SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD YAMSI
NPM. 716.4.1.1634
PENDAHULUAN
era globalisasi saat ini, yang bertujuan untuk membantu terciptanya manusia
dan bermoral.
melibatkan guru dan peserta didik. Guru sebagai pribadi adalah panutan bagi
peserta didiknya. Guru tidak hanya mentranfer ilmu pengetahuan, namun juga
budi pekerti yang kemudian akan membentuk pribadi peserta didik yang
1
Ismail Rahmat, 2016, Reorientasi Ilmu Pendidikan di Indonesia, Educatio, Jakarta, h. 3.
2
Alinea 4, Undang-Undang Dasar 1945
1
2
tindakan yang bersifat menghukum tidak mendidik baik itu berupa tindakan
fisik yang bisa menimbulkan bahaya terhadap kondisi peserta didik ataupun
undangan, hukum, kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika”.
Selanjutnya ditegaskan pula dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f Kode Etik Guru
Indonesia menyatakan “Hubungan guru dengan anak didik: (f) Guru menjalin
hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang diluar batas kaidah
pendidikan”.
kejahatan seksual dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, sesama peserta didik atau pihak lain”. Berdasar aturan tersebut
3
Hukum Online, “Langkah hukum jika Anak ditempeleng Guru?”dalam Klinik Hukum
Online, https://media.neliti.com/media/publications/248424-kekerasan-guru-terhadap-siswa-studi-
feno-66fa1d66.pdf, diakses pada tanggal 10 Juni 2020
Sekolah merupakan tempat, sarana atau wadah belajar mengajar antara
guru dan murid. Sekolah bukan hanya tempat sarana belajar tapi juga tempat
ilmu dan mental yang kuat serta dapat dikembangkan lebih bagus lagi dan
sekolah yang berkualitas mulai dari sekolah Negeri dan sekolah Swasta, yang
adapula madrasah dan pondok pesantren. Ada berbagai jenis pilihan yang
dimana mereka tinggal dan daerah-daerah yang mereka diami, tidak jauh
dianggap sebelah mata, bahkan sekolah yang ada di Kecamatan tersebut dapat
tersendiri yang di atur oleh kepala sekolah dan dilaksanakan oleh semua
tersebut dilanggar oleh siswanya, maka terdapat berbagai macam teguran dan
hukuman yang dilakukan oleh guru agar ketika melanggar peraturan itu tidak
akan diulangi kembali dan tidak menjadi suatu kebiasaan bagi siswa untuk
melanggar aturan seperti telat datang ke sekolah, tidak memakai pakaian yang
rapi serta melanggar aturan yang ada, para guru biasanya menegor untuk
pertama kali, akan tetapi apabila teguran itu terus berlangsung dan masih
tidak dihiraukan oleh siswanya, maka yang dapat guru lakukan adalah dengan
menggunakan cara berupa kekerasan secara fisik, hal tersebut tentunya sangat
hal itu banyak siswa di sekolah mengeluh atas kelakuan yang di lakukan oleh
maka efek yang akan ditimbulkan membuat siswa-siswi yang mengalami hal
mendalam terhadap jiwa dan perasaan yang dialami. Bahkan tindakan berupa
perubahan sikap dan efek jera dari siswa-siswi, akan tetapi hanya akan
Dampak yang dirasakan tidak hanya dialami oleh siswa tersebut, akan tetapi
dapat pula berdampak kepada kekhawatirannya kedua orang tua murid yang
tersebut, sehingga membuat para orang tua ikut turut andil di dalamnya.
Para orang tua murid pada salah satu kasus di Kecamatan Lenteng
dampak yang ditimbulkan dari adanya kekerasan yang dilakukan oleh guru
disekolah tempat anaknya belajar, biasanya para orang tua condong tidak
peduli atau sudah menganggap hal itu sudah biasa dan lumrah terjadi di
suatu bentuk kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada anakknya. Malah
kebanyakan orang tua bertambah balik memarahi sang anak dan mempertegas
bahwa ketika dihukum oleh gurunya tetap yang salah ada murid tersebut
karena telah nakal dan tidak mematuhi aturan yang telah di buat di dalam
sekolah, hal ini tentunya berbanding terbalik dengan keadaan nyata yang
dialami oleh murid, bukankah seharusnya prioritas utama yang harus di
jalankan di dalam sekolah mendidik murid dengan baik, bukan dengan cara
yang tidak di anjurkan sesuai dengan kode etika yang telah diemban oleh
sang guru.
Kode etik atau kode etika yang harus dimiliki oleh seorang guru di
sesuai dengan sumpah dan janji jabatan yang di dalamnya memuat aturan-
dan mana yang tidak boleh dilakukan atau harus dihindari oleh guru tersebut,
agar tidak melanggar atau lalai dalam melakukan sebuah pekerjaan yang saat
sebuah langkah dalam menyelaraskan mana yang baik untuk para muridnya
dan mana perbuatan yang kurang tepat untuk dilakukan dan diterapkan
etik telah tertulis dengan jelas, akan tetapi seorang guru, juga layaknya
seorang manusia biasa yang tidak luput dari kehilafan dan salah, jadi ketika
guru dalam kondisi atau keadaan yang kurang baik biasanya dalam kehidupan
Nomor 14 Tahun 2005 tantang Guru dan Dosen, Pasal 20 huruf C dan D,
dan kondisi tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
Seperti halnya orang tua, Guru juga memiliki peran yang sama untuk
dapat mengayomi serta mendidik anak untuk menjadi pribadi yang baik.
muridnya. Yang kerap sekali terjadi adalah Guru tidak dapat membedakan
Sedangkan anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak
karena anak lahir dengan segala kelemahan, sehingga tanpa orang lain anak
bahwa anak tidaklah sama dengan dengan orang dewasa anak memiliki
4
WN. Listia, 2012, “Pengertian Anak Sebagai Makhluk Sosial”, (online),
http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/, diakses pada tanggal 16
Juni 2020.
“Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan hukum yang
Banyak ahli menganggap masa anak sekolah sebagai masa tenang atau
masa latent, dimana apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa
ini disebut juga sebagai usia kelompok, di mana anak mulai mengalihkan
perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan
sikap-sikap terhadap kerja atau belajar. Pada masa sekolah, anak-anak akan
kesenjangan sosial yang diakibatkan dengan adanya tindakan tersebut, hal ini
tidak hanya terjadi di sekolah yang ada di Kabupaten Sumenep, akan tetapi
5
Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Rajagrafindo
Persada, Jakarta, h.3.
Hal berupa kekarasan yang terjadi di sekolah bukanlah suatu
permasalahan yang bisa dientengkan oleh pihak sekolah, para wali murid dan
jalan keluar yang tidak akan menyakiti, meghakimi, dan mengadili salah satu
pihak saja.
permasalahan berupa kekarasan fisik dengan cara ikut serta berperan aktif
baik kepada guru dan arahan yang bijak kepada murid tentunya akan dengan
benarnya didikan seorang guru merupakan suatu kebaikan dan ilmu bagi
muridnya dan cara yang terbaik dalam mendidik murid adalah tanpa adanya
kekerasan.
tentang Kekerasan Guru Terhadap Siswa di Tinjau Dari Segi Hukum dan
Etika.
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
sehingga tidak dengan mudah melakukan suatu hal dan akan lebih
berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan. Maka dengan begitu
akan tercipta perilaku yang baik dan adil sehingga tercipta keamanan
6
“Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, h. 13-14.
konsistensi/ kesesuaian antara Undang-Undang Dasar dengan peraturan
perundang-undangan lainnya.
hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ada dua macam,
yaitu :
Pendidikan Nasional
Dosen
Anak
7
Peter Mahmud Marzuki, 2016, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grop,
Jakarta. h. 42.
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan
Pendidikan.
Kekerasan Guru Terhadap Siswa di Tinjau Dari Segi Hukum dan Etika.
berikut :
a. Pengolahan bahan hukum dengan cara editing, yaitu memeriksa
dilakukan.
1.6 Sistematika Penulisan
berikut:
sistematika penulisan.
terhadap siswa.
BAB V : Penutup, dalam bab ini berisi uraian tentang kesimpulan dan
TERHADAP SISWA
yang dilakukan oleh orang tertentu pada orang lain atas nama pendisiplinan siswa
tersebut tidak diperlukan. Saat ini banyak kasus yang terjadi dimana seorang guru
yang seharusnya menjadi teladan dan pemberi bekal ilmu bagi masa depan siswa-
siswa didiknya, justru menjadi sosok yang paling ditakuti karena adanya berbagai
menunjukkan bahwa siswa perlu dilindungi. Begitu banyak siswa yang menjadi
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
Indonesia masih jauh dari kondisi yang disebutkan dalam Pasal tersebut.” Adanya
merupakan indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari
35
36
kondisi yang buruk bagi perkembangan hidup seorang siswa yang meliputi
pendidikan siswa tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua tersebut
masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa
yang dialami siswa, kemunduran atau kemajuan belajar siswa, apa saja yang
siswa yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika siswa sudah mulai
malas belajar mereka lebih senang bermain game maka tugas orang tua
pengertian kepada siswa akan akibat jika tidak belajar, karena ketika main
game siswa merasa keasyikan, siswa menemukan hal baru, tantangan baru
kali tidak disertai dengan adanya sosialisasi, maka hal tersebut akan memicu
munculnya tindak kekerasan oleh guru terhadap siswa. Hal ini bisa
hukuman fisik adalah aplikasi rasa sakit fisik yang disengaja sebagai metode
gerakan fisik yang berlebihan, drill, melarang membuang air kencing, dan
3. Lingkungan Sekolah
yang dianggap sebagai pembentuk moral yang baik bagi siswa. Namun pada
kenyataannya saat ini banyak sekali ditemukan kasus di media massa yang
Kekerasan akan muncul ke permukaan jika ada pemicu, dan akan mereda
jika ditemukan solusi atasnya. Kekerasan dalam pendidikan juga dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dan tayangan media massa yang memang belakangan ini
pintas. Tindak kekerasan yang dilakukan guru terhadap siswanya bukan hanya
sebatas membawa dampak buruk bagi siswa sebagai korbannya, namun hal ini
juga memunculkan respon dan dampak berbagai pihak, yaitu antara lain dari pihak
Dampak yang nyata ditimbulkan dari tindak kekerasan yang dilakukan guru
yang baik, namun sebaliknya malah menjadi tempat yang tidak aman bagi siswa-
8
Roestiyah NK, Op.Cit., h. 94
siswa mereka, karena tindak kekerasan terjadi di dalamnya dan dilakukan oleh
Selain faktor yang telah dipaparkan diatas, kekerasan yang terjadi di sekolah
1. Faktor Internal
a. Diri Anak
anak itu sendiri. Sikap anak tidak bisa lepas dari dimensi psikologis dan
menindas pihak lain yang lebih lemah supaya dirinya merasa hebat. Anak
terjadinya kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang
dialami orang tua tersebut, orang tua atau keluarga belum memiliki
riwayat orang tua dengan kekerasan pada masa kecil juga memungkinkan
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan
lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang
dengan teman yang terlibat atau bergabung dengan anak-anak yang nakal
b. Media Massa
pola berpikir muncul premis bahwa jika ingin kuat dan ditakuti, pakai
jalan kekerasan.
c. Sistem Pengajaran
keliru pada guru bahwa kekerasan baik fisik, verbal maupun psikis dapat
seringkali terjadi penganiayaan oleh oknum guru terhadap anak didiknya. Hal ini
perlu perhatian serius dari pihak penegak hukum serta pihak pemerintah untuk
hukum dan rasa nyaman kepada seorang murid saat menempuh pendidikan di
sekolah. Karena selama ini masih banyak terjadi tindak kekerasan dilingkungan
sekolah maka perlu metode baru bagi tenagapendidik untuk meminimalisir hal-hal
dengan dalih penertiban siswa atas aturan yang berlaku di sekolah. Setiap sekolah
pasti memiliki tata tertib yang berlaku bagi seluruh siswa. Namun dalam
mengingat kondisi mental siswa yang masih labil. Seringnya siswa sebagai siswa
menjadi korban kekerasan di dalam sekolah, baik itu dilakukan oleh teman
ataupun oknum guru tentu saja dapat menganggu perkembangan mental siswa.
Adanya rasa tertekan yang dialami oleh siswa akan membawa dampak negatif
bagi siswa itu sendiri, khususnya dalam pergaulannya di sekolah ataupun segala
Menurut analisis penulis dari kasus kekerasan yang terjadi maka akan
berdampak pada rasa malu siswa terhadap tindakan guru yang memberikan
dampak lanjutan berupa hilangnya motivasi siswa untuk masuk sekolah. Hal ini
tidak hanya berdampak pada hilangnya motivasi siswa dalam belajar di sekolah,
peran guru yang seharusnya menjadi contoh baik bagi siswa, namun tindakan guru
yang melakukan kekerasan fisik dan psikis akan menjadi contoh buruk bagi siswa
usia sekolah yang seperti masih membutuhkan bimbingan dalam bersikap dan
berperilaku.
Seharusnya sekolah yang idealnya menjadi tempat ramah bagi siswa didik,
secara edukatif tanpa harus menggunakan tindak kekerasan. Karena fungsi utama
proses pendidikan. Untuk itu, pemahaman yang cukup tentang pendidikan yang
kekerasan fisik, psikis, dan seksual dilakukan melalui upaya : penyebarluasan dan
ayat (1).”
Untuk melakukan perlindungan yang lebih menyuruh melakukan kepada
siswa sekolah yang dalam hal ini adalah siswa, telah diatur pula mengenai Komisi
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling
2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku
(1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut
orang tuanya.
perlindungan hak asasi dan korban, yaitu saksi dan korban berhak :
bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang
2) Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
dukungan keamanan;
4) Mendapat penerjemah;
5) Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
perlindungan berakhir.
hidup dan tumbuh kembang siswa secara hajar, baik fisik, mental, maupun
sosialnya. Perlindungan yang dibutuhkan seorang siswa tidak hanya terbatas pada
sangat penting mengingat bahwa saat ini banyak terjadi kasus kekerasan terhadap
penelitian ini tidak hanya mengarah pada penyampaian materi oleh guru kepada
siswa. Namun juga memiliki sistem tata tertib yang berlaku di dalamnya, yang
ditujukan bagi struktur utamanya yaitu guru dan siswa. Tata tertib yang dibuat
setiap sekolah dasar bertujuan untuk membentuk kedisiplinan, tidak hanya bagi
Namun tata tertib yang dibuat di sekolah juga harus disesuaikan dengan
kondisi siswa dan guru, agar setiap peraturan yang dibuat dalam sekolah dasar
tidak memberatkan salah satu pihak, sehingga tidak menghambat proses belajar
dan sistem maka hal ini akan dapat memicu adanya tindak kekerasan.
dengan pihak keluarga siswa. Sampai saat ini sekolah masih menganggap bahwa
kasus kekerasan yang melibatkan guru sebagai pelaku serta siswa yang menjadi
korban dianggap hal yang wajar, dan bukan merupakan bentuk kekerasan yang
dengan dengan cara diskusi kelas antara guru dengan siswa atas permasalahan
yang dihadapi ketika proses belajar mengajar. Guru juga membuka peluang bagi
siswa untuk berdiskusi dengan siswa di luar jam pelajaran, tujuannya adalah agar
permasalahn terhadap guru, karena diskusi di luar jam pelajaran hanya melibatkan
guru dengan siswa secara pribadi dan tidak melibatkan semua siswa di kelas.
Upaya lain yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi kekerasan
siswa tentang tata tertib yang berlaku di sekolah, tujuannya untuk memperkecil
kemungkinan siswa melanggar tata tertib dan peraturan baik di dalam maupun di
luar kelas. Hal ini dilakukan pihak sekolah untuk mencegah terjadinya tindak
mengingat bahwa seorang siswa masih belum dapat melindungi dirinya secara
maksimal seperti apa yang dapat dilakukan orang dewasa pada umumnya. Upaya
tidak mudah, mengingat bahwa saat ini banyak terjadi ketimpangan antara kondisi
internal yang menyangkut sistem dan kebijakan dalam lembaga pendidikan yang
tidak sesuai dengan kondisi guru sebagai bagian dari struktur dari sebuah lembaga
atau Negara yang mengakibatkan penderitaan fisik, mental maupun sosial bagi
yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak, rasa sakit atau luka.10Sedangkan
“mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah
misalnya memukul dengan tangan, atau senjata, menyepak, menendang dan lain-
yang dilakukan oleh oknum pendidik (guru) merupakan hal yang melewati batas
telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Tindakan yang
10
Syamsir Alam Nasution, 2012,Guru Versus Perlindungan Anak, artikel dalam
Mingguan Pilar Indonesia, Medan, h. 7
11
R. Soesilo, 2014, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, h. 98
50
51
dilakukan oleh guru terhadap siswa yang merupakan anak dibawah umur dapat
perilaku orang lain baik itu guru, sesama siswa, maupun pihak lain yang berada di
lingkup sekolah. Ketidaknyamanan secara fisik terjadi akibat kekerasan fisik baik
dengan menggunakan senjata maupun dengan tangan kosong, yang sering terjadi
sekolah yang sering terjadi yakni menghujat, berkata kasar, membentak dan
sebagainya.
Adapun sanksi yang dapat menjerat guru sebgai pelaku kekerasan fisik
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Perlindungan Anak
Pasal 80
Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat,
rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka
rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan
Pasal 81
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 82
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan
etika.”
peserta didik “Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi
rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang
Pasal 11
a. Teguran lisan;
pendidikan berupa:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
hubungan kerja.
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
pendidik/tenaga kependidikan.
pendidikan berupa:
masyarakat.
(5) Kementerian memberikan sanksi berupa:
yang berulang.
diperbolehkan. Kekerasan fisik, psikis, dan seksual yang dilakukan oleh guru
terhadap murid di sekolah dapat menimbulkan dampak yang buruk. Oleh karena
itu pemberian sanksi terhadap oknum guru yang melakukan kekerasan perlu
dilakukan sebagai bentuk efek jera bagi yang lain. Dengan tujuan agar pendidikan
guru di sekolah adalah solusi yang diberikan untuk mengatasi kekerasan guru
5. Bukan murid saja membutuhkan konseling, tapi juga guru. Sebab guru juga
sekolah. Setiap sekolah selalu memiliki sistem yang berlaku di dalamnya. Sistem
penelitian ini tidak hanya mengarah pada penyampaian materi oleh guru kepada
siswa. Namun juga memiliki sistem tata tertib yang berlaku di dalamnya, yang
ditujukan bagi struktur utamanya yaitu guru dan siswa. Tata tertib yang dibuat
setiap sekolah bertujuan untuk membentuk kedisiplinan, tidak hanya bagi siswa
Namun tata tertib yang dibuat di sekolah juga harus disesuaikan dengan
kondisi siswa dan guru, agar setiap peraturan yang dibuat dalam sekolah dasar
tidak memberatkan salah satu pihak, sehingga tidak menghambat proses belajar
dan sistem maka hal ini akan dapat memicu adanya tindak kekerasan.
dengan dengan cara diskusi kelas antara guru dengan siswa atas permasalahan
yang dihadapi ketika proses belajar mengajar. Guru juga membuka peluang bagi
siswa untuk berdiskusi dengan siswa di luar jam pelajaran, tujuannya adalah agar
Diskusi di luar jam pelajaran dimaksudkan agar siswa tidak malu mengungkapkan
permasalahn terhadap guru, karena diskusi di luar jam pelajaran hanya melibatkan
guru dengan siswa secara pribadi dan tidak melibatkan semua siswa di kelas.
Upaya lain yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi kekerasan
siswa tentang tata tertib yang berlaku di sekolah, tujuannya untuk memperkecil
kemungkinan siswa melanggar tata tertib dan peraturan baik di dalam maupun di
luar kelas. Hal ini dilakukan pihak sekolah untuk mencegah terjadinya tindak
kekerasan oleh guru terhadap siswa dengan dalih penertiban. Sosialisasi tersebut
dilakukan pihak sekolah ketika pemberian amanat kepala sekolah pada waktu
dilakukan oleh pihak sekolah di lokasi penelitian namun dari pihak keluarga siswa
juga berusaha agar siswa-siswa mereka tidak menjadi korban atas tindak
kekerasan yang dilakukan oleh gurunya di sekolah. Upaya yang dilakukan pihak
keluarga antara lain berusaha melakukan proses terhadap pihak sekolah. Hal
tentang perlakuan kurang baik yang telah diakukan oleh salah seorang oknum
mengajak siswa untuk berdiskusi ketika dalam proses belajar mengajar, serta
perlindungan terhadap siswa adalah hal yang sangat wajar mengingat bahwa
seorang siswa masih belum dapat melindungi dirinya secara maksimal seperti apa
mengingat bahwa saat ini banyak terjadi ketimpangan antara kondisi internal yang
menyangkut sistem dan kebijakan dalam lembaga pendidikan yang tidak sesuai
dengan kondisi guru sebagai bagian dari struktur dari sebuah lembaga pendidikan
sekolah secara yuridis merupakan salah satu bentuk perbuatan pidana. Kasus
adalah membina serta memberikan pelatihan terhadap para guru tentang cara
mengajar yang baik. Pelatihan yang dimaskud adalah penataran agar guru dapat
melaksanakan proses pengajaran dengan profesional agar maksud darn tujuan dari
pendidikan dapat tercapai dengan baik. Dengan adanya pelatihan terhadap para
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
60
61
perilaku orang lain baik itu guru, sesama siswa, maupun pihak lain yang
non fisik dalam lingkup sekolah. Adapun sanksi yang dapat menjerat
guru sebgai pelaku kekerasan fisik terhadap siswa ialah: Kitab Undang-
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Menteri
4.2 Saran
pendidikan. Selain itu pihak sekolah juga harus ikut mengawasi setiap
kegiatan para guru saat jam mengajar serta pihak sekolah memberikan
kepada peserta didik dilingkungan sekolah. Selain itu peran orang tua
anak.
DAFTAR BACAAN
BUKU:
Abdul Mujib, et al. Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, Jakarta.
Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, Juz I.
Ismail Sholihin, 2016, Pengantar Bisnis (Pengenalan Praktik dan Studi Kasus)
edisi Pertama, Kencana, Jakarta.
Nana Sudjana, 2016, Pedoman Praktis Mengajar, Dermaga Cet k IV, Bandung.
Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia,
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2016, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grop,
Jakarta.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta.
Zakiyah Darajat, 2012, Kepribadian Guru, Bulan Bintang Edisi VI, Jakarta.
PERATURAN PEUNDANG-UNDANGAN:
http://www.masibied.com/search/pengertianartikatapenafsiranmenurutpara
ahli#_ftn2,Di akses pada 15 April 2020, pukul 12:22 WIB