Anda di halaman 1dari 52

PERKEMBANGAN ANAK BALITA

Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, keadaan social emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa-masa ini. Sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun, apabila tidak terdeteksi dan
tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.

Krasenburg,dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :

1. Personal social (kepribadian/tingkah laku social)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.

2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat, missal : keterampilan
menggambar.

3. Language (bahasa)

Kemampuan untuk member respon terhadap suara, mengikuti perintah berbicara spontan.

4. Gross Motor (Motorik Kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa “milestone” pokok yang harus
diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat perkembangan
yang harus dicapai anak umur tertentu, misalnya :

a. 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian

b. 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara

c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya

d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya

e. 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan dengan jari telunjuk dan ibu
jari

f. 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal

ANALISA DATA

DATA
ETIOLOGI

MASALAH

Ds: keluarga mengatkan tidak tahu proses tumbuh kembang yang terjadi pada anak

Do:

- Tampak kurang motivasi belajar

- Tidak peduli pendidikan yang seharusnya

- Tampak terhambat masa tumbuh kembang anak

Kurang informasi ttg proses tumbuh kembang

Penelantaran anak

Proses tumbuh kembang terhambat

Akibat ketidak tahuan orangtua tentang tumbuh kembang

Kurang pengetahuan orangtua tentang proses tumbuh kembang

Ds: klien mengatakan susah berbicara dengan bahasa indonesia yang baik dan benar

Do: - bahasa sangat terbatas

- Kosakata yang minim

- tampak malu malu untuk berbicara

Kurang bimbingan belajar bahasa

Perbedahan kata terbatas

Kemampuan memahami proses belajar komunikasi kurang

Gangguan komunikasi dan rasa aman

Gangguan rasa aman dan komunikasi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbuh kembang dan lingkungan


2. Kurang pengetahuan orang tua b/d kurangnya informasi tentang tahap perkembangan anak.

3. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak

4. Potensial peningkatan keteraturan perilaku bayi

F. PERENCANAAN

1. Dx 1

Intervensi

a. Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi

b. Lindungi kaki anak dengansandal/sepatu

c. Beri makan yang aman untuk usia anak

d. Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan

2. Dx 2

Intervensi

a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi.

b. Bantu ibu/orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang yang dilewati anak
dengan masa pertumbuhan dan perkembangan.

c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak

3. Dx 3

a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini sesuai umur.

b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan

c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Dx 4

a. Jelaskan keputuhan perkembangan bayi seperti stimulasi (visual, pendengaran, vestibular, taktil,
olfaktorius, gustatorius), periode keterjagaan, kebutuhan tidur.

b. Jelaskan pengaruh stress lingkungan yang berlebihan pada bayi

- Beri daftar tanda tentang stress dari bayi mereka

- Ajarkan untuk menghentikan sitmulasi jika bayi memperlihatkan tanda stress

- Saat memberi intervensi perkembangan: lakukan hanya bila bayi sedang terjaga, jika
memungkinkan perlihatkan pada orang tua contoh ketika bayi mereka terjaga dan tidak terjaga, mulai
dengan satu stimuli setiap kali (sentuhan, suara), lakukan intervensi dalam waktu singkat, tingkatkan
intervensi berdasarkan isyarat bayi, lakukan intervensi yang sering,

c. Lakukan penyuluhan kesehatan dan rujukan bila diperlukan

- Jelaskan bahwa intervensi perkembangan akan berubah dengan sejalan dengan berkembangnya
anak. Rujuk ke keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan untuk kebutuhan perkembangan yang
spesifik sesuai golongan usia.

- Beri orang tua data sumber untuk mendapatkan bantuan di rumah.

G. EVALUASI

1. Dx 1

Bayi bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya diidentifikasi dan lingkungan rumah, keluarga
akan menekankan dan mendemonstrasikan kegiatan yang aman dirumah.

2. Dx 2

Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan perkembangan anak.

3. Dx 3

Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang pada anaknya dan informasi yang
diberikan.

4. Dx 4

Bayi akan terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai dengan golongan usia.
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk
Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92

Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas
Kedokteran UI.

MATERI PENYULUHAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK

DEFINISI

Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif dan
sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh tetap sehat

KARAKTERISTIK BALITA

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai
bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

PERAN MAKANAN BAGI BALITA

Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

1. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita,
tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh
karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

2. Zat Pembangun

Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ
tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.

3. Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti
yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.

a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak
( vitamin A, D, E, dan K ).

b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.

c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

KEBUTUHAN GIZI BALITA

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada
umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan
dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangu

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar
daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN GIZI

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi
dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari
makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak
Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan
cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi
tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah
makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya
makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya
digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti
genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai
terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya
berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun,
padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.

d. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit
mendapat cukup protein.

Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh
buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
e. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme
makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

f. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh
karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat
merawatnya secara baik.

g. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan
makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil
lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu
( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.

h. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-
kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena
produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi
buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan
usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

i. Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan.

Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

j. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.

Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.

k. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.

a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan


c. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu

d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan
yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita


terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut
dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika
kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang
lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak
sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:

a. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis

b. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak
menjadi tertekan

c. Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan

d. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai
dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan

e. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau
faktor pengaturan makanan )

1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya
melalui dokter.

2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.

Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera
makan anak dan disajikan semenarik mungkin.

Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.

Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan
keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama
keluarga (orangtua)
Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan
ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.

a. Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan
haus

b. Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi
kenyang agar anak tetap mau makan nasi.

c. Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang
tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun
kebersihannya.

d. Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.

e. Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.

MENU MAKANAN BALITA

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya,
pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-
jam makan dan variasi makanan.

Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :

• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.

• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:

o Pagi hari waktu sarapan.

o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.

o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.

o Pukul 16.00 sebagai selingan

o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.


o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.

o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun

Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)

• Pukul 06.00 : Susu

• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim

• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan

• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim

• Pukul 14.00 : Susu

• Pukul 16.00 : Makanan selingan

• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim

• Pukul 20.00 : Susu.

MAKANAN SELINGAN BALITA

Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.

Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat
tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin
melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.

Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan
sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan
makanan sesuai makanan keluarga.

Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat
dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui,
mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan
meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan
selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan.
Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu
nafsu makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi
ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.

2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).

3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di
luar rumah.

Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya
sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus
sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa
sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor
risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu
A. Makanan Untuk Usia Toddler

Toddler adalah anak yang berusia 1-3 tahun. Makanan usia toddler dan tumbuh kembang nya sangat
tergantung pada bagaimana orangtuanya mengatur makanan anaknya.

Kecepatan perkembangan turun ketika usia toddler. Kebutuhan anak akan nutrien relatif berkurang
dibandingkan usia sebelumnya. Perhitungannya diutamakan pada kebutuhan kalori, protein, vitamin.
Kalsium dan fospor pun penting untuk perkembangan tulang. Toddler lebih tertarik dalam lingkungan
dan meningkatkan keterampilan motorik dibanding dengan makanan, maka dari itu makanan yang
disajikan harus selalu bervariasi.

B.Prinsip Pemberian Makan Pada Anak

-Tinggi energi, protein, vitamin dan mineral

-Dapat diterima oleh anak dengan baik

-Diproduksi setempat dan menggunakan bahan-bahan setempat

-Mudah didapat dalam bentuk kering dengan demikian mudah disimpan dan praktis penggunaannya

-Ringkas tetapi mempunyai nilai gizi maksimum


-Hidangan merupakan jenis makanan yang disajikan untuk dimakan.

Disini peran orang tua harus memutuskan apa yang anaknya harus makan,karena pada usia ini anak
bersifat konsumen pasif dan rentan terhadap penyakit gizi (KKP dan anemia).

Jenis makanan anak ini termasuk buah, kue, semua jenis makanan lunak dan makanan berasa,
disamping asi atau susu yang mungkin masih diperlukan. Makanan lunak biasanya dikonsumsi bagi anak
yang belum memilika geraham, anak berumur 1 ½ tahun – 2 tahun biasanya memiliki geraham maka
bisa diberikan makanan biasa asalkan tidak pedas, berlemak, dan merangsang. Pemberian sayuran dan
buah-buahan harus bervariasi, minyak dapat diganti margarin, gula pasir dapat diganti gula merah atau
gula batu atau madu,

Usia toddler memerlukan min dua porsi (480 g) kelompok susu setiap hari untuk memberikan protein,
kalsium, riboflavin, dan vitamin A da B12. Susu yang diperkaya memberikan vitamin D dan tambahan
vitamin A. Keseluruhan susu harus digunakan sampai toddler mencapai usia 2 tahun untuk membantu
meningkatkan asupan asam lemak yang cukup. Separuh dari asupan protein toddler harus mengandung
nilai protein biologi tinggi.

C.Jadwal Pemberian Makan

Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya
secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan dan Contoh Pola Jadwal Pemberian
Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun adalah:

NO

WAKTU

SARAN

Contoh makanan

Pagi hari

Waktu sarapan

--

06.00

--
Susu

08.00

--

Bubur saring/nasi tim

10.00

Selingan + susu

Susu/makanan selingan

12.00

Makan siang

Bubur saring/nasi tim

14.00

--

Susu

16.00

Selingan

Makanan selingan

18.00

Makan malam

Bubur saring/nasi tim


9

20.00

--

Susu

· Makanan Selingan Balita

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi
ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.

2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).

3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di
luar rumah.Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja,sebab kebiasaan ini akan
dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan
faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

D. Manfaat Makanan

Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
air. Zat gizi ini diperlukan bagi anak sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

1) Zat tenaga : karbohidrat,lemak dan protein

2) Zat Pembangun : protein

3) Zat pengatur :

berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang
diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur ;
-Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak
( vitamin A, D, E, dan K )

-Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour

-Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

E. Kebutuhan Gizi Toddler

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada
umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas,BB, dan TB.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang
baik. Status gizi Toddler dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS).

F. Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi
dan anak usia toddler adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada
anak usia toddler dan usia pra sekolah antara lain sebagai berikut:

a) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan
dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b) Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan
protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c) Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit
mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein
lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak
diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

d) Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu (faddisme)

Dapat mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e) Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh
karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat
merawatnya secara baik.

Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi
juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

f) Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

g) Penyakit infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.Penyakit-
penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, ISPA, tuberculosis, campak, batuk rejan,
malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999)

G. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang

Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.

1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi

2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu

4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan
yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan toddler
terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut
dengan wasting.

Wasting, yaitu BB anak tidak sebanding dengan TB. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik),
artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting.

Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara
sekilas anak tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk:

1) Marasmus

Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini
dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2) Kwashiorkor

Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan.
Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema
dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi
padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.

3) Marasmik-kwashiorkor

Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan
kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

b. Obesitas

Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu
saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen
(1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:

1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.

2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.

3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.

4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.

5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

H. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :


a. Faktor penyakit organis

b. Faktor gangguan psikologi

c. Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:

- Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis

- Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak
menjadi tertekan

- Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan

- Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan
sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan

- Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.

d. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik

1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya
melalui dokter.

2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:

- Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera
makan anak dan disajikan semenarik mungkin.

- Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan
anak.

- Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan
keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama
keluarga (orangtua)

- Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan
ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.

3) Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini:

- Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus

- Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang
agar anak tetap mau makan nasi.
- Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya
sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun
kebersihannya.

- Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan
gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.

- Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.

I. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit

Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik
adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh.
Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.

1. Untuk balita dengan panas tinggi

PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan
metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang
berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.

Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :

a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.

b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.

c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan
lebih dari porsi normalnya.

d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi
penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan
minuman lebih banyak dari biasanya.

e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.

2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)

DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air
besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:


a. Infeksi. Infeksi virus / bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.

b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa),
lemak dan protein.

c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.

d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).

Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan
tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran
bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.

Pengaturan makanannya secara umum adalah:

a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap
kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.

b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.

c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.

d. Bentuk makanan lunak.

3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan

PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus, misalnya
virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.

Mengatur makanannya dengan :

a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.

b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.

c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga
dibentuk makanan kecil seperti puding.

d. Hindari makanan yang digoreng.

4. Untuk balita dengan gejala muntah

MUNTAH adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula
darah yang sangat rendah, dan lain-lain
Syarat makanannya:

a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.

b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu campur
buah supaya segar.

c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan


dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.

d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang
mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.

5. Untuk balita dengan gejala batuk

GEJALA batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai panas,
demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.

Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :

a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.

b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya
kondisi tubuh membaik.

c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap supaya
kebutuhan gizinya terpenuhi.

d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.

e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk. Kurangi
mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan
minuman manis.

f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.

J.Perhitungan Berat Badan Ideal

Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir

Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemenuhan gizi toddler dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.

2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat
diperlukan toddler.

3. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang
baik.

4. Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan dan
kecerdasan bagi otaknya.

5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk toddler yaitu serat makan dan kemudahan dalam
mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang diminum
dan faktor endokrin dan emosional.

B. Saran

1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.

2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilah-milah makanan untuk balita.

3. Berikan anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk pertumbuhan
anak.

4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan dan
kecerdasannya.

DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk
Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92

Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas
Kedokteran UI.

Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta.

Almasyhuri . 1998 . Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid
21 : 15
SRI RESKY MUSTAFA, S.KEP

Minggu, 12 Juni 2016

LAPORAN PENDAHULUAN TUMBUH EMBANG ANAK

BAB I

TINJAUAN TEORI

Pengertian

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002). Teori lain mengatakan perkembangan adalah aspek
progresif adaptasi terhadap lingkungan yang bersifat kualitatif. Contoh perubahan kualitatif ini adalah
peningkatan kapasitas fungsional penguasaan terhadap beberapa keterampilan yang lebih kecil,
misalnya anak usia prasekolah dengan berpartisipasi dalam percakapan telepon dengan orang tua
mereka (Potter & Perry,2005).

Masa perkembangan usia pra sekolah merupakan masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai
menunjukan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah sekali
kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak
membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya.

Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangakan perkembangan menitikberatkan


pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui
proses maurasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone, 2000)
Tumbuh kembang adalah suatu proses, dimana seseorang anak tidak hanya tumbuh menjadi besar
tetapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua eristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan.

1. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalalm julmla besar,


ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur tulang dan
keseimbangan elektrolit.

2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tibuh
yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses
pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah lau sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis,
psikosoisal dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda- beda yang member
cirri tersendiri pada setiap anak.

Perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap berdasarkan klasifikasi umur dengan ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda, antara lain (Markum,1991):

1. Tahap perkembangan anak usia 0-11 bulan (bayi)

2. Tahap perkembangan anak usia toddler

3. Tahap perkembangan anak usia prasekolah

4. Tahap perkembangan anak usia sekolah

5. Tahap perkembangan anak usia remaja

6. Tahap perkembangan anak usia dewasa muda

7. Tahap perkembangan usia dewasa menengah

8. Tahap perkembangan usia dewasa lanjut.

Anak usia prasekolah mendekati tahun antara 3 sampai dengan 6 tahun (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan teori lain menyebutkan bahwa masa prasekolah adalah pada usia 2 hingga 6 tahun dimana
pertumbuhan melambat, aspek jasmani bertambah, kondisi fungsi dan mekanisme motorik bertambah,
cepat menangkap pelajaran (Markum, 1991). Usia prasekolah merupakan dasar perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta anak didalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

1. Faktor keturunan (herediter)


Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak melalui instruksi genetic
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, gangguan pertumbuhan selain disebabkan leh
kelainan kromosom (contoh : syndrome Down, Syndrom Turner) juga disebabkan oleh Faktor
lingkungan yang kurang memadai.

a. Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak lai-laki berbeda dengan perempuan

b. Ras : ras/suku nbangsa dapat mempengaruhi tumbang anak, beberapa suku bangsa memiliki
karakteristik.

2. Faktor lingkungan

a. Lingkungan internal

1) Intelegensi

Pada umumnya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik dibandingkan jika intelegensi rendah.

2) Hormon

Ada 3 hormon yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik untuk pertumbuhan tinggi badan terutama
pada masa kanak-kanak, hormone tiroid menstimulasi pertumbuhan sel inerstitiil testis, memproduksi
testosterone dan ovarium, memproduksi estrogen yang mempengaruhi perkembangan alat reproduksi

3) Emosi

Hubungan yang hangat dengan orang tua, saudara, teman sebaya serta guru berpengaruh terhadap
perkembangan emosi, social, intelektual anak, cara anak berinteraksi dengan keluarga akan
mempengaruhi interaksi anak di luar rumah.

b. Lingkungan eksternal

1) Kebudayaan

Budaya keluarga/masyarakat mempengaruhi bagaimana anak mempersepsikan dan memahami


kesehatan berperilaku hidup sehat.

2) Status social ekonomi


Anak yang berbeda dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang social ekonomi yang rendah serta
banyak punya keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan primernya.

3) Nutrisi

Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang didapat dari makanan bergizi.

4) Iklim/cuaca

Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak.

5) Olahraga/latihan fisik

Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak.

6) Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak bungsu akan mempengaruhi pola anak
setelah diasuh dan dididik dalam keluarga.

C. Periode Perkembangan

Menurut Donna, L Wong (2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :

1. Periode prenatal

Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi pembetukan organ dan system orga
anak, selain itu hubungan antara kondisi itu member dampak pada pertumbuhannya.

2. Periode bayi

Periode ini terdiri dari neonates (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada periode ini, pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif, motorik dan social.

3. Periode kanak-kanak awal

Terdiri atas usia anak 1-3 tahun yang disebut toddler dan prasekolah (3-6 tahun). Toddler menunjukkan
perkembangan motorik yang lebih lanjut pada usia prasekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan
menetap.

4. Periode kanak-kanak pertengahan


Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat dari
pada perempuan dan perkembangan motorik lebih sempurna.

5. Periode kanak-kanak akhir

Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-18 tahun. Perkembangannya
yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ
reproduksi.

D. Perkembangan Anak Balita

Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, keadaan social emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa-masa ini. Sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun, apabila tidak terdeteksi dan
tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.

Krasenburg,dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :

1. Personal social (kepribadian/tingkah laku social)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.

2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat, missal : keterampilan
menggambar.

3. Language (bahasa)

Kemampuan untuk member respon terhadap suara, mengikuti perintah berbicara spontan.

4. Gross Motor (Motorik Kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa “milestone” pokok yang harus
diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat perkembangan
yang harus dicapai anak umur tertentu, misalnya :

a. 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian

b. 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara


c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya

d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya

e. 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan dengan jari telunjuk dan ibu
jari

f. 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal

E. Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah

Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital dan masa estetik.

1. Masa Vital

Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam
dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai
masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak memasukkan apa saja yang
dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama tetapi
karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock,
1999).

Pada tahun kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar menguasai
ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada
tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan
kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongn yang datang dari
dalam dirinya (umpamanya buang air kecil dan air besar) (Elizabeth B. Hurlock, 1999).

2. Masa Estetik

Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik disini dalam arti
bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Pada masa ini,
panca indera masih peka karena itu Montessori menciptakan bermacam – macam alat permainan untuk
melatih panca inderanya (Yusuf, 2001: 69).

F. Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah

Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan adalah merupakan suatu tugas yang muncul pada
periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan
akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila
gagal maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.

Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki
oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangan-nya, seperti tugas yang berkaitan dengan
perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai
prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Tugas-tugas perkembangan pada usia 0 sampai
6 tahun adalah sebagai berikut :

1. Belajar berjalan

2. Belajar memakan makanan padat

3. Belajar berbicara

4. Belajar buang air kecil dan buang air besar

5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin

6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis

7. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam

8. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara / orang lain

9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk (mengembangkan kata hati).

Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun adalah sebagai
berikut:

1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum

2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh Belajar
menyesuaikan diri dengan teman seusianya

3. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat

4. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung

5. Mengembangkan penngertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari

6. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai

7. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga

8. Mencapai kebebasan pribadi

G. Jenis – Jenis Perkembangan Anak Prasekolah


Jenis - jenis perkembangan anak usia prasekolah adalah (Rochmah, 2005 dan Yusuf, 2004) :

1. Perkembangan fisik dan motorik

Usia prasekolah otot-otot anak menjadi lebih kuat dan tulang-tulang tumbuh menjadi besar dan keras.
Perkembangan sistem saraf pusat memberikan kesiapan kepada anak untuk lebih dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan terhadap tubuhnya. Lapisan urat saraf ini membantu transmisi impuls–
impuls saraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih
seksama dan efisien. Perkembangan motorik berarti perkembangan pada pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Keterampilan motorik
sangat berfungsi untuk penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi anak. Adapun penguasaan
keterampilan yang umum pada masa ini adalah :

a. Keterampilan tangan

Keterampilan berpakaian dan makan sendiri yang dimulai pada masa bayi, disempurnakan pada awal
masa ini. Anak dapat menggunakan gunting, menggambar, mewarnai dan dapat menggambar orang.

b. Keterampilan kaki

Pada usia antara 3-4 tahun anak mulai naik sepeda roda tiga. Pada usia 5-6 tahun anak belajar melompat
dan berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat, lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan.

2. Perkembangan intelektual

Usia tiga sampai enam tahun merupakan usia yang sangat temperamental bagi anak. Rasa ingin tahu
merupakan kondisi emosional yang baik dari anak. Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan
belajar hal – hal yang baru. Yang perlu ditekankan bahwa rasa ingin tahu tersebut terkendali, jangan
sampai pada objek–objek yang biasa dikenalnya serta tentang kejadian – kejadian mekanika yang ada
disekitarnya. Anak mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun. Periode
ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau symbolic function, yaitu kemampuan
menggunakan sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol – simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat,
benda, gesture, atau peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.

3. Perkembangan berbicara (bahasa)

Selama masa awal, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan
berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak yang mudah berkomunikasi dengan teman
sebaya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih mudah diterima sebagai anggota
kelompok. Perkembangan bahasa anak usia prasekolah dapat bercirikan sebagai berikut :

a. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna

b. Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit lebih kecil dari
burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
c. Anak banyak menanyakan nama dan tempat

d. Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran

e. Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya

f. Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui
pertanyaan-pertanyaan: kapan, kemana, mengapa, dan bagaimana.

Orang tua dan guru taman kanak-kanak seyogyanya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau peluang
kepada anak dengan sebaik-baiknya untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan
berkomunikasi. Berbagai peluang itu diantaranya sebagai berikut:

a. Bertutur kata yang baik pada anak;

b. Mau mendengarkan pembicaraan anak;

c. Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkan);

d. Mengajak berdialog dalam hal-hal yang sederhana;

e. Di taman kanak–kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan keinginannya,


menghafal dan melantunkan lagu dan puisi.

4. Perkembangan Sosial

Pada usia prasekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif
berhubungan dengan teman sebaya.

Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah :

a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan
bermain;

b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan;

c. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain;

d. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosiopsikologis keluarganya. Apabila di
lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu, maka
anak akan memiliki kemapuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.
H. Karakteristik Perkembangan Anak Prasekolah

Karakteristik perkembangan anak prasekolah antara lain (Wong, 2007):

1. Motorik kasar

a. Pada usia 3 tahun anak dapat mengendarai sepeda roda tiga, melompat dari langkah dasar, berdiri
pada satu kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga dengan kaki bergantian, melompat panjang,
mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat.

b. Pada usia 4 tahun anak dapat melompat dan meloncat pada satu kaki, menangkap bola dengan
tepat, melempar bola bergantian tangan, berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian.

c. Pada usia 5 tahun anak dapat meloncat dan melompat pada kaki bergantian, melempar dan
menangkap bola dengan baik, meloncat ke atas, berjalan mundur dengan tumit dan kaki, keseimbangan
pada kaki bergantian dengan mata tertutup.

2. Motorik halus

a. Pada usia 3 tahun anak mampu membangun menara dari 9 atau 10 kotak, membangun jembatan
dengan tiga kotak, secara benar memasukkan biji-bijian dalam botol berleher sempit, menggambar,
meniru lingkaran, meniru silangan, menyebutkan apa yang telah digambarkan, tidak dapat menggambar
gambar-gambar tongkat tetapi dapat membuat lingkaran dengan gambaran wajah.

b. Pada usia 4 tahun anak mampu menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar
mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya, dapat menggambar,
menyalin bentuk kotak, menjiplak garis silang dan permata, menambah tiga bagian pada gambar jari.

c. Pada usia 5 tahun anak mampu mengikat tali sepatu, menggunakan gunting alat sederhana, atau
pensil dengan sangat baik, dalam menggambar, meniru gambar permata dan segitiga, menambahkan
tujuh sampai sembilan bagian dari gambar garis, mencetak beberapa huruf, angka, atau kata seperti
nama panggilan.

3. Bahasa

a. Pada usia 3 tahun anak mempunyai perbendaharaan kata kurang lebih 900 kata, menggunakan
bicara telegrafik, menggunakan kalimat lengkap dari 3 sampai 4 kata, bicara tanpa henti tanpa peduli
apakah seseorang memperhatikannya, mengulang kalimat dari 6 suku kata, mengajukan banyak
pertanyaan.

b. Pada usia 4 tahun anak mempunyai perbendaharaan 1500 kata atau lebih, menggunakan kalimat
dari empat sampai lima kata, pertanyaan pada puncak, menceritakan cerita dilebihkan-lebihkan, sedikit
tidak sopan bila berhubungan dengan anak yang lebih besar, menuruti empat frase preposisi, seperti
bawah, atas, samping, belakang, atau depan, menyebutkan satu atau lebih warna.
c. Pada usia 5 tahun anak mempunyai perbendaharaan kata kira-kira 2100 kata, menggunakan
kalimat dengan enam sampai delapan kata, dengan semua bagian bicara, menyebutkan koin,
menyebutkan empat atau lebih warna, menggambarkan gambar atau lukisan dengan banyak komentar
dan menyebutkannya satu per satu, mengetahui nama – nama hari dalam seminggu, bulan, dan kata
yang berhubungan dengan waktu lainnya, dapat mengikuti tiga perintah sekaligus.

4. Sosialisasi

a. Pada usia 3 tahun anak mampu berpakaian sendiri hampir lengkap bila dibantu dengan kancing
belakang dan mencocokkan sepatu kanan atau kiri, mengalami peningkatan rentang perhatian, makan
sendiri sepenuhnya, dapat menyiapkan makan sederhana, dapat membantu mengatur meja dan dapat
mengeringkan piring tanpa pecah, merasa takut, khususnya pada kegelapan dan pergi tidur, mengetahui
jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain, permainan paralel dan asosiatif.

b. Pada usia 4 tahun anak sangat mandiri, cenderung untuk keras kepala dan tidak sabar, agresif
secara fisik serta verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian, mengalami perpindahan dalam alam
perasaan, memamerkan secara dramatis menikmati pertunjukan orang lain, menceritakan cerita
keluarga pada orang lain tanpa batasan, masih mempunyai banyak rasa takut, permainan assosiatif,
mengkhayalkan teman bermain umum terjadi, menggunakan alat dramatis, imajinatif dan imitatif.

c. Pada usia 5 tahun anak kurang memberontak dibandingkan dengan sewaktu berusia 4 tahun, lebih
tenang dan berhasrat untuk menyelesaikan urusan, tidak seterbuka dan terjangkau dalam hal pikiran
dan perilaku seperti pada tahun-tahun sebelumnya, mandiri tapi tidak dapat dipercaya, mengalami
sedikit rasa takut dan mengandalkan otoritas, berhasrat untuk melakukan sesuatu dengan benar dan
mudah, menunjukkan sikap lebih baik, memperhatikan diri sendiri, tidak siap untuk berkonsentrasi pada
pekerjaan-pekerjaan yang rumit, permainan assosiatif.

5. Kognitif

a. Pada usia 3 tahun anak berada dalam fase perseptual, egosentris dalam berfikir dan perilaku,
mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang seperti ditunjukkan dalam
pemahaman tentang preposisi dan kemampuan untuk mengikuti perintah langsung, serta mampu
memandang konsep dari perspektif yang berbeda.

b. Pada usia 4 tahun anak ada pada fase berfikir intuitif, hubungan sebab akibat masih dihubungkan
dengan kemungkinan kejadian, memahami waktu dengan lebih baik, tidak mampu mengubah cara,
menilai sesuatu menurut dimensinya seperti tinggi, lebar, atau perintah, persepsi segera menunjukkan
dominasi penilaian, dapat menghitung dengan benar tetapi konsep matematika terhadap angka buruk,
patuh karena orang tua mempunyai batasan bukan karena memahami salah dan benar.

c. Pada usia 5 tahun anak mulai mempertanyakan apa yang dipikirkan orangtua dengan
membandingkan dengan teman sebaya dan orang dewasa lain, menunjukkan prasangka dan bias dalam
dunia luar, lebih mampu memandang perspektif orang lain, tetapi mentoleransi perbedaan daripada
memahaminya, mulai menunjukkan pemahaman tentang penghematan angka melalui perhitungan
objek tanpa memandang pengaturan, menggunakan kata berorientasi waktu dengan peningkatan
pemahaman, sangat ingin tahu tentang informasi faktual mengenai dunia.

I. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Prasekolah

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain (Soedjiningsih,1995):

1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam pencapaian hasil akhir proses tumbuh kembang anak.
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat
tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas.
Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas
dan kuantitas pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Faktor Lingkungan

a. Faktor prenatal yang meliputi gizi ibu pada waktu hamil, mekanis kehamilan, toksin, endokrin,
radiasi, infeksi, stres, imunitas, anoksia embrio.

b. Faktor pascanatal meliputi gizi ibu dan anak, penyakit, keadaan sosial ekonomi, serta musim.

3. Faktor psikososial

a. Stimulasi, merupakan perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan
hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Stimulasi
juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai stimulasi
seperti stimulasi visual, verbal, auditif, taktil dll, dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

b. Motivasi belajar, dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.

c. Kelompok sebaya, untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya.
Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul.

d. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar, jika anak berbuat benar maka wajib kita memberi
ganjaran seperti pujian, ciuman, belaian, serta tepuk tangan. Ganjaran tersebut akan menimbulkan
motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Sedangkan hukuman akan membuat
anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik.

e. Faktor keluarga meliputi pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, jumlah saudara,
jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua, adat istiadat atau norma
serta agama.
J. Penilaian Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Penilaian terhadap perkembangan anak adalah melalui Denver Developmental Screening Test (DDST) /
Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver .

DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat
diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST
secara efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan
(Soetjiningsih, 1998).

Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya;
Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang
sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Alat yang digunakan seperti alat peraga: wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-hijau-biru,
prmainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pencil; lembar formulir DDST; buku
petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya
(Soetjiningsih, 1998).

Penilaian sesuai dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian,
apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F) ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas
(No Opportunity = N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil
tes diklasifikasikan dalam:

a. Abnormal, bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih, bila dalam 1 sektor
atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan keterlambatan dan
pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia

b. Meragukan (Questionable), bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih, bila pada 1
sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

c. Tidak dapat dites (Untestable)


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT

(TUMBUH KEMBANG)

A. Pengkajian

Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan

1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua

a. Nama

b. Alamat
c. Telepon

d. Tempat dan tanggal lahir

e. Ras/kelompok entries

f. Jenis kelamin

g. Agama

h. Tanggal wawancara

i. Informan

2. Keluhan Utama (KU)

Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani karena akan
dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan
kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat
memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak
memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa
saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan,
ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.

3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini kesehatan
anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam
kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak
saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus
mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan sebelumnya yang pada
kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.

a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).

b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.

c. Alergi.

d. Pengobatan terbaru.

e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah
didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat pula dikaji
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung
pada anak ataupun keluarganya).

g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.

5. Tinjauaan Sistem (TS)

Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah kesehatan pada anak,
walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang
lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus
pada informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang
ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum
diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya.
Tinjauan sistem meliputi:

a. Menyeluruh/umum

b. Integument

c. Kepala

d. Mata

e. Telinga

f. Hidung

g. Mulut

h. Tenggorokan

i. Leher

j. Dada

k. Respirasi

l. Kardiovaskuler

m. Gastrointestinal

n. Genitourinaria

o. Ginekologik

p. Muskuluskeletal
q. Neurologik

r. Endokrin

6. Riwayat pengobatan keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki kecenderungan terjadi
dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan
kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan
kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.

7. Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat imunisasi yang
pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik
jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi,
menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya,
serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya
sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.

8. Riwayat Keluarga

Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota keluarga dan
komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang
akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek
sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai
langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga
yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan
kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.

9. Pengkajiaan Nutrisi

Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya
dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk
pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet
dan pemeriksaan klinis.

10. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data yang


berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai
keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran
imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal
penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan
lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan
di lapangan adalah:

a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan warna dinding netral,


cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.

b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi kooperatif.
Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut
sehingga memudahkan pemeriksaan.

c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan anak.

d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan mengurangi rasa takut
dari anak yang lain.

e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak mengenai hal-hal yang
perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu proses
pemeriksaan.

f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuaan orang tua.

g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang lain agar tidak
takut untuk diperiksa.

h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga memudahkannya dalam
melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-
prinsip ini, berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak.

Hal-hal yang perlu dikaji adalah

a. Riwayat Pranatal

Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH,
berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala.
Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.

b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal, dan bagaimana
keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya
mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka
gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.

c. Pertumbuhan Fisik

Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan pengukuran antropometri dan
pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering
digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala.
Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB,
dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan
cara pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:

1. Berat Badan (BB)

Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah sebagai berikut:

a) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera


(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin atau
timbangan injak.

b) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut dilakukan dengan posisi
berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan
dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan
posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

a) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian
dalam saja.

b) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak
dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.

Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa dipegangi.

a) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak
menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.

b) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu,
kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.

Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu

c) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.

d) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah
status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan
dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning,
atau merah.

2. Tinggi Badan (TB)

Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2
tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah
sebagai berikut :

a) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran).

b) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja
(posisi ekstensi).

c) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja
pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

d) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada
tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan
bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah sebagai berikut :

a) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong,
punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat
pengukur.

b) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal
dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

3. Lingkar Kepala

Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan terendah dari kurva lingkar
kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali),
sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva
lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :

a) Siapkan pita pengukur (meteran)


b) Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supraorbita bagian antrior menuju
oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan hasilnya.

c) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

4. Lingkar Lengan Atas (lila)

Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu diketahui :

a) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu
pertengahan pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa
aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih stabil.

b) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita pengukur). Hindari
penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.

c) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.

d) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.

5. Lingkar Dada

Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan
pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar
dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut :

a) Siapkan pita pengukur

b) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.

c) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.

d. Pemeriksaan fisik

Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun petugas perlu mengetahui
bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan.
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain
itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan
perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu,
pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.

e. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai
keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau
memerlukan rujukan.

f. Data lain

Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang lainnya, seperti
pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita, terdapat
interpretasi hasil sebagai berikut:

a. Pertumbuhan dan perkembangan normal

Pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau
pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika
pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U; BB/M, dan lingkar
kepala/U.

Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan
patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang diperoleh saat
pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan
anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes DDST, anak dapat
melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.

b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal

Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada jauh di atas warna
hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang
mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak mengalami
penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak
mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya,
atau pada gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

B. Diagnosa

1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi yang terjadi
di lingkungan
2. Potensial tumbuh kembang yang optimal

3. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran
sebagai orangtua baru

4. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.

5. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh kembangnya.

6. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak

7. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk meningkatkan status imunisasi.

8. Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga

C. Intervensi

1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi yang terjadi
di lingkungan

a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia

Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak

b. Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat tidur anak.

Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang

c. Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.

Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan

d. KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.

Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak

2. Potensial tumbuh kembang yang optimal

a. Kaji perkembangan tumbuh kembang

Rasional: mengetahui perkembangan tumbuh kembang, menentukan masalah yang dihadapi.

b. Observasi faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Rasional: menentukan intervensi selanjutnya

c. Anjurkan orang tua untuk memperhatikan masa pertumbuhan dan perkembangan fisiologis anak

Rasional: memudahkan orang tua mengetahui tahap tumbuh kembang anak


d. Anjurkan untuk konsultasi dengan tim medis (dokter spseialis anak dan perawat) saat terjadi
masalah tumbuh kembang anak.

3. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran
sebagai orangtua baru.

a. Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik sesuai umur anak,
cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan bagaimana menyendawakan bayi.

Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak.

b. Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role model anaknya.

Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang baik bagi anaknya

c. Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus dilewati anak sesuai
dengan umurnya

Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang

4. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.

a. Kaji pola bermain pada anak

Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas

b. Motivasi orang tua selalu mengawasi anaknya ketika bermain dan dengan siapa bermain.

Rasional: agar anak selalu dalam keadaan aman

c. Ajarkan orang tua untuk mengetahui mainan apa yag sesuai dengan usia anaknya

Rasional: agar tumbuh kembang anak dapat berjalan sempurna

d. Ciptakan lingkungan yang aman dari benda-benda yang dapat mencederai klien

Rasional: menghindari bahaya dari resiko cedera pada anak.

a. Beri makanan yang aman untuk usia anak

Rasional: mencegah risiko keracunan makanan

b. Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan

Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang terlalu panas

5. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh kembangnya.

a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi


Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang

b. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang yang dilewati
anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan

Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya

c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak

Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya

6. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak

a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini sesuai umur

Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya

b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan

Rasional: mengurangi kecemasan ibu

c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak

Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga

7. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d

a. Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh anaknya

Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan oleh anak

b. Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan kepada anaknya selain
imunisasi yang harusnya didapatkan

Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan

c. Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah penyakit yang bisa
diderita oleh anaknya

Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.

8. Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga

a. Kaji tingkat hubungan dalam keluarga

Rasional: untuk mengetahui sejauh mana masalah yang dihadapi keluarga anak.

b. Observasi faktor yang mempengaruhi tingkat hubungan dalam keluarga


Rasional: meminimalkan terjadinya penurunan tingkat hubungan dalam keluarga

c. Healt education tentang pentingnya hubungan keluarga dalam perkembangan anak usia pra
sekolah

Rasional: memberikan informasi tambahan pengaruh pentingnya hubungan keluarga dengan


perkembangan anak usia pra sekolah

d. Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama

Rasional: meluangkan waktu dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan masalah yang
dihadapi anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC

Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba
Medika.

Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Mow
    LP Mow
    Dokumen27 halaman
    LP Mow
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LP Iud
    LP Iud
    Dokumen24 halaman
    LP Iud
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LP Keluarga
    LP Keluarga
    Dokumen27 halaman
    LP Keluarga
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Materi Puting Susu Lecet
    Materi Puting Susu Lecet
    Dokumen7 halaman
    Materi Puting Susu Lecet
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LP Neo
    LP Neo
    Dokumen18 halaman
    LP Neo
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep KMB
    Askep KMB
    Dokumen24 halaman
    Askep KMB
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep Ebp Kelompok
    Askep Ebp Kelompok
    Dokumen20 halaman
    Askep Ebp Kelompok
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASUS BBLR Ny. S 2
    LAPORAN KASUS BBLR Ny. S 2
    Dokumen12 halaman
    LAPORAN KASUS BBLR Ny. S 2
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep Meningioma Jdi
    Askep Meningioma Jdi
    Dokumen21 halaman
    Askep Meningioma Jdi
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan Praktik Orientasi Kerja
    Laporan Kegiatan Praktik Orientasi Kerja
    Dokumen26 halaman
    Laporan Kegiatan Praktik Orientasi Kerja
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB III SPEOS Revisi 5
    BAB III SPEOS Revisi 5
    Dokumen12 halaman
    BAB III SPEOS Revisi 5
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Ebp Kelompok Perina
    Ebp Kelompok Perina
    Dokumen18 halaman
    Ebp Kelompok Perina
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep Bayi Nutrisi
    Askep Bayi Nutrisi
    Dokumen29 halaman
    Askep Bayi Nutrisi
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • L7. Sop Nifas Normal
    L7. Sop Nifas Normal
    Dokumen6 halaman
    L7. Sop Nifas Normal
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat