Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

“PROSES KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG MELIPUTI :


PENGKAJIAN, DIAGNOSE KEPERAWATAN, PERENCANAAN,
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI”

KELAS 3.2
KELOMPOK VI

1. NI MADE DYANA PUSPITANINGRUM (P07120018 043)


2. IDA AYU MADE MAS MELIYANA (P07120018 050)
3. NI PUTU DINA JULIANTARI (P07120018 054)
4. NI KADEK RATIH NEONI (P07120018 062)
5. PANDE PUTU ANGGI JULIANI OKA (P07120018 063)
6. NI MADE ARISTAYANI PRATIWI (P07120018 067)
7. KOMANG SRIANA OKPIYANTI (P07120018 070)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan rahmat yang dilimpahkan-Nya
sehingga kami memperoleh kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“Proses keperawatan pada lansia yang meliputi : Pengkajian, Diagnose keperawatan,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
kurang sempurna, namun berkat rahmat dan izin dari Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, serta bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati serta melalui kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaannya pada makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat dengan harapan dapat menjadi acuan untuk
belajar-mengajar di perguruan tinggi dan semoga makalah ini dapat bermanfat.

Denpasar, 02 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengkajian Keperawatan...........................................................................3
2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................14
2.3 Perencanaan Keperawatan .......................................................................15
2.4 Implementasi Keperawatan .....................................................................22
2.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................................24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................28
3.2 Saran.........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan
terhadap setiap orang. Selain itu, proses keperawatan juga diartikan sebagai suatu
metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-
masalah kesehatan dan membuat rencana asuhan keperawatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat
berhubungan dengan klien, orang terdekat, dan masyarakat.
Proses keperawatan menurut Potter dan Perry (1997) adalah suatu pendekatan
dalam pemecahan masalah, sehingga perawat dapat merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi : pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, penngawasan, perlindungan
dan pertolongan kepada usia lanjut secara individu, seperti di rumah/lingkungan
keluarga, panti werda maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk
asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau
petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya
atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dan bagaimana pengkajian pada lansia?
2. Apa saja diagnose keperawatan yang dapat ditegakkan pada lansia?
3. Bagaimana perencanaan keperawatan pada lansia tersebut?
4. Implementasi keperawatan apa saja yang dapat dilakukan pada lansia?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada lansia?

iii
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengkajian pada lansia
2. Untuk mengetahui diagnose keperawatan yang ditegakkan pada lansia
3. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan pada lansia
4. Untuk mengetahui implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada
lansia
5. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi keperawatan pada lansia

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diperoleh manfaat apa saja yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagi dosen : untuk bahan ajar kepada mahasiswa
2. Bagi mahasiswa : mahasiswa mampu mengetahui cara mengkaji lansia
dengan baik dan benar serta mampu menetukan diagnose pada lansia
hingga dapat menegakkan intervensi yang sesuai

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang


bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995). Adapun hal-hal yang perlu di kaji pada
pasien lansia adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian data klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, alamat, suku, agama, pekerjaan,
2. Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit atau masalah
kesehatan saat ini, riwayat penyakit atau kesehatan yang lalu.
3. Pengkajian fisik yang meliputi:
a. Pengkajian kebutuhan dasar
Pengkajian kebutuhan dasar yaitu meliputi empat belas
kebutuhan dasar seperti bernapas dengan normal, tercukupi
kebutuhan makan, mengurangi zat sisa yang tidak berguna,
bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman, tidur
dan istirahat, memilih pakaian pantas, mempertahankan suhu
tubuh dalam kondisi normal, menjaga kebersihan tubuh dan
memelihara kesehatan, menghindari bahaya dilingkungannya
dan menghindari cedera yang lain, komunikasi dengan orang
lain, beribadah menurut kepercayaan orang, bekerja
sedemikian rupa sehingga ada rasa pemenuhan kebutuhan,
belajar, dan rekreasi.

b. Kemandirian melakukan aktifitas

v
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan
sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi
pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan.
Kemandirian melakukan aktivitas menggunakan 10 indkator
yaitu :
 No Item Yang Dinilai Skor

1 Makan (feeding)
Tidak mampu = 0

Butuh bantuan memotong, dll = 1


Mandiri = 2
2 Mandi (Bathing) Tergantung orang lain = 0

Mandiri =1
3 Perawatan Diri Membutuhkan bantuan orang lain = 0
(Grooming) Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi dan bercukur = 1

4 Berpakaian Tergantung orang lain = 0


(Dressing) Sebagian dibantu misalnya mengancing
baju = 1
Mandiri = 2

5 Buang Air Kecil Inkotinensia, pakai kateter = 0


(Bowel) Kadang kontinensia (maksimal 1x sehari) = 1
Kontinensia = 2

vi
6 Buang Air Besar Inkotinensia, pakai kateter = 0

Kadang kontinensia (sekali seminggu)


=1
Kontinensia = 2

7 Penggunaan Toilet Tergantung bantuan orang lain = 0

Membutuhkan bantuan tetapi dapat melakukan


beberapa hal sendiri = 1
Mandiri = 2

8 Transfer Tidak Mampu = 0


Butuh bantuan untuk bisa duduk (2orang) = 1
Bantuan kecil (1 orang) = 2 Mandiri = 3
9 Mobilitas Immobile (tidak mampu) = 0 Menggunakan kursi
roda = 1

Berjalan dengan bantuan 1 orang = 2


Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti
tongkat) = 3
10 Naik Turun Tangga Tidak mampu = 0

Membutuhkan bantuan = 1

Mandiri = 2

Keterangan :

 Skor 20 = Mandiri

 Skor 12-19 = Ketergantungan ringan

 Skor 9-11 = Ketergantungan sedang

 Skor 0-8 = Ketergantungan Berat

c. Pengkajian Keseimbangan

vii
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini
dan beri tanda 1 jika klien menunjukan kondisi di bawah ini:

1) Perubahan posisi atau gerak keseimbangan

 Bangun dari kursi

 Duduk ke kursi

 Menahan dorongan pada sternum

 Mata tertutup

 Perputaran leher

 Gerakan menggapai sesuatu

 Membungkuk

2) Komponen gaya berjalan atau gerakan

 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan

 Ketinggian langkah kaki

 Kontinuitas langkah kaki

 Kesimetrisan langkah kaki

 Penyimpangan jalur pada saat berjalan

 Berbalik

Intervensi hasil :

0-5 : Resiko jatuh sedang

6-10 : Resiko jatuh sedang

viii
11-15 : Resiko jatuh tinggi

d. Pengkajian Head to Toe

Pengkajian ini merupakan pengkajian per sistem yang mana


meliputi :
1) Teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah seperti
postur tulang lansia (tegap, kifosis, lordosis, skoliosis).
2) Tanda-tanda vital meliputi suhu, tekanan darah,
nadi, respirasi,  berat badan, tinggi badan. Status
gizi meliputi tinggi badan dan berat badan, apakah
klien malnutrisi protein-kalori, keadaan gizi yang dapat
dilihat dari mukosa mulut, rahang dan bibir,
kemampuan mengunyah dan menelan, kondisi kulit,
auskultasi bising usus, palpasi perut apakah perut
kembung, keluhan anorexia, kerusakan membau dan
mengecap, waktu makan, diet sehari-hari, intake
cairan, kaji kebiasaan merokok dan minum alcohol

4. Pengkajian Status Mental

ix
a. SPSMQ (Short Portable Mental Status Questioner) merupakan

pengkajian untuk mengetahui tingkat gangguan intelektual


lansia.

No Pertanyaan Jawaban

Benar Salah
Tanggal berapa hari ini?
1
Hari apa sekarang?
2
Apakah nama tempat
3
ini?
Dimana alamat anda?
4
Berapa umur anda?
5
Kapan anda lahir?
6
Siapakah nama presiden
7
sekarang?
Siapakah nama presiden
8
sebelumnya?
Siapakah nama
9
Ibu/Bapak anda?
2+3=….?
10

Keterangan :

Jumlah kesalahan :

0 – 2 kesalahan : Baik

2 – 4 kesalahan : Gangguan ringan

5 – 7 kesalahan : Gangguan sedang

7 – 10 kesalahan : Gangguan berat

x
b. Mini Mental State Examination digunakan untuk menilai
status kognitif pasien

No Tes Nilai Nilai


Maksimal
Orientasi
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), 5
(tanggal) hari apa?

Kita berada dimana ? (negara), (provinsi),


2 5
(kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

Registrasi

Sebutkan 3 buah nama benda (jeruk,


uang, mawar), 3

3 tiap benda 1 detik, pasien disuruh 3


mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai
1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai pasien dapat
menyebutkan dengan benar dan catat
jumlah pengulangan
4 5
Atensi dan Kalkulasi

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 umtuk


setiap jawaban 5

yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.


Atau disuruh mengeja terbalik kata
“WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw

xi
= 2 nilai)
Mengingat Kembali (Recall)

5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 3

nama benda diatas diatas

Bahasa
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang 2
ditunjukkan (pensil,arloji)

Pasien diminta mengulang rangkaian kata


7 1
:”tanpa kalau dan atau tetapi”
Pasien diminta melakukan perintah
8 “Ambil kertas ini dengan tangan kanan, 3

lipatlah menjadi dua dan


“Letakkan di lantai”
9 Pasien diminta membaca dan melakukan 1
perintah

10 “Angkatlah tangan kiri anda” 1

Pasien diminta menulis sebuah kalimat


(spontan)
11 Pasien diminta meniru gambar di bawah 1
ini

Interpretasi hasil: 30 = Aspek kognitif dari fungsi mental baik


Keterangan:
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
17 :terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

c. Pengkajian Psikologi

xii
Skala deperesi geriatric Yessavage dalam bentuk singkat yaitu
sebagai berikut :
1) Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan
anda? (Ya/Tidak)
2) Sudahkan anda mengeluarkan aktifitas dan minat anda?
(Ya/Tidak)
3) Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong?
(Ya/tidak)
4) Apakah anda sering bosan? (Ya/tidak)
5) Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap
waktu? (Ya/tidak)
6) Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda?
(Ya/tidak)
7) Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu? (Ya/tidak)
8) Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam
hari, daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru ?
(Ya/tidak)
9) Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih
banyak masalah dengan ingatan anda daripada yang
lainnya? (Ya/tidak)
10) Apakah anda berpikir sangat menyenangkan hidup
sekarang ini? (Ya/tidak)
11) Apakah anda merasa “saya sangat tidak berguna
dengan keadaan anda sekarang?”(Ya/tidak)
12) Apakah ada merasa penu berenergi? (Ya/tidak)
13) Apakah anda berpikir situasi anda tidak ada harapan?
(Ya/tidak)
14) Apakah anda berpikir bahwa banyak orang lebih baik
daripada anda? (Ya/tidak)

xiii
Keterangan :

Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1.


Nilai 5 atau lebih menandakan klien depresi.

d. Pengkajian Status Sosial

No Fungsi Apgar Keluarga Skor


Saya puas bahwa saya dapat tinggal
kembali pada keluarga saya untuk
1 Adaptasi 1
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya membicarakan
2 Hubungan 2
saya sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.

Saya puas bahwa keluarga (teman-


teman) saya menerima dan
3 Pertumbuhan 2
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru.

Saya puas dengan cara keluarga


(teman- teman) saya mengekspresikan
4 Afeksi afek dan berespon terhadap emosi- 1
emosi saya seperti mara, sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara keluarga
5 Pemecahan (teman- teman) saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama-sama

Keterangan :

xiv
Skor 8-10 : fungsi sosial normal

Skor 5-7 : fungsi sosial cukup

Skor 4-0 : fungsi sosial kurang/ suka menyendiri

5. Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan

Hal-hal yang perlu dikaji dalam perilaku terhadap kesehatan


yaitu seperti kebiasaan merokok atau penggunaan tembakau,
kebiasaan ngopi, pengetahuan alkohol atau napza, penggunaan obat-
obatan tanpa resep.

6. Pengkajian Lingkungan
Hal-hal yang perlu dikaji seperti pemukiman, sanitasi, faktor
resiko seperti polusi udara, suara, dll

7. Pemanfaatan Layanan Kesehatan


Hal-hal yang perlu dikaji seperti kunjungan ke posyandu,
kunjungan ke puskesmas atau rumah sakit, pembiayaan kesehatan
atau asuransi kesehatan.

8. Tingkat Pengetahuan atau sikap


Pengetahuan tentang kesehatan atau perawatan, sikap tentang
kesehatan atau perawat

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Fisik Atau Biologis

a. Gangguan nutrisi : kurang/ berlebihan dari kebutuhan tubuh

xv
sampai dengan pemasukan yang tidak adekuat
b. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sampai
dengan hambaan penerimaan dan pengiriman rangsangan
c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat
perawatan diri
d. Potensial cidera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh

e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri

f. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan


jalan napas atau adanya secret pada jalan nafas
g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi

2. Psikososial
a. Cemas Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga
b. Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak
mampu
c. Depresi sampai dengan isolasi social
d. Harga diri rendah sampai perasaan ditolak
e. Koping tidak adekuat sampai dengan ketidakmampuan
mengemukaan perasaan secara tepat
f. Cemas dengan sumber keuangan yang terbatas

3. Spiritual

a. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan


ditinggal pasangan

b. Penolakan terhadap proses penuaaan sampai dengan


ketidaksiapan menghadapi kematian
c. Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang alami

xvi
d. Perasaan tidak senang sampai dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat

2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi Keperawatan Gerontik merupakan langkah ketiga dalam proses
keperawatan. Perawat memerlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan
diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan
kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan
lainnya. Pengetahuan dan keterampilan lain yang harus dimiliki perawat adalah
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan mengambil keputusan,
kemampuan menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan
yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis intruksi keperawatan serta
kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan perangkat kesehatan lain.

1. Pengertian Intervensi Keperawatan Gerontik


Intervensi keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia.
2. Prioritas Masalah Keperawatan
Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan
setelah tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis
keperawatan, maka perawat dapat mengetahui diagnosis mana yang akan
dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan. Terdapat
beberapa pendapat untuk menentukan urutan prioritas, yaitu:
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa).
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam
jiwa) yang dilatarbelakangi oleh prinsip pertolongan pertama, dengan
membagi beberapa prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang
dan prioritas rendah.

xvii
1) Prioritas tinggi
Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam
kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan
terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan napas (jalan
napas yang tidak efektif).
2) Prioritas sedang
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan
tidak mengancam hidup klien seperti masalah higiene
perseorangan.
3) Prioritas rendah
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan
langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara
spesifik, seperti masalah keuangan atau lainnya.

b. Berdasarkan Kebutuhan Maslow


Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan
berdasarkan kebutuhan, diantaranya kebutuhan fisiologis
keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan
aktualisasi diri. Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan,
Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan kebutuhan dasar
manusia, diantaranya:
1) Kebutuhan fisiologis
Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri,
cairan, perawatan kulit, mobilitas, dan eliminasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal,
perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
3) Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam
kelompok antar manusia.

xviii
4) Kebutuhan harga diri
Meliputi masalah respect dari keluarga, perasaaan menghargi
diri sendiri.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.

3. Penentuan Tujuan Dan Hasil Yang Di Harapkan


Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah
diagnosis keperawatan dengan kata lain tujuan merupakan sinonim kriteria
hasil (hasil yang diharapkan) yang mempunyai komponen sebagai berikut:
S (subyek) P (predikat) K (kriteria) K (kondisi) W (waktu), dengan
penjabaran sebagai berikut:
S : Perilaku lansia yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi lansia.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya
tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standard evaluasi yang
merupakan gambaran faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa
tujuan telah tercapai. Kriteria hasil ini digunakan dalam membuat
pertimbangan dengan ciri-ciri:
a. Setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah
ditetapkan, hasil yang ditetapkan sebelumnya memungkinkan
dicapai.
b. Setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, harus
sekongkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran.
c. Kriteria cukup besar atau dapat diukur, hasilnya dapat dilihat,
didengar dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan
menggunakan kata negatif.

xix
Contoh: gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada lansia teratasi
dengan kriteria hasil berat badan seimbang, porsi makan habis; setelah
dilaksanakan asuhan keperawatan selama 7 hari.

4. Rencana Tindakan
Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya adalah menyusun
rencana tindakan. Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa
masalah keperawatan yang lazim terjadi pada lansia.
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah penurunan alat
penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, gigi
tidak lengkap, rasa penuh pada perut dan susah buang air besar, otot-
otot lambung dan usus melemah.
Rencana makanan untuk lansia:
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
3) Berikan makanan yang mengandung serat
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
5) Batasi minum kopi dan teh

b. Gangguan keamanan dan keselamatan lansia


Penyebab kecelakaan pada lansia:
1) Fleksibilitas kaki yang berkurang
2) Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun
3) Pencahayaan yang berkurang
4) Lantai licin dan tidak rata
5) Tangga tidak ada pengaman
6) Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak

Tindakan mencegah kecelakaan:

xx
1) Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
4) Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien
untuk menggunakan alat bantu berjalan
5) Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang/deuretik
6) Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau
melakukan sesuatu
7) Usahakan ada yang menemani jika berpergian
8) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau
9) Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya
10) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
11) Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia
menempatkan alat-alat yang biasa digunakannya
12) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah
13) Pasang pegangan dikamar mandi/WC
14) Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya gunakan
lampu 70-100 watt.
15) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk
memejamkan mata sesaat
c. Gangguan kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah:
1) Penurunan daya ingat
2) Kurangnya motivasi
3) Kelemahan dan ketidak mampuan fisik

Rencana tindakan untuk kebersihan diri, antara lain:


1) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri

xxi
2) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan skin lotion
3) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata
4) Membantu lansia untuk menggunting kuku

d. Gangguan istirahat tidur


Rencana tindakannya, antara lain:
1) Sediakan tempat tidur yang nyaman
2) Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari
3) Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-
bauan
4) Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar
sirkulasi darah dan melenturkan otot (dapat disesuaikan
dengan hobi)
5) Berikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.

e. Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi


Rencana tindakan yang dilakukan antara lain:
1) Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2) Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3) Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia
4) Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau
perawat tanggap terhadap respon verbal lansia
5) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
6) Menghargai pendapat lansia.

f. Masalah mekanisme pertahanan diri (Koping)


Rencana tindakan yang dilakukan:
1) Dorong aktifitas sosial dan komunitas

xxii
2) Dorong lansia untuk mengembangkan hubungan
3) Dorong lansia berhubungan dengan seseorang yang memiliki
tujuan dan ketertarikan yang sama
4) Dukung lansia untuk menggunakan mekanisme pertahanan
yang sesuai
5) Kenalkan lansia kepada seseorang yang mempunyai latar
belakang pengalaman yang sama

g. Masalah cemas
Rencana tindakan yang dilakukan:
1) Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat
terjadinya cemas
2) Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan
mengurangi ketakutan
3) Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat
cemas
4) Latih klien untuk teknik relaksasi

2.4. Implementasi / Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan merupakan langkah
keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan), strategi ini terdapat dalam rencana tindakan
keperawatan (Kholifah, 2016).

Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan


yang telah dibuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang memelihara
kemampuan fungsional lansia , mencegah komplikasi, serta meningkatkan

xxiii
kemampuan lansia. Dalam memberikan pelayanan pada lansia perawat juga
harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
pelindungan pada lansia, Teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat
perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi lansia agar mampu mandiri dan produktif dengan
berbagai kegiatan.

 Adapun tindakan keperawatan yang bias dilakukan pada lansia yaitu :


1. Membunuh dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil
nama klien
2. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah,
hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan di kamar mandi, dapur, dan
ruangan lain sepanjang waktu.
3. Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak
besar dan dengan warna yang dapat dilihat
4. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto,
serta banyaknya jumlah kunjungan
5. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit ,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung untuk melakukan aktivitas,
serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi
6. Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernepasan dengan
latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan penglihatan ,
kejang otot, dan hipotensi
7. Memberikan perawatan pada organ pencernaan beri makan porsi kecil tapi
yang disukai, makanan yang cukup cairan , sayur dan buah, berikan
makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu makan.

xxiv
8. Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasi klien untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urin pada saat akan tidur. Untuk seksualitasnya, sediakan
waktu untuk konsultasi
9. Memberikan perawatan kulit. Ketika mandi gunakan sabun yang
mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku
tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab
(lotion) untuk kulit
10. Memberikan perawatan musculoskeletal: bergerak dengan keterbatasan,
ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan
aktif/pasif, serta anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri
11. Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk
sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi
pembicaraa, sentuh pada tangan untuk memelihara rasa percaya, berikan
penghargaan, serta bersikap empati.
12. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman)
tetap di pasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak
berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan
penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan

2.5 Evaluasi Keperawatan


1. Definisi Evaluasi Keperawatan Gerontik
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk

xxv
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana,
dan pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan lansia. Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat,
antara lain:
a. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan
klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Kegiatan eväluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan
klien, membandingkan respons klen dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian
tujuan keperawatan klien.
c. Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau
dalam catatan kemajuan.
d. Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat
akan mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam lembar
evaluasi atau dalam catatan kemajuan pada saat ditentukan untuk
melakukan evaluasi:
1) Lanjutkan: diagnosis masih berlaku, tujuan dan kriteria
standar mash relevan.
2) Direvist: diagnosis masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan
keperawatan memerlukan perbaikan.
3) Teratasi: tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana
perawatan tidak dilanjutkan.
4) Dipakai lagi: diagnosis yang telah teratasi terjadi lagi Evaluasi
juga dapat disusun dengan menggunakan Format SOAPIE
atau SOAPIER. Format ini digunakan apabila implementasi
keperawatan dan evaluasi didokumentasikan dalam satu
catatan yang disebut Catatan Kemajuan.

xxvi
S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh klien secara
subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan.
A: adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan keperawatan dan kriteria hasil terkait
dengan diagnosis.
P: adalah perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisis respons klien,
I: adalah implementasi dari perencanaan dengan mencatat
waktu tindakan dan kegiatan tindakan keperawatan.
E: adalah evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dengan mencatat waktu dan hasil kemajuan yang
telah dicapai klien.
R: adalah revisi dari rencana keperawatan yang akan
diubah.

2. Manfaat Evaluasi Dalam Keperawatan

a. Menentukan perkembangan kesehatan klien,

b. Menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan


yang diberikan,

c. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan,

d. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru


dalam proses keperawatan,

xxvii
e. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
keperawatan.

Jenis Evaluasi menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam
Craven & Hirnle, 2003), terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak angsung mempengaruhi dalam
pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio
perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.

b. Evaluasi proses

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan


apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa
cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi
perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang
didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

c. Evaluasi hasil

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons


perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan
akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi
formatif dilakukan sesaat setelah perawat melakukan tindakan pada
lansia. Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil asuhan keperawatan yang
diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku lansia setelah semua
tindakan keperawatan dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Hasil evaluasi yang

xxviii
menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi, adalah dengan cara membandingkan antara SOAP
(Subjektive-ObjektiveAssesment-Planning) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang


bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995).

xxix
Diagnosa Keperawatan meliputi: fisik atau biologis, psikososial, dan
spiritual. Intervensi Keperawatan Gerontik merupakan langkah ketiga dalam
proses keperawatan. Perawat memerlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien,
nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga
kesehatan lainnya.

Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan merupakan langkah
keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan), strategi ini terdapat dalam rencana tindakan
keperawatan (Kholifah, 2016).

Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan


rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan

3.2 Saran

Dari makalah diatas semoga bermanfaat bagi penulis ataupun pembaca


khususnya dalam mata kuliah Keperawatan Gerontik. Semoga pembaca dapat
mengambil sisi positif dan hal-hal penting dalam memahami tentang isi makalah
ini. Dari makalah ini pula penulis mengalami banyak kendala, maka banyak
kesalahan yang dibuat oleh penulis, oleh karena itu penulis membutuhkan saran
dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

xxx
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1993. Buku Standar Keperawatan. Jakarta: PPNI

Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf (diakses
pada tanggal 2 Agustus 2020)

xxxi
Sunaryo, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik.
https://books.google.co.id/books?
id=58gFDgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=keperawatan+gerontik&hl=id
&sa=X&ved=0ahUKEwiqjYXUmvzqAhVTbysKHbjZBWYQ6wEIKjAA#v=
onepage&q=keperawatan%20gerontik&f=false (diakses tanggal 2 Agustus
2020)

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

xxxii

Anda mungkin juga menyukai