Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SITI
AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

DISUSUN OLEH :

ADE SULISA NINA


NPM 1926040014.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim


Penguji Proposal Skripsi Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti Bengkulu

OLEH :

ADE SULISA NINA


NPM. 1926040014.P

Bengkulu, 2020
Pembimbing I Pembimbing II

Mika Oktarina, SST, M.Kes Ruri Maiseptya Sari, SST, M.Kes

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Mika Oktarina, SST, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas nikmat ilmu dan limpahan Rahmat

serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal

Skripsi ini yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Asfiksia Neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.”

Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs.H.S.Effendi, MS selaku Ketua STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

2. Mika Oktarina, SST, M.Kes, selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan STIKES

Tri Mandiri Sakti Bengkulu dan sekaligus sebagai pebimbing I yang telah

penuh keikhlasan dan kesabaran di sela – sela kesibukan beliau yang padat

telah memberikan bimbingan, bantuan dan petunjuk sehingga dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini.

3. Ruri Maiseptya Sari, SST, M.Kes, selaku dosen pebimbing II yang telah

memberikan segenap tenaga, waktu, pikiran berupa bimbingan dan

masukan hingga selesainya proposal skripsi ini.

4. RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau, yang sudah mengizinkan untuk

penulis melakukan penelitian.

5. Seluruh Dosen di STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

Semoga bantuan, petunjuk, bimbingan dan dukungan serta amal kebaikan

yang telah diberikan menjadi amal ibadah, dan mendapatkan balasan yang berlipat

ii
ganda dari Allah SWT, Amin. Akhir kata penulis berharap semoga proposal

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Asfiksia ..................................................................................... 7
B. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia
neonatorum ................................................................................ 21
....................................................................................................
C. Kerangka Konsep ...................................................................... 28
....................................................................................................
D. Definisi Operasional ................................................................. 29
E. Hipotesis .................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan waktu penelitian .................................................... 32
B. Desain Penelitian ....................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel penelitian................................................. 32
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 33
E. Teknik Pengolahan, dan Analisa Data....................................... 33

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Skor Apgar..................................................................................... 12
Tabel 2. Definisi Operasional...................................................................... 29

v
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 1. Kerangka Konsep.......................................................................... 28

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Tabel Pengumpulan Data


Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan Proposal Skripsi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data WHO tahun 2019, secara global 2,5 juta anak meninggal

pada bulan pertama kehidupannya pada tahun 2018. Ada sekitar 7000

kematian bayi baru lahir setiap hari dengan sekitar sepertiga meninggal pada

hari kelahiran dan hampir tiga perempat meninggal dalam minggu pertama

kehidupan. Kematian neonatal menurun lebih lambat daripada kematian

diantara anak – anak berusia 1-59 bulan. Akibatnya, proporsi kematian

neonatal diantara semua kematian balita meningkat dari 40 (39,41) persen

pada 1990 menjadi 47 (45, 49) persen.

Anak-anak yang meninggal dalam 28 hari pertama kelahiran menderita

dari kondisi dan penyakit yang berhubungan dengan kurangnya perawatan

berkualitas saat lahir atau perawatan terampil dan perawatan segera setelah

lahir dan di hari-hari pertama kehidupan. Kelahiran premature, komplikasi

terkait intrapartum (asfiksia lahir atau kurang bernafas saat lahir), infeksi dan

cacat lahir menyebabkan sebagian besar kematian neonatal. (WHO, 2019)

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2017 angka kematian neonatal (AKN) 15 per 1.000 kelahiran hidup dan angka

kematian bayi (AKB) 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan angka

kematian balita (AKBA) 32 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tingkat kematian

tersebut 1 diantara 67 anak yang meninggal dalam bulan pertama

1
2

kehidupannya, 1 diantara 42 anak meninggal sebelum ulang tahun

pertamanya, dan 1 diantara 31 anak meninggal sebelum ulang tahhun

kelimanya.

Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal

pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL

yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir

rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorrum, infeksi lain

dan kelainan kongenital.(Ika, 2014)

Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/Kota yang difokuskan pada kegiatan

preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya

kemampuan organ pernafasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti

pengembangan paru. Bayi dengan riwayat gawat jani sebelum lahir, umumnya

akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya

dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang

mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. (Indrayani,

2016)
3

Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya asfiksia

pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu tali pusat bayi dan kondisi

bayi. Faktor ibu meliputi preeklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal,

partus lama, demam selama persalinan, infeksi berat, kehamilan postmatur dan

penyakit ibu. Faktor tali pusat meliputi lilitan tali pusat, tali pusat pendek,

simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat. Sedangkan faktor bayi meliputi bayi

premature, persalinan dengan tindakan, kelainan congenital dan air ketuban

bercampur mekonium (Indrayani, 2016).

Hasil penelitian oleh Elvina (2019), menyebutkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara paritas dan berat bayi lahir dengan kejadian

asfiksia neonatorum Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Estin dan

Nunik (2017), menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara usia gestasi

dengan kejadian asfiksia neonatorum. Begitu pula dengan penelitian yang di

lakukan oleh Rahayu (2015), menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara

ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun

2017 kasus kematian neonatal di tahun 2015 adalah 578 turun menjadi 556 di

tahun 2016, dan di tahun 2017 sebesar 540 kematian neonatal. Dari data

tersebut terlihat bahwa jumlah kasus kematian neonatal dari tahun ke tahun

mengalami penurunan.

Menurut data Profil Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau angka

kematian bayi pada tahun 2016 yaitu 6,10 per 1.000 kelahiran hidup, pada

tahun 2017 terjadi penurunan angka kematian bayi yaitu 4,1 per 1.000
4

kelahiran hidup. Pada tahun 2018 angka kematian bayi menunjuk kinerja

terbaik yaitu 0,5 per 1.000 kelahiran hidup.

RSUD Siti Aisyah merupakan salah satu rumah sakit yang dijadikan

rujukan untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh pusat-pusat

pelayanan kesehatan lain termasuk kasus faktor risiko terjadinya asfiksia

neonatorum. Hasil observasi awal di RSUD Siti Aisyah, peneliti memperoleh

data asfiksia neonatorum pada tahun 2017 sebanyak 97 kasus, pada tahun

2018 sebanyak 99 kasus dan pada tahun 2019 sebanyak 103 kasus. Dalam

penelitian ini akan difokuskan pada faktor bayi dan faktor persalinan karena

kedua faktor tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap kejadian

asfiksia neonatorum. Faktor bayi yang diteliti prematuritas. Sedangkan dari

faktor ibu yaitu ketuban pecah dini, partus lama, dan jenis persalinan (Dewi,

2010).

Berdasarkan dari uraian hal - hal diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah sebagai berikut “faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau?”.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian asfiksia neonatorum di

RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi prematuritas bayi di RSUD Siti

Aisyah Kota Lubuklinggau.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ketuban pecah dini di RSUD

Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi partus lama di RSUD Siti

Aisyah Kota Lubuklinggau.

e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi jenis persalinan di RSUD Siti

Aisyah Kota Lubuklinggau.

f. Untuk mengetahui hubungan antara prematuritas bayi dengan kejadian

asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

g. Untuk mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan

kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau.

h. Untuk mengetahui hubungan antara partus lama dengan kejadian

asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.


6

i. Untuk mengetahui hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian

asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Hasil penelitian ini berguna sebagai referensi atau sumber untuk

memperdalam pengetahuan dan informasi tentang faktor-faktor yang

dapat menyebabkan kejadian asfiksia neonatorum.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Lubuklinggau

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang terkait khususnya

tenaga kesehatan yang bertugas di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan

kejadian asfiksia neonatorum.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan bahan –

bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

faktor -faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asfiksia Neonatorum

1. Definisi

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera

bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Sarwono, 2007)

Menurut Manuaba (1998) dalam (Rukiah, 2019) Asfiksia

neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan

teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2

yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya

kemampuan organ pernafasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti

pengembangan paru. Bayi dengan riwayat gawat jani sebelum lahir,

umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat

hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,

atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah

persalinan. (Indrayani, 2016)

Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat

segera bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat

janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat

7
8

dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu

hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui kesejahteraan

bayi selama atau sesudah persalinan.

2. Patofisiologi Asfiksia

Oksigen merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan janin

baik sebelum maupun sesudah persalinan. Berikut ini adalah cara bayi

memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir, yaitu :

a. Sebelum Lahir

Seluruh oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme

difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu ke darah janin. Saat dalam

uterus, hanya sebagian kecil darah janin dialirkan ke paru-paru janin.

Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk

mengeluarkan karbondioksida. Oleh karena itu, aliran darah paru tudak

penting untuk mempertahankan oksigenisasi janin yang normal dan

keseimbangan asam basa. Paru janin berkembang didalam uterus, akan

tetapi alveoli di paru janin masih terisi oleh cairan, bukan udara.

Pembuluh arteri yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi

sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah

dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh

darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang

bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke

aorta.
9

b. Setelah Lahir

Bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta dan akan segera

bergantung ppada paru sebagai sumber utama oksigen, karena itu dalam

beberapa saat cairan paru harus diserap dari alveoli, setelah itu paru

harus terisi udara yang mengandung oksigen dan pembeluh darah di

paru harus berelaksasi untuk meningkatkan aliran ke alveoli. Pengisian

alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir kedalam

pembuluh darah di sekitar alveoli. Oksigen diserap untuk diedarkan ke

seluruh tubuh.

Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan

menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan

pertama dan tarikan nafas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan

nafasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama

relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam

pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru

menjadi kemerahan.

(Indrayani, 2016)

3. Etiologi

Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan atau

periode segera setelah lahir. Selama kehamilan, beberapa kondisi tertentu

dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteoplasenter sehingga

pasokan oksigen ke bayi menjadi kurang. Hipoksia bayi di dalam uterus


10

ditunjukkan dengan gawat janin yang berlanjut menjadi asfiksia pada

sesaat bayi baru lahir (Indrayani, 2016).

Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya

asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat bayi

dan kondisi bayi.

a. Faktor ibu

1) Preeklampsia dan eklampsia

2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

3) Partus lama atau partus macet

4) Demam selama persalinan

5) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

6) Kehamilan postmatur (setelah usia kemahilan 42 minggu)

7) Penyakit ibu

b. Faktor Tali Pusat

Faktor yang dapat menyebabkan penurunan sirkulasi utero-plasenter

yang dapat mengakibatkan menurunnya pasokan oksigen ke bayi

sehingga dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir.

1) Lilitan tali pusat

2) Tali pusat pendek

3) Simpul tali pusat

4) Prolapsus tali pusat.


11

c. Faktor bayi

Asfiksia dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda dan gejala gawat

janin. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor berikut ini :

1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

3) Kelainan kongenital

4) Air ketuban bercampur mekonium

(Indrayani, 2016)

Menurut Rukiyah (2019), Beberapa faktor yang dapat

menimbulkan gawat janin (asfiksia) yaitu :

a. Gangguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya

gangguan aliran pada tali pusat seperti: lilitan tali pusat, simpul tali

pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat

waktu, pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan

b. Faktor ibu, misalnya gangguan his: tetania uterihipertoni,

turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta

previa dan solusio plasenta; vaso kontriksi arterial : hipertensi pada

kehamilan dan gestosis preeklamsi-eklamsia; gangguan pertukaran

nutrisi/O2 : Solusio plasenta.


12

4. Tanda dan Gejala Asfiksia

Indrayani (2016) menyebutkan tanda-tanda dan gejala bayi

mengalami asfiksia pada bayi baru lahir meliputi :

a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

b. Warna kulit kebiruan

c. Kejang

d. Penurunan kesadaran

5. Penilaian Segera

Nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit

sesudah bayi lahir. Kelambatan tindakan akan membahayakan terutama

pada bayi yang mengalami depresi berat.

Tabel 1. Skor Apgar

Aspek Skor
pengamatan
0 1 2
bayi baru lahir
Appeareance/ Seluruh tubuh Warna kulit tubuh Warna kulit seluruh
warna kulit bayi berwarna normal, tetapi tangan tubuh normal
kebiruan dan kaki berwarna
kebiruan
Pulse/ nadi Denyut jantung Denyut jantung < 100 Denyut jantung > 100
tidak ada kali per menit kali per menit
Grimace / respons Tidak ada respons Wajah meringis saat Meringis, menarik,
reflex terhadap stimulasi distimulasi batuk atau bersin saat
stimulasi
Activity / tonus Lemah, tidak ada Lengan dan kaki Bergerak aktif dan
otot gerakan dalam posisi fleksi spontan
dengan sedikit
gerakan
Respiratory / Tidak bernafas, Menangis lemah, Menangis kuat,
pernapasa pernapasan lambat terdengar seperti pernapasan baik dan
dan tidak teratur merintih teratur
13

Hasil nilai APGAR skor dinailai setiap variabel diniali dengan angka

0, 1, dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan

bayi sebagai berikut :

a. Nilai 7 – 10 menunujukkan bahwa bayi dalam keadaan baik (vigorous

baby)

b. Nilai 4 – 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan

membutuhkan tindakan resusitasi

c. Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan

membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

6. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari

anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat

dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal

yang perlu mendapat perhatian yaitu :

a. Denyut jantung janin : Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160

denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan turn sampai dibawah

100 permneit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu

merupakan tanda bahaya.

b. Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada presentasi

kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin,

karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus

meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya mekonium dalam air


14

ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk

mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

c. Pemeriksaan PH darah janin : adanya asidosis menyebabkan turunnya

PH. Apabila PH itu turun sampai 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda

bahaya.

7. Penatalaksanaan

a. Tindakan Umum

Bersihkan jalan nafas : kepala bayi di letakkan lebih rendah agar

lender mudah mengallir, bila perllu digunakan laringoskop untuk

membantu penghisapan lender dari saluran nafas yang lebih dalam.

Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak

memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki

menekan tanda achiles, mempertahankan suhu tubuh.

b. Tindakan Khusus /

asuhan yang diberikan oleh bidan

Pada kasus asfiksia berat : berikan O2 dengan tekanan positif dan

intermiten melalui pipa endotrakeal. Dapat dilakukan dengan tiupan

udara yang telah diperkaya dengan O2. Bila pernafasan spontan tidak

timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan

pertengahan sternum 80 – 100 x / menit.

Asfiksia sedang / ringan : pasang relkie pernafasan (hisap lender,

rangsang nyeri) selama 30 – 60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan


15

kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ekstensi

maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup

mulut dan hidung seta gekakkan dagu ke atas-bawah secara teratur

20x/menit.

c. Langkah-langkah

resusitasi pada asfiksia neonatorum

Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan

menjawab 3 pertanyaan:

1) Apakah kehamilan cukup bulan? Apakah air ketuban bercampur

mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala?

2) Apakah bayi menangis, bernafas spontan atau teratur, bernafas

megap-megap atau tidak bernafas?

3) Apakah bayi lemas atau lunglai atau tonos otot lemah?

Putuskan apakah bayi memerlukan tindakan resusitasi. Penundaan

pertolongan dapat membahayakan keselamatan bayi. Apabila tali pusat

panjang, letakkan bayi diatas perut ibu dan bila pendek, letakkan

didekat vagina ibu. Bila air ketuban bercampur mekonium, segera

lakukan penghisapan lender. Keringkan bayi dengan seksama saat

kelahiran sambil melakukan rangsangan taktil.

Lakukan penilaian apakah bayi bernafas spontan :

1) Bila bayi bernafas spontan, lakukan perawatan rutin

a) Jaga kehangatan dengan kontak kulit ke kulit diatas perut ibu,

pakaikan topi dan selimutkan. Bila tali pusat pendek segera


16

jepit dan gunting. Tunda memandikan dan menimbang bayi

serta tetap jaga kehangatan bayi

b) Nilai pernafasan bayi. Dengarkan suara nafas dan amati

pengembangan dada

c) Potong tali pusat. Tunggu sedikitnya 1-3 menit, sebelum dijepit

dan dipotong

d) Anjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya

2) Bila bayi belum bernafas spontan, lanjutkan ke langkah berikutnya

a) Jelaskan tentang keadaan bayi dan prosedur resusitasi serta

minta persetujuan orang tua/keluarga. Jelaskan pula potensi

keberhasilan dari tindakan resusitasi dan rujukan serta

kemungkinan terburuk jika resusitasi dinyatakan gagal.

b) Minta keluarga mendampingi saat tindakan resusitasi

c) Lakukan resusitasi

Langkah – langkah resusitasi sebagai berikut ;

1) Cuci tangan yang menggunakan sarung tangan dalam larutan klorin

dan keringkan atau penolong dapat mengganti sarung tangan

dengan sarung tangan yang baru dan steril.

2) Lakukan langkah awal resusitasi dalam 30 detik

a) Jaga kehangatan

 Letakkan bayi diatas kain yang ada di perut ibu atau dekat

perineum
17

 Selimuti bayi dengan kain tersebut

 Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi

b) Posisi kepala bayi sedikit tengadah

 Baringkan bayi telentang dengan kepala didekat penolong

 Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi

c) Isap lendir

 Pertama, isap lender didalam mulut keudian baru hisap

lender di hidung

 Hisap lender sambil menarik keluar penghisap (bukan pada

saat memasukkan)

 Bila menggunakan penghisap lender DeLee, jangan

memasukkan ujung penghisap terlalu dalam (lebih dari 5cm

ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung)

karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat

atau henti nafas bayi.

d) Keringkan dan rangsangan taktil

 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat

memulai pernafasan bayi atau bernafas lebih baik.

 Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara ; menepuk

atau menyentil telapak kaki, menggosok punggung, perut,

dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.


18

3) Lakukan penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan

dan teratur

a) Bila bayi bernafas spontan, lakukan perawatan rutin

b) Bila bayi belum menangis, lanjutkan ke penatalaksanaan

selanjutnya

4) Jepit dan potong tali pusat. Segera pindahkan bayi ke tempat

resusitasi.

Ventilasi Tekanan Positif (VTP) pada Bayi

Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukan

sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk

membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.

1) Persiapan sebelum ventilasi, yaitu:

a) Ganti kain yang basah dengan kain kering yang sudah

disiapkan di atas meja resusitasi

b) Posisikan bayi sedikit tengadah dengan menggunakan

pengganjal untuk memposisikan bayi. Pastikan bayi dalam

posisi yang benar.

c) Pastikan kembali jalan nafas bayi bersih

d) Posisi penatalaksana VTP, petugas berdiri di sisi kepala bayi

e) Pilih sungkup yang sesuai dengan ukuran wajah bayi. Posisi

sungkup menutupi hidung, mulut dan tepi dagu.

Perhatikan hal-hal sebagai berikut ;


19

 Pasang sungkup dan perhatikan perlekatan sungkup

 Ibu jari, telunjuk dan jari tengah melingkari sebagian besar

sungkup sedangkan jari manis dan kelingking mengangkat

dagu ke depan/menarik lembut mandibula kea rah sungkup

untuk mempertahankan jalan nafas terbuka

 Jangan menekan paksa sungkup pada wajah. Tekanan

terlalu besar dapat membuat wajah memar.

 Jangan sampai jari-jari anda mengenai mata bayi.

2) Ventilasi percobaan (2 kali) dengan tekanan 30 cm air, sambil

mengamati gerakan dada bayi

a) Bila dada tidak mengembang

 Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar

 Periksa ulang apakah jalan nafas tersumbat cairan atau

lender, bila ada hisap kembali

 Pastikan tidak terjadi kebocoran alat

 Periksa pemasangan dan perlekatan sungkup

b) Bila dada bayi mengembang, lakukan tahap berikutnya

3) Berikan ventilasi definitif

a) Berikan ventilasi dengan tekanan 20 cm air

b) Kecepatan ventilasi 40 kali dalam 1 menit

4) Lakukan penilaian

a) Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi secara

bertahap
20

 Lihat apakah ada retraksi dinding dada bawah

 Hitung frekuensi pernafasan, jika >40 kali per menit dan

tidak ada retraksi berat

 Jangan ventilasi lagi

 Berikan oksigen aliran bebas 5-10L/menit

 Asuhan BBL rutin

 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan

dalam 2 jam pertama

 Jelaskan pada keluarga bahwa bayinya kemungkinan besar

akan membaik

 Jangan tinggalkan bayi sendiri

b) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, panggil bantuan

dan lanjutkan VTP

5) Lakukan ventilasi lanjutan (40 kali dalam 1 menit)

6) Evaluasi kembali setelah 1 menit

a) Bila bayi sudah mulai bernafas normal

 Hentikan ventilasi secara bertahap

 Berikan oksigen aliran bebas 5-10L/menit

 Pantau bayi dan berikan asuhan pasca resusitasi

b) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi

lanjutan kemudian nilai bayi kembali setelah 1 menit

7) Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas spontan setelah 2 menit

diventilasi
21

a) Minta keluarga membantu persiapan rujukan

b) Teruskan resusitasi sememtara persiapan rujukan dilakukan

c) Asuhan pada bayi saat rujukan

8) Bila bayi tidak bisa di rujuk

a) Lanjutkan ventilasi sampai 10 menit

b) Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika

setelah 10 menit upaya ventilasi tidak berhasil.

Bayi yang tidak bernafas normal setelah 20 menit diresusitasi

akan mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan menderita

kecacatan yang berat atau meninggal (Indrayani, 2016)

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum

1. Prematuritas

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang

atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.

(Donna L Wong 2004)

Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37,

dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai

periode kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah

biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat

1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya

peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.


22

Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan.

Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi

3, yaitu :

1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.

2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34

minggu.

3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari

28 minggu.(Martono, Hari. 2007)

Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang

dari 259 hari dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan.

2007)

Etiologi

a. Faktor Maternal

Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes

mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi

dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada

pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta

b. Faktor Fetal

Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi

ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996)

Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :

a. Kehamilan
23

- Malformasi Uterus

- Kehamilan ganda

- TI. Servik Inkompeten

- KPD

- Pre eklamsia

- Riwayat kelahiran premature

- Kelainan Rh

b. Penyakit

- Diabetes Maternal

- Hipertensi Kronik

- UTI

- Penyakit akut lain

c. Sosial Ekonomi

- Tidak melakukan perawatan prenatal

- Status sosial ekonomi rendah

- Malnutrisi

- Kehamilan remaja

Patofisiologi

Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui

secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi

pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan

kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal


24

care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama

kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain

merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg

masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol

juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa

menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa

bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa

gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi

lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk

memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.

2. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini / Early Prematur Rupture of Membrane (PROM)

adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada

primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm (Prawirohardjo,

2008)

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina

setelah kehamilan berumur 22 minggu sebelum proses persalinan

berlangsunng dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum

kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (Saifudin, 2006)

Etiologi
25

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor

tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi

yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini

merupakan masalah kontroversi obstetri.

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai

berikut:

- Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan

vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban

sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

- Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan

retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan

kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1)

dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan

aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,

sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,

menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

- Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:

a. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada

hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.


26

b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau

dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,

kemudian ke ruang intraamnion.

Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin

menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik

traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu

sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.

3. Partus Lama

Persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir,

yang dapat terjadi karena pemanjangan kala I dan Kala II.

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam,

yang dimulai dari tanda-tanda persalinan.

Etiologi

Persalinan lama dapat disebabkan oleh :

1. His tidak efisien (in adekuat)

HIS yang tidak normal dalam dalam kekurangan atau sifatnya

menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang yang lazim terdapat

pada setiap persalinan , tidak dapat dilatasi sehingga persalinan

mengalami hambatan atau kemacetan.

2. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)


27

Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi

bokong, dahi, wajah, atau letak lintang). Malposisi adalah posisi

kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik

referansi. Janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi

kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet

3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

Panggul sempit atau disporporsi sefalopelvik terjadi karena bayi terlalu

besar dan pelvic kecil sehingga menyebabkan partus macet.

4. Jenis Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan

presentasibelakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawihardjo, 2008)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri)

yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu

18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Machmudah,

2010)

Berdasarkan caranya, persalinan dapat dikelompokan dalam 4 cara

yaitu (Mochtar, 1998 dalam Annisa 2011) :

c. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri


28

d. Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak

memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan

pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam

waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan / pertolongan buatan dan

tanpa komplikasi.

e. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan yang

diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan

rangsangan, yaitu merangsang otot rahim berkontraksi seperti dengan

menggunakan oksitosin atau memecahkan ketuban.

f. Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan

normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat

indikasi adanya penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan

dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu.

C. Kerangka Konsep

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent yaitu ;

prematuritas, ketuban pecah dini, partus lama dan jenis persalinan sedangkan

variabel dependent yaitu kejadian asfiksia neonatorum, dengan kerangka

konsep sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

prematuritas

Ketuban pecah dini


Asfiksia Neonatorum
Partus lama
Jenis persalinan

29

Bagan 1 Kerangka Konsep


30

D. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

N Cara Alat Hasil Skala


Variabel Definisi Operasional
o Ukur Ukur Ukur Ukur
Bayi prematur adalah bayi
yang lahir pada usia
kehamilan kurang atau 0=
Mengisi
sama dengan 37 minggu, check Prematur
1 Prematur check Ordinal
tanpa memperhatikan list 1 = Tidak
list
berat badan lahir. (Donna Prematur
L Wong 2004)

Ketuban pecah dini /


Early Prematur Rupture of
Membrane (PROM)
Ketuban adalah pecahnya ketuban
Mengisi 0 = KPD
Pecah sebelum inpartu yaitu bila check
2 check 1 = Tidak Ordinal
Dini pembukaan pada primi list
list KPD
(KPD) kurang dari 3 cm dan
multipara kurang dari 5
cm (Prawirohardjo, 2008)

Partus lama adalah


0 = Partus
persalinan yang
Mengisi Lama
Partus berlangsung lebih dari 18 check
3 check 1 = Tidak Ordinal
Lama jam, yang dimulai dari list
list Partus
tanda-tanda persalinan.
Lama

N Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Skala


31

o Ukur Ukur Ukur Ukur


Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil
konsepsi (janin atau uri)
yang telah cukup bulan
(37-42 minggu) atau
hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau 0 = Dengan
Mengisi
Jenis melalui jalan lain, dengan check Tindakan
4 check Ordinal
Persalinan bantuan atau tanpa list 1=
list
bantuan dengan presentasi Spontan
belakang kepala yang
berlangsung dalam waktu
18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun
pada janin (Machmudah,
2010)
Asfiksia adalah suatu
keadaan dimana bayi baru 0=
lahir tidak dapat bernafas Asfiksia
Mengisi
secara spontan dan teratur check Berat
5 Asfiksia check Ordinal
yang ditandai dengan list 1=
list
hipoksemia, hiperkarbia Asfiksia
dan asidosis (Indrayani, Sedang
2016)
32

E. Hipotesis

Ha1 : Ada hubungan antara prematuritas dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

H01 : Tidak ada hubungan antara prematuritas dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Ha2 : Ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

H02 : Tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian

asfiksia neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Ha3 : Ada hubungan antara partus lama dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

H03 : Tidak ada hubungan antara partus lama dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Ha4 : Ada hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

H04 :Tidak ada hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Sitia Aisyah Kota

Lubuklinggau pada bulan Maret 2020.

B. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan

cross sectional, dimana data-data yang menyangkut variabel bebas

(prematuritas, ketuban pecah dini, partus lama, dan jenis persalinan) dan

variabel terikat (asfiksia neonatorum) di RSUD Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau tahun 2019 dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Hidayat,

2011).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh objek penelitian atau objek yang diteliti.

Adapun yang menjadi populasi dalam peneliatian ini adalah seluruh bayi

yang mengalami asfiksia neonatorum pada bulan Januari – Desember 2019

yang berjumlah 103 bayi.


34

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di

teliti. Adapun cara pengambilan sampel pada penelitian ini secara teknik

total sampling, yaitu seluruh anggota populasi yang berjumlah 103 bayi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

dikumpulkan oleh pihak lain dan data yang sudah ada. Instrument penelitian

ini menggunakan lembar check list mengenai prematuritas, ketuban pecah

dini, partus lama, jenis persalinan serta tingkat asfiksia dengan melihat catatan

rekam medik.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap, yaitu :

a. Editing

Dilakukan untuk memeriksa atau memastikan kelengkapan data yang

diperoleh.

b. Coding

Coding adalah mengaplikasikan data yang ada menurut macamnya ke

dalam bentuk yang lebih ringkas dengan mengunakan kode-kode agar

lebih mudah dan sederhana.


35

c. Tabulating

Setelah diedit dan dicoding maka dilakukan pengelompokan data

tersebut kedalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimiliki

dengan tujuan penelitian.

d. Entry Data

Data yang ada dikode kemudian diolah dengan bantuan komputer.

e. Cleaning data

Pembersihan data dilakukan jika ditemukan kesalahan pada entry data

sehingga dapat diperbaiki.

2. Analisis Data

Analisis data adalah menyimpulkan hasil data yang dikumpulkan,

analisis terdiri dari :

a. Analisis Univariat

Dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi variabel

yang diteliti baik variabel independen maupun dependen dengan

menggunakan rumus persentase.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independent, dengan variabel dependent yaitu menggunakan analisis

ChiSquare, untuk mengetahui keeratan hubungannya digunakan uji

Contingency Coeffisien (C).


DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman & Lidya (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Asfiksia Neonatorum di RSUD Raden Mataher Jambi Tahun 2013.
http://ejournal.unaja.ac.id/index.php/SCJ/article/view/4. Diakses tanggal 28
Desember 2019

Dinkes Kota Lubuklinggau. (2019). Profil Kesehatan Kota Lubuklinggau 2018.


Lubuklinggau: Dinas Kesehatan Kota

Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. (2017). Profil Kesehatan 2017. Palembang:


Dinas Kesehatan Provinsi. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppid-
dinkes.sumselprov.go.id/unggah/41756680-
Profil2520kesehatan252020172520Data
%25202016.pdf&ved=2ahUKEwj9veKxjMznAhWfwzgGHUhyD44QFjAA
egQlAxAB&usg=AOvVaw3L2zmxqxkh9LdhcWviCTLi Diakses tanggal 12
Februari 2020

Indrayani & Djami, M. E. U (2016). Update Asuhan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta : CV Trans Info Media

Maringga, E.G. & Sari, N.I.Y (2017). Hubungan Usia Gestasi dan Kejadian
Asfiksia Neonatorum di RSUD Kabupaten Kediri.
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/midwiferia/article/download/1576/1141.
Diakses tanggal 30 Desember 2019

Martaadisoebrata, D dkk (2017). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.


Jakarta : EGC

Marwiyah, N (2016). Hubungan Penyakit KEhamilan dan Jenis Persalinan


dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr Dradjat Prawiwanegara
Serang. http://jurnal.unej.ac.id/index.php/NLJ/article/downloaf/4905/3620/
Diaskes tanggal 30 Desember 2019

Rukiyah, A. Y. & Yulianti L. (2019). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : CV. Trans Info Media

Setiyaningrum, E. &Sugiarti (2017). Kegawatdaruratan Maternitas pada Ibu


Hamil, Bersalin, Nifas.Yogyakarta : Indomedia Pustaka
Swarjana, I. K. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Indo
Pustaka

Utami, R.B (2015). Risiko Terjadinya Asfiksia Neonatorum pada Ibu dengan
Ketuban Pecah Dini. http://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/view/4. Diakses tanggal 28 Desember
2019

Vina, E (2019). Hubungan Paritas dan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir.
https://journal.unta.ac.id/index.php/jmstki/article/view/4054. Diakses
tanggal 28 Desember 2019

Walyani E. S & Purwoastuti Th. E. (2019). Asuhan Kebidanan Persalinan dan


Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : Pustakabarupress

WHO. (2019). Newborn: reducing mortality. Geneva: World Health


Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/newborns-
reducing-mortality.Diakses tanggal 12 Februari 2020
FORMAT TABEL PENGUMPULAN DATA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM


DI RSUD SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

Ketuban Pecah Faktor


Prematur Partus Lama Jenis Persalinan Asfiksia
Dini (KPD) Lain
Inisia
No No RM Tidak Partu Tidak
l Prematu Tidak Dengan Sponta
Prematu KPD s Partus Berat Sedang
r KPD Tindakan n
r Lama Lama

Anda mungkin juga menyukai