Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MODEL SUPERVISI KLINIS

BERBASIS INFORMASI DAN TEKNOLOGI

Rugaiyah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
Email: rugaiyahfitri@gmail.com

Abstrak: Penelitian bertujuan mengembangkan model supervisi klinis berbasis informasi dan teknologi.
Penelitianini adalah penelitian dan pengembangan (R&D), meliputi tahap-tahap research and information
collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing. main product
revision, main field testing, operational product revision,operational field testing, final product revision,
dissemination and implementation. Data dikumpulkan lewat wawancara dan dokumentasi serta dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, berdasarkan kajian konsep
model supervisi klinis dikembangkan berbasis konsep yang dikemukakan Glickman lewat lima tahap:
(1) prakonferensi dengan guru; (2) observasi kelas; (3) analisis interpretasi observasi dan menetapkan
pendekatan konverensi; (4) pertemuan yang dilakukan setelah melakukan observasi; (5) pelaksanaan
kritik empat langkah. Kelima tahapan tersebut dilakukan dengan memanfaat informasi dan teknologi.
Kedua, persepsi dan pemahaman guru, kepala sekolah tentang supervisi klinis belum tuntas. Ketiga,
mengembangkan panduan supervisi klinis berbasis informasi dan teknologi sebagai terobosan untuk
memandu guru meningkatkan kompetensi mengajarnya dan pihak yang terlibat pelaksanaan supervisi
klinis berbasis informasi dan teknologi.

Kata Kunci: supervisi klinis, informasi dan teknologi, kompetensi guru

DEVELOPING INFORMATION AND TECHNOLOGY-BASED


CLINICAL SUPERVISION MODEL

Abstract: This study aims to develop a model of clinical supervision based on information and technology.
It belongs to research and development (R & D), which includes research and information collection,
planning, developing preliminary form of product, preliminary field testing, product revision, field
testing, operational product revision, field operational testing, final product revision, and dissemination
and implementation. Based on the stages of R & D, the findings can be explained as follows. Firstly,
based on the study of the concept ofclinical supervision model, five stages proposed by Glickman
were implemented, namely: (1) pre-conference with the teacher; (2) classroom observations; (3) the
analysis and interpretation of the observation results and set up thekonverensi approach; (4) meetings
after observing; (5) evaluating the four stages. All stages were carried out by utilizing information and
technology. Secondly,teachers’ and headmaster’s perception or understanding on clinical supervision
is yet complete. Thirdly,information and technology-based clinical supervision can be considered as a
breakthrough for guiding teachers to improve their teaching competence and for helping relevant parties
in carrying out clinical supervision.

Keywords: clinical supervision, information and technology, teacher competence

PENDAHULUAN sehari-hari dari departemen dan mengevaluasi


Kegiatan supervisi dilakukan dalam upaya mereka yang melakukan mereka. Manajer pa-
memperbaiki dan mengontrol segala aktivitas ling efektif dan supervisor juga pemimpin (Hess,
agar terlakasana secara optimal. Pengawasan/ Matison, Orthmann, 2012:5). Supervisi klinis
supervisi adalah memastikan kegiatan secara merupakan praktek khusus berada pada tingkat
efektif dilaksanakan oleh mereka yang bertang- tertinggi pada praktek kerja sosial karena super-
gung jawab untuk melakukannya. Supervisor visor klinis mempersiapkan pekerja sosial untuk
biasanya mereka yang fokus pada kegiatan berlatih mandiri tanpa perlu pengawasan lebih

421
422

lanjut (Openshaw,2012:2). Pengertian supervisi


klinis diadopsi dari profesi medical yaitu proses
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan
peserta pelatihan dalam kegiatan praktik.
Model Integratif merupakan model super-
visi yang dikembangan dalam bidang kesehatan
yaitu model yang dikembangakan untuk me-
ningkatkan psikoterapi dan pengawasan, yang
di sebut sebagai ‘model FIT’. psikoterapis ini
disebut sebagai terapis. Model FIT didirikan pada
tiga domain dari fungsi manusia: Feeling (F)
Memulai; Initiating (atau akting) (I) Thinking (T)
model FIT dikembangkan dari kebutuhan yang
dirasakan untuk model terapi dan pengawasan,
bukannya terbatas pada teori psikologi tunggal
dan pendekatan, menggunakan pendekatan ho- Gambar 1. Clinical Supervision Model
listik yang menggabungkan berbagai teori dan Diadopsi dari Acheson & Gall
isu-isu (Harris & Brockbank,2011:15).
Kegiatan pendidikan supervisi dilaksana- Berdasarkan hasil studi pendahuluan, se-
kan dalam rangka memperbaiki kegiatan pem- cara empiris ditemukan hal-hal sebagai berikut.
belajaran. Pada umumnya supervisi yang dilaku- Pertama, sebagian kepala sekolah, guru bahkan
kan saat ini muncul atas inisiatif kepala sekolah supervisor belum memahami secara utuh apa
atau pengawas bukan dari guru. Idealnya upaya yang dimaksud dengan supervisi klinis. Kedua,
memperbaiki kegiatan pembelajaran datang dari kegiatan supervisi masih dipersepsikan sebagai
guru yang bersangkutan, bukan dari pihak lain. program kepala sekolah dan program pengawas.
Inisiatif memperbaiki kemampuan mengajar Sehingga guru bersifat pasif menunggu kapan
datang dari guru itu sendiri sangat pen-ting kepala sekolah atau pengawas sempat mensu-
untuk dikembangkan yang merupakan benih pervisi guru tersebut. Ketiga, membina guru
yang segera dikembangkan menjadi kegiatan pe- merupakan salah satu tugas dari supervisor, dan
ningkatan kemampuan guru berbasis kesadaran, menjadi program sekolah, bila kondisi demikian
hal merupakan inti dari konsep supervisi klinis. nampaknya guru pasif untuk meningkatkan ke-
Tujuan supervisi klinis adalah membantu guru mampuan mengajar. Keempat,pada kondisi nyata
mengembangkan dan meningkatkan profesio- h guru harus disupervisi dan banyak jumlahnya,
nalitasnya melalui perencanaan bersama (guru sedangkan waktu terbatas, maka melalui bantuan
dan supervisor), observasi dan umpan balik (Esim informasi dan teknologi dapat dijadikan salah satu
dkk, 2013:191-203). Model supervisi Klinis strategi untuk membina guru dengan mensiasati
dikembangkan pula oleh Baltacy dkk (2014:1- strategi waktu tanpa harus bertemu dalam waktu
11). Konsep yang dikembangkan diadopsi dari nyata (real time) pada setiap tahap supervisi klinis,
Acheson & Gall, yaitu mengembangakan lima karena dengan menggunakan media informasi dan
tahap supervisi klinis yaitu “The CSM cycle teknologi (IT) komunikasi akan tetap berlangsung
includes pre-conference, observation and data tanpa kendala waktu harus bertemu secara berkala
collection, data analysis, post-conference, and dengan frekuensi yang sering.
reflection stages. Kelima tahap yang dimaksud Kondisi tersebut menjadi dasar berpikir
ditunjukkan pada Gambar 1. yang divisualisasikan pada Gambar 2.
Kegiatan supervisi menjadi tugas pokok
dan fungsi kepala sekolah dan pengawas, kegiatan
supervisi bertujuan untuk meningkatkan kegiatan
pembelajaran, pada kondisi tersebut guru tampak
pasif. Upaya meningkatkan kegiatan pembelajar-
an idealnya tumbuh dari guru itu sendiri bukan
dari kepala sekolah atau pengawas wilayah. Su-
pervisi klinis merupakan upaya yang dilakukan

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


423

Gambar 2: Kerangka BerpikirAwal


untuk meningkatan kemampuan belajar siswa supervisi klinis berbasis informasi dan teknologi
dan kemampuan mengajar guru, dengan beberapa bagi para personal yang terlibat (stakeholder).
tahapan. Glickman dkk (2010:288-289) menjelas- Saat ini teknologi informasi sudah semakin cang-
kan lima langkah supervisi klinis, yaitu: (1) pra gih, teknologi informasi merupakan teknologi
konferensi dengan guru; (2)observasi kelas; (3) yang dapat membuat/menyajikan dan mengolah
analisis interpretasi observasi dan menetapkan data informasi dengan jenis yang bervariasi,
pendekatan konverensi; (4) pertemuan yang di- seperti: komputer, handphone, kamera, dan seba-
lakukan setelah melakukan observasi; (5) Melaku- gainya. Saat ini penggunaan teknologi informasi
kan kritik empat langkah sebelumnya. Langkah sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari
tersebut diviasualisasikan pada Gambar 3. bahkan sudah menjadi suatu kebutuhan, juga
digunakan di dalam proses pembelajaran. Guru
dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam
melakukan supervisi klinis. Prosedur supervisi
klinis mencakup: perencanaan pertemuan, ob-
servasi, analisis data, pertemuan balikan untuk
refleksi kolaborasi.
Cogan melihat supervisi klinis sebagai
wahana untuk mengembangkan guru agar ber-
tanggung jawab secara profesional yang mampu
menganalisis kinerja mereka sendiri, yang ter-
buka untuk perubahan dan bantuan dari orang
lain terutama dalam mengarahkan diri sendiri.
Richard Wellers dalam Sullivan mengatakan:
“Supervisi klinis dapat didefinisikan sebagai
pengawasan yang difokuskan pada perbaikan
pengajaran melalui siklus yang sistematis yang
Gambar 3: Lima Langkah Supervisi terdiri dari perencanaan, observasi dan analisis
Model Glickman intelektual yang intensif tentang pengajaran yang
sebenarnya untuk kepentingan perubahan yang
Berdasarkan kajian hasil penelitian, kajian rasional”, Sullivan and Glanz (2013: 120-121).
konsep,masalah empiris dan kerangka berpikir, Sergiovanni mengatakan, “Clinical supervi-
penelitian ini memfokuskan pada masalah ba- sion is a way in which teachers can collaborate
gaimana merancang “Pengembangan model together to research their practice and improve
supervisi klinis berbasis informasi dan teknologi their learning and their teaching.” Sergiovanni
dalam upaya meningkatkan kompetensi guru”. & Starratt (2006: 22)
Penelitian ini merancang panduan-panduan
yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan

Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Informasi dan Teknologi


424

Terdapat satu hal penting tentang bagaima- develop preliminary form of product, melakukan
na seorang guru secara terus-menerus diharapkan perencanaan dalam bentuk pengembangan penyu-
meningkatkan kompetensinyanya dalam men- sunan panduan dan instrumen supervisi klinis,
jalankan profesi seorang guru secara profesional. pada tahap ini tim peneliti melakukan kegiatan
Guru harus mempertahankan dan mengembang- menyusun panduan supervisi klinis, instrumen
kan kompetensinya. Seorang guru harus memi- penilian supervisi klinis untuk guru dan supervi-
liki kompetensi mengajar yang baik, Kevin Wu sor. Panduan rekaman video yang diperuntukan
(2010:99) mengatakankompetensi adalah kemam- bagi kameramen (orang yang melakukan kegiatan
puan yang wajib dimiliki oleh seseorang untuk pengambilan film video).
tampil atau berperan dalam tugas-tugas tertentu. Keempat:preliminary field testing. Melaku-
Pardjono & Suyanto (Mulyana(2010: 110) men- kan expert judgement, instrumen diberikan kepada
gatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat tim ahli untuk melakukan validasi panduan dan
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang instrumen supervisi untuk guru dan supervisor.
dimiliki seseorang sebagai syarat memperoleh Selanjutnya peneliti akan melakukan uji coba
pengakuan dari masyarakat, dalam melaksanakan pertama lapangan penggunaan panduan dan in-
tugas-tugas tertentu. strumen supervisi klinis kepada 1 guru, 1 kepala
Berdasarkan pendapat di atas dapat disim- sekolah dan 1 pengawas. Kelima: main product
pulkan bahwa kompetensi mengajar senantiasa revision, melakukan revisi panduan dan instrumen
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang setelah kegiatan penggunaan panduan dan
sehingga guru perlu meningkatkan kompetensi instrumen supervisi klinis oleh user berdasarkan
yang dimiliki agar dapat mengajar dengan baik. masukan dari expert dan praktisi supervisi, penga-
Guru yang mampu menguasai materi pelajaran was maupun kepala sekolah. Keenam: main field
dengan baik maka akan mudah menyampaikan testing. Pada bagian ini peneliti akan melakukan
atau mentransfer pengetahuan yang dia miliki uji coba keduapanduan dan instrumen supervisi
kepada peserta didik. klinis kepada 1 guru, 1 kepala sekolah dan 1
pengawas.
METODE Ketujuh: operational product revision,
Penelitian ini adalah model penelitian dan melakukan revisi setelah kegiatan penggunaan
pengembangan (R&D). Borg dan Gall (2008:775- panduan dan instrumen supervisi klinis oleh user
776) mengemukakan bahwa ada sepuluh langkah berdasarkan masukan dari expert dan praktisi
dalam pelaksanaan R&D. Langkah-langkah supervisi. Kedelapan: operational field testing.
tersebut secara lengkap dijelaskan berikut. Per- Melaksanakan uji validasi dengan jumlah sampel
tama, research and information collecting yaitu yang dapat dijangkau, yaitu 12 guru, 6 kepala
melakukan kajian literatur yang berkaitan dengan sekolah, dan 3 pengawas. Melakukan pengum-
supervisi klinis. Pada tahap ini peneliti melakukan pulan data tentang penggunaan panduan dan
kajian literatur yang berkaitan dengan konsep instrumen supervisi klinis melalui wawancara,
supervisi klinis, kompetensi mengajar guru dan observasi, kuesioner, selanjutnya data tersebut
teknologi informasi yang dimanfaatkan oleh dianalisis. Kesembilan: final product revision,
guru, pengawas dan kepala sekolah dalam upaya melakukan revisi terakhir secara keseluruhan
merealisasikan kegiatan supervisi klinis. setelah mendapat masukan dari hasil kegiatan
Kedua, planning yaitu mengumpulkan penggunaan panduan dan instrumen supervisi
informasi dan melakukan penelitian awal tentang klinis di lapangan. Kesepuluh: dissemination and
pemahaman persepsi guru, kepala sekolah dan implementation. Menyampaikan laporan peneli-
pengawas terhadap kegiatan supervisi klinis. tian ini dalam sebuah seminar hasil penelitian dan
Untuk mendapatkan informasi tersebut peneliti juga ke dalam jurnal ilmiah.
melakukan studi melalui kegiatan wawancara Penetapan sampel penelitiannya dilaku-
tentang supervisi klinis, sumber informannya kan dengan teknik purposive sampling karena
meliputi; kepala sekolah, pengawas dan guru, penetapan sampel yang terkait menjadi subjek
hasil tersebut dideskripsikan menjadi informasi penelitian harus memiliki kemampuan kolaborasi
dasar dalam melakukan tahapan penelitian beri- dan perhatian yang cukup intensif terhadap proses
kutnya. Untuk melakukan kegiatan wawancara penelitian ini. Sebaran sampel penelitian dipilih
peneliti membuat panduan wawancara. Ketiga: 10 guru, 3 pengawas yang bertugas di wilayah

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


425

Jakarta, 4 guru dan 2 pengawas yang bertugas di awal, kedua tahap oservasi, tahap ketiga analisis
wilayah Depok dan Bekasi. interpretasi, tahap keempat pertemuan pasca ob-
Teknik pengumpulan data dilakukan mela- servasi dan kelima pertemuan balikan. Langkah
lui wawancara kepada para pengawas, kepala tersebut membutuhkan waktu yang panjang,
sekolah dan guru. Instrumen adalah peneliti jumlah guru banyak, frekuensi pertemuan rendah,
langsung dibantu dengan pedoman wawancara. secara empiris diduga sulit dilaksanakan secara
Data terkait tentang expert judgment dilakukan optimal untuk memenuhi lima langkah tersebut,
dengan mengundang ahli manajemen pendidikan maka digunakan terobosan memanfaat informasi
dan ahli teknologi dalam hal ini adalah ahli dari dan teknogi untuk melakukan supervi klinis. Un-
teknologi pendidikan. Instrumen yang diguna- tuk melakukan itu diperlukan pandun-panduan
kan dalam bentuk format analisis terbuka terkait untuk menjadi acuan dalam melaksanakan su-
validasi panduan supervisi klinis dan panduan pervisi klinis.
rekaman video. Pengumpulan data pengambilan Kedua, pemetaan persepsi tentang supervisi
data rekaman video dilakukan langsung oleh tim klinis berdasarkan hasil wawancara kepada para
peneliti ke sekolah sasaran berdasarkan state/ informan yang diklasifikasikan sebagai informan
sebaran wilayah sekolah dasar yang terletak ka- guru, kepala sekolah dan pengawas. Persepsi yang
bupaten/kota. dimaksud menggali tentang wawasan supervisi
klinis, pengalaman dalam kegiatan supervisi
HASIL DAN PEMBAHASAN klinis, dilanjutkan dengan menggali informasi
Hasil penelitian dideskripsikan sesuai dampak supervisi dengan peningkatan hasil
tahapan penelitian reseacrh and development pembelajaran siswa dan peningkatan kompetensi
sebagai berikut. guru.
Pertama, melakukan kajian literatur yang Hasil wawancara informan kepala sekolah,
terkait supervisi klinis, hasil kajian tersebut meng- diperoleh gambaran tentang wawasan super-
hasilkan kerangka berpikir awal penelitian yang visi klinis. Sebagian kepala sekolah mengatakan
ditunjukkan pada Gabmar 4. bahwa ia mengetahui bahkan pernah mendapat
Hasil kajian konsep dikembangkan dari pelatihan, tetapi setelah dilakukan wawancara
Glickman supervisi klinis itu terdiri dari lima mendalam tidaksesuai dengan konsep supervisi
tahap, yaitu tahap pertama persiapan/pertemuan klinis. Sampai saat ini, pelaksanaan supervisi

Gambar 4: Kajian Konsep Penelitian “Pengembangan Model Supervisi Klinis


Berbasis Informasi dan Teknologi

Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Informasi dan Teknologi


426

berdasarkan program yang telah ditetapkan oleh mengajar, pengawas untuk melaksanakan pem-
sekolah, biasanya dilakukan satu satu kali dalam binaan, dan kameramen yang membantu guru
satu semester. Sebelum melaksanakan supervisi dalam melakukan rekaman. Panduan ini secara
diadakan kesepakatan dengan guru mengenai jad- lengkap dapat diakses melalui https://1drv.ms/b/
wal pelaksanaan supervisi ataukunjungan kelas. s!AgjlleNs0UxKgm5nopi1KcD1e7gY.
Hasil wawancara kepada informan pengawas,
seluruh pengawas mengerti apa yang dimaksud Panduan Rekaman Video
dengan supervisi klinis, dan mengetahui dimulai Panduan rekaman video ini dimaksudkan
dari temuan masalah yang dihadapi guru, dan untuk memberikan pedoman kepada kameraman
memberikan pembinaan berdasarkan permasalah dalam melakukan pengambilan gambar, berisi
yang dihadapi guru, bila tidak ada masalah tidak petunjuk pengambilan gambar dan perangkat
perlu disupervisi, tetapi diakui bahwa supervisi yang digunakan. Pertama kameramen menye-
klinis belum dapat dilakukan optimal karena guru diakan handphone atau kamera digital dengan
masih merasa takut untuk mengajukan perminta- memory eksternal yang besar, melakukan shoot-
an untuk disupervisi oleh kepala sekolah atau ing dengan close up, medium dan gerakan ke
pengawas. kiri dan ke kanan. Rekaman dilakukan pada saat
Berdasarkan hasil pemetaan studi awal kegiatan pembukaan, dengan melakukan shoot
di atas ditemukan, pertama guru belum mema- depan lalu shoot ke kiri dan kekanan. Pada saat
hami supervisi klinis, guru hanya memahami inti kamera diarahkan dari bagian belakang ru-
supervisi pada umumnya, kedua kepala sekolah ang kelas agar lebih jelas melihat kegiatan yang
sudah memahami tentang supervisi klinis, tetapi dikerjakan oleh guru, lalu camera diarahkan ke
kepala sekolah melaksanan supervisi hanya untuk kiri dan ke kanan mengikuti gerakan guru. Pada
pemenuhan program supervisi pada umumnya. saat kegiatan penutup kamera shoot dari belakang
Ketiga pengawas sudah memahami tentang clse up ke guru, lalu diarahkan ke murid untuk
supervisi klinis tetapi belum melaksanakannya, melihat ekspressi murid pada akhir pelajaran
disebabkan oleh ketidakpahaman guru dan kepala kembali diarahkan ke guru untuk mengakhiri pela-
sekolah. Maka pada langkah berikut peneliti jaran. Panduan dapat diakses melaluihttps://1drv.
membuat panduan supervisi klinis serta instrumen ms/b/s!AgjlleNs0UxKgm9m677vqwqeIpWe.
yang diperlukan untuk melakukan supervisi klinis Rekaman contoh video pembelajaran di
berbasis teknologi dan informasi. SD Negeri yang dijadikan salah satu con-
Ketiga, develop preliminary form of prod- toh dapat diakses melalui https://1drv.ms/v/
uct, menghasilkan dokumen panduan supervisi s!AgjlleNs0UxKgwPDQkldXP_wBqJK.
klinis dan panduan rekaman video, panduan ini Keempat, pelaksanaan expert judgement.
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang para
guru untuk meningkatkan kompetensi menga- ahli untuk memberikan masukan pada panduan
jarnya, para pihak yang terlibat dalam melaksana- agar panduan menjadi lebih valid atau tepat, eks-
kan supervisi klinis. pert yang memberikan masukan tentang panduan
supervisi yang memiliki keahlian manajemen
Panduan Supervisi Klinis pendidikan,untuk instrument supervisi juga yang
Sistematika panduan diawali pendahuluan, memiliki keahlian manajemen pendidikan. Untuk
tujuan panduan, pengguna panduan, definisi ahli yang memberikan masukan panduan shooting
operasional, mekanisme kegiatan, pihak yag ter- adalah ahli teknologi pendidikan. Berdasarkan ha-
libat, penutup. Pendahuluan berisi tentang konsp sil masukan dari ahli panduan supervisi diperbaiki
tentang supervisi klinis berbasis informasi dan dengan menambah menjelaskan definisi opra-
teknologi sebagai salah satu alternatif untuk sional, sedangkan untuk istrumen supervisi hanya
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dalam memperbaiki pernyataan dan teknik skoring.
melaksanakan supervisi klinis baik oleh supervi- Untuk panduan rekaman video, ternyata
sor dan kepala sekolah, bagi guru untuk menum- masih banyak yang harus diperbaiki paning
buhkan kesadaran bahwa perbaikan mengajar (gerakan ke kiri dan gerkan ke kanan), pada
harus diawali dari guru sendiri. Pengguna pan- panduan pertama tidak disusun story board yang
duan ini diperuntukkan bagi guru sebagai sasaran menggambarkan langkah shooting dengan jelas
supervisi klinis dalam meningkatkan kompetensi dan sisitimatis, juga dilengkapi dengan gambar

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


427

untuk tahapan shooting, serta memperbaiki istilah Ketujuh, operational product revision,
dalam pengambilan gambar, seperti gerakan geser revisi setelah kegiatan penggunaaan panduan
ke kiri dan ke kanan, istilah yang betul adalah dan instrumen supervisi klinis oleh penggunan
paning. Selanjutnya peneliti mengadakan uji coba berdasarkan masukan dari ahli dan praktisi, pada
panduan ke lapangan.Sebelum melakukan kegia- tahap ini panduan dan instrument hanya diperbaiki
tan penelitian tim peneliti mengdakan koordinasi pada kesempurnaan redaksi untuk memudahkan
dengan pihak dinas pendidikan dengan mengirim penggunaan instrumen bagi pihak-pihak yang
surat izin penelitian. terlibat.
Untuk tahap pertama peneitian dilakukan Kedelapan, operasional field testing,
di kecamatan Rawajati di Sekolah Dasar (SD) uji validasi dengan jumlah sampel yang dapat
Negeri 08 pagi, dilakukan koordinasi dengan dijangkau yaitu 12 guru, 7 kepala sekolah dan
pihak kepala sekolah dan guru yang menjadi objek 5 pengawas, sampel sasaran meliputi: Untuk
penelitian. Pada hari yang disepakati tim peneliti provinsi di DKI Jakarta diambil 5 sekolah dasar
melakukan pengambilan video/shooting mengajar meliputi: SD Rawajati 05 Pagi, Rawajati 08 Pagi,
guru kelas satu di Sekolah Dasar Rawajati 08, Gunung 01 Pagi, Gunung 03 Pagi, Dukuh 03 pagi
berlangsung satu jam pelajaran. Pengawas belum SD kota Bekasi satu sekolah yaitu SD Jatirasa 03
menggunakan email untuk memberikan panduan pagi dasar dan Kota Depok satu sekolah Dasar.
kepada guru, tetapi diberik secara manual hard yaitu SD Tugu 10 Pagi. Pengawas SD kecamatan
copy. Guru belum melakukan permohonan untuk Pancoran, kecamatan Kebayoran Baru, Kramat
disupervisi via email. jati. Kota Depok: kecamatan Cimanggis dan Kota
Kelima, main product revision, revisi pan- Bekasi dari Kecamatan Jatiasih.
duan dan instrumen setelah dilakukan uji coba Sebelum dilakukan uji validasi lapangan,
lapangan, diperoleh masukan dari kameramen diadakan sosialisasi ke sekolah tentang kegiatan
bahwa pengambilan gambar dilakukan dengan supervisi klinis berbasis teknologi, Untuk kegiat-
menggunakan kamera digital atau handphone. an sosialisasi peneliti lakukan dengan mendatangi
Ahli teknologi dan informasi memberikan masu- tiap sekolah, yang akan dijadikan sasaran, dengan
kan bahwa pengambilan gambar dilakukan dalam tujuan untuk penjajagan awal mengetahui situasi
one shoot dan kameramen cukup standing on one kondisi sekolah dan kelas yang akan dijadikan
place (berdiri tetap di satu tempat) deret akhir sasaran penelitian. Kegiatan sosialisi dilakukan
tempat duduk siswa.Berdasarkan masukan dari kepada pengawas sebagai pembina sekolah,
guru dan kepala sekolah instrumen perlu diberikan kepala sekolah, dan guru-guru, khususnya guru
petunjuk yang lebih jelas untuk penggunaannya. yang akan dijadikan sasaran penelitian. Hasil
Keenam, main field testing, pada bagian pelaksanaan uji validasi mengikuti tahapan super-
ini peneliti melakukan uji coba kedua panduan visi klinis yaitu: tahapan pertemuan awal, pada
dan instrumen supervisi kepada satu guru dan model ini dapat dilakukan dengan menggunakan
satu kepala sekolah dan satu pegawas. Uji coba informasi dan teknologi, komunikasi dilakukan
kembali diaawali dengan koordinasi kepada pihak melalui email, short service massage (SMS),
sekolah, dalam hal ini dilakukan di SD 05 pagi telepon dan lainnya.
Rawajati, peneliti melakukan izin penelitian satu Tahap kedua, rekaman video kegiatan pem-
minggu sebelum kegiatan, dilanjutkan dengan belajaran minimal satu jam pelajaran, koordinasi
pertemuan pendahuluan kepada kepala sekolah dengan kameramen atau petugas yang bertugas
juga untuk koordinasi dengan guru yang akan mengambil gambar. Transfer video ke prangkat
menjadi objek penelitian. Diawali dengan guru flasdisk, compact disk atau langsung ke komputer,
mengirim email kepada supervisor/ kepala seko- melakukan pemutaran ulang film. Tahap ketiga,
lah agar mensupervisi kegiatan pembelajaran, penilaian melalui pemutaran video pembelajaran
selanjutnya ada kesepakatan antara guru dan su- guru sasaran, hal ini dilakukan oleh guru sendiri,
pervisor untuk melaksanakan kegiatan supervisi. kepala sekolah dan pengawas. Tahap keempat
Selanjutnya kepala sekolah berkoordinasi dengan (konferensi); supervisor dan guru dapatmelaku-
tim untuk melakukan rekaman video pembela- kannya melalui video call, juga dapat dibarengi
jaran. Pengambilan rekaman video dilakukan dengan tahap lima. Selanjutnya tahap lima mem-
di kelas 3. Setelah selesai pengambilan gambar, beri balikan (feed back) merancang pertemuan
kameramen memberikan hasil rekaman kepada balikan melakukan tatap muka antara supervisor
guru dan supervior untuk dianalisis. (pengawas) dan guru yang disupervisi.

Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Informasi dan Teknologi


428

Kegiatan pada tahap operasional filed test- yang menjadi model dalam kegiatan tersebut.
ing (Uji validasi lapangan) dengan melibatkan12 Kedua dilakukan dengan mempublikasiskan hasil
orang guru SD, 7 kepala SD, dan 5 pengawas penelitian melalui jurnal
sekolah dasar. Hasil validasi user guru, praktisi
lapangan adalah kepala sekolah dan pengawas. Pembahasan
Analisis pembelajaran dilakukan oleh guru seba- Penelitian Model Supervisi Klinis Berbasis
gai subjek yang menjadi obyek penelitian, kepala Teknologi Informasi dikembangkan dari konsep
sekolah dan pengawas sekolah, melakukan anali- Glickman et al (2010: 288-289) menjelaskan lima
sis hasil mengajar guru menggunakan instrumen langkah supervisi klinis (1) pra konferensi dengan
yang telah disediakan. Hasil kegiatan, instrumen guru (tahap persiapan); (2) observasi kelas;(3)
tersebut dapat digunakan dengan cermat, penga- analisis interpretasi observasi dan menetapkan
was dan guru menuangkan hasil analisisnya pendekatan konferensi; (4) pertemuan yang di-
pada lembar instrumen yang telah disediakan. lakukan setelah melakukan observasi; (5) pelak-
Kameramen melaksanakan rekaman video sesuai sanaan kritik empat langkah sebelumnya. Konsep
panduan. awal supervisi klinis adalah kegiatan supervisi
Kesembilan, final product revision. Peny- yang ditujukan untuk perbaikan mengajar guru
usunan panduan dan instrumen tersebut dilakukan khusus satu keterampilan mengajar tertentu.
melalui uji validasi dari ahli/expert dan praktisi Penelitian ini mengembangkan model
lapangan, sebagai revisi terakhir dilakukan den- supervisi klinis berbasis teknologi dan informasi
gan mereview kembali setelah dilaksanakan peng- yang membedakan model tersebut dari konsep
gunaaan panduan dan instrumen supervisi klinis awal adalah antara satu tahap dengan tahap
di beberapa sekolah. Panduan dan Instrumen yang lain dapat menggunakan informasi dan
tersebut dalam bentuk panduan supervisi klinis, teknologi. Penggunaan teknologi dan informasi
panduan rekaman gambar video dan instrumen dapat memotong siklus keterbatasan ruang dan
penilaian mengajar guru. waktu. Model tersebut dapat di divisualisasikan
Kesepuluh, dissemination and imple- pada Gambar 5.
mentation. Penyebaran dan pelaporan, pertama Pada tahap awal dilakukan pertemuan
peneliti menjadi pembicara tentang supervise awal saat pertemuan akademik yang selanjutnya
klinis berbasis informasi dan teknologi dalam dilakukan melalui pemanfaatan informasi berba-
kegiatan Pengabdian Masyarakat di Sekolah sis teknologi dan informasi bisa menggunakan
Dasar Negeri Pembina Provinsi DKI Jakarta, email, SMS, atau via telepon. Adapun persiapan
kegiatan dan dilanjutkan dengan peraktek super- untuk membuat RPP dan dikonsultasikan dengan
visi klinis berbasis informasi dan teknologi oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah atau pe-
Sekolah Dasar Negeri Cipinang Muara 05 Pagi ngawas binaan yang biasanya dilakukan dengan

Gambar 5. Hasil Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Informasi dan Teknologi

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


429

menyerahkan langsung dalam hardcopy pada guru. Pada tahap inilah terjadi pertemuan kolegial
model ini dilakukan melalui email. Supervisor membahas tentang proses pembelajaran guru yang
dapat menganalisis melalui email dan dapat mem- bersangkutan, sambil melakukan pemutaraan
berikan masukan kepada guru yang bersangkutan ulang video tersebut, bila diperlukan pada tahap
melalui email pula. ini supervisor lebih banyak menggali hal-hal apa
Untuk tahap observasi,supervisior tidak yang dialami oleh guru terkait kemampuan men-
langsung masuk ke dalam kelas, tetapi dilakukan gajarnya. Pada tahap ini pengawas tidak banyak
dengan melakukan rekaman video. Untuk melaku- memberikan saran kepada guru tetapi lebih ban-
kan rekaman ini diperlukan panduan yang dijadi- yak menggali hal-hal apa yang dinilai guruperlu
kan dasar untuk melakukan rekaman sehingga ha- untuk diperbaiki dalam upaya meningkatkan
sil rekaman sesuai kebutuhan dalam menganalisis kompetensi mengajarnya.
hasil supervisi klinis. Pada hasil rekaman dapat Menurut pendapat guru dengan model
dilihat dengan jelas selama proses pembelajaran supervisi berbasis teknologi dan informasi super-
secara utuh, mulai dari kegiatan pembukaan, inti visi klinis dapat dilakukan secara lebih alamiah,
dan penutup. Pada kegiatan pembukaan merekam pada kondisi ini guru tidak merasa sedang dinilai
kegiatan guru dengan close up sehingga jelas keeterampilan mengajarnya karena supervisor
terlihat apa saja yang dilakukan dan dibicarakan tidak hadir langsung di kelas, kedua guru juga
oleh guru. Pada kegiatan inti dihasilkan rekaman merasa perlu untuk dievaluasi kelebihan dan
gambar yang memperlihatkan kegiatan guru kekurangannya, terutama kekurangan yang sulit
dalam mengelola pembelajaran, cara interaksi untuk diungkap, karena merasa sudah baik dalam
dengan siswa, dalam menggunakan metode, in- mengajar. Dengan melihat rekaman video men-
teraksi siswa selama pembelajaran, penampilan gajar guru dapat melihat secara langsung tentang
guru, yang menampilkan ekspresi ketika proses keterampilan mengajarnya terutama dalam hal
pembelajaran. Pada kegiatan penutup merekam mengelola siswa di kelas untuk dapat belajar da-
kegiatan gambar aktivitas guru dan siswa saat lam kondisi yang menyenangkan dan mencapai
mengakhiri pembelajaran di kelas. daya serap yang tinggi. Kepala sekolah menilai
Pada tahap analisis: pada model ini dikem- model ini sangat membantu untuk memberikan
bangkan menjadi dua analisis. Analisis dilakukan pembinaan guru-gurusecara professional, dengan
oleh guru, guru memutar kembali rekaman video mengedepankan self assessment sehingga tidak
pembelajaran dirinya, kemudian melakukan self terkesan kepala sekolah menunjukkan kekuran-
assessment yang berhubungan dengan kegiatan gan guru, tetapi perbaikan dilakukan berdasarkan
mengajarnya. Penilaian ini dilakukan dengan fakta dan kesadaran ataupun keinginan dari guru
menggunakan format penilaian mengajar yang itu sendiri.
telah disediakan oleh supervisor yang dikirim Supervisor dalam hal ini pengawas pem-
melalui email. Setelah guru melakukan penilaian binan menilai model supervisi klinis berbasis
mandiri maka hasil tersebut dikirim kepada super- teknologi dan informasi sangat efektif dilihat dari
visor. Selanjutnya, dilakukan analisis kolaboratif keterbatasan waktu yang dimiliki oleh pengawas
berarti yang dilakukan oleh supervisor dalam hal mengingat banyak sekali guru yang harus dibina
ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau oleh dalam satu wilayah binaan, komunikasi pembi-
pengawas pembina. Penilaian juga dilakukan naan antara pengawas dan guru di wilayah binaan
melalui tayangan rekaman video mengajar guru terjalin baik, karena dapat dilakukan melalui
dengan menggunakan format penilaian yang telah SMS, mengirim email atau menelpon langsung
disediakan. Setelah melakukan penilaian masing- ke handphone. Model supervisi ini sangat sesuai
masing aspek, melakukan analisis hasil pembe- untuk membinan guru yang mengalami masalah
lajaran tersebut, penilaian ini bersifat kolaboratif khusus dalam pembelajaran.
dengan menggunakan prinsip kesejawatan. Super- Studi awal menemukan bahwa persepsi
visor bukan seorang atasan tetapi sebagai kolega guru dan kepala sekolah tentang supervisi klinis
yang dapat membantu guru untuk memperbaiki belum dipahami secara optimal, karena super-
mengajar. Penilaian ini menggunakan format vise yang dilakukan disekolah adalah supervisi
penilaian yang telah disediakan. akademik, Kegiatan supervisi akademik adalah
Tahap akhir: tahap konferensi tahap per- supervise yang dilaksanakan oleh kepala sekolah
temuan tatap muka langsung antara supervisor dan dan pengawas sebagai program manajerial rutin

Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Informasi dan Teknologi


430

untuk mengetahui ketercapaian hasil pembela- Terkait dengan pengunaan panduan su-
jaran pembelajaran. Sedangkan supervisi klinis pervise klinis berbasis teknologi dan informasi
merupakan supervisi yang difokuskan kepada menurut pandangan para user yang menjadi sub-
perbaikan keterampilan mengajar pada satu aspek yek sasaran penelitian dalam hal ini pengawas,
keterampilan seperti keterampilan menjelaskan. kepala sekolah, guru dan kameramen, dari sisi
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Iriani (2008: panduan dan instrument menurut para pengguna:
278-285) pada studi awal pemahaman kepala guru, pengawas, kepala sekolah dan kameramen
sekolah terhadap supervisi klinis kurang baik, se- bahwa panduan supervisi klinis dan panduan reka-
telah penelitian berkembang menjadi sangat baik man video sudah sangat jelas, mudah dimengerti
dan mampu melaksanakan supervisi klinis secara dan mudah untuk diaplikasikan oleh pengguna.
tepat, sehingga kesulitan dalam menggunakan
keterampilan dasar mengajar dapat diperbaiki. PENUTUP
Penelitian Baltacyi-Goktalay et al (2014:1- Model supervisi klinis berbasis informasi
11) mengembangakan penelitian model supervisi dan teknologi merupakan model yang dikembang-
klinis berbasis informasi dan teknologi (IT) me- kan dari konsep supervisi klinis Glickman meli-
nemukan bahwa keberadaan sistem Uludag- puti tahap persiapan (pra observasi), observasi,
KDM, membutuhan pengujian kembali atau analisis mandiri, analisis kolaboratif, konferensi
media sosial lain harus dapat dipertimbangkan dan feedback.Tiap tahap supervisi klinis dapat
untuk tujuan komunikasi dan umpan balik. Pada dilakukan melalui pemanfaatan teknlogi dan in-
proses penelitiannya tiap tahapan guru yang di- formasi. Pada tahap persiapan, dilakukan dengan
oberavasi melakukan komunikasi melalui sistem pengiriman short message service (SMS), email
UludagKDM, pada prosesnya belum optimal atau menelpon langsung untuk menetapkan waktu
sistem tersebut digunakan oleh guru (peserta yang supervisi dan mempersiapkan rencana pembela-
dilatih), guru pendamping dan pihak universitas. jaran. Tahap observasi pembelajaran dilakukan
Sebagian guru yang dilatih memiliki opini negatif dengan rekaman video.Tahap analisis mandiri,
terhadap sistem tersebut dan facebook dijadikan guru menggunakan rekaman video dan insrumen
salah satu opsi atau pilihan, facebook dianggap supervisi klinis dan pada tahap analisis kolabo-
lebih baik, tetapi facebook bukan untuk tujuan ratif, pengawas menggunakan rekaman video dan
ilmiah, maka diputuskan untuk membuat kursus insrumen supervisi klinis. Pada tahap pertemuan
untuk menggunakan sistem UludagKDM, tetapi balikan, supervisor harus bertemu langsung
dibuat untuk lebih menyenangkan dalam meng- dengan guru untuk mendiskusikan hasil analisis
gunakannya. penilaian mandiri dan analisis kolaboratif. Semua
Penelitian ini juga didukung hasil penelitian tahapan tersebut memanfaatkan informasi dan
Pengembangan Paket Program Coaching Berbasis teknologi kecuali pertemuan balikan langsung
Video untuk Peningkatan Kompetensi Mengajar bertatap muka untuk menghasilkan hubungan
Guru Sains. Setelah menggunakan paket program kolaboratif yang harmonis. Dalam pelaksanaan
coaching, guru lebih menyadari bahwa membuka seluruh tahapan supervisi klinis, supervisor dan
dan menutup pelajaran bukanlah sekedar mengu- guru menggunakan panduan supervisi klinis,
capkan salam, atau memeriksa kehadiran siswa, instrumen supervisi klinis, dan panduan rekaman
tetapi membuka dan menutup pelajaran memiliki video yang digunakan dalam proses rekaman.
makna penting dalam pembelajaran (Widodo, Ri-
andi dan Supriatna, 2011:58-72). Didukung pula UCAPAN TERIMA KASIH
hasil penelitian Saputra melalui perlakuan (model Terima kasih saya haturkan kepada Direk-
pengawasan pembelajaran) ternyata kompetensi torat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Universitas
akademik dapat meningkat dan tentunya dapat Negeri Jakarta yang telah memberikan dana pene-
memberi dampak terhadap kualitas pengajaran litian ini melalui penelitian hibah bersaing, terima
bagi para siswanya. Jadi, model pengawasan kasih pula kepada tim redaksi Jurnal Cakrawala
pembelajaran yang dikembangkan terbukti efektif Pendidikan dan para reviwer dan admni yang
dalam meningkatkan kompetensi akademik guru telah memberikan kesempatan dan membantu
pendidikan jasmani di SD (Saputra,2011:485- saya untuk mempublikasikan hasil penelitian
486). pada jurnal ini.

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


431

DAFTAR PUSTAKA Vol.2 No.2 Maret 2008. Online: https://


Baltacyi-Goktalay et al. 2014. Clinical Supervi- utsurabaya.files.wordpress.com/2010/08/
sion Model And Uludag Kdm. Interna- dwi-iriyani.pdf.
tional Journal on New Trends in Education
and Their Implications. April 2014 Volume: Kevin Wu. 2010. Quality Implementation. Jakarta:
5 Issue: 2 Article: 01 ISSN 1309-6249. Gramedia Pustaka Utama.
dari :http://www.ijonte.org/FileUpload/
ks63207/File/01a.baltaci-goktalay.pdf. Openshaw, Linda. 2012. Challenges In Clinical
diunduh 18 Juni 2016. Supervision. USA : NACSW Convention.

Esim et al. 2013. Clinical Supervision Model to


Improve Supervisory Skills of Cooperating
Teachers and University Supervisors during Mulyana, A.Z. 2010. Rahasia Menjadi Guru
Teaching Practice.H. U. Journal of Educa- Hebat. Surabaya : Grasindo.
tion Özel Sayý (1), 191-203.online:https://
www.researchgate.net/profile/Umut_ Saputra, Yudha M. 2011. Model Pengawasan
Salihoglu/publication/259169324_ Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SD.
Clinical_Supervision_Model_to_Im- Cakrawala Pendidikan, November 2011,
prove_Supervisory_Skills_of_Coop- Th. XXX (3), 474-489, online:http://down-
erating_Teachers_and_University_Su- load.portalgaruda.org/article.php?article=3
pervisors_during_Teaching_Practice/ 24630&val=445&title=MODEL%20PEN-
links/542d38d50cf29bbc126d21bd.pdf. GAWASAN%20PEMBELAJARAN%20
PENDIDIKAN%20JASMANI%20DI%20
Borg, Walter R; Damien Gall. 2008. Educational SD diunduh 20 Juni 2016.
Research. New York: Pearson Education,
Inc. Sergiovanni, Thomas & Robert Starratt. 2006. Su-
pervision : A Redefinition. USA : McGraw-
Glickman, Carl D., Stephen P. Gordon & Jo- Hill Education.
vita M. Rose-Gordon. 2010. Supervision
and Instructional Leadership. New York: Sullivan, Susan and Jeffrey Glanz. 2013. Supervi-
Pearson. sion That Improves Teaching and Learning.
USA : Sage Publications Ltd.
Harris, Mary & Anne Brockbank. 2011. An
Integrative Approach to Therapy and Widodo, Ari., Riandi, & Bambang Supriatno.
Supervision. London: Jessica Kingsley 2011. Pengembangan Paket Program
Publishers. Coaching Berbasis Video Untuk Pening-
katan Kompetensi Mengajar Guru Sains.
Hess, Kären Matison., Christine Hess Orthmann. Cakrawala Pendidikan, Februari 2011,
2012. Management and Supervision in Law Th. XXX (1), 58-72, online: https://lppmp.
Enforcemen. USA : Delmar. uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/5%20
Ari%20Widodo,%20Riandi,%20dan%20
Iriani, Dwi. 2008. Pengembangan Supervisi Bambang%20Supriatno%20bagian%201.
Klinis Untuk meningkatkan Keterampilan pdf. diunduh 20 Juni 2016.
Dasar Mengajar Guru. Jurnal Didaktika,

Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Informasi dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai