Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN CAIRAN PARENTERAL

Di
Susun Oleh :
Nur Aini

( PO.62.24.2.19.179 )

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Lola Meyasa SST.,M.Kes
selaku Dosen pembimbing mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan atas bimbingan
dan arahan nya dalam menyusun tugas ini.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat. Namun terlepas dari itu,
Penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palangka Raya, 24 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2


A. Definisi Pemberian Cairan Parenteral 2

B. Tujuan Pemberian Cairan Parenteral 2

C. Indikasi 2

D. Kontraindikasi 3

E. Macam-macam Cairan Infus 3

F. Macam-macam Ukuran Jarum Infus 4

G. Daerah Pemasangan Infus 4

H. Prinsip Pemasangan Infus 5

I. Persiapan Dan Langkah-Langkah Pemasangan Infus 5

BAB III PENUTUP 8

A. Kesimpulan8

B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemberian cairan infus merupakan salah satu tindakan untuk mengatasi masalah atau
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit. Pemberian cairan melalui infus
merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui
sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukkan
cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infus set (Potter, 2005).
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian caian tubuh dan
memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap
yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah
operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obatan lain
(Lachman, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pemberian Cairan Parenteral ?
2. Apa Tujuan Pemberian Cairan Parenteral ?
3. Apa Indikasi Pemberian Cairan Parenteral ?
4. Apa Kontraindikasi Pemberian Cairan Parenteral ?
5. Apa Saja Macam-macam Cairan Infus ?
6. Apa Saja Macam-macam Ukuran Jarum Infus ?
7. Dimana Daerah Pemasangan Infus ?
8. Apa Prinsip Pemasangan Infus ?
9. Bagaimana Persiapan Dan Langkah-Langkah Pemasangan Infus ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Pemberian Cairan Parenteral
2. Untuk mengetahui tujuan Pemberian Cairan Parenteral
3. Untuk mengetahui indikasi Pemberian Cairan Parenteral
4. Untuk mengetahui kontraindikasi Pemberian Cairan Parenteral
5. Untuk mengetahui Macam-macam Cairan Infus
6. Untuk mengetahui Macam-macam Ukuran Jarum Infus
7. Untuk mengetahui Daerah Pemasangan Infus
8. Untuk mengetahui Prinsip Pemasangan Infus
9. Untuk mengetahui persiapan dan langkah-langkah Pemasangan Infus

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pemberian Cairan Parenteral

Pemberian cairan parenteral adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke


dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit,
darah, maupun nutrisi (Perry & Potter, 2006). Pemberian cairan intravena disesuaikan dengan
kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh yang hilang. Pemberian
cairan intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat
menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme
dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 dalam Senja, 2014).

B. Tujuan Pemberian Cairan Parenteral


1. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahatkan (Setyorini, 2006 dalam
Senja, 2015).

C. Indikasi
1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam Intra Vena
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)
3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
Intra vena
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
5. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
8. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan
injeksi intramuskuler.

2
D. Kontraindikasi
1. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau thrombosis
2. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
3. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
4. Vena yang sklerotik atau bertrombus
5. Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
6. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
7. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
8. Lengan yang mengalami luka bakar (Asta Qauliyah,2006)
E. Macam-macam Cairan Infus

Saat ini jenis cairan untuk terapi parenteral sudah tersedia banyak sekali dipasaran.
Kondisi orang sakit membutuhkan cairan yang berbeda sesuai dengan penyakitnya. Cairan
sebagai terapi seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek yang optimal. Pemberian cairan
yang salah bisa memperberat penyakit pasien. Rancangan cairan disesuaikan dengan kondisi
patologis (Darmawan, 2007 dalam Senja, 2015). Sementara itu Leksana (2010) membagi
jenis cairan yang sering digunakan dalam pemberian terapi intravena berdasarkan
kelompoknya adalah sebagai berikut:

a. Cairan Kristaloid :
1) Normal saline adalah cairan infus yang lebih disukai untuk alkalosis metabolik
hipokloremik dan untuk melarutkan packed red blood cells sebelum tranfusi.
2) Ringer Laktat (RL)
Ringer laktat adalah larutan steril dari kalsium klorida, kalium klorida, natrium
klorida dan natrium laktat dalam air untuk injeksi.
3) Dekstrosa
Salah satu jenis monosakarida yang merupakan kelompok glukosa yang paling murni.
Dekstrosa merupakan sumber energi yang ditemukan pada tubuh setelah, metabolisme
karbohidrat dan berguna untuk menjaga kestabilan tubuh dan otak.
4) Ringer Asetat (RA)
Ringer asetat memiliki profil yang serupa dengan ringer laktat. Penggunaan ringer
asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat.

b. Cairan Koloid :
Cairan dengan berat molekul tinggi (>8000 Dalton), merupakan larutan yang terdiri
dari molekul-molekul besar yang sulit menembus membran kapiler, digunakan untuk
mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya
lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak
keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan
dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan
volume yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga
dan meningkatkan tekanan osmose plasma. Contohnya adalah sebagai berikut:
3
1) Albumin: Jenis protein terbanyak didalam plasma yang mencapai kadar 60%.
Berfungsi mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan sel.
2) HES (Hydroxyetyl Starches): merupakan golongan koloid sintesis yang paling umum
digunakan.
3) Dextran: banyak digunakan untuk operasi atau pengobatan darurat terhadap shock,
untuk meningkatkan volume plasma darah, profilaksis trombosis, menaikkan volume
dan memperbaiki reologikal
4) Gelatin
F. Macam-macam Ukuran Jarum Infus

Menurut Potter (1999) dalam Darwis (2013) ukuran jarum infus adalah sebagai
berikut:
1. Ukuran 16G warna abu-abu untuk orang dewasa, digunakan untuk bedah mayor dan
trauma.
2. Ukuran 18G warna hijau untuk anak-anak dan dewasa, digunakan untuk darah,
komponen darah dan infus kental lainnya.
3. Ukuran 20G warna merah muda untuk anak-anak dan dewasa, digunakan kebanyakan
untuk cairan infus, darah, dan infus kental lainnya.
4. Ukuran 22G warna biru untuk bayi, anak-anak dan dewasa (lansia), digunakan untuk
sebagaian besar cairan infus.
5. Ukuran 24G warna kuning dan 26G warna putih untuk neonatus, bayi, anak-anak
dewasa (lansia), digunakan untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan
lebih lambat.

G. Daerah Pemasangan Infus

1. Permukaan dorsal tangan


- Vena Sevalika
- Vena supervisial dorsalis
- Ramus Vena Dorsalis
- Vena Basilika
2. Pemukaan lengan bagian dalam
- Vena Basilika
- Vena Sevalika
- Vena kubital median
- Vena Median lengan bawah
- Vena radialis
3. Permukaan Dorsal kaki
- Vena Savenamagna
- Fleksus Dorsalis
- Ramus Dorsalis

4
H. Prinsip Pemasangan Infus
1. Prinsip pemasangan infus pada pediatric (anak)
a. Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan atau
digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)
b. Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindunga agar tidak
mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)
c. Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang minimal

2. Prinsip pemasangan infuse pada lansia


a. Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil
(24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran darah
lebih lancar sehingga hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan meningkat.
b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan subkutan
lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah tempat
insersi
c. Penggunaan sudut 5 – 15 ° saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena
vena lansia lebih superficial
d. Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit dengan
meminimalkan jumlah pemakaian plester.
.
I. Persiapan dan Langkah-langkah Pemasangan Infus

a. Persiapan Alat dan bahan :


1. Cairan infus yang dibutuhkan
2. Infus set steril
3. jarum infuse (20-22G untuk dewasa, 24-26G untuk anak-anak)
4. Pengalas/ perlak
5. tourniquet
6. kapas alcohol
7. plaster
8. gunting
9. pencukur rambut
10. kassa steril
11. betadin
12. bengkok
13. sarung tangan sekali pakai
14. Alat tulis
15. Catatan pemberian infus

5
b. Persiapan Pasien :
1. klien diberi penjelasan tenteng hal-hal yang dilakukan saat pemasangan infuse
dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik.jika keadaan
memungkinkan.
2. pakaian klien pada daerah yang akan di pasang infuse, harus di buka (untuk
mempermudah saat pemasangan infus) dan mencari venanya

c. Persiapan Lingkungan :
1. Pasang sampiran (Menjaga privasi pasien)
d. Langkah-langkah :
1. Membawa alat-alat ke dekat pasien
2. Memasang sampiran
3. Petugas menucuci tangan,keringkan
4. Menentukan tempat yang akan dipasang infus
5. Membebaskan pakaian pada daerah yang akan dipasang infus
6. Memasang pengalas di bawah yang akan di pasang infus
7. Menggantungkan botol infus pada standar infus
8. Mendensifektan bagian botol yang akan di tusuk dengan kapas alkohol
9. Menusukkan jarum pipa infus ke botol cairan infus dan mengalirkan cairan ke
dalam pipa infus untuk mengeluarkan udara ,cairan yang keluar ditampung di
bengkok.
10. Pastikan tidak ada udara di dalam pipa infus, kemudian klem aliran cairan
infus
11. Pasang sarung tangan
12. Menutup ujung pipa infus dengan penutupnya,lalu gantung pada standar infus
13. Bendung bagian atas daerah yang akan dipasang infus dengan menggunakan
tourniquet
14. Mendesinfeksi kulit pada daerah yang akan dipasang infusdengan kapas
alkohol
15. Buka abocath,tusukkan ke vena yang dipilih dengan lubang jarum menghadap
ke atas
16. Buka ada darah yang masuk, buka bendungan
17. Masukkan ujung pipa infus set ke pangkal abocath, buka klem pipa infus
perlahan
18. Bila tetesan lancar, tutup pangkal jarum abocath dengan kasa steril ,fiksasi
pada kulit dengan plester
19. Mengatur atau menghitung tetesn infus sesuai program terapi
20. Mengatur posisi pipa infus pada anggota tubuh yang diinfus danfiksasi dengan
plester, pasangbidal/spalk dan balutannya bila perlu
21. Mencatat cairan infus yang digunakan ,jumlah tetesan dan botol infus ke
berapa pada catatan pemberian infus
22. Pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
23. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

6
Hasil :
1. Letak jarum tepat
2. Tetesan lancar
3. Tidak terjadi hematom
4. Sterilisasi tetap terjaga

Dokumentasi :
1. Catat semua tindakan
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infus adalah tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan. Nutrisi sangat dibutuhkan oleh setiap manusia tertutama pada pasien-
pasien yang sakit untuk pembentukan energi, akan tetapi pada pasien-pasien dengan kasus
tertentu yang sulit untuk mendapatkan nutrisi secara normal bisa digantikan dengan terapi
intravena parenteral feeding (nutrisi parenteral).
Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang
normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding,
dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna. Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan
aman jika megikuti pedoman. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap
perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang
berlebihan.

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan dapat dijadikan
salah satu referensi sebagai tugas maupun bahan praktikum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.(2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC

Lachman, dkk. (2008). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.

Leksana, Ery. (2010). Terapi Cairan dan Darah; Semarang; SMF/Bagian Anastesiologi dan Terapi
Intensif, RSUP De. Kariadi/ Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
9

Anda mungkin juga menyukai