Anda di halaman 1dari 18

Etika, Sains

dan Politik
Dalam
Kebijakan
Sumberdaya
Alam

10 J U N I 2 0 2 0
Pokok Bahasan
1. Apa yang dapat dilihat atau dirasakan sehari-hari?
2. Rasionalitas, Etika, Sains, Narasi Kebijakan
3. Karakteristik SDA, Karakteristik Sosial
4. Kondisi di Indonesia—Kegagalan Institusional
5. Catatan Akhir
Apa yang dapat dilihat atau dirasakan sehari-hari?
Menyelesaikan masalah yang dialami
masyarakat melalui proses berfungsinya
Apabila di dalam demokrasi terdapat tugas-tugas pemerintahan yang secara
proses politik yang menentukan ketiga Tujuan hukum dan administrasi telah ditetapkan.
rezim tersebut, apakah masalahnya dapat Kebijakan
(rule in form)
diselesaikan melalui proses politik yang
sama?

Penda- Praktek
laman Kebijakan
Mesin Kebohongan Policy
(a) ketidaktahuan sebagai “primitif”, (b). SDA
Bias birokrasi, adanya titik buta
ketidaktahuan sebagai “kehilangan ranah”, (blind spot). Terjadi konflik
kurangnya perhatian, tidak tersedianya hutan/lahan dan kriminalisasi
informasi/pilihan, (c) ketidaktahuan sebagai petani yang belum mereda
“praktik strategis”, kerahasiaan atau sensor; Political (rule in use)
(d). ketidaktahuan sebagai “konstruksi aktif”, Hegemoni
Discource
dari sumber yang sah (mis. ilmuwan, pakar)
untuk menipu, dll Rezim Kebenaran, Rezim
Pengaturan dan Rezim
Akumulasi.
Rasionalitas, Etika, Sains dan Narasi Kebijakan
Rasionalitas Teknis, Ekonomi,
Kekuatan kelompok penganut narasi Hukum, Sosial, Substantif
tertentu dapat disebabkan oleh kesamaan
ideologi, tingkat interaksi antar orang di Rasio-
dalam kelompok, maupun kemampuan nalitas
kelompok itu untuk mengendalikan
anggota-anggoatnya agar tetap memahami
dan mendukung narasi yang dianutnya.
Egoisme, Utilitarianisme,
Kontestasi narasi juga terjadi dalam
Deontologi, Teori Keutamakan
pengelolaan gambut di Indonesia Kontes- Policy Etika &
tasi Space Sains

Menempati posisi epistemologi—asal, sifat Sains yang terkait masalah-masalah sosial


dan jenis pengetahuan—yang menentukan dalam arti luas bukan hanya mengasah
benar-salah terhadap fenomena sosial yang Narasi logika rasionalitas belaka, tetapi juga
dihadapi. Narasi digunakan untuk Kebijak- upaya untuk meningkatkan kepekaan
mempengaruhi, memanipulasi dan an sosial, empati, dukungan, kepedulian,
memproduksi makna dalam kerangka pembelaan, yang mungkin tidak pernah
pemikiran dapat digantikan oleh mesin.
Karakteristik SDA, Karakteristik Sosial
Incompatible goods, joint impact goods, high
exclusion cost, high transaction cost, yang
menentukan interdependensi antar pihak; Sifat barang publik SDA dan tidak dapat
Karak- dipisahkan dari sifat sosialnya. Masyarakat
Sifat-sifat individualitas dan keragaman, sifat teristik tidak diasumsikan sadar hukum dan harus
mematuhinya, di dalam masyarakat, apa-
komunitas yang terorganisir, mudah-tidaknya
apa yang hadir “dari luar”—termasuk
melakukan “aksi bersama” yang dalamnya
regulasi—akan diserpon sesuai dengan
terdapat unsur-unsur trust, reputasi, karakteristiknya
akuntabilitas
Prinsip kehati-hatian (precusionary Syarat Kondisi Saat Ini
principles) dapat diwujudkan, termasuk Hukum Pasar lebih digunakan sbg
penerapan sifat-sifat sumberdaya alam Berjalan dasar pemanfaatan dan
sebagai suatu sistem, sifat sebagai siklus pengalokasikan SDA, yang
makhluk hidup, maupun serta sifat bekerja atas dasar besarnya
keberadaan (existance value) yang dapat
Pelaks Trans- modal. Secara politik
memberi jasa lingkungan secara cuma- Prinsip formasi masyarakat lokal dan adat
cuma. tidak mempunyai daya
untuk masuk kedalam
pengambilan keputusan.
Masalah Kegagalan Instusional
Peraturan yg mampu mengarahkan perilaku
Meletakkan nilai-nilai baru dalam masyarakat, bukan hanya tergantung pada
K
pengelolaan sumberdaya. Kadang- “kualitas” isi atau teksnya, melainkan
Institu-
kadang memerlukan paksaan atau sional tergantung pada efektivitas interaksi sosial-
penggunaan TI. Contoh perbaikan politiknya.
kelembagaan perusahaan Kereta Api
Indonesia (KAI) dapat digunakan. Kuadran Kuadran
IV I
Di Indo- Faktor birokrasi pemerin-
nesia tahan. Soal-soal korupsi, key
performance indicator, single
Faktor sosial-ekonomi-politik masyarakat. salary system, multiyear budget.
Ini memerlukan pemetaan sosial untuk
Faktor sosial-ekonomi-politik
mengetahui masyarakat yang pro dan kontra Kuadran Kuadran perusahaan besar. Tinjauan
terhadap program pemerintah atau non III II
sumber-sumber investasi, relasi
pemerintah, serta jaringan yang bekerja di
politik pemodal-birokrat, tinjauan
dalamnya.
beneficiary owner (BO) sesuai
Perpres No 13 Tahun 2018.
Catatan Akhir
a) Di Indonesia proses perumusan kebijakan SDA pada dasarnya menyerupai
pandangan Wolmer, dkk. Ketiga faktor: narasi, jaringan dan kepentingan
menjadi penentunya;
b) Etika, Sains dan Politik memegang peran penting, karena kebijakan bukan
hanya berpijak pada hukum dan administrasi, tetapi juga “kebenaran” sebagai
hal yang diperjuangkan secara politik;
c) Namun di Indonesia umumnya, kebijakan SDA masih belum sejalan dengan
etika dan sains, karena kuatnya politik yang secara praktis mengabaikan
karakteristik SDA dan karakteristik sosialnya;
d) Inovasi dan jaringan yang luas diperlukan, untuk dapat menggeser narasi
kebijakan yang telah dijalankan puluhan tahun.
Terimakasih
HARIADI KARTODIHARDJO
STATISTIK ANALISIS KASUS, KSP

*666 kasus

Lainnya 36 353 Perkebunan

Transmigrasi 18 179 Kehutanan


Bangunan 43 37 Infrastruktur

413 kasus* 253 kasus


cukup informasi kurang informasi
pendukung pendukung
*Per 12 Juli 2019

9
KINERJA TATA Hasil Identifikasi
KELOLA UNTUK Tumpang Tindih
IZIN SDA Nasional
Untuk kondisi Sumber: Tim PKSP, 2019
sekarang, izin
berpotensi
memproduksi konflik
Menetapkan lokasi
izin yang benar,
tidak harus cepat.
Diperlukan
pemetaan sosial
ANTI-CORRUPTION SUMMIT, MAKASSAR, 22/10/18
Perlindungan terhadap pegiat anti korupsi Latar Belakang Profesi

Mahasiswa

Wartawan

DPR/DPRD

Swasta

Dosen

PNS/Pejabat Negara

APH (Polisi, Jaksa, KPK, Hakim)

Aktivis

0 10 20 30 40 50 60

Saksi 1
Bentuk Ancaman dan Serangan
Saksi Ahli 3
40
Mengkritisi Penanganan K 3
35
Melibut Berita K 4
30 Justice Collaborator 7
25 Wistleblower 10

20 Kampanye Anti-K 17
Menangani Kasus K 22
15
Pelapor
10 35
0
10
5 20
30
0
Peran Korban 40

Hukum Fisik Psikis Campuran Khusus JC Ekonomi


Kabijakan sebagai Hasil Kontestasi Kepentingan
Makna terhadap fenomena, berpengaruh terhadap penetapan
ide, konsep, dan pengkategorian terhadap sesuatu. Biasanya
menyertakan politik dalam memberi penamaan dan 1. Bagaimana kebijakan dibuat dan oleh
pengklasifikasian, yang secara tegas menolak cara berfikir
lainnya. siapa?
Diskursus mengidentifikasi dan 2. Bagaimana pandangan dan perspektif
melegitimasi cara menjalankan tertentu masuk dan menjadi dasar isi
pembangunan termasuk cara
mengatakan dan cara kebijakan?
memikirkannya 3. Bagaimana peran ilmu pengetahuan dan
keahlian (biasanya dari epistimic
community atau sekelompok elit/akademisi
yang dianggap sangat mampu
dibidangnya)?
4. Suara dan pandangan siapa yang digunakan
Policy space yang menentukan dan yang tidak digunakan dalam proses
apakah kebijakan mudah kebijakan?
diperbaiki atau tidak
Sumber: Wolmer, W, James Keeley, Malissa Leach, Lyla Mehta, Ian Scoones, Linda Waldman), Institute of Development Studies (IDS), 2006.
Understanding Policy Processes: A review of IDS research on the environment. University of Sussex. Brighton. UK.
Persepsi Para Pihak Terhadap PP ‘Gambut’ (Sumber: Media Massa 2016 – 2018)

Himpunan Gambut Indonesia Gubernur Sumsel


(HGI) PP merugikan masyarakat dan tidak menjamin kepastian usaha bagi
investor di bidang perkebunan dan HTI. Perubahan fungsi budidaya ke
PP Gambut Pemerintah terlalu
lindung mengurangi wilayah budidaya petani dan pelaku usaha,
menghambat dunia mengkambinghitamkan lahan
berdampak sosial-ekonomi.
gambut sebagai penyebab HGI
usaha, tidak
karhutla, sementara pada PP berpotensi melanggar aspek:
memiliki dasar Gambut yang dimanfaatkan
karhutla 2015, hanya 30% titik ✓ filosofis: tidak memberi kepastian usaha bagi
keilmuan yg kuat, api muncul di area gambut dan untuk sawit akan semakin
masyarakat dan pelaku usaha;
tidak mungkin dapat sisanya di lahan mineral. baik dan tidak mudah
✓ Yuridis: berbenturan dg UU investasi;
dilakukan di terdegradasi.
✓ Sosiologis: masyarakat tidak siap
lapangan
Akademisi (GB Fak. Hukum Univ. Sriwijaya)

Oktober Januari Februari Mei Desember Februari Maret Agustus


2016 20017 2017 2017 2017 2018 2018 2018

berpotensi menimbulkan multi- HGI PP berpotensi Ketidakpastian


interpretasi di lapangan dan resiko mematikan LPEM UI usaha, keberaan
industri kertas dg tinggi muka air
terjerat hukum bagi pelaku usaha dan
dan sawit (APHI) Menghambat investasi perkebunan dan 0,4 m.
siapapun yg melakukan budidaya di
kehutanan. Memperburuk iklim
lahan gambut. GAPKI
HKTI PP berdampak langsung pada investasi.
industri kertas & sawit. Meningkatkan pengangguran. Tidak ada
Aturan tinggi muka air 0,4 m tidak dapat diaplikasikan di Pendapatan negara Rp. 122 T kepastian usaha. Terbengkalainya
lapangan. PP berpotensi mematikan semua kegiatan di terancam pembangunan infrastruktur.
sektor pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman. (Kemenperin)

Pertumbuhan populasi memerlukan lahan gambut untuk


kegiatan budidaya berkelanjutan. Pentingnya produksi
dalam pengelolaan ekosistem gambut yang lestari.
Balitbang-Inovasi KLHK
Anatomi dan
dampak kegagalan
instutional

Korupsi disini dalam pengertian luas


yaitu menghamburkan anggaran
negara.

Apabila kebijakan tidak berjalan,


ada empat kemungkinan yang
terjadi.
DOMINASI ADMINISTRASI: Kehilangan Koordinasi

PEMBE
BRG Fungsi koordinasi? TRGD
RI IZIN
Mandat Tugas Tugas
dari Presiden Pembantuan
ke Daerah
Kajian KHG/RTT
1. Peta Indikatif
Prioritas Restorasi Sinkronisasi, integrasi RREG, RTTRG, tdk diketahui
RTKRG Pemegang Izin;
2. Peta KHG
RKU tdk
diketahui BRG

3R Simplifikasi, teknikalisasi? 3R
Lanskap
KHG
DPG DPA
Desa-Desa Desa-Desa Para Pemegang Izin
Most problematic factors for doing business in indonesia
Executive Opinion Survey 2017 by World Economic Forum
Corruption 13,8
Inefficient government bureaucracy 11,1
Access to financing 9,2
Inadequate supply of infrastructure 8,8
Policy instability 8,6
Government instability/coups 6,5
Tax rates 6,4
Poor work ethic in national labor force 5,8
Tax regulations 5,2
Inflation 4,7
Inadequate educated workforce 4,3
Crime andtheft 4,0
Restrictive labor regulations 4,0
Foreign currency regulations 3,3
Insufficient capacity to innovate 2,5
Poor public health 1,8

“The Pollution Paradox”:


makin besar pencemaran perusahaan, makin besar biaya politik dikeluarkan, makin penting menentukan arah
pemerintahan & makin leluasa mengalahkan perusahaan bersih (Bregman & Lenormand, 1966)
BENTUK IKATAN POLITIK PEMDA—SWASTA
HARAPAN DONATUR KEPADA CAKADA

Mendapatkan bantuan untuk 24,0%


7

kegiatan bantuan sosial/hibah 0

Mendapatkan bantuan untuk 22,7%


6

kegiatan sosial 51,74%

Mendapatkan akses dalam


menentukan kebijakan/peraturan 42,7%
5

49,30%
daerah

Keamanan dalam menjalankan bisnis 76,7%


4

yang saat ini sudah ada 61,53%

Kemudahan untuk ikut serta dalam


tender proyek pemerintah 73,3%
3

64,64%
(pengadaan barang dan jasa…

Kemudahan akses untuk menjabat di 56,0%


2

pemerintah daerah/BUMD 60,13%

Kemudahan perijinan terhadap 76,0%


1

bisnis yang telah dan akan dilakukan 63,29% 2017 (n=150)


2016 (n=286)
Sumber: KPK, 2018
AKTOR DALAM INSTITUSI PSEUDO—LEGAL
MENJADI MEDIUM
penguasaan SDA dapat SOSIALISASI: Kooptasi (dari pimpinan atau klien),
diperoleh dengan kompromi-kompromi yang berjalan seiring dengan
keistimewaan- INSTRUKSI tugas-tugas dan perintah-perintah, serta berjalan
KONSUL- MIDDLE FORMAL secara perlahan-lahan (incremental)
keistimewaan, tanpa
melalui prosedur yang TAN MAN
seharusnya.
REGULASI/
KELOMPOK STRUKTURAL
EMINENT
PEMOHON RENTAN
PERSON
IZIN
KORUPSI

AKAR MASALAH: informasi tertutup;


dipertahankan agar tetap berstatus “rahasia umum”; systemic corruptive regulations,
dijaga & dipelihara agar medium penguasaan SDA INSENTIF criminogenic regulations,
terus dpt dimanipulasi.
vulnerable regulations
Sumber: Generalisasi dari 14 kasus, wawancara pribadi 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai