelamin (penis) dan pertumbuhan jakun terjadi di sepanjang fase
pubertas tersebut. Singkatnya, beberapa organ reproduksi mulai berkembang dan berfungsi
secara aktif pada remaja sejak memasuki fase pubertas.

Berkembangnya organ reproduksi pada remaja seringkali memberikan tantangan tersendiri,


tidak hanya untuk remaja, melainkan juga untuk orang tua dan kerabat terdekat remaja.
Seringkali masyarakat di Indonesia merasa bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
itu terlalu tabu untuk dibahas secara terbuka. Pemikiran yang mungkin terlanjur menyebar di
pemikiran masyarakat berpusat pada organ reproduksi adalah sesuatu hal yang sakral, bersifat
privasi dan rahasia bagi si empunya. Sayangnya, jika si empu organ reproduksinya sendiri
tidak memiliki pengetahuan mengenai organ tersebut dan cara menjaganya, justru hal sakral
tersebut berakhir pada jurang masalah baru.

Beberapa bulan terakhir ini, isu kesehatan reproduksi pada remaja semakin berkembang dan
diperhatikan oleh masyarakat umum, terutama sejak hadirnya film layar lebar yang
mengangkat topik ini. Salah satu film yang sempat lama tayang di bioskop Indonesia seolah
memaparkan fakta bahwa seringkali para remaja ini tidak memahami sendiri bagaimana
risiko jika tidak menjaga dan melindungi organ reproduksinya sendiri sejak dini. Selain itu,
film ini juga membuka tabir bahwa pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja ini masih
sangat minim. Bahkan, seringkali para remaja justru sibuk mencari tahu sendiri mengenai
organ reproduksi tanpa arahan yang tepat dari orang dewasa.

Perlu dipahami bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bukanlah pengetahuan


untuk berhubungan seks bebas. Topik ini memang seolah lekat dengan isu seks bebas.
Namun, informasi mengenai kesehatan reproduksi sebenarnya dimaksudkan agar remaja
mengetahui organ reproduksi yang dia miliki dan apa tanggung jawab yang ia pikul saat
organ tersebut mulai berkembang secara aktif.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi justru bisa menjadi pelindung awal yang dapat
menghindari remaja untuk melakukan aktivitas seksual di usia remaja. Remaja perlu
mengetahui bahwa melakukan aktivitas seksual di usia dini, disaat organ reproduksi belum
berkembang secara sempurna, sejatinya akan meningkatkan risiko kesehatan fisik dan mental
dirinya sendiri. Belum lagi risiko yang harus dihadapi seandainya remaja tidak menjaga
kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya. Pengetahuan sejak dini mengenai organ
reproduksi yang dimiliki oleh dirinya maupun yang dimiliki oleh lawan jenisnya selayaknya
perlu dimiliki agar baik laki-laki dan perempuan dapat "aware" dengan risiko kesehatan yang
dimiliki kedua belah pihak.

Prinsip ini menjadi dasar bagi para pengajar di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas
Negeri Jakarta untuk mengambil peran memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi
pada remaja. Dari kacamata psikologi, isu kesehatan reproduksi sangat lekat dengan isu
kesehatan mental. Remaja yang tidak menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik dapat
mengalami masalah kesehatan fisik yang serius, baik seperti hamil tanpa perancanaan yang
baik, terkena penyakit menular seksual atau masalah seksual lainnya. Remaja yang tidak
menjaga kesehatan reproduksi nya dengan baik akan memiliki risiko yang tinggi mengalami
masalah kesehatan mental, seperti depresi, stress berlebihan, hingga menyebabkan self-harm
atau bunuh diri.

Besarnya risiko yang dipikul jika remaja tidak memiliki pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi sejak dini telah menggugah pemikiran beberapa dosen di Fakultas Pendidikan
Psikologi UNJ ini untuk memberikan edukasi yang positif mengenai kesehatan reproduksi
bagi remaja. Beberapa pengajar di Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ, yang digawangi oleh
Rahmadianty Gazadinda, bersama dua mahasiswa terjun langsung ke lapangan memberikan
edukasi mengenai kesehatan reproduksi pada remaja.

Tim tersebut memberikan psikoedukasi kepada remaja dengan harapan dapat dilanjutkan
dengan pemberdayaan komunitas untuk terus menerus memberikan edukasi mengenai
kesehatan reproduksi bagi remaja. Pemberian psikoedukasi ini dimulai dari salah satu SMK
yang berada di Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

RESUME : KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA INDONESIA

Berkembangnya organ reproduksi pada remaja seringkali memberikan tantangan tersendiri,


tidak hanya untuk remaja, melainkan juga untuk orang tua dan kerabat terdekat remaja.
Seringkali masyarakat di Indonesia merasa bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
itu terlalu tabu untuk dibahas secara terbuka. Perlu dipahami bahwa pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi bukanlah pengetahuan untuk berhubungan seks bebas. Topik ini
memang seolah lekat dengan isu seks bebas. Namun, informasi mengenai kesehatan
reproduksi sebenarnya dimaksudkan agar remaja mengetahui organ reproduksi yang dia
miliki dan apa tanggung jawab yang ia pikul saat organ tersebut mulai berkembang secara
aktif.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi justru bisa menjadi pelindung awal yang dapat
menghindari remaja untuk melakukan aktivitas seksual di usia remaja. Remaja perlu
mengetahui bahwa melakukan aktivitas seksual di usia dini, disaat organ reproduksi belum
berkembang secara sempurna, sejatinya akan meningkatkan risiko kesehatan fisik dan mental
dirinya sendiri. Belum lagi risiko yang harus dihadapi seandainya remaja tidak menjaga
kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya.

Pengetahuan sejak dini mengenai organ reproduksi yang dimiliki oleh dirinya maupun yang
dimiliki oleh lawan jenisnya selayaknya perlu dimiliki agar baik laki-laki dan perempuan
dapat "aware" dengan risiko kesehatan yang dimiliki kedua belah pihak.

MENURUT PENDAPAT SAYA :

Menurut saya tentang isu dari artikel ini , pendidikan mengenai kesehatan reproduksi di usia
dini sangatlah penting bagi pegetahuan remaja. Karena pengetahuan tersebutlah yang akan
menjadi pelindung awal bagi remaja agar dapat menghindari tindakan/aktivitas seksual di
usia remaja. Namun sayangnya, pendidikan kesehatan reproduksi di usia dini belum mampu
diterapkan secara optimal di berbagai institusi .contohnya pada sekolah menengah, penerapan
pendidikan tersebut masih belum optimal,bahkan tidak ada sama sekali. Padahal remaja juga
mempunyai hak untuk mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang
diharapkan dapat memenuhi hak reproduksi individu sepanjang siklus hidupnya. peran
keluarga juga dapat membantu memberi informasi bagi anak-anaknya di masa pubertas dan
saya harap peran tenaga kesehatan juga mampu mengedukasi remaja lewat penyuluhan dan
sebagainya,setidaknya remaja dapat mengerti mengenai pentingnya menjaga kesehatan
reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai