Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

MENGGUNAKAN MONITORING CCTV

Sitti Aisyah
Pendidikan Teknologi Kejuruan, Universitas Negeri Makassar
Email. sittiaisyahadnan@gmail.com

(Diterima : 13-November-2018 ; direvisi : 6-Mei-2019 ; dipubikasikan : 13-Juni-2019)

Abstract : The study aims at developing of school’s principal using CCTV monitoring system ini
SMPN 21 Makassar, examing the advantages of applying supervision of school’s principal using CCTV
monitoring system, examining the teacher’s attitude on the application of supervision of schools’s
principal using CCTV monitoring system. The tagrets of the study were the schools’s principal and
teachers to obtain the response of using CCTV in the development of level three. The development
model was 4-D model. Data collecting technique used was documentation technique, interview, and
questionnaire given to the respondents. The prerequisite test used ISO 9125 with the examination
consisted of funcionality, portability, and usability. The result of the study reveal that utilizing CCTV
in implementing monitoring ini SMP 21 Makassar is ini moderate category, meaning that the
respondents still need to reconsider of using CCTV for supervision.
Keywoard : Supervision CCTV, Monitoring
Abstract : Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan supervisi kepala sekolah menggunakan
sistem monitoring CCTV di Sekolah Menengah Pertama Negeri 21 Makassar, untuk mengetahui
kelebihan penerapan supervisi kepala sekolah menggunakan sistem monitoring CCTV, untuk
mengetahui sikap pendidik tehadap adanya penerapan supervisi kepala sekolah menggunakan sistem
monitoring CCTV. Sasaran penelitian ini yaitu untuk kepala sekolah dan tenaga pendidik guna
mengetahui tanggapan atas penggunaan CCTV dalam pelaksanaan supervisi. Jenis penelitian ini adalah
penelitian dan pengembangan (research and development) level tiga. Model pengembangannya adalah
4 D. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, wawancara, dan kuesioner
yang diberikan kepada responden.Uji persyaratan menggunakan ISO 9125 dengan pengujian terdiri atas
yakni, fungsionalitiy, portability dan usability. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan CCTV
dalam pelaksanaan monitoring di sekolah menengah pertama 21 makassar ini berada pada kategori
cukup, artinya responden masih perlu untuk melakukan peninjauan ulang untuk menggunakan CCTV
pada supervisi kepala sekolah.
Kata kunci : Supervisi, CCTV, Monitoring.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses proses pembelajaran. Guru Aparatur Sipil


mengembangkan sumber daya manusia karena Negara (ASN) yang profesional adalah guru
dengan sumber daya manusia yang kompeten yang mampu membuat perencanaan
suatu negara mampu mengolah alamnya. pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah arah menilai pembelajaran, dan mengembangkan
yang hendak dicapai demi terwujudnya tujuan profesional kerjanya. Upaya peningkatkan
hidup manusia. Terwujudnya tujuan pendidikan kualitas sumber daya manusia salah satunya
tentu perlu didukung oleh guru yang merupakan melalui proses pembelajaran di sekolah. Dan
salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dievaluasi dari hasil
capaian siswa, capaian yang dimaksud adalah bukan untuk menganalisa, mengevaluasi dan
prestasinya, hasil belajarnya mendiagnosa aktivitas pengajaran.
Guru merupakan komponen sumber Prosedur kunjungan kelas sering
daya manusia dalam bidang pendidikan yang mendadak, formal, mekanis, dan tidak simpatik.
harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Supervisor bersifat superior dan korektif.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas Kehadiran supervisor di kelas sering
guru dan melahirkan kebijaksanaan pendidikan mengejutkan. Guru dan murid menjadi tegang,
khususnya di sekolah adalah supervisi cemas dan serba salah reaksi-reaksi mereka
pendidikan. Fungsi utama supervisi pendidikan selama kunjungan berlangsung. Guru-guru
adalah ditujukan pada perbaikan dan cenderung menyajikan laporan yang dibuat-
peningkatan kualitas pengajaran. Sementara buat untuk menyenangkan supervisor. Hal ini
menurut Burton dan Bruckner dalam Maryono dikarenakan penerapan obeservasi kelas
(2014) fungsi utama supervisi modern adalah melalui kunjungan kelas ini hanya bersifat
menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang formalitas dan sementara. Observasi kelas
mempengaruhi proses pembelajaran peserta sebagai kebutuhan untuk mengetahui proses
didik, sedangkan Brigs dalam Maryono (2014) belajar mengajar di kelas sebagai bahan
mengungkapkan fungsi utama supervisi rekomendasi perbaikan mengajar dan treatmen
pendidikan bukan perbaikan pembelajaran saja, bagi siswa dilakukan secara setengah-setengah
melainkan untuk mengkoordinasi, dan tidak menyeluruh. Seorang supervisor
menstimulasi, dan mendorong ke arah hanya datang pada saat-saat tertentu. Sehingga
peningkatan profesi guru. hasil observasi bersifat parsial dan tidak bisa
Ada dua teknik supervisi pendidikan dijadikan patokan untuk mengetahui
yaitu teknik yang bersifat individual dan permasalahan, mengambil kesimpulan untuk
kelompok. Teknik individual antara lain rekomendasi perbaikan pengajaran dan
melakukan perkunjungan kelas, observasi treathmen bagi siswa. Apalagi ada
kelas, interview pribadi, mengunjungi antar kecenderungan observasi kelas yang dilakukan
kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan sesaat menimbulkan sikap hipokrit guru
teknik kelompok meliputi temu orientasi guru ataupun siswa. Selain itu, kepala sekolah
baru, panitia penyelenggara, rapat guru, studi sebagai seorang supervisor tidak punya banyak
kelompok antar guru, diskusi sebagai proses waktu untuk melakukan supervisi kelas dengan
kelompok, tukar menukar pengalaman, melakukan kunjungan ke tiap-tiap kelas untuk
lokakarya, diskusi panel dan lain sebagainya. melakukan observasi kelas.
Diantara beberapa cara tersebut observasi kelas Kehadiran kepala sekolah secara fisik
merupakan salah satu teknik yang lazim ke dalam kelas tidak memungkinkan dilakukan
digunakan untuk mempelajari situasi mengajar. secara intensif karena banyaknya tugas yang
Semula kunjungan kelas dipakai untuk melihat diemban. Apalagi dengan tenaga kepala sekolah
kekurangan-kekurangan dan kesalahan guru, yang hanya satu dengan jumlah kelas banyak.
Oleh karena itu, kepala sekolah yang Development (R & D). Penelitian dan
melakukan supervisi observasi pada para guru Pengembangan yang dilakukan berorientasi
seyogyanya harus memiliki, memahami dan pada pengembangan produk, penelitian
menguasai teknik supervisi observasi kelas pengembangan berfungsi untuk memvalidasi
secara baik dan mencari jalan keluar terhadap dan mengembangkan produk. Memvalidasi
kendala yang dialami oleh kepala sekolah dalam produk berarti produk itu telah ada, dan peneliti
pelaksanaan supervisi observasi kelas. hanya menguji efektifitas dan validitas produk
Melalui supervisi kepala sekolah ini tersebut. Mengembangkan produk dalam arti
dapat membantu guru dalam memecahkan yang luas dapat berupa memperbarui produk
maslah-masalah yang dihadapi terkait dengan yang telah ada sehingga menjadi lebih prakitis,
pembelajaran. Dengan demikian supervisi efektif dan efisien (Sugiono, 2017).
akademik amatlah penting dilaksanakan sebagi Penelitian ini merupakan penelitian
suatu upaya penjaminan mutu pembelajaran di pengembangan level 3. Penarikan sampel yang
tingkat satuan pembelajaran. Berangkat dari dilakukan dengan menggunakan teknik simple
permasalahan tersebut tentu diperlukan alat random sampling, pengambilan sampel ini
yang mampu memberi fungsi lebih diluar dari memberikan peluang yang sama begi setiap
kemampuan manusia yang kurang menyeluruh unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
dalam hal ini untuk mendukung kegiatan anggota sampel. Sampel diambil secara acak
supervisi, hal tersebut bisa dilakukan dengan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
perkembangan teknologi yang semakin hari populasi. Sampel atau responden dalam
semakin pesat seiring dengan proses penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah
globalisasi, misalnya pemantauan seperti Pertama 21 Makassar.
halnya kamera pengawas Closed Circuit Desain pengembangan penelitian
Television (CCTV), hal tersebut tentunya sangat “Pengembangan Supervisi Kepala Sekolah
membantu bagi pihak kepala sekolah untuk Menggunakan Sistem Monitoring CCTV” ini
semakin meningkatkan kecepatan pencarian menggunakan model pengembangan yang
informasi, pengamatan kelas yang tidak harus disarankan oleh (Thiagarajan, Sivasailam,
secara langsung sehingga guru mampu 1974) yaitu model 4-D, yang terdiri dari 4 tahap
melaksanakan tanggung jawab sesuai porsi pengembangan, yaitu define, design, develop,
tanpa harus timbul rasa takut, atau cemas dan dessimenate. Teknik pengumpulan data
terhadap kunjungan secara langsung oleh yang digunakan penulis dalam penelitian ini
supervisor dalam hal ini kepala sekolah. adalah observasi, angket , dan dokumentasi.
METODE Teknik analisis data pada penelitian ini
Penelitian ini adalah penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik
pengembangan (research development). analisis deksriptif yaitu statistik yang digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan suatu data dengan
adalah metode penelitian Research and
mendeskripsikannya sehingga didapatlah adalah kemudahan penggunaan produk ini dari
kesimpulan dari sekelompok data. sisi user yaitu kepala sekolah maupun tenaga
pendidik dapat dilihat dari tampilan menu atau
HASIL DAN PEMBAHASAN navigasi yang mudah dipahami, selain karena
Berdasarkan penelitian yang telah intervace yang sederhana, juga menu-menu
dilakukan maka diperoleh sebuah produk tidak terlalu banyak dan sangat user friendly.
monitoring CCTV untuk supervisi kepala Kepala sekolah dapat langsung mengecek
sekolah di Sekolah. Produk ini berguna kegiatan belajar mengajar di kelas secara
membantu pihak sekolah dalam mengefektifkan berkala, tanpa harus survey langsung di semua
dan mengefisienkan pelaksanaan supervisi, baik kelas sebagaimana yang dilakukan pada
itu kepala sekolah, tenaga pendidik maupun program supervisi sebelumnya.
siswa karena ke tiga elemen ini semuanya Kegiatan awal dalam pembuatan sistem
berpengaruh untuk kesuksesan kegiatan belajar ini meliputi perencanaan, selanjutnya
mengajar di sekolah, karena sejatinya supervisi mendesain sistem yang kemudian divalidasi
ini dilakukan untuk mengevaluasi segala hal oleh ahli dan diuji coba kepada objek peneliti
yang berkaitan dengan keadaan sekolah dalam hal ini tenaga pendidik dan kepala
utamanya dalam hal belajar mengajar, yang sekolah. Pengujian ini dilakukan oleh pakar
tentu menyangkut dengan tenaga pendidik yang telah diberikan kepercayaan dalam
maupun siswa, adapun pengembangan memvalidasi produk monitoring supervisi
supervisinya yaitu dengan pemantauan dari menggunakan CCTV. Validitas alat ukur diuji
jarak jauh yang sebelumnya dilakukan dengan dengan menggunakan rational judgement atau
pengecekan tiap-tiap kelas. validator ahli serta validitas yang dilakukan di
Adapun kelebihan penerapan supervisi SPSS setelah data diperoleh. Tahap validasi
kepala sekolah menggunakan monitoring instrument dilakukan dengan bekerja sama
CCTV ini yaitu mampu meminimalisir waktu dengan para ahli untuk melakukan revisi
dan tenaga karena dengan produk ini kepala terhadap instrumen yang telah disusun untuk
sekolah tidak lagi akan melakukan survey tiap selanjutnya dilakukan pengembangan dan
kelas secara bergiliran, mengingat lokasi penyempurnaan. Hasil validitas oleh dua orang
sekolah ini terbilang luas sehingga akan tim ahli terhadap instrument penelitian
membutuhkan waktu yang lama saat digambarkan pada tabel 4.1 berikut :
pengecekan tiap kelas, kelebihan selanjutnya
Tabel 4.1
Hasil validasi Ahli Instrumen
Validator Penilaian Kategori
Validator 1 4,16 Sangat Layak
Validator 2 4,33 Sangat Layak
Sumber: Hasil Analisis pada Lampiran ke 2
Berdasarkan hasil analisis validasi X > 3,75. Instrument ini dapat digunakan
instrument pada tabel 4.1 maka dapat setelah melakukan beberapa perbaikan pada
disimpulkan bahwa instrument dinyatakan beberapa item soal sesuai saran validator ahli.
sangat layak untuk digunakan, kategori sangat Rekapitulasi perhitungan kelayakan produk
layak ini didapatkan dari hasil analisis oleh ahli dapat dilihat pada diagram batang
kuantitatif dengan hasil X > Mean + 1,5 SDi , seperti gambar di bawah ini :
atau setelah di olah dan mendapatkan nilai yaitu

Petunjuk Isi Bahasa

15

10

0
Validator 1 Validator 2

Gambar 4.1
Rekapitulasi Validasi Instrumen

Validasi instrumen juga dilakukan dengan penghitungan statistik yang telah dilakukan
uji validitas guna mengetahui sejauh mana diketahui ada N of items ada 9 buah item
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam dengan nilai cronbach alfa 0,864 > 0,361, maka
melakukan fungsi ukurannya, dari tabel tersebut sebagaimana dasar pengambilan keputusan
memberikan informasi tentang jumlah sampel dalam uji realibilitas, dapat disimpulkan bahwa
atau responden (N) yang di analisis dalam ke-9 atau semua item pertanyaan angket untuk
program SPSS yakni N sebanyak 30 orang guru. variabel tersebut dinyatakan reliabel atau
Karena tidak ada data yang kosong (dalam konsisten karena x > r hitung.
pengertian jawaban terisi semua) maka jumlah Pengujian produk dilakukan dengan
valid adalah 100% selanjutnya angka r tabel beberapa langkah dari pengujian ISO, yaitu
dibandingkan dengan nilai r hitung yang telah ditinjau dari aspek fungsionality, portability
diketahui dari nilai output. Nilai r untuk N = 30 dan usability.
berdasarkan tabel distribusi signifikansi 5% a) Instrumen fungsionality
adalah 0,361 sehingga dapat disimpulkan Pengujian aspek functionality berupa
bahwa dari 9 item soal diatas dinyatakan Valid checklist daftar fungsi pada produk yang
karena r hitung > r tabel (0,361). Setelah dijabarkan dari prosedur-prosedur penggunaan
dilakukan uji validitas, langkah setelahnya program yang telah divalidasi oleh ahli (Putut,
adalah melakukan pengujian realibilitas, pada 2014).
Tabel 4.2
Konversi kuantitatif pengujian fungsionality

Jawaban Skor Jawaban Instrumen Frekuensi


Ya 13 13
Tidak 0 0
Skor Maks 13
(∑Ya/Skor Maks) x 100% Sangat Layak
Sumber: Hasil Analisis pada Lampiran ke 2

Pengujian fungsionality
20
10
0
Ya Tidak

Pengujian fungsionality

Gambar 4.2
Rekapitulasi pengujian fungsionality oleh ahli

Hasil konversi tersebut menghasilkan


jawaban dapat diterima, sehingga disimpulkan
bahwa produk tersebut sudah layak diuji
cobakan pada responden yang telah ditentukan.
b) Instrument Portability
Pengujian pada aspek portability
dilakukan dengan cara mengoperasikan sistem
monitoring CCTV pada beberapa smartphone Gambar 4.3
Pengujian pada smartphone asus
yang memiliki jenis yang berbeda-beda, pada
penelitian ini terdapat beberapa merek
smartphone yang digunakan, pada bab ini
peneliti hanya menampilkan beberapa antara
lain smartphone Xiomi redmi 5, azuz zenfone
selfie, dan vivo 1060. Pengujian portability ini
dilakukan secara manual, dengan meminta izin
kepada pemilik smartphone untuk memasang
aplikasi ini, gambar 4.10 menampilkan Gambar 4.4
Pengujian pada smartphone Vivo
pemasangan pada smartphone Asus zenfone
selfie.
Dari percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa produk ini dapat digunakan
pada jenis smartphone yang berbeda-beda
dengan kondisi yang baik namun dengan
beberapa persyaratan atau spesifikasi tertentu,
seperti RAM 2 Giga byte, koneksi internet 4G,
di bawah ini merupakan tabel hasil pengujian
Gambar 4.5 portability untuk produk monitoring CCTV
Pengujian pada smartphone xiomi redmi 5
tersebut.

Tabel 4.3
Hasil Pengujian Portability
Proses Proses Berjalan
No Jenis Perangkat Versi Android
Instalasi Aplikasi
1 Smartphone Asus Baseband, kernel Berjalan dengan baik
version Berhasil tanpa ada pesan
kesalahan (error)
2 Smartphone vivo Kernel version Berjalan dengan baik
Berhasil tanpa ada pesan
kesalahan (error)
3 Smartphone xiomi Android 7.1.2 Berjalan dengan baik
(Nougat); MIUI 9.1 Berhasil tanpa ada pesan
kesalahan (error)
Sumber : Pengujian Secara Manual, 2019
Berdasarkan tabel 4.3 yang menunjukkan hasil kepala sekolah ini diuji cobakan kepada 30 guru
pengujian portability di beberapa smrtphone dan kepala sekolah, kemudian diberikan agket
dan versi system operasi yang berbeda berisi 10 item pertanyaan untuk kepala sekolah
menujukkan bahwa proses instalasi berjalan dan 9 item pertanyaan untuk guru, dengan skor
dengan baik tanpa kesalahan (error), maka 1, 2 ,3 ,4 , dan 5 yang mengarah pada kelayakan
aspek portability sudah terpenuhi. produk untuk digunakan di sekolah sebagai cara
terkini untuk pelaksanaan supervisi. Hasil uji
c) Instrument Usability
coba tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah
Instrumen yang digunakan dalam
ini:
melakukan analisis aspek usability
menggunakan angket System Usability
a) Tanggapan kepala sekolah
Qustionaire oleh Lewis. (Putut, 2014). Setelah
Tanggapan kepala sekolah terhadap
produk tersebut dinyatakan valid berdasarkan
penerapan supervisi menggunakan monitoring
sisi media maupun konten langkah selanjutnya
CCTV untuk kepala sekolah dapat dilihat pada
adalah melakukan uji coba kepada pengguna.
tabel dan diagram batang di bawah ini:
Produk monitoring CCTV untuk supervisi
Tabel 4.4
Tanggapan Kepala Sekolah
Kuesioner Penilaian Kategori
Kepala sekolah 5,0 Sangat Setuju
Sumber: Hasil Analisis pada Lampiran ke 4
Dari jawaban kepala sekolah dapat dilihat totalnya adalah 50, berdasarkan uji coba pada
bahwa pada setiap item pertanyaan instrumen lampiran ke 4 didapatkan tabel frekuensi
diberikan nilai maksimal yaitu 5 sehingga kelayakan seperti dibawah ini:
Tabel 4.5
Kriteria Penskoran
Interval Nilai Kategori
X > Mean + 1,5 SDi X > 4,5 Sangat Setuju
Mean + 1,5 SDi < X ≤ Mean + 0,5 SDi 4,5 < X ≤ 3,5 Setuju
Mean + 0,5 SDi < X ≤ Mean - 0,5 SDi 3,5 < X ≤ 2,5 Ragu-Ragu
Mean - 0,5 SDi < X ≤ Mean - 1,5 SDi 2,5 < X ≤ 1,5 Tidak Setuju
Sangat Tidak
X ≤ Mean – 1,5 SDi X ≤ 1,5
Setuju
Sumber: Hasil Analisis pada Lampiran ke 4
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepala disekolah karena X > 4,5. Rekapitulasi hasil
sekolah menganggap penggunaan monitoring dari tanggapan kepala sekolah dapat dilihat
CCTV untuk supervisi kepala sekolah ini layak pada diagram batang di bawah ini :
digunakan dan dilanjutkan penerapannya

60

40

20

0
Sangat Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat tidak
setuju setuju

Usability untuk kepala sekolah

Gambar 4.6
Rekapitulasi tanggapan kepala sekolah
b) Tanggapan Guru supervisi kepala sekolah dapat dilihat pada
Tanggapan guru terhadap penerapan tabel dan diagram batang di bawah ini:
monitoring menggunakan CCTV untuk
Tabel 4.6
Tanggapan Guru

Interval Nilai Kategori Frekuensi Presentase


(%)
M + 1,5SD < X 44,89 < X Sangat Setuju 5 16,66 %

M + 0,5 < X ≤ M 41,07 < X ≤ 44,89 Setuju 2 6,66%


+ 1,5SD
M - 0,5SD < X ≤ 37,25 < X ≤ 41,07 Ragu-ragu 12 40%
M + 0,5SD
M - 1,5SD < X ≤ 33,43 < X ≤ 37,25 Tidak setuju 9 30%
M + 0,5SD
X ≤ M - 1,5SD X ≤ 33,43 Sangat Tidak 2 6,66%
Setuju
Jumlah 30 100%
Sumber : Pengujian Secara Manual, 2019
Tabel 4.6 menyimpulkan bahwa semua beranggapan penggunaan CCTV untuk
responden yang berjumlah 30 memberi supervisi kepala sekolah masih cukup atau ragu-
tanggapan berbeda-beda dengan presentase ragu dengan kata lain masih banyak yang belum
terdapat 16,66% yang mengaggap penggunaan terlalu setuju untuk penerapan program
CCTV untuk supervisi kepala sekolah adalah supervisi menggunakan CCTV, di bawah ini
sangat setuju, 6,66% mengatakan tidak setuju, adalah diagram untuk rekapitulasi tanggapan
40% ragu-ragu, 30% tidak setuju, dan 6,66% guru terhadap penerapan supervisi kepala
untuk anggapan sangat tidak setuju, sehingga sekolah menggunakan CCTV.
dapat disimpulkan secara umum bahwa guru

15
Chart Title

10

0
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak
setuju

Gambar 4.7
Rekapitulasi tanggapan guru
SIMPULAN DAN SARAN dan guru. Penelitian ini merekomendasikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat bagi peneliti yang ingin mengembangkan
disimpulkan bahwa penelitian ini diperoleh dari penelitian ini agar memperhatikan spesifikasi
analisis kebutuhan sekolah kemudian pengujian produk yakni produk ini hanya berjalan pada
produk ini diberikan kepada responden smartphone yang mempunyai spesifikasi
sebanyak 31 orang dalam hal ini kepala sekolah seperti RAM 2GB, untuk mendapatkan vidio
selama pemantauan CCTV user sebaiknya Purnomo Aji. (2016). efektivitas pengawasan
closed circuit televisi dalam
menggunakan koneksi jaringan 4G dan unutk
meningkatkan perilaku kedisiplinan pada
penelitian selanjutnya disarankan agar pembelajaran pendidikan agama islam
kelas XII di SMK wonosari. Universitas
pemantauan ini bisa juga diakses lewat
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
perangkat komputer, di samping cakupan
Putut. (2014). Computer System Usability
gambar lebih besar, tapi juga karena Questionnaire. Retrieved from
penyimpanan pada komputer lebih besar. www.putu25.wordpress.com
Satriawaty, M. (n.d.). Sistem Pendukung
Keputusan Penentuan Karyawan Kontrak
DAFTAR RUJUKAN Menjadi Karyawan Tetap Menggunakan
Ali Mudlofir. (2012). Pendidik Profesional. Metode Topsis, 1, 7.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. (1990). Teori-teori Belajar Untuk
Bowers, W. J. (1964). Student dishonesty and Pengajaran. Bandung: Fakultas Ekonomi
Its control in college. New York: UI.
Mccmilan. Sugiono. (2017). Metode Penelitian
Deighton, L. C. (1971). The encyclopedia of Pengembangan (Reseach and
education. United States of America: Developmnet). (Suryandari Sofia
Croweel-Collier Educational Yustiani, Ed.) (3rd ed.). Bandung:
Corporation. Alfabeta.

Gay, L. R. (1991). Education Evaluation and Surjono, H. D. (1996). Eksperimen Pengiriman


Measurement: Com-Petencies for sinyal televisi dengan pemancar TV dan
analiysis and application (second edi). CCTV serta Pemanfataanya dalam
New york: Macmilan Publishing Pendidikan, 8.
Compan. Thiagarajan, Sivasailam, dkk. (1974).
Hamzah Ya’qub. (1983). Manajemen Instructional Development for Training
Pendidikan. Jakarta: Gramindo. Teachers of Exceptional Children.
Washinton DC: National Center for
Ibnu, A. (2016). Design and Implementation Improvement Educational System.
CCTV on Cloud, 4, 7.
Vanny, P. G. (2017). Hubungan Pemakaian
Indrakusuma , Daien, A. (1973). Pengantar Cctv Terhadap Kedisiplinan Siswa Di
Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Sekolah Sma N 1 Lintau Buo Kabupaten
Nasional. Tanah Datar (Studi Kasus : Siswa Kelas
Xi Ips).
Jogiyanto. (2005). Uji Performansi Jaringan
menggunakan Kabel UTP dan STP. Wijaya Cece. (1991). Kemampuan Dasar Guru
Yogyakarta: Andi. Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Kukuh Nugroho, A. Y. K. (2017). Uji
Performansi Jaringan menggunakan Yun Cui, Myoungjin Kim, Yi Gu,Jong-jin
Kabel UTP dan STP, 5, 49. Jung, H. L. (2014). Home Appliance
Management System for Monitoring
Mulyasa. (2010). Menjadi Guru Profesional
Digitized Devices Using Cloud
(Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Computing Technology in Ubiquitous
Menyenangkan) (9th ed.). Bandung
Sensor Network Environment. Home
Rosda.
Appliance Management System for
Nugroho. (2008). Kontribusi self-regulated Monitoring Digitized Devices Using
learning terhadap perilaku menyontek Cloud Computing Technology in
siswa. depdiknas,. Ubiquitous Sensor Network Environment,
2014, Arti, 10.

Anda mungkin juga menyukai