OLEH NUFIFIFI
1. Model Pengembangan
Konsep dasar pada model ini adalah keyakinan bahwa individu tumbuh secara kontinyu ketika
tindakannya telah benar, menjalankan secara baik, dan menjalani pertumbuhan secara berpola.
Menurut Stoltenberg dan Delworth (1987) ada tiga level subyek yang disupervisi :
1. Tingkat Dasar
Seorang supervisor menemukan guru yang relative tergantung pada supervisornya, kemudian dia
melakukan diagnosis untuk kemudian diberikan terapi.
2. Tingkat Menengah
Sering munculnya tipikal yang resistensi, penghindaran, dan konflik, karena konseo diri yang
disupervisi sangat mudah terganggu.
3.Tingkat Lanjut
Fungsi yang dijalakanoleh subjek yang disupervisi bersifat relatin independen, mereka
berkonsultasi pada saar memelukan dan merasa bertanggungjawab atas keputusan yang benar
atau salah.
2. Model terpadu
Model ini menekankan pada tiga area focus pengembangan keterampilan, yaitu proses,
konseptualisasi, dan personalisasi. Sesekali supervisor bisa tampil langsung selayaknya guru
yang memberi mata kuliah, pengajaran atau informasi kepada kliennya. Sesekali dia bertindak
sebagai konselor ketika harus melakukan tindakan konseling atau kepenasehatan khusus atas
jalin hubungan selayaknya sejawat, ko-terapis, atau memerankan diri sebagai konsultan.
3. Model orientasi spesifik
Model ini mengadopsi beberapa model terapi, seperti yang pernah dikembangkan oleh Adlerian
dengan pendekatan solusi terfokus atau pendekatan perilaku. Diyakini bahwa proses supervise
yang terbaik didapatkan dari terapi yang baik pula. Menurut Danim dan Khairil (2010 : 185)
model ini diaplikasikan melalui beberapa tahap :
1. Tahap awal dimana ketika seorang supervisor bertatap muka dengan yang akan
disupervisi. Mereka harus menunjukkan keahlian dan kelemahannya. Artinya, keduanya ini
dapat saling mempengaruhi.
2. Pada tahap ini mungkin diantara mereka akan muncul konflik, sikap bertahan, dan
menghindar, atau bahkan menyerang. Pada tahap ini supervisor menunjukkan perannya
sebagai “pengendali” dalam kerangka supervise.
3. Pada tahap akhir supervisor lebih banyak diam dan mendorong subjek yang disupervisi
untuk tumbuh mandiri dengan caranya sendiri.
Akhmad Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa supervisi klinis dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu tahap pertemuan pendahuluan, tahap observasi kelas, dan tahap pertemuan balikan. Hal
yang paling membedakan supervisi klinis adalah penekanannya pada interaksi langsung guru-
supervisor dan pengembangan professional guru.
Tahap pertemuan pendahuluan dimaksudkan sebagai langkah inventarisir masalah yang dihadapi
guru; tahap observasi kelas dimaksudkan sebagai tahap untuk melihat secara real pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas; sedangkan tahap pertemuan balikan merupakan tindak lanjut dari
kegiatan yang kedua tadi.
1. Tahap pertemuan pendahuluan (tahap pertama); Pada tahap ini yang terpenting untuk
diperhatikan, terutama oleh supervisor, adalah harus dapat menciptakan suasana yang akrab,
terbuka dan penuh persahabatan. Jadi yang terjalin adalah hubungan kolegial dalam suasana
kerjasama yang harmonis. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama
membicarakan rencana keterampilan yang akan diobservasi dan dicatat. Menurut Soetjipto
dan Raflis Kosasi dalam Jayadi (2002:77), secara teknis diperlukan lima langkah dalam
pelaksanaan pertemuan pendahuluan yang meliputi:
1. Menciptakan suasana yang akrab antara supervisor dengan guru.
2. Melakukan kajian ulang rencana pembelajaran (tujuan, bahan, kegiatan, dan
evaluasinya) yang telah dibuat oleh guru.
3. Mengidentifikasi komponen keterampilan (beserta indikatornya) yang akan
diobservasi.
4. Memilih atau mengembangkan instrument observasi yang akan digunakan.
5. Mendiskusikan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang instrument
observasi yang dipilih atau dikembangkan
2. Tahap observasi kelas (tahap kedua); pada tahap ini guru mengajar atau melakukan
latihan mengenai tingkah laku mengajar yang telah dipilih dan disepakati bersama pada
tahap pertemuan pendahuluan. Ketika guru praktik/berlatih, supervisor mengadakan
observasi dengan menggunakan alat perekam yang juga telah disepakati bersama. Aspek-
aspek yang diamati adalah segala hal yang telah disepakati yang tercantum dalam instrument
yang juga telah disetujui bersama dalam pertemuan pendahuluan.
Fungsi utama observasi kelas adalah untuk menangkap apa yang terjadi selama proses
pengajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat dengan tepat mengingat
kembali proses pengajaran dengan tujuan agar analisis dapat dibuat secara objektif. Ide pokok
dalam observasi ini adalah mencakup apa yang terjadi sehingga dengan catatan yang dibuat
dengan cermat dan lengkap serta kemudian tersimpan dengan baik, dapat bermanfaat untuk
kepentingan analisis dan komentar (Jayadi, 2002:77).
3. Tahap pertemuan balikan (tahap ketiga); Tahap ini merupakan diskusi umpan balik antara
supervisor dan guru berkaitan dengan kegaiatan yang baru saja diselesaikan yaitu, guru baru
saja selesai melakukan latihan suatu keterampilan, dan supervisor baru saja selesai
mengamati guru melakukan latihan. Yang menjadi acuan dalam pertemuan balikan ini
adalah kesepakatan yang dibuat dalam pertemuan pendahuluan, dan pada akhir diskusi
balikan ini guru diharapkan dapat mengetahui dan menyadari seberapa jauh tujuan yang
telah disetujui bersama dapat tercapai (Jayadi, 2002:78-79).
Supervisi Klinis
Seorang supervisor pembelajaran yang professional mampu melakukan pendekatan klinis
dalam pelaksanaan tugasnya. Kajian dan diskusi mengenai supervisi klinis di bidang pendidikan
makin intensif akhir – akhir ini. Hal ini membersitkan kuatnya pengakuan atas status supervisor
klinis sebagai profesi atau setidaknya sub keahlian dari supervisor pembelajaran. Khusus
Indonesia, keharusan pengawas memenuhi angka kredit untuk naik jabatan fungsional tertentu
membuktikan pengakuan Negara atas profesi ini, meski sangat mungkin substantinya masih
layak diperdebatkan. Supervisi klinis untuk pembelajaran memang sangat kompleks. Karenanya,
masih perlu dicari mengenai teknik supervise yang paling cocok dalam rangka meningkatkan
kerja guru. Upaya untuk menemukan model atau teknik supervisi pembelajaran terbaik akan
terus dilakukan, meski sangat mungkin tidak akan benar – benar berhasil menemukannya.
Tingkat kemandirian guru sangat tinggi seringkali menyebabkan mereka tidak merasa
perlu lagi kehadiran supervisor. Sementara pengawas, yang karena tugas pokok dan fungsinya,
merasa memiliki otonomi untuk mensupervisi guru seperti apapun. Pengawas memandang
aktivitas mensupervisi guru adalah haknya dan keputusan bertindak ada pada sisinya sementara
guru tertentu sangat mungkin merasa tidak memerlukan lagi, karena dia sudah memposisikan diri
sebagai tenaga professional sungguhan. Lalu, muncullah apa yang disebut sebagai konflik
otonomi sebagai kewenangan dengan otonomi sebagai persepsi atas kemampuan. Meski sabgat
mungkin sesekali di antara mereka muncul dependensi kondisional, ketika ada masalah khusus
yang memerlukan pemecahan.
Pelaksanaan supervisi klinis untuk menigkatkan kemampuan professional guru dilakukan
melalui tahapan – tahapan :
a. Praobservasi, yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru
mengenai apa permasalahan yang dihadapi oleh guru atau apa yang akan diamati dan
diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan.
b. Observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan focus yang telah
disepakati.
c. Analisis permasalahan yang dilakukan secara bersama oleh supervisor dengan guru terhadap
hasil pengamatan.
d. Perumusan langkah – langkah perbaikan, dan pembuatan rencana untuk perbaikan.
Perwujudan supervise klinis memang tidak terfokus pada pengembangan professional
guru, melainkan berkaitan juga dengan kesejahteraan, proteksi dan profesi, dan peningkatan hasil
belajar siswa. Karenanya, supervise klinis tidak hanya sekedar berkaitan dengan hubungan antara
supervisor dengan guru yang disupervisi, melainkan juga harus dipandang sebagai bagian dari
proses pendidikan secara keseluruhan.
Ciri – ciri pelaksanaan supervise klinis yang baik adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan supervisor pengajaran kepada guru bersifat hubungan pembantuan, bukan
hubungan perintah atau intruksi.
2. Kesepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan
yang paling penting merupakan hasil diskusi bersama.
3. Instrumen supervise klinis dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dan
supervisor.
4. Guru melakukan persiapan dengan mengidentifikasi aspek kelemahan – kelemahan yang
dipandang perlu diperbaiki.
5. Pelaksanaan supervise klinis selayaknya teknik observasi kelas.
6. Umpan balik atau balikan diberikan dengan segera dan bersifat obyektif.
7. Guru hendaknya dapat menganalisis penampilannya.
8. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau
mengarahkan guru.
9. Supervisor dan guru berada atau menciptakan kondisi dalam keadaan atau suasana akrab
dan terbuka.
10. Supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan perbaikan
keterampilan pembelajaran.
Dari ciri-ciri tersebut, dapat diketahui dan dibedakan antara supervisi pengajaran dan
supervisi klinis. Supervisi pengajaran lebih menekankan pada pengawasan dari supervisor
terhadap guru-guru tentang pengelolaan pembelajaran yang dikelolanya. Sedangkan supervisi
klinis lebih menekankan pada inisiatif guru untuk menyampaikan problem-problem pengajaran
yang dihadapinya untuk disampaikan kepada supervisor, dan selanjutnya dicarikan solusi
terbaiknya. Persamaannya adalah bahwa baik dalam supervisi pengajaran maupun dalam
supervisi klinis dituntut adanya kooperasi atau kerja sama yang harmonis antara supervisor
dengan guru itu sendiri, guru tidak boleh masa bodoh.
c. Berfokus pada :
1. Perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran
2. Perbaikan kinerja guru pada hal – hal spesifik yang masih memerlukan penyempurnaan
3. Upaya perbaikan didasari atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.
4. Hubungan pembantuan antara supervisor dengan yang di supervisi mengedepankan
dimensi kolegalitas.
5. Tindakan supervisor menemukan kelemahan atau kekurangan guru semata – mata
diperuntukkan bagi upaya perbaikan, bukan untuk keperluan penilaian atas prestasi
individual guru.
https://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis/ 21 nop