Anda di halaman 1dari 146

SURVEI TERPADU

BIOLOGIS DAN
PERILAKU

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


KEMENTERIAN KESEHATAN i
2011
Kata Pengantar
Pandemi HIV merupakan masalah dan tantangan serius terhadap kesehatan masyarakat di
dunia baik di negara-negara yang sudah maju maupun di negara-negara berkembang. Di Indonesia,
sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi (dengan
prevalens > 5%), yaitu pada pengguna napza suntik (penasun), wanita penjaja seks (WPS), dan waria.
Situasi demikian menunjukkan bahwa pada umumnya Indonesia berada pada tahap epidemi
terkonsentrasi. Risiko penularan HIV tidak hanya terbatas pada sub-populasi yang berperilaku risiko
tinggi, tetapi juga dapat menular pada pasangan atau istrinya, bahkan anaknya.

Hasil estimasi tahun 2009 diperkirakan 5,1– 8,1 juta orang paling berisiko tertular HIV di
Indonesia di luar populasi umum Tanah Papua, sednagkan estimasi jumlah ODHA usia 15 – 49 tahun
berkisar antara 132 – 287 ribu orang. Estimasi tersebut belum mencakup estimasi jumlah ODHA yang
berusia di bawah 15 tahun dan 50 tahun keatas.

Dengan makin meluasnya penyebaran HIV di Indonesia, maka upaya pencegahan semakin
mengarah kepada perubahan perilaku, yaitu dengan merubah perilaku berisiko menjadi perilaku kurang
berisiko. Oleh karena itu, informasi perubahan perilaku yang diperoleh dapat dijadikan dasar dalam
perencanaan dan pemantauan keberhasilan program intervensi. Informasi tentang perubahan perilaku
dari waktu ke waktu terutama pada kelompok berisiko tinggi dapat diperoleh melalui Survei Surveilans
Perilaku.

Kami berharap dengan adanya Buku Laporan Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku
(STBP) tahun 2009 yang merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan Badan Pusat
Statistik (BPS) dapat membantu untuk menjawab permasalahan di atas.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak baik instansi,
lembaga, maupun perorangan yang telah berperan serta dalam pelaksanaan sampai selesainya laporan
STBP tahun 2009.

Deputi Bidang Statistik Sosial

Arizal Ahnaf
Kata Sambutan

Epidemi suatu penyakit perlu dilakukan melalui pengamatan terus–menerus yang dikenal
sebagai surveilans epidemiologi. Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengumpulan data yang
bersifat sistematik, melakukan analisis dan interpretasi data yang berguna untuk perencanaan dan
pelaksanaan program, serta penilaian program pengendalian penyakit terutama untuk mencegah
penyebaran atau mengurangi dampak buruk yang dapat terjadi pada masyarakat.

Pelaksanaan surveilans dalam program pengendalian HIV dan AIDS salah satunya dikenal
dengan surveilans generasi kedua Surveilans generasi kedua dikembangkan sebagai respon terhadap
semakin kompleksnya permasalahan terkait epidemi HIV. Kunci pelaksanaan surveilans generasi kedua,
adalah mengintegrasikan semua kegiatan surveilans terkait HIV dan AIDS sehingga akan memberikan
pemahaman yang lebih komprehensif terhadap kecenderungan HIV dan AIDS serta meningkatkan
efektifitas pengendalian HIV dan AIDS.

Sistem surveilans HIV generasi kedua menekankan pentingnya penggunaan data perilaku
untuk menjelaskan kecenderungan HIV dan AIDS pada populasi/sub-populasi, dan untuk perencanaan
dan evaluasi program pencegahan HIV. Sistem ini cocok untuk Indonesia di mana angka HIV pada
populasi umum masih relatif rendah, tetapi terkonsentrasi pada kelompok-kelompok risiko tinggi.

Dengan data pada surveilans generasi kedua, kita mendapatkan gambaran yang lengkap
tentang besaran masalah yang ada, faktor–faktor penyebab, pengetahuan dan seberapa jauh respon
yang telah ada dan diketahui oleh masyarakat.

Untuk dapat memberikan gambaran epidemi yang terjadi pada Kelompok Populasi Paling
Berisiko dalam terjadinya epidemi HIV di Indonesia, telah dilakukan Surveilans Terpadu Biologi dan
Perilaku yang berkesinambungan.

Kementerian Kesehatan merupakan instansi yang bertanggung‐jawab terhadap perencanaan


dan pelaksanaan kegiatan Surveilans HIV dan AIDS telah beberapa kali melaksanakan surveilans
perilaku, antara lain tahun 2002, 2004, 2006, 2007, dan 2009.

Tahun 2009 Survei Terpadu Perilaku dan Perilaku (STBP) dilaksanakan di 9 Propinsi pada 9
Kabupaten/Kota yaitu Kota Palembang, Tangerang, Yogyakarta, Samarinda, Pontianak, Makasar,
Bitung, Sorong, dan Mimika. Sasaran survey adalah Wanita Penjaja Seks (WPS) Langsung dan Tak
langsung, Penasun, Waria, Lelaki Suka Seks Lelaki, Anak Buah Kapal (ABK), Tenaga Kerja Bongkar Muat
(TKBM), ojek/angkutan umum, buruh, dan remaja.

Buku laporan hasil STBP 2009 selain memuat prevalensi, pengetahuan, ingkat perilaku
berisiko, cakupan intervensi, juga perbandingan dengan hasil-hsil survey sebelumnya yang telah
dilaksanakan. Kami menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu sejak
perencanaan, pengumpulan dan analisis data hingga penulisan buku ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan keberhasilan program pengendalian HIV dan AIDS di
Indonesia.

Jakarta, Juni 2010


Direktur Jenderal PP & PL

Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K)

iii
Daftar Kontributor

NO NAMA INSTANSI NO NAMA INSTANSI

1 Iwan M. Muljono Kemenkes Subdit AIDS & PMS 25 JB Priyono Badan Pusat Statistik

2 Dyah Erti Mustikawati Kemenkes Subdit AIDS & PMS 26 Ahmad Badan Pusat Statistik

3 Asik Surya Kemenkes Subdit AIDS & PMS 27 Bambang AC Badan Pusat Statistik

4 F. Jeanne Uktolseja Kemenkes Subdit AIDS & PMS 28 Budi Badan Pusat Statistik

5 Endang Budi Hastuti Kemenkes Subdit AIDS & PMS 29 Farid Badan Pusat Statistik

6 Naning Nugrahini Kemenkes Subdit AIDS & PMS 30 Gantjang Badan Pusat Statistik

7 Afriana Nurhalina Kemenkes Subdit AIDS & PMS 31 Dwi retno Badan Pusat Statistik

8 Wisnu Hariadi Kemenkes Subdit AIDS & PMS 32 Kadarmanto Badan Pusat Statistik

9 Ainor Rasyid Kemenkes Subdit AIDS & PMS 33 Meity tresnowaty Badan Pusat Statistik

10 Nurjannah Kemenkes Subdit AIDS & PMS 34 Mutiara Badan Pusat Statistik

11 Victoria Indrawati Kemenkes Subdit AIDS & PMS 35 Nurma Badan Pusat Statistik

12 Eli Winardi Kemenkes Subdit AIDS & PMS 36 Ida Badan Pusat Statistik

13 Eko Saputro Kemenkes Subdit AIDS & PMS 37 Yulianti Pradono Kemenkes Badan Litbangkes

14 Viny Sutriani Kemenkes Subdit AIDS & PMS 38 Dina Bisara Lolong Kemenkes Badan Litbangkes

15 Ari Wulan Sari Kemenkes Subdit AIDS & PMS 39 Eko Rahardjo Kemenkes Badan Litbangkes

16 Bangkit Purwandari Kemenkes Subdit AIDS & PMS 40 Lulu Kemenkes Badan Litbangkes

17 Rachma Febriana Kemenkes Subdit AIDS & PMS 41 Nurholis Madjid FHI

18 Rahmi Solehah Kemenkes Subdit AIDS & PMS 42 Nurhayati FHI

19 Dimas Budi Wicaksono Kemenkes Subdit AIDS & PMS 43 Rini Palupy FHI

20 Happy Harjo Badan Pusat Statistik 44 Atiek Anartati FHI

21 Togi Siahaan Badan Pusat Statistik 45 Ciptasari Prabawanti FHI

22 Wendy Hartanto Badan Pusat Statistik 46 Pandu Riono Konsultan

23 Hamonangan Ritonga Badan Pusat Statistik 47 M. Noor Farid Konsultan

24 Purwanto Badan Pusat Statistik 48 Aang Sutrisna Konsultan


1. Daftar Istilah
ABK Anak Buah Kapal
AIDS Acquired Immuno-deficiency Syndromes
BPS Biro Pusat Statistik
BSS Behavioural Sentinel Surveillance
CRS Chain Referral Sampling

HIV Human Immuno-deficiency Virus

IBBS Integrated Biological and Behavior Survey


IMS Infeksi menular secara seksual (lihat juga STI)
ISR Infeksi Saluran Reproduksi
Kab Kabupaten
KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi
LJSS Layanan Jarum Suntik Steril
LSL Lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki = gay
LSM Lembaga Swadaya Masyarakt
MARG Most at Risk Population
MDGs Millenium Develepoment Goals

MSM Men who have sex with men


NAPZA Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
ODHA Orang dengan HIV/AIDS
PCR Polimerase Chain Recation
Penasun Pengguna Narkotik Suntikan
Pria Berisiko Kelompok pria yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV seperti
misalnya tukang ojek, supir angkutan umum kota, ABK, TKBM, buruh
Prov Provinsi
PSU primary sampling unit

RDS Respondent Driven Sampling

Risti Risiko tinggi


RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RTI Ruproductive tract infection


SD Sekolah Dasar
Seed Sekelompok kecil responden yang dipilih secara khusus dan dari mereka
diharapkan dapat menjaring lebih banyak responden
SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SMA Sekolah Menengah Atas


SMP Sekolah Menengah Pertama

v
Snowball Teknik pengambilan sampel jemput bola
SSP Surve Perilaku
STBP Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku
STHP Survielans Terpadu HIV dan Perilaku
STI Sexually Transmitted Infection
Tanah papua Daerah yang meliputi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
TKBM Tenaga Kerja Bongkar Muat
TV Televisi
Waria Wanita-pria = lelaki yang berperilaku sebagai perempuan (Transgender)
WPS Wanita Penjaja Seks
WPS L Wanita Penjaja Seks Langsung

WPS TL Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung


Daftar Isi

Kata Sambutan ................................................................................................................ iii


Daftar Kontributor ............................................................................................................ iv
1. Daftar Istilah ..................................................................................................................................... v

Daftar Isi ........................................................................................................................ vii


Daftar Tabel ..................................................................................................................... ix
Daftar Gambar ................................................................................................................. xi
Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................... xv
II. PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Metodologi .......................................................................................................................2
1. Umum...............................................................................................................................................2
2. Wilayah Survei ..................................................................................................................................3

3. Ukuran Sampel ..................................................................................................................................3

4. Kerangka Sampel...............................................................................................................................5
5. Pembentukan Kerangka Sampel .........................................................................................................7
6. Metode Sampling Kelompok Pengguna Napza Suntik (Penasun) dan LSL ...............................................7

C. Cara Penyajian..................................................................................................................8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................9


A. Pelaksanaan Survei ...........................................................................................................9
1. Jumlah responden .............................................................................................................................9
2. Wilayah pelaksanaan survei dibandingkan dengan survei sebelumnya ................................................. 11

B. Karakteristik Populasi ...................................................................................................... 12


1. Umur Responden ............................................................................................................................. 12

2. Pendidikan ...................................................................................................................................... 13
3. Status Pernikahan ............................................................................................................................ 14

4. Sumber Pendapatan Utama .............................................................................................................. 15

5. Status tinggal .................................................................................................................................. 16


6. Umur Pertama Kali Berperilaku Risiko ............................................................................................... 17

C. Tingkat Pengetahuan dan Persepsi ................................................................................... 18


1. Sumber Informasi ............................................................................................................................ 18

2. Pengetahuan Cara Penularan dan Pencegahan HIV ............................................................................ 20

3. Pemahaman yang Keliru................................................................................................................... 27

4. Persepsi Risiko ................................................................................................................................ 28

D. Cakupan Program ........................................................................................................... 29


1. Pertemuan/Diskusi dan Materi KIE .................................................................................................... 30
2. Frekuensi Diskusi dengan Petugas Lapangan ..................................................................................... 31

vii
3. Frekuensi Menerima Kondom ........................................................................................................... 33

4. Frekuensi Kunjungan ke Klinik IMS ................................................................................................... 34

5. Konseling dan Tes HIV ..................................................................................................................... 35

6. Layanan Terkait dengan Pengurangan Dampak ................................................................................ 37

E. Perilaku Berrisiko ............................................................................................................ 40


1. Perilaku Membeli Seks .................................................................................................................... 40

2. Perilaku Menjual Seks ..................................................................................................................... 41

3. Frekuensi Kontak Seks Komersial ...................................................................................................... 42

4. Perilaku Seks Berisiko Lainnya ......................................................................................................... 43


5. Perilaku Berrisiko Terkait dengan Penggunaan Napza Suntik ............................................................. 45

F. Perilaku Pencegahan ....................................................................................................... 50


1. Abstinen dan Setia pada Pasangan Tetap .......................................................................................... 50

2. Pemakaian Kondom pada Seks Komersial .......................................................................................... 52

3. Pemakaian Kondom pada Seks Berisiko Lainnya ................................................................................ 54

4. Perilaku Pencegahan Penasun .......................................................................................................... 56

G. IMS dan HIV................................................................................................................... 58


1. Prevalensi Gonore dan Infeksi Klamidia ............................................................................................. 58

2. Prevalensi HIV dan Sifilis .................................................................................................................. 63

3. Tanda IMS dan Tindakan Pengobatan ............................................................................................... 68

H. SSP Remaja.................................................................................................................... 69
1. Pemilihan sampel............................................................................................................................. 69

2. Karakteristik Responden ................................................................................................................... 69


3. Pengetahuan Tentang Penularan HIV................................................................................................ 70
4. Perilaku Seks dan Penggunaan Kondom ............................................................................................ 74

5. Perilaku Menggunakan Napza ........................................................................................................... 76


6. Cakupan Program ............................................................................................................................ 77

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................79


A. Kesimpulan .................................................................................................................... 79
B. Saran............................................................................................................................. 80

V. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................81


Daftar Tabel

Tabel 1. Besarnya Responden WPS L dan WPS TL menurut Lokasi Survei dan Kelompok
Sasaran..............................................................................................................4
Tabel 2. Besarnya Responden Pria Risti menurut Lokasi Survei dan Kelompok Sasaran .......4
Tabel 3. Besarnya Responden waria, LSL, Penasun, Remaja menurut Lokasi Survei dan
Kelompok Sasaran ..............................................................................................5
Tabel 4. Perencanaan dan Realisasi Responden WPS L, WPS TL dan Pria Risti Pelaksanaan
STBP 2009 .........................................................................................................9
Tabel 5. Perencanaan dan Realisasi Responden Waria, LSL dan Penasun Pelaksanaan STBP
2009 ................................................................................................................ 10
Tabel 6 Perencanaan dan Realisasi Responden Remaja Pelaksanaan STBP 2009............... 10
Tabel 7 Jenis Pelaksanaan Survei berdasarkan Jumlah Responden ................................... 11
Tabel 8 Keterwakilan Kota dan Pelaksanan Survei Sebelumnya ........................................ 11
Tabel 9 Persentase Responden Menurut Sumber Informasi tentang HIV-AIDS .................. 19
Tabel 10. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi melalui Media
tentang HIV dan AIDS....................................................................................... 19
Tabel 11. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi melalui petugas
tentang HIV dan AIDS....................................................................................... 20
Tabel 12. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL menurut Pengetahuan
Komprehensif berdasarkan Lima Pertanyaan Indicator MDGs ............................... 22
Tabel 13 Perbandingan Persentase Responden Waria dan Pria Risti menurut Pengetahuan
Komprehensif berdasarkan Lima Pertanyaan Indicator MDGs ............................... 23
Tabel 14 Perbandingan Persentase Responden LSL dan Penasun Menurut Pengetahuan
Komprehensif berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs ................................ 24
Tabel 15. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV ...................... 24
Tabel 16. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL menurut Pengetahuan
Cara Penularan HIV .......................................................................................... 25
Tabel 17. Perbandingan Persentase Responden Waria dan LSL menurut Pengetahuan Cara
Penularan HIV .................................................................................................. 25
Tabel 18. Perbandingan Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV . 25
Tabel 19. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Pencegahan HIV ................... 26
Tabel 20. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL menurut Pengetahuan
Cara Pencegahan HIV ....................................................................................... 26
Tabel 21. Perbandingan Persentase Responden Waria dan LSL menurut Pengetahuan Cara
Pencegahan HIV ............................................................................................... 27
Tabel 22. Perbandingan Persentase Responden Pria Risti dan Penasun menurut Pengetahuan
Cara Pencegahan HIV ....................................................................................... 27

ix
Tabel 23. Perbandingan Persentase Responden Menurut Frekuensi Menerima Kondom Dalam
3 Bulan Terakhir ...............................................................................................34
Tabel 24. Persentase Penasun menurut Kota dan Tempat Layanan LJSS Seminggu Terakhir 39
Tabel 25. Persentase Responden menurut Jenis Penjaja Seks dalam Setahun Terakhir ........41
Tabel 26. Persentase Responden menurut Pelanggan dalam Setahun Terakhir ....................42
Tabel 27 Perbandingan Persentase Responden Menurut Perilaku ABC Setahun Terakhir ......52
Tabel 28. Persentase Responden Menurut Tindakan Ketika Mengalami Gejala IMS Setahun
Terakhir ...........................................................................................................68
Tabel 29. Jumlah Responden Remaja ...............................................................................70
Tabel 30. Persentase Responden Remaja Menurut Sumber Informasi HIV/AIDS ..................70
Tabel 31. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Cara Menghindari Penularan
HIV ..................................................................................................................71
Tabel 32. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan yang Salah Tentang Cara
Penularan HIV ..................................................................................................72
Tabel 33. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Cara Menghindari Penularan
HIV tahun 2004, 2007, dan 2009 .......................................................................73
Tabel 34. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan yang Salah Tentang Cara
Penularan HIV tahun 2004, 2007, dan 2009 .......................................................74
Tabel 35. Persentase Responden Remaja Menurut Sikap Terhadap Teman yang Terinfeksi
HIV tahun 2004, 2007, dan 2009 .......................................................................74
Tabel 36. Persentase Responden Menurut Perilaku Seks Tahun 2004, 2007 dan 2009..........76
Tabel 37. Persentase Responden Remaja yang Pernah Menggunakan Napza Menurut Tingkat
Sekolah Ketika Pertama Kali Menggunakan Napza ...............................................77
Tabel 38. Program Pengendalian HIV di Sekolah ................................................................78
Tabel 39. Hasil STBP pada WPS L menurut Lokasi .............................................................. 1
Tabel 40. Hasil STBP pada WPS TL menurut Lokasi ............................................................ 9
Tabel 41. Hasil STBP 2009 pada Pria Risti menurut Lokasi Survei........................................17
Tabel 42. Hasil STBP 2009 pada Waria menurut Lokasi Survei ............................................24
Tabel 43. Hasil STBP 2009 pada LSL menurut Lokasi Survei ...............................................31
Tabel 44. Hasil STBP 2009 pada Penasun menurut Lokasi Survei ........................................38
Tabel 45. Hasil STBP 2009 pada Remaja menurut Lokasi Survei dan Jenis Kelamin ..............46
Daftar Gambar

Gambar 1. Karakteristik menurut Umur Responden ........................................................ 12


Gambar 2. Perbandingan Umur Responden dengan Survei Sebelumnya .......................... 13
Gambar 3. Tingkat Pendidikan ........................................................................................ 13
Gambar 4. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya untuk WPS L....... 14
Gambar 5. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya untuk WPS TL ..... 14
Gambar 6. Persentase menurut Status Pernikahan .......................................................... 15
Gambar 7. Persentase berdasar Sumber Pendapatan Utama ............................................ 16
Gambar 8. Persentase menurut Status Tinggal WPS L dan WPS TL .................................... 16
Gambar 9. Persentase menurut Status Tinggal Pria Risti, Waria, LSL dan Penasun ............. 17
Gambar 10. Persentase menurut Umur Pertama Kali Berperilaku Berrisiko ........................ 18
Gambar 11. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif........................... 20
Gambar 12. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif berdasarkan lima
pertanyaan indicator MDGs .......................................................................... 21
Gambar 13. Persentase Responden Menurut Pemahaman yang Keliru ............................... 27
Gambar 14. Perbandingan Persentase Responden menurut Pemahaman Cara Pencegahan
dan Penularan HIV yang Keliru ..................................................................... 28
Gambar 15. Persentase Responden menurut Merasa Berisiko Tertular HIV ........................ 29
Gambar 16. Perbandingan Persentase Responden Menurut yang Merasa Berisiko Tertular . 29
Gambar 17. Persentase responden menurut cakupan program tahun 2009 ....................... 30
Gambar 18. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menghadiri
Pertemuan/Diskusi HIV dan AIDS Setahun Terakhir ....................................... 31
Gambar 19. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menerima Barang Cetakan
Setahun Terakhir......................................................................................... 31
Gambar 20. Persentase Responden Menurut Frekuensi Diskusi dengan Petugas Lapangan
dalam 3 Bulan Terakhir ................................................................................ 32
Gambar 21. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Dijangkau Petugas Lapangan
dalam 3 Bulan Terakhir ................................................................................ 33
Gambar 22. Persentase Responden Menurut Frekuensi Menerima Kondom Gratis dalam 3
Bulan Terakhir ............................................................................................ 33
Gambar 23. Persentase Responden Menurut Frekuensi Kunjungan ke Klinik IMS dalam 3
Bulan Terakhir ............................................................................................ 35
Gambar 24. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Diperiksa di Klinik IMS
dalam 3 Bulan Terakhir ................................................................................ 35
Gambar 25. Persentase Responden yang Pernah Testing HIV dan Menerima Hasilnya ....... 36
Gambar 26. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Tes HIV .......................... 36
Gambar 27. Perbandingan Persentase Responden yang Menerima Hasil Tes HIV ................ 37

xi
Gambar 28. Perbandingan Persentase Penasun yang Mendapatkan Jarum Steril Menurut
Kota dan Sumber Jarum Steril dalam 1 minggu terakhir ................................38
Gambar 29. Perbandingan Persentase Penasun yang Mendapatkan Jarum Steril Menurut
Sumber Jarum Steril ....................................................................................38
Gambar 30. Persentase Penasun yang Memanfaatkan Terapi Substitusi dan Detoksifikasi
Setahun Terakhir Menurut Kota ....................................................................39
Gambar 31. Perbandingan Persentase Penasun yang Memanfaatkan Terapi Substitusi dan
Detoksifikasi ................................................................................................40
Gambar 32. Persentase Responden yang Pernah Membeli Seks dalam 1 Tahun Terakhir ....40
Gambar 33. Perbandingan Persentase Responden Menurut yang Pernah Membeli Seks dalam
Setahun Terakhir .........................................................................................41
Gambar 34. Persentase Responden yang Pernah Menjual Seks dalam 1 Tahun Terakhir .....42
Gambar 35. Rata-rata dan Median Jumlah Pelanggan dalam Seminggu (Penjaja Seks) dan
Berapa Kali Beli Seks Setahun (Pelanggan dan Penasun) ...............................43
Gambar 36. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelanggan dalam Seminggu (Penjaja Seks) dan
Berapa Kali Beli Seks dalam Setahun (Pria Risti dan Penasun) ........................43
Gambar 37. Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks dengan Pasangan Tidak
Tetap dan Non Komersial Setahun terakhir ...................................................44
Gambar 38. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks dengan
Pasangan Tidak Tetap dan Non Komersial Setahun Terakhir ..........................45
Gambar 39. Persentase Responden yang Pernah Menggunakan Napza Suntik ...................45
Gambar 40. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menggunakan Napza Suntik
..................................................................................................................46
Gambar 41. Persentase Penasun Menurut Perilaku Menyuntik ..........................................46
Gambar 42. Rata-rata Frekuensi Menyuntik Penasun .......................................................47
Gambar 43. Perbandingan Rata-rata Frekuensi Menyuntik Penasun ..................................47
Gambar 44. Persentase Responden yang Pernah Berbagi Jarum ........................................48
Gambar 45. Perbandingan Persentase Penasun yang Berbagi Jarum .................................48
Gambar 46. Persentase Penasun menurut Frekuensi Berbagi Basah Narkoba ....................49
Gambar 47. Persentase Penasun Membeli Napza secara Patungan Seminggu Terakhir ........50
Gambar 48. Persentase Responden yang Abstinen dan Setia dengan Pasangan Seks
Tetapnya dalam Setahun Terakhir ................................................................51
Gambar 49. Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Menggunakan Kondom pada Seks
Komersial ....................................................................................................53
Gambar 50. Perbandingan Persentase Responden Menurut Penggunaan Kondom pada Seks
Komersial Terakhir ......................................................................................53
Gambar 51. Perbandingan Persentase Responden yang Selalu Pakai Kondom pada Seks
Komersial Seminggu Terakhir (Penjaja Seks) dan Setahun Terakhir (Pria Risti
dan Penasun) ..............................................................................................54
Gambar 52. Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Menggunakan Kondom pada Seks
Berisiko Lainnya ..........................................................................................54
Gambar 53. Perbandingan Persentase Responden yang Pakai Kondom pada Hubungan Seks
Terakhir dengan Pasangan Tidak Tetap dan Tidak Membayar/dibayar ............ 55
Gambar 54. Perbandingan Persentase Responden yang Selalu Pakai Kondom pada
Hubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dan Tidak Membayar/dibayar
Setahun Terakhir......................................................................................... 56
Gambar 55. Persentase Penasun Menurut Perilaku Pencegahan Penularan HIV dalam
Seminggu Terakhir (Selalu pakai kondom sebulan terakhir) ........................... 57
Gambar 56. Kecenderungan Persentase Penasun yang Berperilaku Aman dari Penularan HIV
.................................................................................................................. 57
Gambar 57. Persentase Responden Menurut Gonore dan Infeksi Klamidia ........................ 58
Gambar 58. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada WPS Langsung ....... 59
Gambar 59. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada WPS Tidak Langsung
.................................................................................................................. 59
Gambar 60. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada Waria ..................... 60
Gambar 61. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada Pria Risti ................ 60
Gambar 62. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada LSL ......................... 61
Gambar 63. Perbandingan Prevalensi Infeksi Gonore, Infeksi Klamidia dan Sifilis pada WPS
Langsung .................................................................................................... 61
Gambar 64. Perbandingan Prevalensi Gonore pada WPS Langsung menurut kota ............... 62
Gambar 65. Perbandingan Prevalensi Klamidia pada WPS Langsung menurut kota ............. 62
Gambar 66. Kecendrungan Prevalensi Gonore pada WPS Tak Langsung menurut kota ....... 63
Gambar 67. Kecendrungan Prevalensi Klamidia pada WPS Tak Langsung menurut kota ...... 63
Gambar 68. Persentase Menurut Prevalensi HIV dan Sifilis ............................................... 64
Gambar 69. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada WPS Langsung ............................ 65
Gambar 70. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada WPS Tak Langsung ..................... 65
Gambar 71. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Waria ......................................... 66
Gambar 72. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Pria Risti ..................................... 66
Gambar 73. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada LSL .............................................. 66
Gambar 74. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Penasun ..................................... 67
Gambar 75. Perbandingan Prevalensi Sifilis pada WPS Langsung menurut kota ................. 67
Gambar 76. Kecendrungan Prevalensi Sifilis pada WPS Tak Langsung menurut kota .......... 68
Gambar 77. Persentase Responden Remaja Menurut Sikap Terhadap Teman yang Terinfeksi
HIV ............................................................................................................ 72
Gambar 78. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Komprehensif tentang
HIV ............................................................................................................ 73
Gambar 79. Persentase Responden Remaja Menurut Perilaku Seks .................................. 75
Gambar 80. Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks Menurut Penggunaan
Kondom pada Hubungan Seks Terakhir ........................................................ 75
Gambar 81. Persentase Responden Remaja Menurut yang Pernah Menggunakan NAPZA ... 76

xiii
Gambar 82. Persentase Responden Remaja Menurut yang Pernah Menerima Program
Pengendalian HIV di Sekolah Tahun 2004, 2007, 2009 ..................................78
Ringkasan Eksekutif

Untuk mengetahui pola epidemi dan faktor–faktor utama terkait penularan HIV, sejak tahun
1998 mulai dilaksanakan sero surveilans dan tahun 1996 mulai dilaksanakan surveilans perilaku.
Pelaksanaan surveilans HIV generasi kedua di Indonesia, pada tahun 2006 dilaksanakan Surveilans
Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) pada masyarakat umum di Papua dan Papua Barat, tahun 2007 STBP
pada populasi berperilaku risiko tinggi di 19 Kabupaten/Kota dan SSP pada remaja di Jakarta dan
Surabaya.

Populasi sasaran STBP 2009 adalah populasi pria dan wanita yang berisiko tinggi terjangkit
HIV. Kelompok pria yang berisiko tinggi terjangkit HIV pada umumnya adalah pelanggan penjaja seks
(supir truk, tukang ojek/supir angkutan umum/supir taksi, anak buah kapal(ABK)), sedangkan kelompok
wanita adalah mereka yang bekerja sebagai penjaja seks. Di samping kelompok sasaran tersebut,
dalam STBP 2009 akan dicakup pula kelompok lainnya yaitu pengguna napza suntik (Penasun), waria,
lelaki seks lelaki (gay) dan murid sekolah (remaja). Kabupaten/kota yang terpilih pada STBP 2009 ini
adalah Kota Palembang, Tangerang, Kota Yogyakarta, Samarinda, Kota Pontianak, Kota Makassar, Kota
Bitung, Kota Sorong dan Kota Timika. Kabupaten/kota ini merupakan kota pengulangan dari survei
sebelumnya dan perluasan area survei.

Karakteristik responden yang terlibat dalam survei ini adalah median umur 28 tahun (WPS L),
27 tahun (WPS TL), 33 tahun (Pria), 27 tahun(waria), 24 tahun (LSL) dan 25 tahun(penasun). Pada
kelompok pria, penasun, LSL dan waria mempunyai median umur lebih muda dibandingkan survei
sebelumnya. Pada kelompok WPS L, didapatkan mayoritas berpendidikan SD, berbeda dengan
kelompok WPS TL mempunyai pendidikan mayoritas adalah SMP dan SMA. Pada kelompok pria yang
disurvei, mayoritas pendidikannya adalah SMA. Status perkawinan pada kelompok waria dan LSL,
mayoritas tidak pernah menikah. Pada kelompok LSL, 10% di antaranya masih berstatus menikah. Pada
kelompok WPS L dan WPS TL, 19% dan 29% di antaranya masih berstatus menikah. Pada pria risti,
mayoritas menyatakan masih dalam status pernikahan. Pada kelompok Penasun, 71% diantaranya
menyatakan belum pernah menikah.

Kebanyakan umur pertama kali melakukan hubungan seks secara komersial pada umur lebih
dari 15 tahun, pada kelompok WPS TL terbanyak pada kelompok 15-19 tahun. Kebanyakan pria risti
mulai membeli seks sejak umur 15-19 tahun. Mayoritas umur seks pertama kali di bawah umur 19
tahun pada kelompok waria dan LSL. Didapatkan usia pertama kali menyuntik narkotika dimulai dari
umur kurang dari 15 tahun pada kelompok penasun.

Berdasarkan lima pertanyaan pengetahuan komprehensif sesuai indikator MDGs, pada


kelompok WPS Langsung (79 persen), WPS tidak langsung (77 persen), LSL (80 persen), dan Penasun
(84 persen). Pria Risti merupakan yang paling sedikit pernah tes HIV (9%). WPS Langsung merupakan
kelompok yang paling banyak pernah tes HIV (54%), namun hanya 37% yang menerima hasilnya.

LJSS dimanfaatkan terutama di Makassar (41%) dan paling sedikit dimanfaatkan oleh penasun
di Pontianak (1%). Berbagai upaya untuk mengurangi risiko tertular dan menularkan HIV pernah
dilakukan oleh sebagian besar Penasun seperti Menyuntik sendiri saat terakhir sebesar 26 persen. Tidak
berbagi basah 40 persen, Selalu pakai kondom pada pasangan tetap 13 dan pemakaian kondom pada
pasangan berisiko lainnya 19 persen.

Tingkat pemakaian kondom pada seks komersial terakhir sudah cukup tinggi pada semua
kelompok berisiko yang disurvei, dimana persentase tertinggi dilaporkan oleh WPS Langsung (67
persen) diikuti WPS Tidak Langsung (62%) dan yang terendah adalah kelompok penasun (29 persen).

xv
Secara umum tingkat pengetahuan yang benar tentang cara menghindari penularan HIV pada
responden remaja sudah cukup tinggi. Pengetahuan cara menghindari HIV yang tertinggi adalah tidak
menggunakan jarum dan alat suntik secara bersamaan.

Prevalensi Gonore dan atau infeksi Klamidia tertinggi dari kelompok berisiko yang disurvei ada
pada WPS Langsung (56 persen), diikuti oleh WPS Tak Langsung (47 persen), Waria (46 persen), LSL
(27 persen) dan Pria Risti (4 persen). Prevalensi HIV tertinggi hasil STBP 2009 ada pada populasi
Penasun (27 persen) diikuti oleh Waria (9 persen), WPS Langsung (8 persen), LSL (7 persen), WPS Tak
Langsung (3 persen) dan yang terendah adalah Pria Risti (0,8 persen). Sementara itu prevalensi Sifilis
tertinggi ada pada Waria (12 persen), diikuti oleh LSL (8 persen), WPS Langsung (7 persen), Pria Risti
(4 persen), WPS Tak Langsung (3 persen), dan yang terendah Penasun hanya 0,9 persen.

Dengan situasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka disarankan pelaksanaan STBP
yang berkesinambungan sehingga dapat dilihat perbandingan tren perilaku dan biologis pada wilayah
yang sama dan populasi yang sama serta dengan metode sampling yang sama.

Perlu peningkatan pengetahuan kepada seluruh kelompok masyarakat berrisiko maupun


populasi umum tentang pencegahan dan penularan HIV/AIDS dan IMS baik melalui media TV, radio dan
lainnya ataupun pendidikan formal. Program pencegahan penularan IMS dan HIV yang terbukti dapat
menghasilkan perubahan perilaku masih perlu diperkuat dan diperluas untuk meningkatkan cakupan
pada populasi paling berisiko tertular/menularkan HIV. Peningkatan program penggunaan kondom
seratus persen pada semua populasi yang dilakukan dengan metode yang komprehensif, integratif dan
kreatif. Prevalensi IMS yang masih tinggi perlu dilakukan intervensi program yang lebih progressif
terhadap seluruh populasi. Peran pendidikan dan promosi HIV baik perilaku seksual dan perilaku
penggunaan napza terhadap remaja masih perlu ditingkatkan.
II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti diketahui meskipun angka prevalensi HIV pada kelompok populasi umum di Indonesia pada
umumnya < 1% kecuali di Papua dan Papua Barat prevalensi 2,4% di tahun 2006, namun pada
beberapa kelompok populasi berisiko tinggi telah menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak
tahun 1990-an, terbesar pada kelompok Pengguna Napza Suntik (Penasun), WPS, dan Waria.

Adanya interaksi ganda antara infeksi HIV pada kelompok Penasun dan kelompok populasi kunci
lainnya, banyak memberikan kontribusi terhadap terjadinya peningkatan epidemi ganda di Indonesia
pada “most-at-risk-groups” (MARG) khususnya antara Penasun dan industri seks komersial yang
meluas. Hasil STBP tahun 2007 menunjukkan sebesar 30% Penasun pernah membeli seks dalam 1
bulan terakhir dan 3% Penasun pernah menjual seks. Walaupun persentase Penasun yang menjual seks
masih rendah tetapi hal ini penting untuk diwaspadai mengingat prevalensi HIV pada Penasun yang
tinggi berdasarkan STBP 2007 sebesar 52,4%.

Epidemi di Papua dan Papua Barat berbeda dengan wilayah lain di Indonesia, dimana relatif tidak ada
Penasun di kedua provinsi tersebut. Di Papua dan Papua Barat penularan utama adalah melalui
hubungan seksual pada kelompok heteroseksual. Kebiasaan minum alkohol diduga juga menjadi salah
satu faktor yang berkontribusi utama dalam penularan melalui seksual. Hal ini yang menyebabkan
perbedaan pola penularan di Papua dan Papua Barat. Data–data yang ada menunjukkan bahwa telah
terjadi penularan pada kelompok populasi umum di beberapa wilayah di Papua dan Papua Barat.

Untuk mengetahui pola epidemi dan faktor–faktor utama terkait penularan HIV, sejak tahun 1998 mulai
dilaksanakan sero surveilans dan tahun 1996 mulai dilaksanakan surveilans perilaku. Pelaksanaan
surveilans HIV generasi kedua di Indonesia, pada tahun 2006 dilaksanakan Surveilans Terpadu HIV
dan Perilaku (STHP) pada masyarakat umum di Papua dan Papua Barat, tahun 2007 STBP pada
populasi berperilaku risiko tinggi di 19 Kabupaten/Kota dan SSP pada remaja di Jakarta dan Surabaya.
Dengan data STBP tersebut kita mendapatkan gambaran yang lengkap tentang besaran masalah yang
ada, faktor–faktor penyebab, pengetahuan dan seberapa jauh respon yang telah ada dan diketahui oleh
masyarakat.

Keberhasilan upaya pencegahan infeksi Human Immuno-deficiency Virus (HIV) bergantung pada
perubahan perilaku berisiko, dari risiko tinggi ke risiko yang lebih rendah. Perubahan ini antara lain
mencakup peningkatan penggunaan kondom dan pengurangan jumlah pasangan seksual di antara
mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bersama/bergantian alat/jarum suntik pada
kelompok pemakai narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza Suntik), dan penundaan
hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja. Oleh karena itu untuk dapat memberikan
gambaran epidemi yang terjadi pada Kelompok Populasi Paling Berisiko dalam terjadinya epidemi HIV di
Indonesia, maka perlu dilakukan Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku yang berkesinambungan.

Dengan semakin meluasnya penyebaran HIV di banyak negara, termasuk di Indonesia, upaya
pencegahan semakin mengarah pada upaya perubahan perilaku. Oleh karena itu diperlukan informasi
tentang perubahan perilaku yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
dan keberhasilan program intervensi.

1
Kelompok Populasi Paling Berisiko yang akan dicakup dalam STBP ini adalah Wanita Penjaja Seks
Langsung (WPS L), Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung(WPS TL), Pria Berisiko (tukang ojek, supir
angkutan umum kota, ABK, TKBM, buruh) (Pria), Penasun, Waria, Lelaki Seks Lelaki(LSL). Sedangkan
kelompok remaja dilakukan survei untuk mendapatkan informasi pengetahuan dan sikap mereka
tentang pencegahan HIV/AIDS.

Pelaksanaan survei ini melibatkan Biro Pusat Statistik(BPS) sebagai pelaksana survei perilaku.
Kementerian Kesehatan(kemenkes), dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
bertanggung jawab dalam kegiatan survei biologis.

B. Metodologi

1. Umum
Pada tahun 2009 ini dilakukan penelitian terhadap populasi berrisiko seperti pada tahun 2007
kecuali PNS. Populasi sasaran STBP 2009 adalah populasi pria dan wanita yang berisiko tinggi
terjangkit HIV. Kelompok tersebut memungkinkan mempunyai konstribusi lebih besar terhadap
penyebaran HIV dibanding kelompok masyarakat lainnya. Kelompok pria yang berisiko tinggi
terjangkit HIV pada umumnya adalah pria pelanggan penjaja seks (mereka yang bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain karena bidang pekerjaan, yaitu supir truk, tukang ojek/supir angkutan
umum/supir taksi, anak buah kapal(ABK)), sedangkan kelompok wanita adalah mereka yang
bekerja sebagai penjaja seks. Untuk pria berrisiko, disesuaikan dengan kelompok yang
kemungkinan visible di kab/kota lokasi survei terpilih. Di samping kelompok sasaran tersebut,
dalam STBP 2009 akan dicakup pula kelompok lainnya yaitu pengguna napza suntik (Penasun),
waria, lelaki seks lelaki (gay) dan murid sekolah (remaja).

Sebagaimana pada tahun 2007, pelaksanaan survei perilaku (SSP) juga akan disertai dengan
pengambilan spesimen biologis responden. Secara garis besar, kegiatan SSP tahun 2009 dibedakan
menjadi 3, yaitu:

1) Hanya wawancara perilaku: Survei Surveilans Perilaku (SSP)


2) Wawancara dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer: Survei Terpadu
HIV dan Perilaku (STHP), dan
3) Wawancara dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer serta
pemeriksaan urine dan atau apusan vagina atau anus: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku
(STBP).

Berdasarkan kontribusinya terhadap epidemi HIV, populasi sasaran STBP 2009 tersebut
dikelompokkan menjadi:

a) WPS L adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai penjaja seks komersial.
b) WPS TL adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial,
yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu.
c) Sopir truk adalah mereka yang bekerja sebagai supir truk antar kota.
d) Tukang ojek/supir angkutan umum/supir taksi (Ojek/Supir) adalah mereka yang bekerja
sebagai tukang ojek atau supir pada angkutan umur maupun supir taksi.
e) ABK adalah mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal barang atau muatan.
f) Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja bongkar
muat barang di pelabuhan laut.
g) Buruh di Kalimantan Timur adalah mereka yang bekerja pada perusahaan yang menjadi
jangkauan program Global Fund Round 4 (pertambangan, kehutanan, industri). Sedangkan
buruh di Tangerang adalah buruh yang bekerja di perusahaan industri yang tidak tinggal
bersama keluarganya/pasangan seksnya.
h) Remaja merupakan murid kelas III SLTA di Kota Tangerang, Kota Yogyakarta, Kota Pontianak
dan Kota Samarinda.

2. Wilayah Survei
Responden akan diambil dari kelompok-kelompok sasaran yang tinggal dan bekerja di kota terpilih.
Kota dengan individu-individu berjumlah besar dipilih untuk memberikan gambaran nasional
tentang distribusi perilaku berisiko di seluruh kepulauan Indonesia, yang menyebar lebih dari 5.000
km dari timur ke barat. Wilayah survei yang dicakup dalam STBP 2009 yang dirinci menurut jenis
informasi dan kelompok sasaran disajikan dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.

3. Ukuran Sampel
Ukuran sampel dalam setiap kelompok sasaran dirancang untuk menggambarkan ciri-ciri perilaku
setiap kelompok sasaran dan diharapkan dapat mengukur perubahan perilaku pada survei
berikutnya. Pada kelompok berisiko tinggi, besarnya sampel yang memadai untuk interpretasi
perubahan adalah sebesar 400 responden. Apabila sampel sebesar 400 responden tidak
memungkinkan, maka sampel sebesar 200 – 300 responden masih dapat memadai dari sisi
kecukupan sampel.

Dalam pelaksanaan STBP 2009, besarnya sampel (responden) di setiap kelompok sasaran populasi
berisiko HIV dan wilayah survei dapat dilihat dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.

3
Tabel 1. Besarnya Responden WPS L dan WPS TL menurut Lokasi Survei
dan Kelompok Sasaran

Kelompok Sasaran
Provinsi Kabupaten/ Kota
WPS L WPS TL

Sumatera Selatan Kota Palembang 250/B 200/B


Banten Tangerang & Sekitarnya 250/B 200/B
Di Yogyakarta Kota Yogyakarta 250/B 200/B
Kalimantan Timur Samarinda & Sekitarnya 250/B 200/B
Kalimantan Barat Kota Pontianak & Sekitarnya 250/B 200/B
Sulawesi Selatan Kota Makassar 250/B 200/B
Sulawesi Utara Kota Bitung & Sekitarnya 250/B 200/B
Irian Jaya Barat Kota Sorong 250/B 200/B
Papua Kota Timika 250/B 200/B

* S: Survei Surveilans Perilaku H: Survei Terpadu HIV dan Perilaku B: Survei Terpadu Biologis dan
Perilaku

Tabel 2 Besarnya Responden Pria Risti menurut Lokasi Survei dan


Kelompok Sasaran

Kelompok Sasaran Pria Risti


Kabupaten/
Provinsi
Kota Sopir Ojek/
Buruh TKBM ABK
Truk Supir

Sumatera Selatan Kota Palembang 200/S 200/S


Tangerang &
Banten 200/S 200/S
Sekitarnya
Di Yogyakarta Kota Yogyakarta 400/S
Samarinda &
Kalimantan Timur 400/H
Sekitarnya

Kota Pontianak &


Kalimantan Barat 200/B 200/B
Sekitarnya

Sulawesi Selatan Kota Makassar


Kota Bitung &
Sulawesi Utara 200/H 200/B
Sekitarnya
Irian Jaya Barat Kota Sorong 200/S 200/S
Papua Kota Timika 200/B
* S: Survei Surveilans Perilaku H: Survei Terpadu HIV dan Perilaku
B: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku
Tabel 3 Besarnya Responden waria, LSL, Penasun, Remaja menurut Lokasi
Survei dan Kelompok Sasaran

Kelompok Sasaran
Provinsi Kabupaten/Kota Waria LSL Penasun Remaja

Sumatera Selatan Kota Palembang 200/B


200/
Banten Tangerang 200/H 1.000/S
B
200/
DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 200/H 1.000/S
B
Kalimantan Timur Kota Samarinda 200/B 1.000/S
Kota Pontianak &
Kalimantan Barat 200/B 200/H 1.000/S
Sekitarnya
200/
Sulawesi Selatan Kota Makassar 200/B 200/H 1.000/S
B
Sulawesi Utara Kota Bitung
Irian Jaya Barat Kota Sorong
Papua Kota Timika
* S: Survei Surveilans Perilaku H: Survei Terpadu HIV dan Perilaku
B: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku

4. Kerangka Sampel
Dalam STBP 2009, sebelum penarikan sampel dilakukan, populasi yang akan di survei harus
diketahui terlebih dahulu. Populasi merupakan agregat individu yang diteliti dan dapat dibentuk
sebagai kerangka sampel untuk menentukan kelompok sasaran survei.

Kelompok sasaran STBP seperti yang dijelaskan di atas pada umumnya merupakan kelompok
populasi yang tidak mudah dijangkau. Kesulitan menjangkau kelompok populasi antara lain
disebabkan oleh aspek aksesibilitas dan mobilitas kelompok tersebut. Kesulitan aksesibilitas
umumnya terjadi pada kelompok populasi tertentu, sehingga tidak semua orang dapat dengan
mudah menjangkau populasi tersebut apalagi dalam kaitannya dengan kegiatan survei. Tingginya
tingkat mobilitas, yaitu perpindahan kelompok sasaran dari satu tempat ke tempat lain,
menyebabkan tidak mudahnya untuk menemukan atau menetapkan populasi kelompok sasaran.

Kerangka sampel yang akan digunakan untuk pemilihan primary sampling unit (PSU) dalam STBP
2009 dibedakan menurut kelompok sasaran seperti berikut:

a. Kerangka Sampel WPS L

Kerangka sampel untuk WPS L adalah daftar lokasi WPS L yang dilengkapi dengan banyaknya
populasi dalam setiap lokasi, diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan yang
merupakan kegiatan pendaftaran (listing). Listing ini digunakan untuk membuat daftar rumah
bordil dan jalanan di mana WPS bertransaksi dan mencatat jumlah WPS yang bekerja pada
masing-masing lokasi tersebut yang akan menghasilkan kerangka penarikan sampel WPS L,
yaitu berupa daftar nama dan alamat jalanan lokasi tempat mereka mangkal, rumah bordil,
hotel, atau panti pijat.

5
b. Kerangka Sampel WPS TL

Kerangka sampel untuk WPS TL adalah daftar lokasi WPS TL yang dilengkapi dengan
banyaknya populasi dalam setiap lokasi. Data populasi diperoleh dari hasil inventarisasi dan
penelusuran lapangan pada saat kegiatan pendaftaran (listing). Kegiatan ini dimaksudkan
untuk membuat daftar panti pijat, bar karaoke, bar, restoran dan hotel dimana para pekerja
wanita menyediakan pelayanan seks sebagai bagian dari pekerjaan mereka yang selanjutnya
akan menghasilkan kerangka penarikan sampel WPS TL, yaitu berupa daftar nama dan alamat
panti pijat, bar-karaoke, bar, restoran dan hotel.

c. Kerangka Sampel Sopir Truk

Kerangka sampel untuk sopir truk adalah daftar lokasi para sopir truk antar kota yang mangkal
dan dilengkapi dengan rentang waktu para sopir tersebut biasaya mangkal dalam setiap lokasi.
Data tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat
pendaftaran (listing).

d. Kerangka Sampel ABK

Kerangka sampel untuk ABK adalah daftar lokasi para ABK di pelabuhan laut yang dilengkapi
dengan banyaknya populasi ABK dalam setiap lokasi. Data ABK diperoleh dari hasil
inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

e. Kerangka Sampel TKBM

Kerangka sampel untuk TKBM adalah daftar lokasi para tenaga kerja bongkar muat di
pelabuhan laut (di tempat pendaratan perahu/kapal) yang dilengkapi dengan banyaknya
populasi TKBM dalam setiap lokasi. Data TKBM diperoleh dari hasil inventarisasi dan
penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

f. Kerangka Sampel Tukang Ojek/Sopir Angkutan Umum

Kerangka sampel untuk tukang ojek/sopir angkutan umum /sopir taksi adalah daftar lokasi
para tukang ojek dan sopir angkutan umum mangkal, menunggu penumpang, yang dilengkapi
dengan banyaknya populasinya dalam setiap lokasi. Data jumlah tukang ojek /sopir angkutan
umum diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran
(listing).

g. Kerangka Sampel Waria

Kerangka sampel untuk waria adalah daftar lokasi waria yang menjadi penjaja seks yang
dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi waria dalam setiap lokasi. Data tersebut
diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

h. Kerangka Sampel Remaja

Kerangka sampel adalah daftar nama SLTA beserta alamatnya yang berada di kota terpilih.
Dalam daftar SLTA ini, setiap sekolah dirinci menurut banyaknya murid di setiap kelas 3 yang
dibedakan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Daftar sekolah ini diperoleh dari
Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi di setiap kota terpilih. Agar sampel menyebar
keseluruh wilayah, maka dalam kerangka sampel, SLTA disusun menurut urutan kode letak
geografis wilayah administrasi dalam kota terpilih.
Untuk kelompok LSL dan Penasun dijelaskan dalam bagian tersendiri karena menggunakan
metode sampling RDS.

5. Pembentukan Kerangka Sampel


Dari hasil SSP/STBP sebelumnya telah diperoleh informasi lokasi dan populasi untuk setiap
kelompok sasaran di setiap kabupaten/kota lokasi STBP 2009 yang pernah dilakukan kegiatan
SSP/STBP sebelumnya. Informasi ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan perlu
diperbaharui dengan informasi dari Kantor Dinas terkait di setiap Kabupaten/Kota terpilih. Data
yang dibutuhkan antara lain:

- Data lokalisasi, bordil atau data lain yang berkaitan dengan wanita penjaja seks dari
Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, ataupun LSM setempat. Selain itu bisa juga digunakan
informasi RTI (Reproductive Track Infection) studi yang dilaksanakan pada tahun 2007 di
7 kota.
- Data panti pijat, bar, karaoke, hotel, losmen, wisma dan sejenisnya dari Dinas Pariwisata
setempat dan sumber non-formal. Selain itu bisa juga digunakan informasi RTI
(Reproductive Track Infection) studi yang dilaksanakan pada tahun 2007 di 7 kota.
- Data ABK yang didapat dari Administrator Pelabuhan atau LSM pendamping.
- Data tempat pangkalan truk dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping.
- Data tempat mangkal tukang ojek dan sopir angkutan umum dari berbagai sumber baik
formal mupun non-formal atau LSM pendamping.
- Data TKBM dari sumber formal dan informal atau LSM pendamping.
- Data-data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat
digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media
cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV/AIDS seperti Lembaga
Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah
HIV/AIDS

6. Metode Sampling Kelompok Pengguna Napza Suntik


(Penasun) dan LSL
a. Umum

Kelompok pengguna napza suntik (Penasun) atau injecting drugs user (idu) adalah sebuah
populasi yang tersembunyi yang sangat sulit dijangkau, berkenaan dengan kriminalisasi dari
perilaku yang mencirikan kelompok ini. Dengan kata lain, kelompok yang sangat sulit
dijangkau karena sifatnya yang tersembunyi. Metode sampling yang sering digunakan seperti
cluster sampling tidak dapat digunakan pada pemilihan sampel kelompok Penasun karena tidak
tersedia kerangka sampel bagi kelompok tersebut. Ciri yang hampir sama dengan Penasun
adalah juga diperlihatkan pada kelompok LSL, sehingga untuk kelompok ini juga agak sulit
untuk menerapkan metode cluster sampling.

Douglas D. Heckathorn, Ph.D, Profesor Sosiologi dari Cornell University, pada tahun 1997 telah
mengembangkan suatu metode untuk memilih sampel kelompok yang sulit dijangkau yaitu
Respondent Driven Sampling (RDS). Metode RDS ini merupakan bagian dari Chain Referral
Sampling (CRS) seperti halnya Snowball Sampling dan Network Sampling. Keunggulan dari
metode RDS adalah sampel yang didapat merupakan sampel yang berpeluang (probability
sample) sehingga dapat dilakukan analisis secara statistik termasuk penghitungan standard
error.

7
Metode RDS ini digunakan untuk menangkap informasi dari kelompok yang sulit dijangkau
atau populasi tersembunyi karena perilakunya yang berisiko (sehingga mereka
“menyembunyikan diri” atau mengkamuflase diri seperti populasi umum). Yang dimaksud
perilaku berisiko adalah perilaku yang tidak umum dilakukan dan mengandung risiko, antara
lain LSL atau penasun.

b. Metode RDS

Respondent driven sampling (RDS) adalah sebuah teknik sampling secara jemput bola
(snowball) berdasarkan pada kuota perekrutan (yang menghindari perekrutan keseluruhan
sampel dari sejumlah individu yang terbatas) dan insentif rangkap untuk memotivasi perekrut
dan yang direkrut. Seed yang mendasari gelombang nol akan merekrut mereka yang
membentuk gelombang perekrutan pertama (dan seterusnya). Dalam teori, kehomogenan
sampel bisa dicapai sesudah paling tidak 3 gelombang perekrutan. RDS berawal dari sejumlah
kecil peserta yang dipilih secara purposif yang biasanya disebut seed, yang seharusnya dipilih
seheterogen mungkin untuk memastikan bahwa sembarang anggota kelompok kemungkinan
besar untuk direkrut. Untuk memberikan akses kepada seluruh peserta, penting untuk
dipastikan bahwa klinik akan tetap buka pada akhir pekan. Jam buka adalah dari jam 12 siang
sampai dengan jam 9 malam bagi LSL untuk menjamin akses kepada LSL yang bekerja.

c. Pemilihan SEED

Target Penasun dan LSL yang diberikan kupon pertama kali (selanjutnya disebut seed) adalah
sekitar 8 orang. Seed yang direkrut adalah orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut
dalam program dan mereka harus mendukung tujuan dari program ini. Di samping itu seed ini
diusahakan berasal dari orang dengan karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut
misalnya umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status sosial dan ekonomi, dan
sebagainya.

Pada awalnya dipilih sebanyak 8 seed namun bila dalam tenggat waktu survei sampel size
belum terpenuhi bisa ditambahkan beberapa seed lagi. Seed akan dipilih oleh staf LSM yang
menyediakan pelayanan kepada kelompok sasaran. Seed tersebut seharusnya dikenal baik dan
diterima luas oleh kalangan mereka. Selain itu juga diharapkan bahwa yang dipilih adalah
orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka harus
mendukung tujuan dari program ini. Umumnya diusulkan kepada para anggota pekerja dari
target populasi untuk bertindak sebagai seed. Dalam survei ini, 8 seed yang akan diberi kupon
pertama kali akan dipilih di masing-masing lokasi. Setiap seed akan diminta untuk merekrut 3
Penasun dan LSL, sehingga para seed ini akan diberikan 3 kupon untuk diberikan kepada
teman-teman sekomunitasnya sesama Penasun dan LSL yang berkenan untuk direkrut.

C. Cara Penyajian
Laporan ini dibuat berdasarkan petunjuk pelaksanaan survei tahun 2009, hasil survei perilaku dan hasil
biologis. Pembahasan dibagi berdasarkan karakteristik, pengetahuan, perilaku risiko, perilaku
pencegahan, cakupan layanan, hasil remaja dan hasil biologisnya. Kemudian pada setiap pembahasan
dibuat juga perbandingan dengan hasil survei sebelumnya yaitu BSS 2002, BSS 2004, IBBS 2007 serta
hasil RTI 2003, RTI 2005 dan RTI 2007.

Pada lampiran disampaikan pula indikator-indikator yang penting per populasi dan per wilayah.
Beberapa indikator telah dibahas di dalam pembahasan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Survei

1. Jumlah responden
Pelaksanaan survei 2009 dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.
Sesuai dengan perencanaan kegiatan ini melibatkan 9 provins dan 9 kabupaten/kota dan
melibatkan 12.787 responden.

Tabel 4 Perencanaan dan Realisasi Responden WPS L, WPS TL dan Pria


Risti Pelaksanaan STBP 2009

WPS L WPS TL Pria Risti


Kabupaten/Kota
Rencana Real Rencana Real Rencana Real
Kota Palembang 250 205 200 163 400 408
Tangerang & Sekitarnya 250 243 200 96 400 400
Kota Yogyakarta 250 250 200 200 400 400
Samarinda & Sekitarnya 250 252 200 200 400 401
Kota Pontianak & Sekitarnya 250 250 200 200 400 392
Kota Makassar 250 250 200 200
Kota Bitung & Sekitarnya 250 248 200 193 400 400
Kota Sorong 250 245 200 198 400 400
Kota Timika 250 250 200 160 400 400
Total 2250 2193 1800 1610 3200 3201

Implementasi pelaksanaan survey pada kelompok WPS L dan Pria Risti dapat berjalan sesuai
dengan perencanaan. Pada kelompok WPS TL mengalami hambatan pada Kota Palembang dan
Kota Tangerang, dikarenakan keterbatasan dalam jumlah sampel yang ada pada saat pelaksanaan
seperti terlihat pada Tabel 4.

9
Tabel 5. Perencanaan dan Realisasi Responden Waria, LSL dan Penasun
Pelaksanaan STBP 2009

Waria LSL Penasun


Kabupaten/Kota
Rencana Real Rencana Real Rencana Real
Kota Palembang 200 111
Tangerang & Sekitarnya 200 200 200 80
Kota Yogyakarta 200 200 200 200
Samarinda & Sekitarnya 200 0
Kota Pontianak & Sekitarnya 200 195 200 200
Kota Makassar 200 199 200 200 200 200
Total 800 505 600 600 800 680

Pada Tabel 5, kelompok waria terjadi pembatalan pelaksanaan di Kota Samarinda dikarenakan
keterbatasan waktu dan kesalahan teknis. Waria di Kota Palembang mengalami kekurangan
sampel terjadi karena permasalahan teknis di lapangan. Untuk Penasun di Kota Tangerang,
mengalami hambatan dengan jumlah penasun walaupun menggunakan metode RDS dalam
pengambilan sampelnya.

Tabel 6. Perencanaan dan Realisasi Responden Remaja Pelaksanaan STBP


2009

Remaja
Kabupaten/Kota
Rencana Real
Tangerang & Sekitarnya 1000 1000
Kota Yogyakarta 1000 993
Samarinda & Sekitarnya 1000 999
Kota Pontianak & Sekitarnya 1000 1006
Kota Makassar 1000 0
Total 5000 3998

Pelaksanaan survei pada kelompok remaja terjadi pembatalan di Kota Kota Makassar dikarenakan
keterbatasan waktu dan kesalahan teknis. Pelaksanaan survei pada remaja hanya pada 4 kota
yaitu Kota Tangerang, Kota Yogyakarta, Kota Samarinda dan Kota Pontianak. Lihat pada Tabel 6.

Pada metode dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan ini terdapat 3 jenis survei yaitu Survei
Surveilans Perilaku, Survei Terpadu HIV dan Perilaku dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku.
Pada pelaksanaannya dihasilkan responden pada setiap jenis survei seperti pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7 Jenis Pelaksanaan Survei berdasarkan Jumlah Responden

Pria
WPS L WPS TL Waria LSL Penasun Remaja Total
Risti
SSP 1,608 3,998 5,606
STHP 801 680 1,481
STBP 2,193 1,610 392 505 600 5,300

Kelompok WPS L, WPS TL, waria serta LSL dilakukan STBP yaitu melakukan survey perilaku diikuti
dengan pengambilan darah serta pengambilan specimen melalui vagina untuk WPS, anal dan
uretral pada Waria dan LSL. Pada Pelanggan pengambilan biologis lengkap hanya dilakukan di kota
Pontianak.

2. Wilayah pelaksanaan survei dibandingkan dengan


survei sebelumnya
Pelaksanaan survey sebelumnya, WPS L dan WPS TL serta Pria dilakukan adalah Kota Sorong, di
mana mendapatkan survey sejak tahun 2002, 2004 dan 2007. Kota Makassar, Kota Bitung dan Kota
Palembang dilakukan survey pada tahun 2002 dan 2004.

Tabel 8 Keterwakilan Kota dan Pelaksanan Survei Sebelumnya

Pria
Kota/Kabupaten WPS L WPS TL Waria LSL Penasun Remaja
Risti
Kota Palembang 3 3 3 1
Kota Tangerang 1 1 1 1 1 1
Kota Yogyakarta 1 1 1 1 1 1
Samarinda 1 1 1 1
Kota Pontianak 2 2 2 1 1 1
Kota Makassar 3 3 3 3 1 1
Kota Bitung 3 3 3
Kota Sorong 4 4 4
Kota Timika 1 1 1

Pada Waria, hanya kota Makassar yang telah dilakukan survey sebelumnya pada tahun 2002 dan
2004. Pada table di atas, angka 1 artinya adalah Kota yang mendapatkan survei pertama kali.
Artinya, LSL, Penasun dan remaja seluruh area adalah area pertama kali diimplementasikan survei
ini. Ini penting diperhatikan karena pada saat melihat kecendrungan dari tahun ke tahun.

11
B. Karakteristik Populasi
Pada karakteristik populasi di sini adalah karakteristik kelompok berrisiko, sedangkan remaja dimuat
dalam bagian tersendiri. Karakteristik yang akan dibahas dalam bagian ini adalah umur responden,
umur pertama kali berperilaku risiko, tingkat pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan dan status
tinggal.

1. Umur Responden
Pada Gambar 1. Karakteristik menurut Umur Responden, didapatkan bahwa karakteristik umur
responden pada WPS L, WPS TL, Pria dan waria paling banyak terdistribusi pada kelompok lebih
dari 30 tahun. Ini perlu dipertimbangkan karena risiko prevalensi HIV tergantung dengan umur.
Median umur pada masing-masing kelompok adalah 28 tahun (WPS L), 27 tahun (WPS TL), 33
tahun (Pria), 27 tahun(waria), 24 tahun (LSL) dan 25 tahun(penasun).

Gambar 1. Karakteristik menurut Umur Responden

Apabila dilihat survei sebelumnya, pada kelompok WPS L terdapat persamaan dengan survei tahun
2007. WPS TL lebih tua pada tahun 2009 dibanding tahun sebelumnya. Pada kelompok pria,
penasun, LSL dan waria mempunyai median umur lebih muda dibandingkan survei sebelumnya.
Lihat gambar di bawah ini.
Gambar 2. Perbandingan Umur Responden dengan Survei Sebelumnya

2. Pendidikan
Tingkat pendidikan ini perlu diperhatikan terutama dalam hal melakukan pendekatan untuk
menyampaikan informasi maupun bentuk medianya. Pada kelompok WPS L, didapatkan mayoritas
berpendidikan SD, berbeda dengan kelompok WPS TL mempunyai pendidikan mayoritas adalah
SMP dan SMA. Pada kelompok pria yang disurvei, mayoritas pendidikannya adalah SMA. Ini terjadi
juga pada kelompok waria, LSL dan penasun. Pendidikan tertinggi berupa Akademi/PT tertinggi
adalah pada kelompok LSL dan Penasun.

Gambar 3. Tingkat Pendidikan

Perbandingan pendidikan dari tahun ke tahun pada kelompok WPS L tidak terdapat perbedaan
yang mencolok, tetapi terdapat peningkatan tingkat pendidikan pada kelompok SMP dan SMA.

13
Gambar 4. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya
untuk WPS L

Pendidikan pada WPS TL juga mengalami penurunan pada kelompok SD dan mengalami
peningkatan pada kelompok SMA.

Gambar 5. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya


untuk WPS TL

3. Status Pernikahan
Status perkawinan perlu dipertimbangkan terkait dengan interaksi ganda antara kelompok berrisiko
dengan populasi umum. Lihat pada Gambar 6. .
Gambar 6. Persentase menurut Status Pernikahan

Status perkawinan pada kelompok waria dan LSL, mayoritas tidak pernah menikah. Menikah di sini
adalah pernikahan dengan lawan jenis. Pada kelompok LSL, 10% di antaranya masih berstatus
menikah. Pada kelompok WPS L dan WPS TL, 19% dan 29% di antaranya masih berstatus
menikah, walaupun mayoritas menyatakan pernah menikah. Pada pria risti, mayoritas menyatakan
masih dalam status pernikahan. Pada kelompok Penasun, 71% diantaranya menyatakan belum
pernah menikah.

Pada tahun 2007, WPS L yang menikah adalah 10%, WPS TL 22%, Waria 7%, Pria 68%, LSL 15%
dan penasun 27%. Artinya pada tahun 2009, kelompok WPS L, WPS TL dan Pria yang menikah
persentasenya lebih banyak, sedangkan kelompok berrisiko lainnya lebih rendah.

4. Sumber Pendapatan Utama


Pada kelompok waria, LSL dan penasun perlu dipertanyakan tentang pekerjaan mereka. Pada
survei terdahulu didapatkan bahwa orang yang bekerja mempunyai posisi tawar yang lebih baik
pada saat negosiasi penggunaan kondom maupun dalam rangka ketersediaan jarum suntik steril.

Pada kelompok LSL, pekerjaan terbanyak adalah karyawan (43%) diikuti dengan pekerjaan
bebas(17%). Pada kelompok Waria, pekerjaan terbanyak adalah salon (64%). Pada kelompok
penasun, 57% di antaranya adalah pekerja bebas. Pada ketiga kelompok ternyata terdapat
kelompok yang mendapatkan penghasilan sebagai uang saku sebagai pelajar terutama pada
kelompok Penasun. Lihat pada Gambar 7.

15
Gambar 7. Persentase berdasar Sumber Pendapatan Utama

5. Status tinggal
Status tinggal pada kelompok WPS L terbanyak berada di lokalisasi(58%), sedangkan pada
kelompok WPS TL lebih banyak(25%) tinggal bersama teman mereka. Untuk itu, perlu pendekatan
terhadap tempat tinggal mereka untuk mencakup seluruh populasi WPS L maupun WPS TL. Pada
kelompok WPS L dan WPS TL terdapat 11% dan 15% masih tinggal bersama suami mereka.

Gambar 8. Persentase menurut Status Tinggal WPS L dan WPS TL

Pada Gambar 9. , kelompok Pria, mayoritas (67%) tinggal bersama istri mereka. Waria juga
banyak yang tinggal bersama keluarga mereka (44%). Pada LSL, banyak yang tinggal bersama
keluarga mereka tetapi banyak (25%) juga tinggal bersama dengan istri mereka. Waria dan LSL
yang tinggal bersama pasangan lelaki mereka hanya sebesar 3%. Kelompok penasun, masih
banyak(67%) yang tinggal bersama keluarga mereka, karena dari mayoritas menyatakan belum
pernah menikah.

Gambar 9. Persentase menurut Status Tinggal Pria Risti, Waria, LSL dan
Penasun

6. Umur Pertama Kali Berperilaku Risiko


Umur pertama kali berperilaku risiko menjadi salah satu risiko terjadinya HIV. Perilaku berrisiko
untuk WPSL dan WPSTL adalah umur pertama kali melakukan hubungan seks secara komersial.
Pada Gambar 10. , didapatkan bahwa kebanyakan umur pertama kali melakukan hubungan seks
secara komersial pada umur lebih dari 15 tahun, pada kelompok WPS TL terbanyak pada kelompok
15-19 tahun di mana merupakan usia pendidikan untuk SLTA. Pria risti, juga dikatakan berisiko bila
mempunyai hubungan seks dengan penjaja seks. Kebanyakan mereka mulai membeli seks sejak
umur 15-19 tahun.

Untuk kelompok Waria dan LSL, dikatakan umur berrisiko apabila mereka melakukan hubungan
seks pertama kali, karena hubungan seks pada waria dan LSL merupakan kegiatan seksual berisiko
sehingga pertama kali hubungan ses merupakan umur berisiko. Mayoritas umur seks pertama kali
di bawah umur 19 tahun.

Pada kelompok penasun di 4 kota tersebut. Didapatkan usia pertama kali menyuntik narkotika
dimulai dari umur kurang dari 15 tahun. Untuk itu, perlu kegiatan yang kondusif dilakukan pada
kelompok SD maupun SMP tentang penggunaan narkoba.

17
Gambar 10. Persentase menurut Umur Pertama Kali Berperilaku Berrisiko

Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007, pada penasun mayoritas memulai perilaku berrisiko
mayoritas pada kelompok umur 15-25 tahun, sedangkan pada STBP ini, mayoritas adalah umur
kurang dari 15 tahun. Pada kelompok Waria pada tahun 2007, banyak dimulai pada umur pertama
kali melakukan kegiatan berrisiko pada umur lebih dari 15 tahun, sedangkan STBP 2009 banyak di
bawah umur 15 tahun.

C. Tingkat Pengetahuan dan Persepsi


Pada bagian ini membahas tingkat pengetahuan dan persepsi masing-masing kelompok berrisiko
meliputi sumber informasi, pengetahuan penularan dan cara pencegahan, pemahaman yang kelru dan
persepsi berrisiko. Pada bagian sumber infomasi dibahas dari mana sumber informasi untuk mengetahui
HIV dan cara pencegahannya. Penularan dan cara pencegahan akan membahas mengenai
pengetahuan tentang HIV berdasarkan indikator MDG. Untuk pemahaman yang keliru dilihat
kesalahpahaman kelompok risti terhadap pengetahuan yang mereka punya. Pada bagian terakhir
dibahas mengenai persepsi mereka tentang risiko mereka terkait dengan perilaku yang mereka
kerjakan.

1. Sumber Informasi
Sebagian besar responden sudah pernah mendapatkan informasi tentang HIV dan AIDS. Sumber
informasi yang ditanyakan adalah radio, TV, koran, poster, petugas kesehatan, petugas lapangan
(PL), teman sebaya dan konselor. Sumber informasi yang paling banyak disebutkan oleh semua
kelompok adalah dari TV yaitu WPS Langsung (71 persen), WPS Tidak Langsung (79 persen), LSL
(83 persen), Waria (78 persen), Pria Risti (93 persen), dan Penasun (88 persen). Konselor adalah
salah satu sumber informasi yang paling sedikit disebutkan oleh WPS Langsung (27 persen), WPS
Tidak Langsung (12 persen), LSL (25 persen), Waria (27 persen), Pria Risti (6 persen), dan
Penasun (35 persen). Seperti terlihat pada
Tabel 9.

19
Tabel 9 Persentase Responden Menurut Sumber Informasi tentang HIV-
AIDS

Petugas Teman
Kelompok Radio TV Koran Poster PL Konselor
Kesehatan Sebaya
WPS L 32 71 49 57 70 45 50 27
WPS TL 39 79 59 57 51 27 47 12
LSL 44 83 74 74 39 36 82 25
Waria 40 78 69 75 67 39 73 27
Pria Risti 55 93 71 70 33 10 41 6
Penasun 45 88 74 81 58 48 82 35

Ada beberapa yang pertanyaan yang selalu ditanyakan dalam survey tahun 2007 yaitu sumber
informasi tentang HIV dan AIDS. Dari tahun ke tahun sumber informasi yang paling banyak
disebutkan WPS Langsung berubah, pada tahun 2007 disebutkan Petugas Kesehatan (81 persen
dan pada tahun 2009 menjadi TV (71 persen), tetapi WPS Tidak Langsung selalu mendapatkan
informasi paling banyak dari TV. Secara umum persentase sumber informasi dari segala media
menurun dari tahun ke tahun.

Tabel 10. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber


Informasi melalui Media tentang HIV dan AIDS

Radio TV Koran Poster


Kelompok
2007 2009 2007 2009 2007 2009 2007 2009
WPS L 45 32 74 71 49 49 64 57
WPS TL 52 39 87 79 70 59 67 57
LSL 44 83 74 74
Waria 40 78 69 75
Pria Risti 55 93 71 70
Penasun 45 88 74 81
Tabel 11. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi
melalui petugas tentang HIV dan AIDS

Petugas Petugas
Teman Sebaya Konselor
Kelompok Kesehatan Lapangan
2007 2009 2007 2009 2007 2009 2007 2009
WPS L 81 70 66 45 57 50 32 27
WPS TL 75 51 49 27 59 47 26 12
LSL 39 36 82 25
Waria 67 39 73 27
Pria Risti 33 10 41 6
Penasun 58 48 82 35

2. Pengetahuan Cara Penularan dan Pencegahan HIV


Berdasarkan indikator MDGs, pengetahuan komprehensif didasarkan atas 5 pertanyaan, yaitu:
(tahu bahwa (1) saling setia dan (2) menggunakan kondom dapat mencegah penularan HIV, tahu
bahwa (3) gigitan nyamuk dan (4) menggunakan alat makan bersama tidak menularkan HIV, serta
tahu (5) orang yang terlihat sehat bisa saja sudah terinfeksi HIV). Semua pertanyaan tersebut
harus dijawab dengan benar oleh responden sehingga responden dikategorikan cukup memahami
cara penularan dan pencegahan HIV.

Gambar 11. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif

100
77
80
P ers en

60
40 30 27 33
16 11
20
0
WP S L WP S TL W aria P ria R is ti LS L P enas un

Hasil STBP 2009 menunjukkan kelompok LSL memiliki pengetahuan komprehensif yang paling
tinggi (77 persen) dan yang paling rendah adalah kelompok WPS TL (11 persen).

21
Gambar 12. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif
berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs

100 86 88
8484
79 77 76 7980
75
80 69 71 69 717273 7068
62 64
60
3435
40 2628 2728 27
24
20 20
20
0
WP S L
S etia WP S TL W aria P Menggunakan
ria L SKLondom P enas un
G igitan Nyamuk Menggunakan Alat Makan/Minum
T ahu O D HA dengan Melihat

Berdasarkan lima pertanyaan pengetahuan komprehensif sesuai indikator MDGs, didapat hasil
bahwa pada kelompok WPS Langsung (79 persen), WPS tidak langsung (77 persen), LSL (80
persen), dan Penasun (84 persen), pengetahuan tentang HIV dapat dicegah dengan menggunakan
kondom adalah yang paling tinggi. Sedangkan pada kelompok Waria (86 persen) dan Pelanggan
(88 persen), pengetahuan tentang mendeteksi ODHA tidak hanya dengan melihatnya saja adalah
yang paling tinggi. Selain itu pada kelompok penasun (84 persen), pengetahuan tentang HIV
dapat dicegah dengan saling setia pada satu pasangan juga paling tinggi.

Ada lima pertanyaan yang selalu ditanyakan dalam survey tahun 2002, 2004, 2007, dan 2009
untuk menggambarkan perbandingan persentase responden menurut pengetahuan komprehensif
berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs.
Tabel 12. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL
menurut Pengetahuan Komprehensif berdasarkan Lima Pertanyaan
Indicator MDGs

WPS L WPS TL
Pengetahuan
2002 2004 2007 2009 2002 2004 2007 2009
Persentase responden yang
mengetahui HIV dapat
44 57 69 69 60 71 73 71
dicegah dengan saling setia
dengan 1 pasangan
Persentase responden yang
mengetahui HIV dapat
65 73 81 79 77 82 77 77
dicegah dengan memakai
kondom
Persentase responden yang
mengetahui HIV tidak dapat
77 73 52 74 74 70 55 73
ditularkan melalui gigitan
nyamuk/serangga
Persentase responden yang
mengetahui HIV tidak
ditularkan dengan cara
78 72 55 72 71 68 58 72
menggunakan alat
makan/minum secara
bersama dengan ODHA
Persentase responden yang
mengetahui ODHA tidak bisa
13 57 68 62 9 68 76 69
dideteksi hanya dengan
melihat saja

Persentase WPS Langsung, WPS tidak langsung, Waria, dan Pria Risti yang mengetahui HIV dapat
dicegah dengan saling setia dengan 1 pasangan terus meningkat dalam kurun waktu 2002 – 2007
dan menurun pada tahun 2009. Sedangkan persentase pada LSL terus menurun dari waktu ke
waktu.

Kemudian, persentase WPS Langsung dan Pria Risti yang mengetahui HIV dapat dicegah dengan
memakai kondom terus meningkat dalam kurun waktu 2002 – 2004 dan menurun di tahun 2009.
Sedangkan persentase Waria, LSL, dan Penasun terus menurun. Akan tetapi, persentase pada WPS
TL relative sama dengan hasil survey sebelumnya.

23
Tabel 13 Perbandingan Persentase Responden Waria dan Pria Risti
menurut Pengetahuan Komprehensif berdasarkan Lima Pertanyaan
Indicator MDGs

Waria Pria Risti


Pengetahuan
2004 2007 2009 2002 2004 2007 2009
Persentase responden yang
mengetahui HIV dapat dicegah
65 73 71 56 70 81 76
dengan saling setia dengan 1
pasangan
Persentase responden yang
mengetahui HIV dapat dicegah 85 79 72 65 75 77 64
dengan memakai kondom
Persentase responden yang
mengetahui HIV tidak dapat ditularkan 79 78 73 20 25 41 30
melalui gigitan nyamuk/serangga
Persentase responden yang
mengetahui HIV tidak ditularkan
dengan cara menggunakan alat 84 78 75 22 29 43 32
makan/minum secara bersama
dengan ODHA
Persentase responden yang
mengetahui ODHA tidak bisa dideteksi 78 79 86 13 68 70 88
hanya dengan melihat saja

Persentase WPS L, WPS TL, Waria, dan LSL yang mengetahui HIV tidak dapat ditularkan melalui
gigitan nyamuk atau serangga terus menurun dari waktu ke waktu. Sedangkan persentase pada
Pria Risti terus meningkat. Serta persentase pada Penasun naik dari tahun 2004 ke 2007 dan
menurun pada tahun 2009.

Persentase WPS L, WPS TL, Waria, dan LSL yang mengetahui HIV tidak ditularkan dengan cara
menggunakan alat makan/minum secara bersama dengan ODHA terus menurun dari waktu ke
waktu. Akan tetapi, persentase pada Pria Risti terus meningkat. Sedangkan persentase pada
penasun naik dari tahun 2004 ke 2007 dan menurun pada tahun 2009.
Tabel 14 Perbandingan Persentase Responden LSL dan Penasun Menurut
Pengetahuan Komprehensif berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs

LSL Penasun
Pengetahuan
2004 2007 2009 2004 2007 2009
Persentase responden yang mengetahui
HIV dapat dicegah dengan saling setia 85 81 79 TT TT 84
dengan 1 pasangan
Persentase responden yang mengetahui
HIV dapat dicegah dengan memakai 96 83 80 90 89 84
kondom
Persentase responden yang mengetahui
HIV tidak dapat ditularkan melalui gigitan 81 74 66 62 77 76
nyamuk/serangga
Persentase responden yang mengetahui
HIV tidak ditularkan dengan cara
82 73 65 68 79 73
menggunakan alat makan/minum secara
bersama dengan ODHA
Persentase responden yang mengetahui
ODHA tidak bisa dideteksi hanya dengan 86 80 81 81 83 80
melihat saja

Persentase responden yang mengetahui ODHA tidak bisa dideteksi hanya dengan melihat saja terus
menurut kecuali pada kelompok Pria Risti terus meningkat.

Pada Tabel 15, dapat dilihat pengetahuan responden menurut pengetahuan cara penularan HIV
yaitu melalui jarum suntik dan penularan dari ibu ke anak. Pada tahun 2009, pertanyaan tentang
penularan ibu ke anak pada kelompok waria dihilangkan, walaupun bila dilihat hampir 5% Waria
menyatakan menikah atau pernah menikah. Pengetahuan mengenai cara penularan HIV yang
benar sangat penting untuk kelompok berisiko dan merupakan langkah awal agar mereka mau
mengurangi perilaku berisiko ataupun menggunakan berbagai alat pencegahan seperti alat suntik
steril. Sebagian besar responden sudah mengetahui cara penularan HIV melalui jarum suntik dan
dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan.

Tabel 15. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Penularan


HIV

Pengetahuan WPS L WPS TL Waria Pria Risti LSL Penasun

Persentase responden yang


mengetahui cara penularan 85 91 91 87 92 95
HIV melalui jarum suntik
Persentase responden yang
mengetahui HIV dapat
ditularkan dari ibu ke 74 82 TT 77 82 83
anaknya selama masa
kehamilan

25
Presentase responden menurut pengetahuan cara penularan HIV pada kelompok WPS Tidak
Langsung cenderung meningkat. Sedangkan pada kelompok WPS Langsung, Waria, Pria Risti, dan
LSL cenderung meningkat dalam kurun waktu 2002 – 2007 dan menurun tipis pada tahun 2009.
Akan tetapi pada kelompok penasun angka tersebut turun pada tahun 2007 dan meningkat kembali
pada tahun 2009. Seperti terlihat pada Tabel 16, Tabel 17 dan Tabel 18.

Tabel 16. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL


menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV

WPS L WPS TL
Pengetahuan
2002 2004 2007 2009 2002 2004 2007 2009
Persentase responden yang
mengetahui cara penularan 46 55 87 85 64 70 91 91
HIV melalui jarum suntik
Persentase responden yang
mengetahui HIV dapat
ditularkan dari ibu ke TT TT 79 74 TT TT 82 82
anaknya selama masa
kehamilan
* TT=Tidak Tersedia

Tabel 17. Perbandingan Persentase Responden Waria dan LSL menurut


Pengetahuan Cara Penularan HIV

Waria LSL
Pengetahuan
2004 2007 2009 2004 2007 2009
Persentase responden yang mengetahui
72 94 91 92 96 92
cara penularan HIV melalui jarum suntik
Persentase responden yang mengetahui
HIV dapat ditularkan dari ibu ke anaknya TT 82 TT TT 89 82
selama masa kehamilan
* TT=Tidak Tersedia

Tabel 18. Perbandingan Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara


Penularan HIV

Pria Risti Penasun


Pengetahuan
2002 2004 2007 2009 2004 2007 2009
Persentase responden yang mengetahui
cara penularan HIV melalui jarum suntik
51 62 88 87 98 88 95

Persentase responden yang mengetahui


HIV dapat ditularkan dari ibu ke anaknya TT TT 76 77 TT 76 83
selama masa kehamilan

* TT=Tidak Tersedia

Pada tabel berikut ini lebih dari setengah WPS L, pria, dan LSL sudah mengetahui HIV tidak dapat
dicegah dengan antibiotik dan makan-makanan yang bergizi. Sedangkan pada kelompok WPS TL
dan Waria masih sebagian kecil yang mengetahui cara pencegahan HIV. Walaupun bila dilihat
persentasenya, tingkat pengetahuan masih jauh dari harapan, di mana seharusnya hampir 80%
kelompok berrisiko mempunyai pengetahuan tentang cara pencegahan HIV.

Tabel 19. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Pencegahan


HIV

WPS Pria
Pengetahuan WPS L Waria LSL Penasun
TL Risti
Persentase responden yang
mengetahui bahwa antibiotik
52 43 62 62 51 44
tidak dapat dipergunakan untuk
mencegah penularan HIV
Persentase responden yang
mengetahui makan makanan
39 32 67 64 53 43
yang bergizi tidak dapat
mencegah penularan HIV

Apabila dibandingkan dengan pengetahuan responden pada survei sebelumnya didapatkan


perbedaan yang tidak terlalu besar. Untuk itu, peningkatan pengetahuan cara pencegahan HIV
masih perlu ditingkatkan melalui beberapa intervensi perilaku.

Tabel 20. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL


menurut Pengetahuan Cara Pencegahan HIV

WPS L WPS TL
Pengetahuan
2002 2004 2007 2009 2002 2004 2007 2009
Persentase responden yang
mengetahui bahwa antibiotik
59 59 36 52 56 64 45 43
tidak dapat dipergunakan untuk
mencegah penularan HIV
Persentase responden yang
mengetahui makan makanan
74 65 46 39 66 53 52 32
yang bergizi tidak dapat
mencegah penularan HIV

Presentase responden menurut pengetahuan cara pencegahan HIV pada WPS Tidak Langsung dan
LSL cenderung menurun setiap tahunnya. Sedangkan pada kelompok WPS Langsung dan Pria Risti
cenderung menurun dalam kurun waktu 2002 – 2007 cenderung menurun, tetapi pada tahun 2009
cenderung meningkat.

27
Tabel 21. Perbandingan Persentase Responden Waria dan LSL menurut
Pengetahuan Cara Pencegahan HIV

Waria LSL
Pengetahuan
2004 2007 2009 2004 2007 2009
Persentase responden yang mengetahui
bahwa antibiotik tidak dapat dipergunakan 72 64 62 82 59 51
untuk mencegah penularan HIV
Persentase responden yang mengetahui
makan makanan yang bergizi tidak dapat 61 68 67 68 59 53
mencegah penularan HIV

Tabel 22. Perbandingan Persentase Responden Pria Risti dan Penasun


menurut Pengetahuan Cara Pencegahan HIV

Pria Risti Penasun


Pengetahuan
2002 2004 2007 2009 2002 2004 2007 2009
Persentase responden yang
mengetahui bahwa antibiotik
tidak dapat dipergunakan 71 68 30 62 TT TT TT 44
untuk mencegah penularan
HIV
Persentase responden yang
mengetahui makan makanan
74 66 36 64 TT TT TT 43
yang bergizi tidak dapat
mencegah penularan HIV
* TT=Tidak Tersedia

3. Pemahaman yang Keliru


Pemahaman yang keliru tentang cara penularan dan pencegahan HIV pada kelompok berisiko akan
sangat mempengaruhi berbagai upaya promosi pencegahan pada kelompok tersebut dan dapat
meningkatkan stigma serta diskriminasi terhadap mereka yang sudah terinfeksi HIV.

Gambar 13. Persentase Responden Menurut Pemahaman yang Keliru

100 87 88
77
80 67
62
60
39
40
20
0
WPS L WPS TL Waria Pria Risti LSL Penasun
Sebagian besar WPS Tidak Langsung (88 persen), WPS Langsung (87 persen), Penasun (67
persen), dan Pria Risti (62 persen) masih memiliki pemahaman yang keliru mengenai cara
penularan dan pencegahan HIV, seperti beranggapan bahwa HIV dapat ditularkan melalui
nyamuk/serangga atau HIV dapat menular melalui alat makan/minum yang digunakan bersama
dengan ODHA. Sedangkan pada kelompok Waria (39 persen) dan LSL (2 persen) memiliki
pemahaman keliru yang lebih kecil.

Gambar 14. Perbandingan Persentase Responden menurut Pemahaman


Cara Pencegahan dan Penularan HIV yang Keliru

Perbandingan persentase permahaman cara pencegahan dan penularan HIV yang keliru pada
kelompok WPS Langsung, WPS Tidak Langsung, dan Pria Risti cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Sedangkan pada kelompok Waria cenderung menurun dari tahun ke tahun. Akan tetapi
pada kelompok LSL yang pada tahun sebelumnya cenderung meningkat, di tahun 2009 menurun
tajam. Lain lagi pada kelompok Penasun yang tahun sebelumnya cenderung menurun, di tahun
2009 ini kembali meningkat.

Meningkatnya permahaman yang keliru mengenai cara pencegahan dan penularan HIV dapat
menyebabkan salahnya promosi cara pencegahan dan penularan HIV. Selain itu, hal tersebut juga
menyebabkan diskriminasi dan stigmatisasi terhadap orang yang telah tertular HIV sebelumnya.

4. Persepsi Risiko
Merasa berisiko tertular HIV adalah salah satu indikasi bahwa seseorang sadar bahwa perilakunya
bias menyebabkan dirinya tertular HIV. Persepsi tersebut biasanya timbul dari pengetahuan
tentang cara penularan dan pencegahan HIV dan kemudian dihubungkan dengan pengalaman
pribadi responden yang pernah melakukan perilaku berisiko tertular HIV.

29
Gambar 15. Persentase Responden menurut Merasa Berisiko Tertular HIV

Hasil STBP 2009 menunjukan sebagian besar responden merasa berisiko tertular HIV, yaitu
Penasun (72 persen), WPS Langsung (67 persen), WPS Tidak Langsung (64 persen), LSL (61
persen), dan Waria (60 persen). Hanya sebagian kecil dari Pria Risti (31 persen) yang merasa
berisiko tertular HIV.

Gambar 16. Perbandingan Persentase Responden Menurut yang Merasa


Berisiko Tertular

Perbandingan persentase responden menurut yang merasa berisiko tertular HIV pada kelompok
WPS L, WPS TL, Waria, Pria Risti, dan LSL cenderung meningkat dalam kurun waktu 2002 – 2007
dan menurun pada tahun 2009. Sedangkan pada Penasun cenderung dari tahun ke tahun.

Peningkatan persentase persepsi berisiko merupakan langkah awal dari pencegahan dan penularan
HIV. Apabila persentase persepsi terus meningkat diharapkan pencegahan dan penularan HIV
dapat terus ditingkatkan pula.

D. Cakupan Program
Program pengendalian HIV dan AIDS di Indonesia dilakukan melalui berbagai upaya dan pendekatan.
Termasuk dalam cakupan program yang dinilai dalam STBP adalah upaya dalam hal peningkatan
pengetahuan dan perubahan perilaku, upaya pencegahan melalui penggunaan kondom, konseling dan
tes HIV, maupun layanan khusus penasun yaitu layanan jarum suntik steril serta terapi substitusi dan
detoksifikasi.
Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan, bahwa terjadi perbedaan lokasi antara STBP tahun
2007 dan STBP 2009. Lokasi yang dipilih pada tahun 2009 mayoritas merupakan lokasi baru, sehingga
peningkatan dan penurunan yang terjadi bukan berarti disebabkan oleh menurunnya cakupan program
dalam menjangkau kelompok berisiko. Hasil ini justru dapat diartikan bahwa masih ada perbedaan
upaya antar lokasi di Indonesia.

1. Pertemuan/Diskusi dan Materi KIE


Salah satu upaya program dalam pengendalian HIV AIDS adalah upaya peningkatan pengetahuan
dan perubahan perilaku. Termasuk dalan upaya ini adalah distribusi media cetak maupun
melakukan pertemuan dan diskusi dengan petugas lapangan yang umumnya dilaksanakan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kelompok Penasun merupakan kelompok yang paling sering
menghadiri pertemuan/diskusi dengan petugas (66%) disusul oleh kelompok WPS Langsung
(62%). Pria Risti merupakan kelompok yang paling jarang dijangkau, hanya 16% responden
mengaku pernah menghadiri pertemuan dan atau melakukan diskusi dengan petugas. Meskipun
demikian kelompok Pria Risti termasuk kelompok yang sering menerima barang cetakan
dibandingkan kelompok lain.

Gambar 17. Persentase responden menurut cakupan program tahun 2009

Bila dibandingkan dengan hasil STBP pada tahun-tahun sebelumnya, terjadi perbedaan persentase
responden dalan menghadiri pertemuan/diskusi HIV selama setahun terakhir. Sebagian besar
mengalami penurunan, kecuali waria yang relatif stabil dan Pria Risti yang mengalami peningkatan
sebanyak 2%. Pertemuan atau diskusi mengenai HIV diselenggarakan oleh banyak pihak seperti
petugas kesehatan, LSM, Dinas Sosial, Dinas Pariwisata, perusahaan dan pihak lainnya.

31
Gambar 18. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menghadiri
Pertemuan/Diskusi HIV dan AIDS Setahun Terakhir

Serupa dengan persentase responden yang menghadiri pertemua/diskusi, persentase responden


yang menerima KIE juga mengalami penurunan sebagaimana ditunjukan pada Gambar 18. .
Penurunan terjadi di semua kelompok dan penurunan paling signifikan terjadi pada kelompok
penasun.

Gambar 19. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menerima


Barang Cetakan Setahun Terakhir

2. Frekuensi Diskusi dengan Petugas Lapangan


Upaya peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku juga dilakukan melalui upaya
penjangkauan, yang biasanya dilakukan oleh LSM. Petugas lapangan biasanya mendampingi secara
intensif kelompok berisiko untuk memberikan pengetahuan tentang cara penularan dan
pencegahan HIV serta mau dan mampu dan berperilaku aman terhadap penularan HIV.
Selain memberikan materi KIE, melakukan diskusi, petugas lapangan juga memberikan bahan-
bahan pencegahan seperti kodom, alat suntik steril serta mempromosikan layanan-layanan
kesehatan terkait dengan IMS, HIV dan AIDS.

Gambar 20. Persentase Responden Menurut Frekuensi Diskusi dengan


Petugas Lapangan dalam 3 Bulan Terakhir

Gambar 20. di atas menunjukan bahwa kelompok berisiko yang paling sering melakukan diskusi
dengan petugas lapangan adalah penasun (66%) dan disusul oleh WPS Langsung (56%).
Sekalipun mayoritas WPS Langsung menyatakan pernah dijangkau, hanya 6% yang dijangkau lebih
dari 3 kali dalam 3 bulan terakhir.

Berbeda dengan WPS Langsung yang sebagian besar pernah dijangkau, 66% responden WPS tidak
langsung mengaku tidak pernah dijangkau. Serupa dengan WPS tidal langsung, mayoritas
responden waria dan LSL juga mengaku tidak pernah dijangkau.

Pria Risti merupakan kelompok yang paling banyak mengaku tidak pernah melakukan diskusi
dengan petugas lapangan dalam 3 bulan terakhir. Hanya sekitar 8% yang pernah melakukan
diskusi dengan petugas lapangan.

Apabila dibandingkan dengan hasil tahun 2007, maka cakupan kegiatan penjangkauan tahun 2009
mengalami penurunan dengan penurunan yang paling signifikan adalah waria. Namun demikian,
mengingat bahwa lokasi survei tahun 2009 tidak sama dengan tahun 2007, grafik ini bisa diartikan
bahwa upaya penjangkauan pada lokasi survei tahun 2009 belum sebaik upaya pada lokasi survei
tahun 2007.

33
Gambar 21. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Dijangkau
Petugas Lapangan dalam 3 Bulan Terakhir

3. Frekuensi Menerima Kondom


Salah satu upaya pencegahan HIV dan AIDS adalah dengan mempromosikan penggunaan kondom
pada hubungan seks berisiko. Contoh kegiatan yang dilakukan adalah dengan membagikan
kondom gratis kepada kelompok berisiko. Biasanya kegiatan pembagian kondom gratis dilaksanaan
bersamaan dengan upaya penjangkauan sehingga frekuensi nya pun terkait erat dengan frekuensi
penjangkauan.

Gambar 22. menunjukan bahwa mayoritas WPS Langsung menyatakan pernah menerima kondom
gratis dalam 3 bulan terakhir, sementara mayoritas responden pada kelompok waria, WPS tidak
langsung, LSL dan Pria Risti menyatakan tidak permah menerima kondom gratis dalam 3 bulan
terakhir. Adapun pada kelompok penasun, pertanyaan ini tidak diajukan.

Gambar 22. Persentase Responden Menurut Frekuensi Menerima Kondom


Gratis dalam 3 Bulan Terakhir

Tabel 23 di bawah ini menunjukan perbadingan persentase responden yang menerima kondom
gratis dalam 3 bulan terakhir. Dari table ini dapat dilihat bahwa responden yang menerima kondom
gratis mengalami pernurunan untuk semua kelompok yang disurvei.
Tabel 23. Perbandingan Persentase Responden Menurut Frekuensi
Menerima Kondom Dalam 3 Bulan Terakhir

Kelompok Tahun Frekuensi Menerima Kondom Gratis dalam 3 Bulan


Survei Terakhir
0 kali 1 kali 2-3 kali >3 kali
WPS TL 2004 81 10 6 2
2007 53 22 14 6
2009 66 15 13 5
WPS L 2004 44 14 24 16
2007 29 18 28 21
2009 32 26 23 17
Pria Risti 2004 94 3 1 1
2007 83 10 4 1
2009 91 6 2 1
Waria 2004 18 18 33 31
2007 24 21 31 22
2009 63 19 10 9
LSL 2004 71 9 8 12
2007 41 14 21 21
2009 78 10 6 7

4. Frekuensi Kunjungan ke Klinik IMS


Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan faktor penting dalam penularan HIV. Keberadaan IMS
dapat meningkatkan kemungkinan penularan menjadi 2 hingga 8 kali lebih tinggi. Karena
merupakan factor yang penting, maka frekuensi kunjungan ke klinik IMS perlu ditanyakan.

35
Gambar 23. Persentase Responden Menurut Frekuensi Kunjungan ke
Klinik IMS dalam 3 Bulan Terakhir

Dari grafik di atas bisa diketahui bahwa WPS Langsung merupakan kelompok yang paling sering
mengunjungi klinik IMS dalam 3 bulan terakhir (51%). Tiga kelompok lainnya (waria, WPS tidak
langsung dan LSL) mayoritas responden menyatakan tidak pernah mengunjungi klinik IMS.
Kelompok LSL adalah yang paling sedikit mengunjungi klinik IMS, hanya 15% yang pernah
mengunjungi klinik IMS.

Gambar 24. di bawah menunjukan perbandingan persentase responden yang pernah diperiksa di
klinik IMS. Dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2009 ada lebih sedikit responden yang
pernah diperiksa di klinik IMS. Hal ini menunjukan masih perlunya upaya untuk meningkatkan
kesadaran para kelompok berisiko mengenai IMS, kaitan IMS dengan HIV dan perlunya
memeriksakan IMS di klinik IMS.

Gambar 24. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Diperiksa


di Klinik IMS dalam 3 Bulan Terakhir

5. Konseling dan Tes HIV


Program konseling dan tes HIV bertujuan agar populasi berisiko tinggi mengetahui status HIVnya
sehingga dapat mengakses layanan lanjutan bila kemidian hasilnya positif. Konseling dan tes HIV
juga penting untuk pencegahan penularan HIV dengan mendorong orang yang sudah terinfeksi
untuk merubah perilaku berisikonya agar tidak menularkan ke orang lain.

Pria Risti merupakan yang paling sedikit pernah tes HIV (9%). WPS Langsung merupakan
kelompok yang paling banyak pernah tes HIV (54%), namun hanya 37% yang menerima hasilnya,
atau dengan kata lain ada sebanyak 17% responden yang melakukan tes namun tidak
mendapatkan hasilnya. Perbedaan ini merupakan yang paling besar diantara kelompok berisiko.

Alasan melakukan tes HIV yang paling banyak adalah karena merasa berisiko, yaitu 57% pada WPS
Langsung, 53% pada WPS tidak langsung, 37% pada Pria Risti, 73% pada waria, 74% pada LSL,
dan 64% pada penasun.

Gambar 25. Persentase Responden yang Pernah Testing HIV dan


Menerima Hasilnya

Apabila dibandingkan dengan survei sebelumnya, terdapat variasi responden yang pernah
melakukan tes HIV. WPS Langsung yang melakukan tes HIV pada survey tahun 2009 lebih banyak
dari tahun 2007. Namun untuk kelompok lain, responden yang melakukan tes pada survey tahun
2009 lebih sedikit dari tahun 2007.

Gambar 26. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Tes HIV

Serupa dengan persentase yang pernah melakukan tes HIV, kelompok WPS Langsung pada survey
tahun 2009 adalah yang paming banyak menerima hasil tes (37%) dibandingkan dengan tahun
2007, sementara pada kelompok lain secara umum, jumlah yang menerima hasil tes HIV lebih
sedikit dibandingkan dengan tahun 2007.

37
Gambar 27. Perbandingan Persentase Responden yang Menerima Hasil
Tes HIV

6. Layanan Terkait dengan Pengurangan Dampak


a. Layanan Jarum Suntik Steril

Salah satu cara penularan AIDS yang penting adalah melalui penggunaan jarum suntik
bersama yang umumnya dilakukan oleh penasun. Oleh karena itu, program pengendalian HIV
dan AIDS melakukan intervensi di kalangan penasun melalui peningkatan pengetahuan
mengenai pentingnya penggunaan jarum suntik steril dan tidak menggunakannya secara
bersama. Intervensi lain adalah dengan mengadakan layanan jarum suntik steril dimana para
penasun bisa mendapatkan jarum suntik steril sehingga tidak perlu menggunakan jarum suntik
bersama.

Gambar 28. menunjukan bahwa LJSS dimanfaatkan terutama di Makassar (41%) dan paling
sedikit dimanfaatkan oleh penasun di Pontianak (1%). Untuk semua lokasi, akses jarum suntik
steril terutama melalui apotik/toko, kecuali Yogyakarta dimana mayoritas responden (51%)
mengakses jarum suntik steril dari teman.
Gambar 28. Perbandingan Persentase Penasun yang Mendapatkan Jarum
Steril Menurut Kota dan Sumber Jarum Steril dalam 1 minggu terakhir

Secara umum, semua penasun memiliki akses terhadap jarum suntik steril, dan hal ini
merupakan peningkatan dari survei sebelumnya sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 28. .
Namun demikian, dapat dilihat perbedaan dalam sumber jarum steril.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ada perbedaan lokasi survei, Gambar 29. menunjukan
bahwa LJSS di lokasi survei tahun 2009 belum banyak dimanfaatkan, baik karena tempat
layanan yang masih terbatas atau belum banyak diketahui oleh para penasun sehingga hanya
sedikit yang mengakses jarum suntik steril di LJSS (16%). Pada lokasi survei tahun 2009,
mayoritas penasun mengakses jarum suntik steril di apotik atau toko (44%) dan sebagian
besar lainnya mengakses dari teman (33%).

Gambar 29. Perbandingan Persentase Penasun yang Mendapatkan Jarum


Steril Menurut Sumber Jarum Steril

Layanan Jarum Suntik Steril di Indonesia dilaksanakan di Puskesmas, Drop in Centre, Petugas
LSM, maupun satelit. Tabel 24 menunjukkan persentase penasun menurut kota dan tempat
layanan LJSS seminggu terakhir. Di Yogyakarta, hanya 1% yang mengakses dari Puskesmas.
Sementara itu, penasun di Tangerang adalah yang paling banyak mengakses dari satelit
(13%). Makassar merupakan kota yang paling banyak mengakses jarum suntik steril melalui
LJSS. Mayoritas penasun di Makassar mengakses LJSS di LSM (20%), dan di Puskesmas

39
(10%). Pada table terlihat bahwa Pontianak memliki angka 0% pada semua lokasi LJSS. Hal ini
bukan disebabkan karena tidak ada yang mengakses LJSS, namun karena masalah di lapangan
saat wawancara berlangsung, sehingga pertanyaan mengenai hal ini terlewatkan.

Tabel 24. Persentase Penasun menurut Kota dan Tempat Layanan LJSS
Seminggu Terakhir

Kota Puskesmas Drop in Centre Petugas LSM Satelit


Yogyakarta 50 52 52 50
Tangerang 60 64 60 65
Pontianak 89 89 89 89
Makassar 69 66 73 66

b. Terapi Substitusi dan Detoksifikasi

Terapi substitusi dan detoksifikasi bertujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV pada
Penasun akibat saling tukar menukar jarum suntik. Terapi substitusi dilakukan dengan cara
memberikan Napza yang tidak disuntikan dengan mengganti penggunaan Napza yang
disuntikan. Sedangkan detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau
adiktif lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang
dipakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti. Detoksifikasi bisa dilakukan dengan
berobat jalan atau dirawat di rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus
menerus selama satu sampai tiga minggu.

Gambar 30. menunjukan persentase penasun yang memanfaatkan layanan terapi substitusi
secara umum lebih banyak daripada terapi detoksifikasi, kecuali Yogyakarta yang angka
pemanfataan terapi substitusi sama dengan terapi detoksifikasi. Pontianak adalah kota yang
pemanfaatan terapi substitusinya paling tinggi (58%).

Gambar 30. Persentase Penasun yang Memanfaatkan Terapi Substitusi


dan Detoksifikasi Setahun Terakhir Menurut Kota

Apabila dibandingkan dengan tahun 2007, pemanfaatan terapi subtitusi di lokasi survei tahun
2009 tidak sebanyak pemanfaatan di tahun 2007. Sedangkan pemanfaatan detoksifikasi di
lokasi survei tahun 2009 hampir sama dengan di lokasi survey tahun 2007.
Gambar 31. Perbandingan Persentase Penasun yang Memanfaatkan
Terapi Substitusi dan Detoksifikasi

E. Perilaku Berrisiko

1. Perilaku Membeli Seks


Perilaku membeli seks dalam setahun terakhir merupakan perilaku membeli seks responden dari
semua jenis penjaja seks. Sebanyak 59 persen Pria Risti mengaku membeli seks dalam setahun
terakhir dan merupakan kelompok dengan persentase tertinggi diikuti dengan Penasun, Waria dan
LSL. Perilaku membeli seks dalam setahun terakhir termasuk tinggi pada Waria (39 persen) yang
selama ini dikenal sebagai kelompok penjaja seks.

Gambar 32. Persentase Responden yang Pernah Membeli Seks dalam 1


Tahun Terakhir

Tabel berikut ini menggambarkan perilaku membeli seks responden dalam satu tahun terakhir
menurut jenis penjaja seksnya. Persentase LSL yang mengaku membeli seks dalam setahun
terakhir dari laki-laki dan perempuan hampir sama besarnya, yakni 18 persen dari laki-laki dan 12
persen dari perempuan. Sebagian besar Penasun (34 persen) mengaku membeli seks dari
perempuan.

41
Tabel 25. Persentase Responden menurut Jenis Penjaja Seks dalam
Setahun Terakhir

LSL Waria Pria Risti Penasun


Pernah Membeli Seks dari Laki-laki 18 39 0.1 0,3
Pernah Membeli Seks dari Perempuan 12 6 59 34
Pernah Membeli Seks dari Waria 24 7 38 1,2

Persentase kelompok responden laki-laki untuk membeli seks dalam setahun terakhir menunjukkan
hasil yang beragam. Pada kelompok Waria, Pria Risti, dan Penasun terlihat bahwa persentase pria
yang membeli seks pada STBP 2009 lebih tinggi dibandingkan hasil 2007. Hanya pada kelompok
LSL yang menunjukkan hasil STBP menurun bila dibandingkan pada tahun 2004, 2007 dan 2009.

Gambar 33. Perbandingan Persentase Responden Menurut yang Pernah


Membeli Seks dalam Setahun Terakhir

2. Perilaku Menjual Seks


Perilaku menjual seks dalam setahun terakhir paling tinggi pada kelompok Waria (63 persen) dan
diikuti oleh LSL (51 persen). Sedangkan pada Penasun, persentase yang menjual seks dalam
setahun terakhir masih cukup rendah yaitu 8 persen. Untuk kelompok WPS Langsung dan Tak
Langsung, menjual seks merupakan syarat untuk ikut serta dalam STBP 2009 sehingga 100 persen
WPS Langsung dan Tak Langsung Menjual Seks dalam setahun terakhir.
Gambar 34. Persentase Responden yang Pernah Menjual Seks dalam 1
Tahun Terakhir

Sebagian besar LSL menjual seks kepada pelanggan laki-laki (51 persen) dan sebagian kecil (12
persen) mengaku menjual seks kepada pelanggan perempuan dalam setahun terakhir. Sedangkan
pada kelompok Waria dan Penasun jumlah pelanggan perempuan yang dilayani tidak ditanyakan.

Penasun yang sebagian besar laki-laki, juga ada yang menjual seks (berhubungan seks dengan
mendapatkan imbalan uang atau Napza). Meskipun persentase pada kelompok ini masih rendah
tetapi penting untuk diwaspadai mengingat tingginya prevalensi HIV pada Penasun.

Tabel 26. Persentase Responden menurut Pelanggan dalam Setahun


Terakhir

Pernah Menjual Seks LSL Waria WPS L WPS TL Penasun


Laki-laki 51 63 100 100 0.88
Perempuan 12 TT TT TT 8

3. Frekuensi Kontak Seks Komersial


Salah satu hal yang dapat mempercepat penularan HIV adalah banyaknya kontak seks komersial
yang terjadi. Jumlah kontak seks komersial dapat diindikasikan dari jumlah pelanggan yang
membeli jasa seks dari penjaja seks dan frekuensi Pelanggan dalam membeli seks.

Penjaja seks yang mempunyai rata-rata pelanggan terbanyak dalam seminggu adalah WPS
Langsung sebanyak 8 orang, sedangkan Waria dan WPS Tidak Langsung sekitar 4 orang
perminggu. Sementara rata-rata pelanggan LSL yang menjajakan seks dalam satu bulan terakhir
adalah 3 orang.

Rata-rata frekuensi membeli seks pada Pelanggan Penjaja Seks dan Penasun dalam satu tahun
terakhir adalah 5 orang.

43
Gambar 35. Rata-rata dan Median Jumlah Pelanggan dalam Seminggu
(Penjaja Seks) dan Berapa Kali Beli Seks Setahun (Pelanggan dan
Penasun)

Rata-rata Jumlah pelanggan dalam seminggu mununjukkan hasil yang beragam. Pada kelompok
WPS Langsung dan LSL hasil STBP 2009 lebih rendah dari STBP 2007. Sedangkan pada kelompok
Waria yang hasil STBP 2009 lebih tinggi dari pada STBP 2007. Hasil pada kelompok WPS Tak
Langsung menunjukan hasil yang stabil selama beberapa tahun terakhir.

Sementara rata-rata frekuensi membeli seks, baik pada pelanggan seks dan penasun cenderung
meningkat setiap tahun.

Gambar 36. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelanggan dalam Seminggu


(Penjaja Seks) dan Berapa Kali Beli Seks dalam Setahun (Pria Risti dan
Penasun)

4. Perilaku Seks Berisiko Lainnya


Selain seks komersial (hubungan seks dengan membayar atau menerima bayaran), banyak juga
responden yang berhubungan seks dengan bukan pasangan tetapnya tanpa membayar atau
dibayar. LSL adalah kelompok dengan persentase tertinggi yang pernah berhubungan seks dengan
pasangan tidak tetap dan non komersial yaitu 86 persen, diikuti oleh Waria (72 persen) dan WPS L
(66 persen). Sedangkan kelompok Penasun dan WPS Tak Langsung memiliki persentase yang lebih
redah, yakni 44 persen pada Penasun dan 39.5 persen pada WPS Tak Langsung.

Gambar 37. Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks


dengan Pasangan Tidak Tetap dan Non Komersial Setahun terakhir

Hasil STBP menunjukkan hasil yang beragam dalam persentase hubungan seks dengan pasangan
tidak tetap dan bukan komersial. Pada kelompok WPS TL, hasil survei menunjukkan persentase
hubungan seks dengan pasangan tidak tetap dan bukan komersil menurun bila dibandingkan pada
tahun 2002, 2004, 2007 dan 2009.

Pada kelompok LSL dan Waria, hasil STBP 2007 lebih tinggi daripada SSP 2004. Sedangkan hasil
STBP 2009 menunjukkan persentase hubungan seks dengan pasangan tidak tetap dan bukan
komerisal lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hasil pada kelompok WPS Langsung persentase hubungan seks dengan pasangan yang tidak tetap
menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada STBP tahun 2009. Pada tahun-tahun sebelumnya
persentase tersebut menurun bila dibandingkan pada tahun 2002, 2004, dan 2007.

Persentase hubungan seks dengan pasangan tidak tetap dan bukan komersial pada Penasun
cenderung stabil, berkisar anatara 34-39 persen pada tahun 2004, 2007 dan 2009.

45
Gambar 38. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah
Berhubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dan Non Komersial
Setahun Terakhir

5. Perilaku Berisiko Terkait dengan Penggunaan Napza


Suntik
a. Menggunakan Napza Suntik

Kecuali pada populasi Penasun, penggunaan Napza suntik dalam satu tahun terakhir pada
populasi berisiko lainnya masih cukup rendah. Pada kelompok WPS Langsung, WPS Tak
Langsung, Waria dan Pria Risti, persentase yang pernah menggunakan Napza Suntik seatahun
terakhir masih dibawah 2 persen. Pada LSL persentase yang menggunakan Napza Suntik
mencapai hingga 2.7 persen.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulisan hasil STBP yag terkait dengan perilaku berisiko
penggunaan Napza suntik di laporan ini hanya akan berfokus pada populasi Penasun.

Gambar 39. Persentase Responden yang Pernah Menggunakan Napza


Suntik

Perilaku penggunaan Napza Suntik pada kelompok WPS Langsung, WPS Tak Langsung, Pria
Risti dan Waria kurang dari 2%. Meskipun begitu bila dibandingkan dari tahun ke tahun
perbedaan hasil survei bisa mencapai dua kali lipat.
Perbandingan yang mencolok dapat dilihat pada kelompok LSL. Hasil survei menunjukkan
penambahan persentase LSL yang pernah menggunakan Napza Suntik mulai dari 1,1% pada
SSP 2004 dan 5,18% pada STBP 2009.

Gambar 40. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah


Menggunakan Napza Suntik

b. Perilaku Menyuntik Penasun

Hasil STBP 2009 menunjukkan bahwa persentase perilaku menyuntik berisiko yang beragam di
keempat kota tersebut. Di kota DI Yogyakarta, 80 persen penasun mengaku pernah berbagi
Napza dengan setting basah, diikuti dengan Kota Tangerang dengan persentase 78 persen dan
lebih dari setengah Penasun di Kota Pontianak. Dilihat secara umum, perilaku di kota
Tangerang memperlihatkan persentase perilaku berisiko yang cukup tinggi, baik untuk perilaku
menggunakan jarum umum, meminjam dan meminjamkan jarum suntik, serta berbagi Napza
dengan setting basah. Sedangkan persentase berisiko yang relatif rendah diantara keempat
kota tersebut.

Gambar 41. Persentase Penasun Menurut Perilaku Menyuntik

47
c. Frekuensi Menyuntik

Rata-rata menyuntik dalam seminggu terakhir Penasun di 4 kota yang disurvei adalah 5.1 kali,
dimana Penasun di Makassar memiliki rata-rata menyuntik paling tinggi yaitu 8 kali , diikuti
dengan Tangerang (6 kali), Pontianak (4 kali), dan DI Yogyakarta (3 kali). Sedangkan rata-rata
menyuntik pada hari terakhir menyuntik dari semua kota yang disurvei adalah 1.04 kali.

Gambar 42. Rata-rata Frekuensi Menyuntik Penasun

Penyajian hasil tentang perilaku menyuntik dan kecenderungannya dalam bagian ini
difokuskan pada Penasun. Seperti yang sudah dijabarkan diawal, perbandingan pada Penasun
pada STBP 2009 merupakan hasil dari surveilans yang dilaksanakan pada tahun dan kota yang
berbeda.

Rata-rata frekuensi menyuntik pada Penasun pada hari terakhir cenderung turun. Sedangkan
untuk rata-rata frekuensi menyuntik seminggu terakhir pada Penasun terlihat meningkat pada
STBP tahun 2007 dan menurun pada STBP tahun 2009.

Gambar 43. Perbandingan Rata-rata Frekuensi Menyuntik Penasun

8 7.3
7
6
5.1
5 4.6

4
3
1.9
2 1.6
1
1
0
H ari T erakhir Menyuntik S eming g u T erakhir
2002 2004 2007 2009
d. Berbagi Jarum

Secara umum, 18.3 persen Penasun mengaku menggunakan jarum secara bersama-sama
dalam 1 minggu terakhir dan 35 persen persen pada hari terakhir menyuntik. Distribusi
persentase Penasun yang berbagi jarum cukup bervariasi dari 4 kota yang disurvei. Lebih dari
setengah Penasun di Tangerang (60 persen) mengaku menggunakan jarum secara bersama-
sama saat menyuntik pada hari terakhir, diiku sedangkan di DI Yogyakarta sebanyak 44
persen dan di Pontianak sebanyak 34 persen. Penasun di kota Makassar memiliki persentase
yang paling kecil, hanya 17 persen yang berbagi jarum pada hari terakhir.

Persentase penasun yang berbagi jarum seminggu terakhir yang tertinggi ditemukan pada
kepada Kota Tangerang (45 persen), sedangkan persentase yang terendah pada kota DI
Yogyakarta.

Gambar 44. Persentase Responden yang Pernah Berbagi Jarum

Program Layanan Jarum Suntilk Steril telah dilakukan sejak Tahun 2004. Persentase Penasun
yang berbagi jarum seminggu turun memperlihatkan adanya penurunan. Perbedaan
persentase Penasun yang berbagi jarum selama seminggu terakhir terlihat hingga
setengahnya, yaitu 40 persen pada tahun 2007 dan 18 persen pada tahun 2009. Sedangkan
persentase Penasun yang berbagi jarum pada hari terakhir pada STBP Tahun 2009
memperlihatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil STBP Tahun 2007. Hal ini
menunjukan adanya kenaikan persentase setelah tahun sebelumnya terlihat persentase tahun
2007 lebih rendah daripada hasil STBP 2004.

Gambar 45. Perbandingan Persentase Penasun yang Berbagi Jarum

49
e. Frekuensi Berbagi Basah

Perilaku berbagi basah terlihat paling tinggi di DI Yogyakarta (44 persen) dan diikuti oleh
Tangerang (36 persen). Fenomena sebaliknya terlihat di kalangan penasun Makassar dan
Pontianak, yaitu persentase penasun yang tidak pernah berbagi basah adalah yang terbesar,
yaitu sebesar 62 persen dan 42 persen. Pada kedua kota tersebut persentasi yang tidak
pernah berbagi basah juga kecil, yakni 8 persen di Makassar dan 7 persen di Pontianak.

Gambar 46. Persentase Penasun menurut Frekuensi Berbagi Basah


Narkoba

Kecenderungan Penasun untuk berbagi Napza yang sudah dicairkan dalam alat suntik yang
sama (berbagi basah) memiliki bahaya yang hampir sama dalam penularan HIV bila
dibandingkan dengan berbagi jarum diantara Penasun.

Persentase Penasun yang tidak pernah berbagi basah memperlihatkan angka relatif stabil,
yakni berkisar antara 19 hingga 21 persen pada tahun 2004, 2007 dan 2009.

Persentase penasun yang selalu berbagi basah pada STBP Tahun 2004 sebanyak 44 persen,
kemudian memperlihatkan persentase yang lebih kecil pada STBP 2007 (33 persen), namun
kemudian naik pada STBP Tahun 2009 yaitu sebesar 40 persen.

f. Perilaku Beli Patungan

Hasil STBP pada kelompok Penasun ternyata juga menunjukkan adanya hubungan yang kuat
antara perilaku patungan dengan berbagi basah. Hal ini dapat terlihat dari semakin sering
penasun membeli narkoba secara patungan, maka semakin besar pula persentase yang
berbagi basah. Hal ini menyiratkan bahwa ada kemungkinan perilaku berbagi basah
disebabkan oleh perilaku membeli narkoba secara patungan. Atau sebaliknya, berbagi basah
tidak akan membangun kebersamaan bila pembelian narkoba hanya ditanggung sendiri oleh
orang tertentu.

Patungan dalam membeli narkoba akan sangat menguntungkan bagi kelompok, termasuk
dalam membangun kebersamaan di antara penasun. Kebersamaan sebagai teman senasib
dibangun dengan upaya-upaya seperti itu, yang pada gilirannya dapat menyebabkan semua
anggota tertular penyakit-penyakit berbahaya.

Fenomena ini terlihat jelas pada kalangan penasun di keempat kota pelaksanaan STBP Tahun
2009 yang bila dilihat secara umum sebagian besar Penasunnya membeli secara patungan
seminggu terakhir. Pada DI Yogyakarta dan Tangerang yang persentase selalu berbagi basah
tinggi, memiliki persentase penasun yang selalu membeli patungan yang tinggi pula.
Sedangkan di kota Pontianak dan Makassar yang persentase penasun selalu berbagi basahnya
rendah, memilik persentase selalu membeli Napza secara patungan yang rendah.

Gambar 47. Persentase Penasun Membeli Napza secara Patungan


Seminggu Terakhir

F. Perilaku Pencegahan

1. Abstinen dan Setia pada Pasangan Tetap


Abstinen (tidak berhubungan seks) dan saling setia dengan satu pasangan seks tetap adalah upaya
pencegahan terbaik dari tertular HIV melalui hubungan seks. Dari beberapa kelompok pria yang
disurvei, seluruh responden pernah melakukan seks dalam satu tahun terakhir kecuali kelompok
Penasun dengan persentase perilaku abstinen tertinggi yaitu 14 persen.

Hampir setengah dari responden Penasun memiliki perilaku setia dengan pasangan seks tetap
dalam satu tahun. Sedangkan pada kelompok pria seperti ABK, TKBM, Ojek, Supir Truk dan Supir
Angkot tertinggi 8 persen yang berperilaku setia. Artinya sebagian besar dari kelompok pria yang
disurvei berperilaku seks berisiko untuk tertular dan menularkan HIV.

Kelompok WPS dan Waria tidak dimasukan dalam bagian ini karena mereka adalah kelompok yang
mewakili Penjaja seks.

51
Gambar 48. Persentase Responden yang Abstinen dan Setia dengan
Pasangan Seks Tetapnya dalam Setahun Terakhir

Perbandingan perilaku seks yang aman dari tertular dan menularkan HIV pada kelompok responden
pria tergambar pada Tabel 27. Pada STBP 2009 tidak semua wilayah merupakan wilayah survei
sebelumnya namun ada beberapa wilayah yang merupakan wilayah baru. Selain Abstinen dan
Setia, perilaku Pakai Kondom adalah untuk mewakili kelompok responden yang pernah
berhubungan seks dengan bukan pasangan seks tetap dan selalu pakai kondom; sedangkan Seks
Berisiko adalah responden yang pernah berhubungan seks dengan bukan pasangan seks tetap
dalam setahun terakhir dan tidak selalu pakai kondom.

Secara umun persentase semua kelompok responden laki-laki yang berperilaku Abstinen menurun
dari survei tahun sebelumnya. Juga demikian dengan perilaku Setia yang mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya kecuali kelompok penasun yang naik dari 21 persen pada survei tahun 2007
menjadi 44 persen pada survei 2009. Untuk perilaku pakai kondom bervariasi, pada kelompok
Penasusn dan Pelaut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sedangkan pada kelompok
TKBM dan Sopir Truk/Kernet mengalami penurunan. Secara umum persentase semua kelompok
responden laki-laki yang melakukan seks berisiko memiliki angka lebih tinggi dari hasil survei
sebelumnya.
Tabel 27 Perbandingan Persentase Responden Menurut Perilaku ABC
Setahun Terakhir

Perilaku ABC
Tahun
Kelompok Abstinen Setia Pakai Seks
Survei
Kondom Berisiko
2004 23 31 14 32
Penasun 2007 28 21 21 36
2009 14 44 25 46
2002 10 30 7 55
2004 16 30 11 43
TKBM
2007 2 34 20 45
2009 0 3 15 57
2002 11 41 8 40
2004 10 26 8 57
Sopir Truk
2007 5 23 13 59
2009 0 5 2 68
2002 24 29 5 42
2004 21 20 6 53
ABK
2007 13 27 15 44
2009 0 2 18 53

2. Pemakaian Kondom pada Seks Komersial


Tingkat pemakaian kondom pada seks komersial terakhir sudah cukup tinggi pada semua kelompok
berisiko yang disurvei, dimana persentase tertinggi dilaporkan oleh WPS Langsung (67 persen)
diikuti WPS Tidak Langsung (62%) dan yang terendah adalah kelompok penasun (29 persen).

Konsistensi pemakaian kondom dalam hubungan seks komersial menggunakan rentang waktu yang
berbeda berdasarkan frekuensi seks komersial dari masing-masing kelompok. Kelompok WPS,
Waria dan LSL menggunakan konsistensi pemakaian kondom dalam seminggu terakhir, sedangkan
untuk Pria Risti dan Penasun dalam setahun terakhir.

Secara umum persentase konsistensi pemakaian kondom dalam hubungan seks komersial baru
sekitar setengah dari pemakaian kondom pada seks komersial terakhirnya kecuali pada kelompok
penasun yang memiliki persentase 9 persen dalam konsistensi pemakaian kondom pada seks
komersial.

53
Gambar 49. Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Menggunakan
Kondom pada Seks Komersial

Tingkat pemakaian kondom pada seks komersial terakhir cenderung mengalami penurunan pada
semua kelompok kecuali pada WPS langsung dan Pria Risti. Pada kelompok Waria pada STBP 2007
79% menjadi 58% pada STBP 2009. Pada kelompok Penasun terjadi penurunan yang signifikan
yaitu dari 54% pada STBP 2007 menjadi 29% pada STBP 2009. Persentase kelompok Waria di
tahun 2007 79 persen dan 58 persen pada tahun 2009. Hal ini dapat dikarenakan wilayah pada
STBP 2009 berbeda dengan wilayah survei sebelumnya.

Gambar 50. Perbandingan Persentase Responden Menurut Penggunaan


Kondom pada Seks Komersial Terakhir

Secara umum persentase responden yang selalu memakai kondom pada hubungan seks komersial
menurun dari pemakaian kondom pada hubungan seks komersial terakhirnya. Terutama
Konsistensi pemakaian kondom pada hubungan seks komersial kelompok Pria Risti dan Penasun.
Dari 29 persen pada STBP 2007 menjadi 16 persen pada kelompok Pria Risti. Sedangkan pada
kelompok Penasun pada STBP 2007 29 persen menjadi 9 persen pada STBP 2009.
Gambar 51. Perbandingan Persentase Responden yang Selalu Pakai
Kondom pada Seks Komersial Seminggu Terakhir (Penjaja Seks) dan
Setahun Terakhir (Pria Risti dan Penasun)

3. Pemakaian Kondom pada Seks Berisiko Lainnya


Perilaku seks berisiko lainnya adalah hubungan seks dengan pasangan seks tidak tetap dan tanpa
membayar/dibayar (bukan hubungan seks komersial). Persentase kelompok berisiko yang
melakukan perilaku tersebut cukup tinggi yaitu berkisar antara 32 persen (Penasun) dan 86 persen
(LSL), untuk kelompok waria sebesar 72%.

LSL merupakan kelompok dengan persentase tertinggi pada penggunaan kondom pada hubungan
seks dengan pasangan tidak tetap dan tanpa membayar/dibayar yaitu 56 persen pada saat terakhir
dan 28 persen yang selalu menggunakan kondom dalam sebulan terakhir. Pelanggan Penjaja Seks
adalah kelompok dengan persentase terendah pada penggunaan kondom di hubungan seks
terakhir dengan pasangan tidak tetap dan tanpa membayar/dibayar yaitu hanya 20 persen,
sedangkan WPS Tidak Langsung adalah kelompok terendah dalam konsistensi pemakaian kondom
dalam hubungan seks tersebut selama sebulan terakhir yaitu 3 persen.

Gambar 52. Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Menggunakan


Kondom pada Seks Berisiko Lainnya

55
Persentase perilaku menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir dengan pasangan seks
tidak tetap dan tanpa membayar/dibayar menurun secara signifikan. Pada WPS Langsung dan Tak
Langsung penurunannya bahkan hingga setengahnya, dari 68 persen (WPS Langsung) dan 63
persen (WPS Tak Langsung) tahun 2007 menjadi 31 persen pada kelompok WPS Langsung dan
WPS Tak Langsung pada tahun 2009. Begitu halnya dengan kelompok Waria dan Penasun dari 72
persen dan 51 persen pada tahun 2007, turun menjadi 50 persen dan 39 persen pada tahun 2009.

Gambar 53. Perbandingan Persentase Responden yang Pakai Kondom


pada Hubungan Seks Terakhir dengan Pasangan Tidak Tetap dan Tidak
Membayar/dibayar

Persentase responden yang selalu pakai kondom pada hubungan seks berisiko lainnya ini secara
umum mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, kecuali pada kelompok WPS Langsung yang
mengalami peningkatan dari 14 persen pada tahun 2007 menjadi 16 persen pada tahun 2009.

Penurunan secara signifikan terjadi pada kelompok WPS TL dan Pria Risti. Yaitu 15 persen (WPS
TL) dan 34 persen (Waria) pada tahun 2007 menjadi 3 persen dan 23 persen 2009.

Pemakaian kondom pada hubungan seks dengan pasangan tidak tetap dan non-komersial sama
pentingnya dengan pemakaian kondom pada hubungan seks komersial karena seringkali pasangan
seks non-komersial juga kelompok berisiko tertular/menularkan HIV dan mempunyai pasangan seks
lain.
Gambar 54. Perbandingan Persentase Responden yang Selalu Pakai
Kondom pada Hubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dan Tidak
Membayar/dibayar Setahun Terakhir

4. Perilaku Pencegahan Penasun


Berbagai upaya untuk mengurangi risiko tertular dan menularkan HIV pernah dilakukan oleh
sebagian besar Penasun seperti Menyuntik sendiri saat terakhir sebesar 26 persen.Tidak berbagi
basah 40 persen, Selalu pakai kondom pada pasangan tetap 13 dan pemakaian kondom pada
pasangan berisiko lainnya 19 persen.

Pencegahan Penularan HIV pada kelompok penasun bervariasi diantara wilayah. Terlihat bahwa
perilaku tidak berbagi basah tertinggi ada di kota Makasar dengan persentase 62 persen. Diikuti
kota Pontianak 42 persen dan kota Yogyakarta dana Tangerang berkisar di angka 20 persen.
Tingkat pemakaian kondom pada penasun di semua wilayah tergolong rendah berkisar antara 8
hingga 18 persen saja. Sedangkan untuk menggunakan kondom pada seks berisiko lainnya
persentase tertinggi sebesar 30 persen (kota Yogyakarta) dan terendah 10 persen di kota
Tangerang.

57
Gambar 55. Persentase Penasun Menurut Perilaku Pencegahan Penularan
HIV dalam Seminggu Terakhir (Selalu pakai kondom sebulan terakhir)

Pada STBP 2009, dilakukan survei pada tempat yang sebelumnya belum pernah dilakukan survei.
Namun bila dibandingkan dengan survei sebelumnya terlihat bahwa perilaku pencegahan seperti
menyuntik sendiri pada saat terakhir nyuntik memiliki persentase lebih tinggi (26 persen)
dibandingkan survei sebelumnya (12 persen) yang sebenarnya tergolong angka yang masih kecil.

Bila dibandingkan STBP 2009 dengan survei sebelumnya pada perilaku tidak berbagi basah di STBP
2009 lebih tinggi tinggi dibanding STBP SSP 2004 dengan persentase 26 persen pada STBP 2009
dan 19 persen pada SSP 2004. Namun bila dibandingkan dengan survei 2007, survei di tahun 2009
memiliki angka yang lebih rendah yakni 33 persen pada STBP 2007. Begitu pula halnya dengan
perilaku pemakaian kondom pada hubungan seks dengan pasangan berisiko lainnya, survei pada
tahun 2009 memiliki angka 2 persen lebih rendah dibanding dengan survei pada tahun 2007.
Sedangkan pada penggunaan kondom pada pasangan seks tetap persentase di survei 2009 lebih
tinggi (13 persen) dan pada survei 2007 (10 persen).

Gambar 56. Kecenderungan Persentase Penasun yang Berperilaku Aman


dari Penularan HIV
G. IMS dan HIV

1. Prevalensi Gonore dan Infeksi Klamidia


Infeksi Menular Seksual adalah penyebab tertinggi angka kesakitan dan kematian kesehatan
reproduksi pada negera berkembang dan tingginya prevalensi IMS dapat mempermudah penularan
HIV. Infeksi Gonore dan Klamidia pada wanita lebih tidak terlihat (asimptomatik) berbeda dengan
pria. Resiko penularan IMS makin meningkat pada hubungan seksual beresiko. Infeksi menular
seksual yang dapat meningkatkan resiko penularan HIV karena CD4 akan berkumpul didaerah
terinfeksi untuk melawan infeksi, dimana CD4 adalah sasaran utama HIV dan ini menyebabkan
orang yang menderita infeksi gonore dan klamidia akan lebih mudah tetular HIV.

Prevalensi Gonore dan atau infeksi Klamidia tertinggi dari kelompok berisiko yang disurvei ada pada
WPS Langsung (56 persen), diikuti oleh WPS Tak Langsung (47 persen), Waria (46 persen), LSL
(27 persen) dan Pria Risti (4 persen).

Gambar 57. Persentase Responden Menurut Gonore dan Infeksi Klamidia

Prevalensi infeksi gonore pada WPS langsung tertinggi di Palembang (51 persen), Tangerang (50
persen), Samarinda (44 persen), Makassar (41 persen), Sorong (35 persen), Yogyakarta (33
persen), Timika (22 persen), Pontianak (20 persen) dan Bitung (19 persen).

Prevalensi infeksi Klamidia pada WPS langsung tertinggi di Palembang (61 persen), Tangerang (55
persen), Makassar (51 persen), Samarinda (50 persen), Yogyakarta (47 persen), Sorong (41
persen), Pontianak (27 persen), Bitung (26 persen) dan Timika (23 persen).

Prevalensi infeksi Gonore dan atau Klamidia pada WPS langsung tertinggi di Prevalensi infeksi
gonore pada WPS langsung tertinggi di Palembang (76 persen), Tangerang (71 persen), Samarinda
(67 persen), Makassar (64 persen), Yogyakarta (60 persen), Sorong (58 persen), Timika (38
persen), Pontianak (36 persen) dan Bitung (35 persen).

59
Gambar 58. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada
WPS Langsung

Prevalensi infeksi gonore pada WPS Tak langsung tertinggi di Yogyakarta (29 persen), Samarinda
(27 persen), Palembang (26 persen), Tangerang (25 persen), Makassar (25 persen), Sorong (23
persen), Timika (18 persen), Bitung (14 persen) dan Pontianak (10 persen).

Prevalensi infeksi Klamidia pada WPS Tak langsung tertinggi di Yogyakarta (48 persen), Samarinda
(47 persen), Palembang (47 persen), Sorong (46 persen), Tangerang (41 persen), Makassar (36
persen), Bitung (32 persen), Pontianak (29 persen), dan Timika (28 persen).

Prevalensi infeksi Gonore dan atau Klamidia pada WPS Tak langsung tertinggi di Yogyakarta dan
Tangerang (59 persen), Palembang (57 persen), Samarinda dan Sorong (55 persen), Makassar (46
persen), Bitung (38 persen), Timika (35 persen) dan Pontianak (31 persen).

Gambar 59. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada
WPS Tidak Langsung

Survei pada Waria pada STBP 2009 dilakukan di 4 wilayah yaitu Palembang, Samarinda, Pontianak
dan Makassar namun di Samarinda tidak terealisasi. Prevalensi infeksi gonore pada Waria tertinggi
di Makassar (38 persen), Pontianak (24 persen) dan Palembang (23 persen). Prevalensi infeksi
Klamidia tertinggi di Makassar (38 persen), Pontianak (33 persen) dan Palembang (29 persen).
Prevalensi infeksi Gonore dan atau Klamidia tertinggi di Makassar (56 persen), Pontianak (46
persen) dan Palembang (40 persen).

Gambar 60. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada
Waria

Survei pada Pria Risti pada STBP 2009 dilakukan di 8 wilayah, namun pemeriksaan biologis Gonore
dan Klamidia hanya dilakukan di Pontianak, dimana infeksi gonore (1 persen), Klamidia (3 persen0
dan Gonore dan atau Klamidia (4 persen).

Gambar 61. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada Pria
Risti

Survei pada LSL pada STBP 2009 dilakukan di 3 wilayah yaitu Yogyakarta, Tangerang dan
Makassar. Prevalensi infeksi gonore pada LSL tertinggi di Tangerang (25 persen), Yogyakarta (15
persen) dan Makassar (13 persen). Prevalensi infeksi Klamidia tertinggi di Tangerang (28 persen),
Yogyakarta (17 persen) dan Makassar (7 persen). Prevalensi infeksi Gonore dan atau Klamidia
tertinggi di Tangerang (39 persen), Yogyakarta (28 persen) dan Makassar (15 persen).

61
Gambar 62. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada LSL

Hasil STBP 2009 yang dapat dibandingkan adalah hasil pemeriksaan IMS dan HIV pada kelompok
WPS, hasil dibandingkan dengan Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi tahun 2003,
2005, 2007 dan STBP 2007. Sedangkan untuk target group lainnya hanya tersedia data STBP tahun
2007 namun ada keterbatasan dengan berbedanya kota yang dilakukan survei tahun 2007 dan
tahun 2009.

Pada WPS, apabila dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya Penelitian ISR tahun 2003 dan
2005, 2007 dan STBP tahun 2007, terlihat adanya peningkatan prevalensi infeksi gonore dan
klamidia. Interpretasi perlu dilakukan dengan hati – hati karena adanya perbedaan wilayah dan
metoda pemeriksaan dengan yang digunakan pada penelitian ISR tahun 2003 dan 2005,
sedangkan metoda pemeriksaan dan cara pengambilan sampel STBP tahun 2009 sama dengan
tahun 2007 menggunakan pengambilan swab yang dilakukan sendiri dan pemeriksaan dilakukan
dengan metoda PCR automatis, kualitas hasil pemeriksaan pada STBP 2009 ditingkatkan dengan
penggunaan barcode dan automatisasi sehingga semua pencatatan dilakukan secara komputerisasi
langsung oleh alat PCR.

Hasil perbandingan prevalensi infeksi gonore, klamidia dan sifilis pada WPS terlihat adanya
peningkatan prevalensi Gonore dari 29 persen pada tahun 2007 menjadi 35 persen tahun 2009,
dan prevalensi Klamidia meningkat dari 35 persen pada tahun 2007 menjadi 42 persen pada tahun
2009. Sedangkan prevalensi Sifilis menurun 2 persen dari tahun 2007.

Gambar 63. Perbandingan Prevalensi Infeksi Gonore, Infeksi Klamidia


dan Sifilis pada WPS Langsung

Catatan: Data hasil pemeriksaan sifilis Makassar dikeluarkan karena outlier


Perbandingan prevalensi Gonore pada WPS Langsung berdasarkan data Penelitian ISR WPS pada
tahun 2003, 2005 dan 2007. Angka prevalensi gonore tertinggi di Palembang (51 persen), hampir
disemua kota terjadi peningkatan prevalensi namun hanay di Timika terjadi penurunan prevalensi
gonore sampai dengan 5 persen.

Gambar 64. Perbandingan Prevalensi Gonore pada WPS Langsung


menurut kota

Terjadi kecendrungan peningkatan prevalensi infeksi klamidia pada hampir semua daerah yang
disurvei pada tahun 2009, peningkatan tertinggi di Palembang sebanyak 2,3 kali lebih tinggi (61
persen) dari hasil survei sebelumnya pada tahun 2005.

Gambar 65. Perbandingan Prevalensi Klamidia pada WPS Langsung


menurut kota

Perbandingan prevalensi Gonore pada WPS Tak Langsung berdasarkan data Penelitian ISR WPS
pada tahun 2003, 2005 dan 2007. Terjadi peningkatan angka yang signifikan di Yogyakarta dari 3
persen menjadi 29 persen, beberapa daerah menunjukkan peningkatan seperti di Samarinda,
Makassar dan Timika sedangkan di Palembang dan Pontianak menunjukkan penurunan prevalensi
hampir 50 persen sedangkan di Bitung angka prevalensinya relatif stabil.

63
Gambar 66. Kecendrungan Prevalensi Gonore pada WPS Tak Langsung
menurut kota

Perbandingan prevalensi Klamidia pada WPS Tak Langsung berdasarkan data Penelitian ISR WPS
pada tahun 2003, 2005 dan 2007. Hampir semua daerah menunjuukkan peningkatan prevalensi
terutama di yogjakarta terjadi peningkatan hampir 4 kali lipat dari sebelumnya 14 persen menjadi
48 persen di tahun 2009, peningkatan juga terjadi di Palembang, Samarinda, Makassar, Bitung dan
Timika sedangkan penurunan prevalensi ditemukan di Pontinak dari 37 persen pada tahun 2007
menjadi 29 persen tahun 2009.

Gambar 67. Kecendrungan Prevalensi Klamidia pada WPS Tak Langsung


menurut kota

2. Prevalensi HIV dan Sifilis


Meskipun Infeksi Menular Seksual telah menyebabkan angka kematian dan kesakitan yang tinggi
selama bertahun – tahun, namun karena adanya HIV menyebabkan penanganan IMS mendapatkan
prioritas yang tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Ini disebabkan karena IMS
mempermudah penularan HIV serta IMS dan HIV memiliki faktor resiko perilaku yang hampir
serupa.

IMS yang ulseratif maupun yang non ulseratif lebih rentan untuk terjadinya infeksi HIV. Penyebaran
IMS termasuk HIV dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu : 1) Rata – rata paparan orang rentan
dengan orang terinfeksi. 2) Rata – rata kemungkinan orang rentan yang terpajan akan terinfeksi
(rata – rata efisiensi transmisi). 3) Rata – rata waktu orang yang baru terinfeksi dan tetap infeksius
serta dapat terus menularkan infeksi.

Modelling efek dinamis dari pencegahan IMS atau pengobatan dapat menurunkan angka IMS dan
HIV dan menggambarkan efek yang dramatis. Dengan mengobati dan mencegah kasus sifilis
diantara populasi berisiko terkena IMS dapat menurunkan resiko penularan HIV.

Prevalensi HIV tertinggi hasil STBP 2009 ada pada populasi Penasun (27 persen) diikuti oleh Waria
(9 persen), WPS Langsung (8 persen), LSL (7 persen), WPS Tak Langsung (3 persen) dan yang
terendah adalah Pria Risti (0,8 persen). Sementara itu prevalensi Sifilis tertinggi ada pada Waria
(12 persen), diikuti oleh LSL (8 persen), WPS Langsung (7 persen), Pria Risti (4 persen), WPS Tak
Langsung (3 persen), dan yang terendah Penasun hanya 0,9 persen.

Prevalensi HIV dan Sifilis pada populasi berisiko yang dilihat secara bersamaan juga dapat
menggambarkan model penularan HIV, dimana hanya pada populasi Penasun prevalensi HIV dan
Sifilisnya berbeda cukup jauh. Hal ini menggambarkan bahwa pada Penasun penularan HIV tidak
melalui hubungan seks berisiko tetapi melalui pertukaran jarum suntik.

Gambar 68. Persentase Menurut Prevalensi HIV dan Sifilis

Prevalensi HIV pada WPS Langsung tertinggi di Sorong (21 persen), diikuti oleh Timika (14 persen),
Makassar (9 persen), Tangerang (9 persen), Yogyakarta (5 persen), Samarinda (5 persen),
Palembang (4 persen), Pontianak (4 persen) dan Bitung ( 3 persen). Sedangkan prevalensi sifilis
pada WPS Langsung tertinggi di Sorong (15 persen), diikuti oleh Palembang (11 persen), Timika (8
persen), Makassar (8 persen), Tangerang (6 persen), Pontianak (6 persen), Tangerang (6 persen),
Bitung (6 persen), Yogyakarta (5 persen), dan yang terendah Samarinda (1 persen).

65
Gambar 69. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada WPS Langsung

Prevalensi HIV pada WPS Tak Langsung tertinggi di Tangerang (7 persen), Makassar (5 persen),
Yogyakarta (4 persen), Bitung (4 persen), Timika (4 persen), Sorong ( 3 persen), Pontianak (2
persen), Samarinda (2 persen) dan yang terendah Palembang (1 persen). Sedangkan prevalensi
sifilis pada WPS Langsung tertinggi Tangerang (11 persen), Pontianak (4 persen), Timika (4
persen), Bitung (3 persen), Sorong (3 persen), Samarinda (2 persen), Palembang (1 persen),
Yogyakarta (1 persen) dan Makassar (1 persen).

Gambar 70. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada WPS Tak
Langsung

Prevalensi HIV pada Waria dari 3 wilayah survei tertinggi di Makassar (13 persen) dan terendah di
Palembang (7 persen). Sedangkan prevalensi Sifilis tertinggi di Makassar (16 persen) dan terendah
di Pontianak (8 persen).
Gambar 71. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Waria

Prevalensi HIV pada Pria Risti di Pontianak ( 0,8 persen), Bitung (0,5 persen), Samarinda (0,3
Persen) dan Timika (0.3 persen). Sedangkan prevalensi Sifilis tertinggi di Pontianak (6,1 persen),
Timika (5 persen), Samarinda ( 3,8 persen) dan terendah di Bitung (1,8 persen).

Gambar 72. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Pria Risti

Prevalensi HIV pada LSL di tertinggi di Tangerang (10 persen) dan terendah di Makassar (3
persen). Sedangkan prevalensi Sifilis tertinggi di Yogyakarta (13 persen) dan terendah di Makassar
(1 persen).

Gambar 73. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada LSL

67
Prevalensi HIV pada Penasun tertinggi di Tangerang ( 40 persen) dan terendah di Yogyakarta (7
persen), hal ini perlu dicermati kemungkinan adanya bias saat pengumpulan sampel RDS di
Yogyakarta. Sedangkan prevalensi sifilis di 4 (empat) wilayah survei rata – rata 1 persen.

Gambar 74. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Penasun

Perbandingan prevalensi Sifilis pada WPS Langsung berdasarkan data Penelitian ISR WPS pada
tahun 2003, 2005 dan 2007. Terjadi penurunan angka prevalensi di Tangerang dari 10 persen di
tahun 2007 menjadi 6 persen di tahun 2009. Penurunan angka prevalensi ditemukan juga di Bitung
sedangkan kenaikan prevalensi ditemukan juga di Palembang, Yogyakarta, Pontinak, Sorong, dan
di Timika ditemukan kenaikan 4 kali lipat dari tahun sebelumnya sedangkan di Samarinda
menunjukkan hasil yang relatif stabil.

Gambar 75. Perbandingan Prevalensi Sifilis pada WPS Langsung menurut


kota

Perbandingan prevalensi Sifilis pada WPS Tak Langsung berdasarkan data Penelitian ISR WPS pada
tahun 2003, 2005 dan 2007. Terjadi kenaikan angka prevalensi sifilis di Pontianak dari 0,9 persen
pada tahun 2007 menjadi 4 persen di tahun 2009, samarinda menjadi 2 persen, Timika menjadi 4
persen. Dan terjadi penurunan angka di Palembang, Yogyakarta menjadi 1 persen, sedangkan di
Bitung dan Sorong tetap stabil diangka 3 persen.
Gambar 76. Kecendrungan Prevalensi Sifilis pada WPS Tak Langsung
menurut kota

3. Tanda IMS dan Tindakan Pengobatan


Beberapa IMS seringkali tanpa menimbulkan gejala yang dapat dirasakan, sehingga penderita tetap
merasa sehat walaupun sudah terinfeksi IMS dan tetap melakukan perilaku berisiko. Selain itu,
adanya diskriminasi dan rasa malu juga menyebabkan gejala IMS tidak diobati dengan benar. Hal
tersebut membuat pengendalian IMS menjadi semakin sulit.

Kelompok berisiko yang pernah merasakan gejala IMS (Nyeri ketika buang air kecil, benjolan
disekitar kelamin, keluar cairan yang tidak normal dari alat kelamin dan gejala IMS lainnya) paling
banyak dalam setahun terakhir adalah LSL (40 persen), WPS Langsung (33 persen), diikuti oleh
Penasun (32 persen), Waria (31 persen), WPS Tak Langsung (21 persen) dan yang terendah
adalah Pria Risti (8 persen). Persentase yang pernah mengalami gejala IMS setahun terakhir dari
sebagian besar kelompok berisiko jauh dibawah persentase yang sedang terinfeksi salah satu IMS
yang disurvei.

Kelompok berisiko dengan persentase tertinggi dalam mengambil tindakan yang benar ketika
mengalami gejala IMS adalah Waria (43 persen), diikuti oleh Pria Risti (41 persen), LSL (37
persen), WPS Tak Langsung (31 persen) dan yang terendah WPS Langsung (30 persen).

Tabel 28. Persentase Responden Menurut Tindakan Ketika Mengalami


Gejala IMS Setahun Terakhir

Tindakan WPS L WPS TL Waria Pria Risti LSL Penasun


Tidak diobati 6 9 16 16 19 31
Diobati Sendiri 58 55 38 33 43 37
Diobati ke 15 13 34 25 18 11
Puskesmas/ RS
Diobati ke dokter 15 21 9 16 19 20
Pengobatan 1 0 3 0 0 0
Tradisional

69
H. SSP Remaja
Kelompok remaja pada surveilans tahun 2009 diwakili oleh murid kelas 3 SLTA di 4 kota/kabupaten,
yaitu (1) Kota Tangerang, (2) Kota Yogyakarta, (3) Kota Pontianak dan sekitarnya, dan (4) Kota
Samarinda. Surveilans pada kelompok remaja bertujuan untuk mendapatkan cakupuan program,
menentukan tingkat pengetahuan dan persepsi tentang penularan dan pencegahan HIV, serta perilaku
berisiko pada populasi rawan (remaja).

Pemilihan murid kelas 3 SLTA untuk mewakili remaja sebagai sasaran surveilans perilaku tahun 2009
dilakukan karena pertimbangan praktis, baik dari segi metodologi survei maupun dari sisi kebutuhan
tenaga dan biaya. Pendekatan melalui anak sekolah mungkin kurang mewakili remaja secara
keseluruhan, untuk itu hasil SSP dari kalangan remaja ini secara umum hanya merupakan representasi
dari remaja yang masih/sedang bersekolah di SLTA

1. Pemilihan sampel
Pemilihan dilakukan dua tahap, yaitu (i) pemilihan sekolah, dan (ii) pemilihan kelas. Pemilihan
sekolah dilakukan secara sistematik dengan probability proportional to size (pps) sampling, dengan
ukuran banyaknya murid laki-laki dan perempuan di setiap sekolah, sedangkan pemilihan kelas dari
setiap sekolah terpilih dilakukan secara acak dari jumlah kelas 3 yang ada di sekolah terpilih.

Dalam rangka pemilihan sekolah dibentuk kerangka sampel, yaitu daftar seluruh SLTA di wilayah
survei, lengkap dengan jumlah kelas dan jumlah murid laki-laki dan murid perempuan di setiap
sekolah. Daftar sekolah tersebut disusun/diurutkan menurut jenis sekolah (umum dan kejuruan).
Dengan perhitungan target sampel minimal sebanyak 1000 murid dan mempertimbangkan proporsi
murid laki-laki dan perempuan mendekati sama, maka jumlah SLTA terpilih ditentukan sebanyak 35
sekolah di masing-masing kota (dengan perkiraan rata-rata murid per kelas sebanyak 30 orang),
kemudian dari setiap sekolah terpilih dipilih satu kelas 3 secara acak. Seluruh murid kelas 3 dari
kelas terpilih merupakan sampel SSP remaja.

2. Karakteristik Responden
Jumlah murid sekolah yang menjadi responden survei di 4 wilayah survei sebanyak 3.998 orang,
dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 29. Jumlah Responden Remaja

Jumlah responden
No Provinsi Kota
Perempuan Laki-laki Total

1 Banten Kota Tangerang 489 511 1.000

2 DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 495 498 993

Kota Pontianak dan


3 Kalimantan Barat 521 485 1006
sekitarnya

4 Kalimantan Timur Kota Samarinda 537 462 999

Total 2.042 1.956 3.998

Dari 3.998 responden remaja terdapat 82 persen murid perempuan dan 83 persen murid laki-laki
tinggal bersama dengan orang tua kandung.

a. Kota Tangerang

Jumlah murid yang menjadi responden survei adalah 1.000 orang, bila dilihat menurut jenis
kelamin siswa jumlah responden perempuan sebesar 489 (49 persen) dan jumlah responden
laki-laki sebesar 511 (51 persen). Dari jumlah responden yang ada, sekitar 93 persen murid
perempuan dan 95 persen murid laki-laki tinggal bersama dengan orang tua kandung.

b. Kota Yogyakarta

Jumlah responden sebanyak 993 orang terdiri dari 495 (50 persen) responden perempuan dan
498 (50 persen) responden laki-laki. Dari jumlah responden yang ada, sekitar 71 persen murid
perempuan dan 78 persen murid laki-laki tinggal bersama dengan orang tua kandung.

c. Kota Pontianak dan sekitarnya

Jumlah responden sebanyak 1.006 orang terdiri dari 521 (52 persen) responden perempuan
dan 485 (48 persen) responden laki-laki. Dari jumlah responden yang ada, sekitar 77 persen
murid perempuan dan 75 persen murid laki-laki tinggal bersama dengan orang tua kandung.

d. Kota Samarinda

Jumlah responden sebanyak 999 orang terdiri dari 537 (54 persen) responden perempuan dan
462 (46 persen) responden laki-laki. Dari jumlah responden yang ada, sekitar 85 persen murid
perempuan dan 86 persen murid laki-laki tinggal bersama dengan orang tua kandung.

3. Pengetahuan Tentang Penularan HIV


Hampir semua responden (99.9 persen) menyatakan pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Media
yang paling luas jangkauannya dalam memberikan informasi adalah televisi.

Tabel 30. Persentase Responden Remaja Menurut Sumber Informasi


HIV/AIDS
71
Sumber Informasi Tangerang Yogyakarta Pontianak dsk Samarinda
HIV/AIDS P L T P L T P L T P L T
Radio 31 34 33 61 54 58 38 38 38 33 33 33
Televisi 95 94 94 93 92 92 93 96 94 90 94 92
Surat Kabar/Majalah
64 56 60 81 70 76 70 70 70 73 60 67
Tabloid
Selebaran/poster 35 36 36 63 58 61 39 39 39 42 41 42
Petugas kesehatan 35 35 35 61 57 59 58 51 55 45 42 44
Guru 77 63 70 88 76 82 77 71 74 70 64 67
Teman 63 55 59 75 68 71 56 59 58 60 58 59
Keluarga 46 40 43 62 48 55 47 42 45 49 38 44
Baliho/bilboard 10 19 15 39 36 38 19 23 21 17 26 21

Petugas LSM 8 13 10 28 29 28 15 16 16 13 14 13

Keterangan: P= Perempuan L=Laki-laki T=Total

Secara umum tingkat pengetahuan yang benar tentang cara menghindari penularan HIV pada
responden remaja sudah cukup tinggi. Pengetahuan cara menghindari HIV yang tertinggi adalah
tidak menggunakan jarum dan alat suntik secara bersamaan.

Tabel 31. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Cara


Menghindari Penularan HIV

Pengetahuan cara Pontianak


Tangerang Yogyakarta Samarinda
menghindari dsk
penularan HIV P L T P L T P L T P L T

Tidak melakukan
73 68 71 67 64 66 72 69 71 74 73 73
hubungan seks

Hanya melakukan seks


dengan satu pasangan 78 72 75 87 87 87 78 77 78 83 75 79
yang setia

Menggunakan kondom
66 79 73 75 90 82 67 85 76 69 84 76
saat melakukan seks

Menghindari
penggunaan jarum
91 82 87 94 93 94 87 83 85 89 86 88
suntik secara
bersamaan
Keterangan: P= Perempuan L=Laki-laki T=Total

Sementara beberapa persepsi yang salah tentang cara penularan HIV pada responden remaja
masih cukup tinggi. Pengetahuan yang salah tentang cara menghindari penularan HIV yang
tertinggi adalah dengan makan makanan bergizi dapat menghindari dari penularan HIV.
Responden remaja yang menganggap dapat mengetahui seseorang telah terinfeksi HIV dengan
cara melihatnya terlihat cukup rendah (5 persen), namun masih ada 32 persen remaja yang
menjawab tidak tahu.
Tabel 32. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan yang
Salah Tentang Cara Penularan HIV

Pengetahuan yang salah Pontianak


Tangerang Yogyakarta Samarinda
tentang cara menghindari dsk
penularan HIV
P L T P L T P L T P L T
Minum obat/ramuan
tradisional sebelum 19 19 19 12 19 16 25 28 26 21 32 26
melakukan hubungan seks

Menghindari gigitan nyamuk


8 8 8 12 18 15 10 14 12 5 12 8
atau serangga lainnya

Tidak menggunakan secara


bersama-sama pakaian dan 37 29 33 28 28 28 36 32 34 34 30 32
alat makan

Makan makanan bergizi 63 60 62 60 64 61 66 63 64 64 69 66

Dapat mengetahui seseorang


telah terinfeksi HIV dengan 4 7 6 4 4 4 5 5 5 5 4 4
cara melihatnya
Keterangan: P= Perempuan L=Laki-laki T=Total

Responden ditanyakan mengenai sikap mereka apabila ada seseorang yang mereka ketahui
mengidap HIV. Kurang dari separuhnya akan berteman seperti biasa kecuali di Kota Yogyakarta.

Gambar 77. Persentase Responden Remaja Menurut Sikap Terhadap


Teman yang Terinfeksi HIV

Salah satu indikator dalam Millenium Develepoment Goals (MDGs) dan dimasukkan ke dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 -2014 adalah pengetahuan
komprehensif tentang HIV pada usia 15-24 tahun. Indikator tersebut diukur dengan menggunakan
5 pertanyaan, yaitu:

73
1. Bisakah seseorang mengurangi risiko tertular HIV dengan cara menggunakan kondom
dengan benar setiap kali melakukan seks ?
2. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi risiko tertular HIV ?
3. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan alat makan atau minum secara
bersama dg seseorang yg sudah terinfeksi HIV ?
4. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan nyamuk/serangga ?
5. Dapatkah Anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV hanya dgn melihatnya ?

Pada SSP ini, terdapat 27 persen responden remaja mempunyai pengetahuan HIV yang
komprehensif, dengan presentase tertinggi berada di kota Yogyakarta (32 persen).

Gambar 78. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan


Komprehensif tentang HIV

Survei Surveilans Perilaku (SSP) remaja pernah dilakukan di kota Jakarta dan Kota Surabaya pada
tahun 2004 dan tahun 20071, namun hasil SSP remaja 2009 tidak bisa dibandingkan dengan tahun
2004 dan 2007. Pada penjelasan berikut ini akan menekankan kepada gambaran situasi yang
terjadi pada hasil SSP tahun 2004, 2007 dan 2009.

Pengetahun remaja tentag cara menghindari penularan HIV pada tahun 2004, 2007 dan 2009,
paling tinggi adalah menghindari penggunaan jarum suntik secara bersamaan.

Tabel 33. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Cara


Menghindari Penularan HIV tahun 2004, 2007, dan 2009

2004 2007 2009


Pengetahuan cara menghindari penularan HIV
(n=2.160) (n=2.160) (n=3.998)
Tidak melakukan hubungan seks 60 62 70
Hanya melakukan seks dengan satu pasangan yang 54 56 80
setia
Menggunakan kondom saat melakukan seks 69 68 77
Menghindari penggunaan jarum suntik secara 81 86 88
bersamaan

1
SSP Remaja 2004 dilakukan di Kota Jakarta Pusat dan Kota Surabaya sedangkan SSP Remaja 2007
dilakukan di lima kota di DKI Jakarta dan Kota Surabaya. Metodologi pengambilan sampel pada SSP
2004, 2007, dan 2009 adalah sama.
Pada hasil SSP 2004, 2007 dan 2009, lebih dari 99 persen responden remaja mengaku pernah
mendengar tentang HIV dan AIDS. Media yang paling luas jangkauannya dalam memberikan
informasi adalah televisi (lebih dari 90 persen).

Tabel 34. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan yang


Salah Tentang Cara Penularan HIV tahun 2004, 2007, dan 2009

Pengetahuan yang salah tentang cara 2004 2007 2009


menghindari penularan HIV (n=2.160) (n=2.160) (n=3.998)
Minum obat/ramuan tradisional sebelum
2 3 22
melakukan hubungan seks
Menghindari gigitan nyamuk atau serangga
4 5 11
lainnya
Tidak menggunakan secara bersama-sama
20 20 32
pakaian dan alat makan
Makan makanan bergizi 12 17 63
Dapat mengetahui seseorang telah terinfeksi HIV
4* 42 5*
dengan cara melihatnya
* tidak termasuk responden yang menjawab tidak tahu

Pengetahuan remaja tentang sikap terhadap teman yang terinfeksi HIV pada SSP tahun 2004, 2007
dan 2009, lebih dari 43 persen mengaku untuk tetap berteman seperti biasa.

Tabel 35. Persentase Responden Remaja Menurut Sikap Terhadap Teman


yang Terinfeksi HIV tahun 2004, 2007, dan 2009

Sikap remaja terhadap teman yang terinfeksi 2004 2007 2009


HIV (n=2.160) (n=2.160) (n=3.998)
Mengucilkan 2 4 2
Menjaga jarak 36 26 38
Tetap berteman seperti biasa 51 66 43

4. Perilaku Seks dan Penggunaan Kondom


Norma yang berlaku secara umum pada masyarakat Indonesia bahwa hubungan seks hanya
dibenarkan pada pasangan yang sudah menikah. Hubungan seks diluar ikatan pernikahan masih
dianggap tabu serta merupakan pelanggaran norma sosial dan hukum agama. Sebanyak 10 persen
responden mengaku pernah berhubungan seksual dan 65 persen responden mengaku mempunyai
teman yang berhubungan seks.

Hasil SSP pada remaja juga menunjukan bahwa persentase remaja yang pernah melakukan
hubungan seks lebih tinggi pada remaja laki-laki dari perempuan. Hal tersebut juga termasuk
responden laki-laki yang pernah berhubungan seks dengan WPS.

75
Gambar 79. Persentase Responden Remaja Menurut Perilaku Seks

Dari responden remaja yang mengaku pernah berhubungan seks, sebanyak 52 persen mengaku
menggunakan kondom ketika berhubungan seksual yang terakhir kali. Konsistensi penggunaan
kondom pada hubungan seks setahun terakhir pada responden remaja jauh lebih rendah dari
penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir. Sebanyak 11 persen remaja mengaku selalu
menggunakan kondom pada hubungan seks setahun terakhir.

Gambar 80. Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks


Menurut Penggunaan Kondom pada Hubungan Seks Terakhir

Pada SSP 2004, 2007 dan 2009 situasi perilaku seks relatif hampir sama. Responden remaja yang
pernah berhubungan seks, lebih dari 40 persen mengaku menggunakan kondom pada hubungan
seks terakhir.
Tabel 36. Persentase Responden Menurut Perilaku Seks Tahun 2004, 2007
dan 2009

2004 2007 2009


Perilaku seks
(n=2.160) (n=2.160) (n=3.998)
Pernah berhubungan seks 8 9 10
Pernah berhubungan seks anal 2 2 2
Berhubungan seks komersial (1 tahun terakhir) 1 1 1

Penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir 54 44 52


(% dari yang pernah berhubunngan seks) (n=169) (n=206) (n= 392)

5. Perilaku Menggunakan Napza


Secara umum, responden remaja yang pernah merokok adalah 46 persen (perempuan 22 persen,
laki-laki 70 persen). Responden remaja yang mengaku pernah mengkosumsi minuman beralkohol
sebanyak 40 persen, dan 43 persen diantaranya mengaku pernah mabuk.

Merokok dan minum minuman berakohol biasanya dilakukan remaja karena ingin mencoba dan
atau ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini tidak berbeda dengan
penggunaan Napza yang juga seringkali diawali dengan merokok dan minum minuman beralkohol.
Dari hasil SSP Remaja ini diketahui 6 persen remaja mengaku pernah menggunakan Napza
(perempuan 2 persen, laki-laki 11 persen).

Gambar 81. Persentase Responden Remaja Menurut yang Pernah


Menggunakan NAPZA

Napza yang paling sering disebutkan oleh responden yang pernah menggunakan Napza adalah
Ganja (79 persen), diikuti oleh Pil Koplo (33 persen), Shabu-shabu (29 persen), Ektasi (23 persen),
Putaw (7 persen) dan Kokain (5 persen). Responden remaja yang pernah menggunakan Napza
Suntik masih cukup sedikit yaitu hanya 0.4 persen (0.1 persen perempuan dan 0.7 persen laki-laki).
Dari responden remaja yang mengaku pernah menggunakan napza di empat kota SSP 2009,
77
sebagian kecil (kurang dari 12 persen) menggunakan napza pertama kali ketika duduk di bangku
sekolah dasar.

Tabel 37. Persentase Responden Remaja yang Pernah Menggunakan


Napza Menurut Tingkat Sekolah Ketika Pertama Kali Menggunakan
Napza

Tangerang Yogyakarta Pontianak Samarinda


Tingkat sekolah ketika
pertama kali (n= 62) (n=51) dsk (n=64) (n=35)
menggunakan Napza
P L T P L T P L T P L T
Sekolah Dasar (SD) 0 4 3 0 0 0 0 0 0 44 0 11

Sekolah Lanjutan Tingkat 33 58 56 33 67 63 50 61 59 11 69 54


Pertema (SLTP)
Sekolah Lanjutan Tingkat 67 39 40 67 33 37 50 39 41 44 31 34
Atas (SLTA)
Keterangan: P= Perempuan L=Laki-laki T=Total

Situasi berdasarkan hasil SSP 2004, 2005 dan 2007, persentase responden remaja yang mengaku
pernah menggunakan Napza bervariasi (2004 = 17 persen, 2007 = 12 persen dan 2009 = 6
persen). Dari responden yang pernah menggunakan napza, hasil SSP di tiga waktu tersebut
memperlihatkan sebagian besar responden remaja menggunakan napza pertamakali ketika duduk
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

6. Cakupan Program
Salah satu upaya pengurangan perilaku berisiko pada kelompok remaja adalah dengan melakukan
kegiatan pendidikan atau pemberian informasi terkait HIV dan narkoba.

Sebagian besar responden remaja mengaku pernah menerima penyuluhan tentang bahaya Napza
dan HIV/AIDS di sekolahnya. Tetapi program lainnya seperti keterampilan bernegosiasi untuk
menolak seks dan Napza, penyuluhan kesehatan reproduksi dan IMS serta kegiatan peer educarion
di sekolah masih harus ditingkatkan.
Tabel 38. Program Pengendalian HIV di Sekolah

Pontianak
Intervensi di Tangerang Yogyakarta Samarinda
dsk
Sekolah
P L T P L T P L T P L T
Penyuluhan kesehatan 23 32 28 62 48 55 42 38 40 34 33 33
reproduksi

Penyuluhan IMS 10 21 16 42 43 42 25 28 27 25 22 23

Penyuluhan HIV/AIDS 64 63 64 77 77 77 69 66 67 72 60 66

Penyuluhan 71 76 74 85 83 84 74 71 73 85 77 81
narkoba/Napza

Ketrampilan 36 29 32 50 40 45 28 25 27 35 34 34
bernegosiasi untuk
menolak seks dan
Napza
Ada kegiatan Peer 16 21 19 38 32 35 24 20 22 20 20 20
education di sekolah

Keterangan: P= Perempuan L=Laki-laki T=Total

SSP remaja pada tahun 2004, 2005 dan 2006 menunjukkan situasi yang relatif sama. Peringkat
pertama kegiatan terkait HIV dan narkoba yang ada disekolah responden adalah kegiatan
penyuluhan narkoba/Napza dan penyuluhan HIV/AIDS.

Gambar 82. Persentase Responden Remaja Menurut yang Pernah


Menerima Program Pengendalian HIV di Sekolah Tahun 2004, 2007, 2009

79
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1) Pelaksanaan STBP 2009 dapat berjalan dengan baik, kabupaten/kota terpilih merupakan
pengulangan survei sebelumnya dan perluasan wilayah survei.
2) Karakteristik responden bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya tidak terdapat perbedaan
yang sangat mencolok.
3) Tingkat pengetahuan mengenai cara penularan dan pencegahan HIV terrendah adalah 77% pada
kelompok WPS TL dan tertinggi 84% pada kelompok penasun.
4) Sumber informasi tertinggi adalah TV, diikuti dengan koran, poster, petugas lapangan dan lainnya.
5) Sebagian besar masih memiliki pemahaman yang keliru mengenai cara penularan dan pencegahan
HIV(WPS Tidak Langsung (88 persen), WPS Langsung (87 persen), Penasun (67 persen), dan Pria
Risti (62 persen).
6) Sebagian besar responden merasa berisiko tertular HIV, yaitu Penasun (72 persen), WPS Langsung
(67 persen), WPS Tidak Langsung (64 persen), LSL (61 persen), dan Waria (60 persen).
7) Kelompok Penasun merupakan kelompok yang paling sering menghadiri pertemuan/diskusi dengan
petugas (66%) disusul oleh kelompok WPS Langsung (62%).
8) Kelompok berisiko yang paling sering melakukan diskusi dengan petugas lapangan adalah penasun
(66%) dan disusul oleh WPS Langsung (56%).
9) Mayoritas WPS Langsung menyatakan pernah menerima kondom gratis dalam 3 bulan terakhir,
sementara mayoritas responden pada kelompok waria, WPS tidak langsung, LSL dan Pria Risti
menyatakan tidak permah.
10) Pria Risti merupakan yang paling sedikit pernah tes HIV (9%). WPS Langsung merupakan
kelompok yang paling banyak pernah tes HIV (54%), namun hanya 37% yang menerima hasilnya.
11) LJSS dimanfaatkan terutama di Makassar (41%) dan paling sedikit dimanfaatkan oleh penasun di
Pontianak (1%).
12) Penasun yang memanfaatkan layanan terapi substitusi secara umum lebih banyak daripada terapi
detoksifikasi, kecuali Yogyakarta.
13) Penjaja seks yang mempunyai rata-rata pelanggan terbanyak dalam seminggu adalah WPS
Langsung sebanyak 8 orang, sedangkan Waria dan WPS Tidak Langsung sekitar 4 orang
perminggu. Sementara rata-rata pelanggan LSL yang menjajakan seks dalam satu bulan terakhir
adalah 3 orang.
14) LSL adalah kelompok dengan persentase tertinggi yang pernah berhubungan seks dengan
pasangan tidak tetap dan non komersial yaitu 86 persen, diikuti oleh Waria (72 persen) dan WPS L
(66 persen).
15) Kecuali pada populasi Penasun, penggunaan Napza suntik dalam satu tahun terakhir pada populasi
berisiko lainnya masih cukup rendah.
16) Rata-rata menyuntik dalam seminggu terakhir Penasun di 4 kota yang disurvei adalah 5.1 kali.
17) Secara umum, 18.3 persen Penasun mengaku menggunakan jarum secara bersama-sama dalam 1
minggu terakhir dan 35 persen persen pada hari terakhir menyuntik.
18) Perilaku berbagi basah terlihat paling tinggi di DI Yogyakarta (44 persen) dan diikuti oleh
Tangerang (36 persen).
19) Dari beberapa kelompok pria yang disurvei, seluruh responden pernah melakukan seks dalam satu
tahun terakhir kecuali kelompok Penasun dengan persentase perilaku abstinen tertinggi yaitu 14
persen.
20) Secara umum persentase konsistensi pemakaian kondom dalam hubungan seks komersial baru
sekitar setengah dari pemakaian kondom pada seks komersial terakhirnya kecuali pada kelompok
penasun.
21) LSL merupakan kelompok dengan persentase tertinggi pada penggunaan kondom pada hubungan
seks dengan pasangan tidak tetap dan tanpa membayar/dibayar yaitu 56 persen pada saat terakhir
dan 28 persen yang selalu menggunakan kondom dalam sebulan terakhir.
22) Berbagai upaya untuk mengurangi risiko tertular dan menularkan HIV pernah dilakukan oleh
sebagian besar Penasun seperti Menyuntik sendiri saat terakhir sebesar 26 persen.Tidak berbagi
basah 40 persen, Selalu pakai kondom pada pasangan tetap 13 dan pemakaian kondom pada
pasangan berisiko lainnya 19 persen.
23) Prevalensi IMS (Gonore dan Klamidia) pada kelompok Penjaja Seks (WPS Langsung dan tak
Langsung serta Waria) masih tinggi dan cenederung meningkat seiring perjalanan waktu.
Sedangkan prevalensi Sifilis menurun secara dratis hampir 50 persen.
24) Dari 50 persen sasaran survei hampir disemua target group yang pernah mengalami gejala IMS
melakukan perilaku pencarian pengobatan yang baik dan benar.
25) Prevalensi HIV susah mulai terdeteksi pada pria risti dan pada kelompok Penjaja Seks dan LSL
prevalensi mendekati batas prevalensi hIV untuk epidem terkonsentrasi.
26) Hampir semua responden remaja (99.9 persen) menyatakan pernah mendengar tentang HIV/AIDS.
Media yang paling luas jangkauannya dalam memberikan informasi adalah televisi.
27) Sebanyak 10 persen responden remaja mengaku pernah berhubungan seksual dan 65 persen
responden mengaku mempunyai teman yang berhubungan seks.
28) Secara umum, responden remaja yang pernah merokok adalah 46 persen (perempuan 22 persen,
laki-laki 70 persen). Responden remaja yang mengaku pernah mengkosumsi minuman beralkohol
sebanyak 40 persen, dan 43 persen diantaranya mengaku pernah mabuk.
29) Dari hasil SSP Remaja ini diketahui 6 persen remaja mengaku pernah menggunakan Napza
(perempuan 2 persen, laki-laki 11 persen).
30) Sebagian besar responden remaja mengaku pernah menerima penyuluhan tentang bahaya Napza
dan HIV/AIDS di sekolahnya. Tetapi program lainnya seperti keterampilan bernegosiasi untuk
menolak seks dan Napza, penyuluhan kesehatan reproduksi dan IMS serta kegiatan peer educarion
di sekolah masih harus ditingkatkan.

B. Saran
1) Pelaksanaan STBP yang berkesinambungan sehingga dapat dilihat perbandingan tren perilaku dan
biologis pada wilayah yang sama dan populasi yang sama serta dengan metode sampling yang
sama.
2) Perlu peningkatan pengetahuan kepada seluruh kelompok masyarakat berrisiko maupun populasi
umum tentang pencegahan dan penularan HIV/AIDS dan IMS baik melalui media TV, radio dan
lainnya ataupun pendidikan formal.
3) Program pencegahan penularan IMS dan HIV yang terbukti dapat menghasilkan perubahan perilaku
masih perlu diperkuat dan diperluas untuk meningkatkan cakupan pada populasi paling berisiko
tertular/menularkan HIV.
4) Peningkatan program penggunaan kondom seratus persen pada semua populasi yang dilakukan
dengan metode yang komprehensif, integratif dan kreatif.
5) Prevalensi IMS yang masih tinggi perlu dilakukan intervensi program yang lebih progressif terhadap
seluruh populasi.
6) Peran pendidikan dan promosi HIV baik perilaku seksual dan perilaku penggunaan napza terhadap
remaja masih perlu ditingkatkan.

81
V. DAFTAR PUSTAKA

KEMENKES, 2006, Buku Pedoman Surveilans.

KEMENKES, 2009, Buku Pedoman Pelaksanaan STBP 2009.

KEMENKES, 2007, Laporan STBP 2007

KEMENKES, 2002, Laporan STBP 2002

KEMENKES 2006

Nurholis Majid, Liesbeth Bollen, Guy Morineau, Chawalit Natpratan, Atiek Sulistyarni Anartati, Tiara
Mahatmi, Robert Magnani. Syphilis among female sex workers in Indonesia: prevalence,
predictors and trends. Sexually Transmitted Infections, 2009.

Flora Tanujaya, Liesbeth Bollen, Atiek Sulistyani Anartati, Aang Sutrisna, Nurholis Majid, Endang
Sedyaningsih, Prevalence of sexually transmitted infections and sexual risk behavior among
female sex workers in nine provinces in Indonesia, 2005. International Journal of AIDS and
STDs.

Ciptasari Prabawanti, Liesbeth Bollen, Guy Morineau, Dyah E Mustikawati, Philippe Girault, Nurholis
Majid, Erlian R Aditya, Rini Palupy, Nurhayati, Atiek S Anartati, Robert Magnani, HIV, Sexually
transmitted Infections, and Sexual Risk Behaviors among Trangenders in Indonesia, 2010,
AIDS and Behavior.
LAMPIRAN

Tabel 39. Hasil STBP pada WPS L menurut Lokasi

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka

Pelaksanaan Survei

Jumlah Pelaksanaan dari


Survei sebelumnya
3 1 1 2 1 3 3 4 1

Metode sampling PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS
Jumlah Responden 205 250 243 250 252 248 250 245 250 2193
Karakteristik Responden

Umur

15-19 tahun (%) 19 5 25 8 4 14 5 2 2 9


20-24 tahun (%) 34 15 35 29 22 21 18 9 12 21
25-29 tahun (%) 22 20 28 39 31 21 32 22 20 26
30 tahun ke atas (%) 25 60 11 24 43 45 44 67 66 43
Rerata (tahun) 26 33 24 27 29 29 30 33 32 29
Median (tahun) 24 32 23 26 28 28 29 33 33 28
Umur Termuda 15 16 14 14 17 15 11 16 16 11
Umur Tertua 47 59 43 49 46 54 51 50 52 59
Tingkat Pendidikan

Tidak Pernah Sekolah 5 8 1 1 4 1 1 6 13 4


SD 36 39 45 18 43 29 35 63 56 41
SMP 42 30 42 38 35 38 39 24 19 34
SMA 17 22 12 42 17 30 24 8 11 20
Akademi/PT 0 2 0 0 0 2 0 0 0 1
Status Pernikahan

Tidak Menikah 22 14 27 27 8 13 17 4 3 15
Menikah 4 42 3 24 12 60 8 6 8 19
Pernah Menikah 74 44 70 49 80 27 75 90 88 66
Jumlah anak kandung

Tidak punya anak 27 15 24 12 10 10 16 17 16 16


1 anak 42 38 54 49 51 34 46 37 41 43
2 anak 19 26 17 26 32 30 23 30 31 26
> 2 anak 13 21 5 14 7 25 14 16 13 14
Status Tinggal saat ini

Sendiri 4 22 2 17 0 8 12 3 20 10
Bersama wanita lain di
lokalisasi
80 26 91 10 98 5 50 90 74 58

L-1
LAMPIRAN

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka

Bersama teman di rumah


kontrakan
7 16 4 28 0 8 17 1 0 9

Bersama keluarga 1 17 0 9 1 44 6 2 2 9
Bersama suami/pasangan 7 13 2 34 0 30 10 2 1 11
Lainnya 1 6 0 2 1 4 5 2 3 3
Riwayat Perilaku Seks

Umur Pertama Kali Berhubungan Seks

< 15 tahun(%) 18 12 17 4 21 11 14 24 28 17
15-19 tahun (%) 64 72 69 78 53 66 65 60 56 65
20-24 tahun (%) 15 11 12 12 19 17 17 11 12 14
>25 tahun(%) 3 5 2 6 7 5 5 4 5 5
Rerata (tahun) 17 17 17 18 18 18 17 17 17 17
Median (tahun) 17 17 17 18 17 17 17 16 16 17
Usia Termuda 12 6 9 10 11 11 10 11 10 6
Usia Tertua 25 30 31 35 42 37 30 32 30 42
Pasangan Hubungan Seks Pertama Kali

Suami 62 66 54 26 84 42 70 86 87 64
Pacar 24 31 34 71 12 57 23 13 12 31
Teman 2 2 1 0 1 1 0 1 0 1
Orang yang tidak dikenal 9 2 6 3 2 0 4 0 0 3
Perilaku Seks Berrisiko
Umur Pertama kali berhubungan seks dengan imbalan

< 15 tahun(%) 7 2 3 3 1 7 5 0 3 3
15-19 tahun (%) 29 15 40 17 15 23 14 5 10 18
20-24 tahun (%) 35 21 32 39 32 30 36 22 22 30
>25 tahun(%) 30 63 25 40 52 40 45 72 65 49
Rerata (tahun) 23 28 21 24 26 24 25 29 28 25
Median (tahun) 21 27 20 23 25 22 24 29 28 24
Usia Termuda 1 13 1 14 8 10 10 16 1 1
Usia Tertua 45 51 39 46 44 47 45 47 44 51
Lama menjadi penjaja seks

< 6 bulan 30 15 41 11 26 13 16 16 17 21
6 bulan - 1 tahun 17 14 20 11 17 15 13 13 14 15
> 1 tahun 53 70 39 78 57 72 71 71 69 65
Lama menjadi penjaja seks di kota survei

< 6 bulan 50 32 54 17 44 32 30 24 26 34

L-2
LAMPIRAN

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka

6 bulan - 1 tahun 22 20 24 14 21 27 17 18 23 20
> 1 tahun 28 48 22 69 35 41 52 57 51 45
Pernah melakukan seks komersial di daerah lain

Kota Lain 14 15 11 58 17 20 1 6 7 17
Provinsi Lain 26 12 21 6 11 16 8 24 9 15
Jumlah tempat menjajakan seks 1 tahun terakhir

1 tempat 80 84 82 63 88 75 81 91 91 82
2 tempat 18 13 14 30 10 17 14 9 8 15
> 2 tempat 2 3 4 6 3 8 5 0 0 4
Jumlah hari kerja dalam 1 bulan

Rerata (hari) 26 24 24 25 24 24 25 26 23 25
Median (hari) 27 24 25 26 26 25 26 27 24 26
Jumlah bulan kerja dalam 1 tahun

Rerata (tahun) 8 8 7 10 8 9 8 9 8 8
Median (tahun) 11 9 8 11 10 10 10 10 11 10
Jumlah rupiah yang diterima dari pelanggan terakhir

Rata-rata (ribuan rupiah) 167 89 205 186 213 229 142 121 180 170
Median (ribuan rupiah) 150 70 180 150 200 200 175 80 100 150
Asal pelanggan terakhir

Penduduk setempat 38 40 28 34 42 51 69 64 72 49
Pendatang WNI 39 48 42 59 45 30 25 29 22 38
Pendatang WNA 0 1 2 0 0 4 0 1 0 1
Jumlah pelanggan dalam 1 minggu terakhir

Rata-rata (orang) 8 9 5 14 7 2 12 9 3 8
Median (orang) 6 6 4 13 5 1 10 6 3 5
Pekerjaan sebagian besar pelanggan dalam 1 minggu terakhir

Tidak bekerja 0 0 0 0 0 2 0 0 3 1
Pelajar 0 8 1 1 0 1 3 0 0 2
Polisi/TNI 5 1 1 1 1 0 3 0 5 2
PNS 1 6 2 9 2 0 6 4 2 4
Swasta 11 22 33 40 33 4 17 14 14 21
Buruh 16 8 5 20 20 56 12 25 6 19
Lainnya 3 7 3 1 3 2 2 3 8 4
Tidak Tahu 64 48 54 28 41 35 57 53 61 49
Jumlah pacar dalam 1 tahun terakhir

Tidak punya pacar 64 66 51 34 69 46 64 56 78 59

L-3
LAMPIRAN

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka

1 orang 29 28 40 50 26 44 34 42 20 35
> 1 orang 7 6 9 16 5 9 2 3 2 7
Hubungan seks dengan suami dalam 1 tahun terakhir

Tidak punya suami 75 49 69 50 54 26 80 90 76 63


Berhubungan seks 87 84 65 64 45 91 86 80 46 73
Tidak berhubungan seks 13 16 35 36 55 9 14 20 54 27
Kondom dan Pelicin

Kemudahan mendapatkan kondom dan pelicin di lokasi wawancara

Ya, di dalam 30 42 45 28 43 15 9 17 88 35
Ya, di luar 28 30 24 66 34 11 48 31 6 31
Ya, di dalam dan di luar 33 28 29 1 17 7 42 50 6 23
Tidak 9 1 2 5 6 67 1 2 0 10
Kondom dan Femidom

Mempunyai kondom 66 88 71 98 79 32 82 96 100 79


Membawa kondom 59 64 28 96 67 23 58 94 99 66
Mengetahui femidom 20 20 19 42 25 25 32 83 50 35
Pernah menggunakan
femidom
4 4 1 4 5 4 7 24 16 8

Tempat terakhir mendapatkan kondom

Tidak pernah punya kondom 6 2 13 2 7 29 2 2 0 7


Warung/toko 49 22 25 26 30 2 10 15 0 19
Apotik/Toko obat 10 36 5 54 8 18 36 47 0 24
Fasilitas Kesehatan 7 4 7 7 32 6 1 10 62 15
Bar/hotel/losmen 0 0 0 0 2 0 34 0 0 4
Teman 0 0 2 0 2 13 5 4 0 3
Pelanggan 5 1 1 0 2 5 4 2 0 2
Mami/mucikari 15 8 32 0 6 11 4 16 3 10
LSM 2 17 8 7 3 10 2 1 3 6
Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan HIV serta persepsi berrisiko

Pernah menerima info


HIV/AIDS
68 85 81 99 85 92 81 92 90 86

Tahu tidak bisa mendeteksi


ODHA hanya dengan 67 67 58 89 58 48 47 60 67 62
melihatnya

Tahu pakai kondom bisa


cegah HIV
70 83 64 97 79 69 86 84 74 79

Tahu saling setia dengan 1


pasangan bisa cegah HIV
49 76 53 96 60 63 73 78 66 69

L-4
LAMPIRAN

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka

Tahu makan-makanan
bergizi tidak mengurangi 31 36 33 84 39 26 44 28 28 39
risiko tertular HIV

Tahu minum antibiotika tidak


dapat mengurangi risiko 51 53 54 86 65 45 52 37 28 52
tertular HIV

Tahu gigitan nyamuk tidak


menularkan HIV
33 31 38 4 33 26 26 19 26 26

Tahu menggunakan alat


makan/minum bersama 38 28 47 5 37 21 32 21 25 28
ODHA tidak menularkan HIV

Tahu menggunakan jarum


suntik bekas orang lain dapat 70 88 79 93 87 80 82 93 89 85
menularkan HIV

Tahu HIV bisa ditularkan dari


ibu ke anaknya
62 78 71 57 81 69 77 87 80 74

Tahu tentang ART untuk


ODHA
33 62 51 86 60 47 42 44 58 54

Memiliki pemahaman salah


tentang cara penularan dan 88 92 88 96 88 83 81 81 85 87
pencegahan HIV

Tahu cara penularan dan


pencegahan
4 12 4 72 6 10 12 16 11 16

Merasa berrisiko tertular HIV 60 70 79 83 58 44 61 70 74 67


Sumber informasi

Radio 27 30 20 21 24 60 27 56 25 32
TV 51 70 58 97 69 88 64 80 59 71
Koran 37 50 36 64 42 69 42 61 35 49
Poster 42 50 57 70 47 76 28 83 60 57
Petugas kesehatan 44 61 62 91 75 71 58 81 86 70
Petugas lapangan 17 34 48 72 29 58 64 30 44 45
Teman sebaya 39 39 57 72 40 60 44 41 55 50
Konselor 7 33 10 55 12 28 54 14 28 27
Perilaku Pencegahan

Kondom pada seks komersial terakhir

MeTTwarkan 73 86 74 95 79 50 80 96 95 81
menggunakan 52 68 51 90 49 34 73 88 91 67
Alasan tidak menggunakan kondom pada seks komersial tearkhir

Tidak tersedia 16 33 22 8 19 37 21 17 5 24
Pelanggan tidak mau 91 82 83 92 89 53 79 72 64 78
Sudah minum obat 16 32 24 8 40 13 15 17 18 22
Merasa pelanggan bersiah 34 37 25 12 54 25 21 21 18 31

L-5
LAMPIRAN

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka

Frekuensi menawarkan kondom pada seks komersial dalam 1 minggu terakhir

Tidak pernah 11 6 16 2 9 38 6 1 4 10
Kadang-kadang 19 7 10 3 13 14 13 2 1 9
Sering 39 24 51 28 57 15 40 23 44 36
Selalu 30 62 23 66 21 28 41 73 50 44
Frekuensi menggunakan kondom pada seks komersial dalam 1 minggu terakhir

Tidak pernah 19 7 27 5 23 43 5 6 21 17
Kadang-kadang 31 14 28 6 29 19 24 3 2 17
Sering 33 44 31 28 40 13 47 24 41 34
Selalu 17 35 14 61 8 25 24 66 36 32
Kondom pada seks terakhir dengan pacar dan suami

Menggunakan dengan pacar 25 32 22 47 23 27 30 36 25 31


Menggunakan dengan suami 21 19 17 30 22 13 10 16 24 19
Frekuensi menawarkan kondom pada pacar dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah 63 60 41 13 58 49 63 46 38 45
Kadang-kadang 16 8 18 32 10 22 10 20 23 19
Sering 11 12 26 9 19 8 12 14 20 14
Selalu 8 20 13 45 12 17 14 20 20 21
Frekuensi menggunakan kondom dengan pacar dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah 66 62 58 13 67 45 66 51 52 49
Kadang-kadang 21 9 20 47 13 27 10 22 23 24
Sering 5 11 10 8 13 9 13 9 11 10
Selalu 7 18 9 31 8 15 11 17 14 16
Perilaku Berrisiko Terkait dengan Penggunaan Napza Suntik

Riwayat Penggunaan Napza suntik


pernah menggunakan Napza
suntik
3 1 2 1 1 0 1 0 0 1

menggunakan Napza suntik


dalam 1 tahun terakhir
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Cakupan Intervensi

Cakupan intervensi program HIV/AIDS dalam 1 tahun terakhir

Menghadiri
pertemuan/diskusi
22 50 49 76 75 43 69 82 80 62

Membawa barang cetakan 43 43 60 88 52 42 29 83 70 57


Memperagakan pemakaian
kondom
9 8 23 18 18 4 16 19 49 18

Mendengar radio/ mononton


TV/DVD
56 64 54 92 65 78 72 81 63 70

Frekuensi diskusi cara pencegahan/penularan HIV dengan petugas lapangan LSM dalam 3 bulan

L-6
LAMPIRAN

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka
terakhir

0 kali 65 50 40 16 42 50 46 33 24 40
1 kali 14 20 25 68 21 29 39 35 30 32
2-3 kali 14 18 20 12 27 7 12 20 32 18
> 3 kali 1 9 10 2 7 2 0 11 10 6
Frekuensi pemeriksaan kesehatan di klinik IMS dalam 3 bulan terakhir

0 kali 63 56 49 39 67 59 63 24 20 49
1 kali 18 18 20 54 11 23 23 30 38 26
2-3 kali 10 18 18 4 18 6 11 31 33 17
> 3 kali 4 4 9 2 3 2 2 14 8 5
Frekuensi menerima kondom gratis dalam 3 bulan terakhir

0 kali 48 31 45 16 33 46 43 22 2 32
1 kali 22 19 27 47 18 25 29 27 22 26
2-3 kali 18 24 17 25 23 12 15 38 36 23
> 3 kali 8 24 7 11 25 9 11 14 41 17
Upaya pencegahan IMS dalam 1 bulan terakhir

Suntikan pencegahan (mantri


keliling)
23 38 22 23 39 10 48 18 22 27

Pemeriksaan IMS di klinik


IMS
20 27 19 36 27 12 44 67 64 35

Status dukugan mami/mucikari untuk pemeriksaan IMS secara rutin

Tidak punya mami/mucikari 50 68 26 55 48 82 50 14 14 45


Mendapat dukungan 50 32 74 45 52 18 50 86 86 55
Frekuensi menerima pengobatan IMS secara berkala

0 kali 67 60 53 40 68 69 64 24 20 52
1 kali 18 18 20 54 11 23 23 30 38 26
2-3 kali 10 18 18 4 18 6 11 31 33 17
> 3 kali 4 4 9 2 3 2 2 14 8 5
Testing HIV

pernah ditawari 30 64 36 79 48 40 60 66 74 56
pernah testing HIV 23 60 33 79 58 30 65 64 72 54
Testing HIV 1 tahun terakhir 19 49 29 76 48 19 56 56 70 48
Menerima manfaat konseling 12 51 27 78 37 21 54 45 64 44
Menerima Hasil Testing HIV 12 18 24 74 30 10 51 44 66 37
Alasan pada testing HIV terakhir (%) dari yang pernah testing saja

Mendapatkan surat
keterangan
8 1 5 1 1 6 0 1 1 1

Persiapan menikah 0 1 0 0 0 4 1 1 0 1

L-7
LAMPIRAN

2009
WPS L Palem Yogya Tange Ponti Sama Makas Mimi
Bitung Sorong Total
bang karta rang anak rinda sar ka

Merasa berrisiko 46 67 54 93 60 30 44 48 45 57
Merasa sakit 6 1 2 3 1 12 2 1 2 2
Diminta seseorang 23 6 14 2 13 18 31 24 16 15
Lainnya 17 25 25 3 26 29 23 26 37 23
HIV, IMS, Gejala/Tanda dan Tindakan

Prevalensi HIV dan IMS lainnya

HIV 4 5 9 4 5 3 9 21 14 8
Sifilis 11 5 6 6 1 6 8 15 8 7
Gonore 51 33 50 20 44 19 41 35 22 35
Klamidia 61 47 55 27 50 26 51 41 23 42
Gonore dan atau klamidia 76 60 71 36 67 35 64 58 38 56
Trichomoniasis TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
Salah satu IMS 79 62 74 40 67 40 68 65 44 59
Gejala IMS yang pernah dialami dalam 1 tahun terakhir

Luka/koreng di sekitar
kelamin
19 8 21 15 16 4 12 10 4 12

Benjolan di sekitar kelamin 8 4 10 1 5 1 5 2 2 4


Keputihan disertai bau 20 11 39 74 14 34 16 12 12 26
Salah satu gejala di atas 35 18 52 74 26 35 24 20 15 33
Tindakan yang dilakukan ketika mengalami gejala IMS di atas

Tidak diobati 3 9 5 3 11 15 2 8 8 6
Diobati sendiri 37 42 55 91 63 52 33 46 30 58
Diobati ke Puskesmas/RS 13 18 21 2 12 7 30 40 38 15
Diobati ke dokter 42 27 17 3 11 6 34 2 8 15
Pengobatan tradisional 0 0 0 0 0 5 0 0 3 1

L-8
LAMPIRAN

Tabel 40. Hasil STBP pada WPS TL menurut Lokasi

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar
Pelaksanaan Survei

Jumlah Pelaksanaan dari


3 1 1 2 1 3 3 4 1
Survei sebelumnya

Metode sampling PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS TLS

Jumlah Responden 163 200 96 200 200 193 200 198 160 1610

Karakteristik Responden

Umur

15-19 tahun (%) 2 10 16 6 6 16 7 10 6 8


20-24 tahun (%) 22 29 38 25 30 18 29 36 23 27

25-29 tahun (%) 26 33 23 27 30 21 33 35 32 29


30 tahun ke atas (%) 50 29 24 43 35 46 33 18 40 35

Rerata (tahun) 30 27 26 29 28 30 28 26 29 28

Median (tahun) 30 26 24 28 27 28 27 25 28 27

Umur Termuda 17 15 16 17 17 15 16 17 18 15

Umur Tertua 52 53 75 55 51 62 54 55 47 75

Tingkat Pendidikan
Tidak Pernah Sekolah 2 0 1 2 1 1 0 1 3 1

SD 36 10 45 17 24 21 23 9 24 21

SMP 35 22 44 37 41 36 40 35 36 36

SMA 26 57 8 44 33 42 36 54 38 40

Akademi/PT 1 12 2 1 3 0 2 2 0 3

Status Pernikahan

Tidak Menikah 8 27 22 17 14 19 14 31 15 19

Menikah 14 47 11 38 30 55 28 9 14 29

Pernah Menikah 78 27 67 46 57 25 58 60 71 53

Jumlah anak kandung

Tidak punya anak 16 11 23 14 14 12 19 13 12 14


1 anak 49 51 49 43 46 35 38 51 46 45

2 anak 23 25 24 32 27 26 25 26 27 26

> 2 anak 12 14 4 12 13 28 18 10 15 15

Status Tinggal saat ini

Sendiri 3 35 19 16 21 16 21 1 18 17

Bersama wanita lain di


16 1 9 14 11 2 3 3 2 6
lokalisasi

Bersama teman di rumah


23 11 51 32 22 13 16 47 20 25
kontrakan

L-9
LAMPIRAN

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar

Bersama keluarga 4 27 8 15 13 39 22 2 1 16

Bersama suami/pasangan 21 23 6 13 17 21 28 1 3 15

Lainnya 33 5 6 12 17 9 11 47 56 22

Riwayat Perilaku Seks

Umur Pertama Kali Berhubungan Seks

< 15 tahun(%) 9 4 9 2 6 6 7 7 6 6

15-19 tahun (%) 61 66 72 65 58 69 67 66 69 65

20-24 tahun (%) 26 27 17 31 25 15 23 24 23 24


>25 tahun(%) 5 4 2 2 11 9 4 4 3 5

Rerata (tahun) 18 18 18 19 19 18 18 18 18 18

Median (tahun) 18 18 17 18 18 17 18 18 18 18

Usia Termuda 10 11 12 13 11 7 11 11 12 7

Usia Tertua 44 31 26 30 36 30 29 33 27 44

Pasangan Hubungan Seks Pertama Kali


Suami 80 45 69 62 73 38 68 54 74 61

Pacar 16 50 29 37 24 61 31 44 23 36
Teman 0 4 0 0 1 1 1 1 0 1

Orang yang tidak dkenal 2 1 2 1 2 0 1 0 3 1

Perilaku Seks Berrisiko

Umur Pertama kali berhubungan seks dengan imbalan

< 15 tahun(%) 2 1 1 1 2 3 0 2 1 1

15-19 tahun (%) 9 13 32 15 17 27 16 19 9 17


20-24 tahun (%) 37 38 33 33 38 20 38 38 36 35

>25 tahun(%) 52 49 33 52 43 51 46 41 54 47

Rerata (tahun) 25 24 21 25 23 25 24 24 25 24

Median (tahun) 25 24 21 25 23 25 24 24 25 24

Usia Termuda 14 14 15 15 11 3 16 15 0 0

Usia Tertua 45 51 36 46 43 47 38 43 45 51

Lama menjadi penjaja seks

< 6 bulan 20 30 41 10 39 30 17 39 45 29

6 bulan - 1 tahun 12 22 34 12 18 8 16 25 13 17

> 1 tahun 68 48 24 79 43 61 67 36 42 54

Lama menjadi penjaja seks di kota survei


< 6 bulan 41 55 45 38 52 40 28 60 70 48

6 bulan - 1 tahun 21 23 35 31 26 25 21 21 18 24

> 1 tahun 38 22 20 32 22 34 51 19 11 28

Pernah melakukan seks komersial di daerah lain

Kota Lain 2 81 9 9 10 30 7 7 4 19

L-10
LAMPIRAN

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar

Provinsi Lain 24 22 2 51 15 16 7 27 19 21

Jumlah tempat menjajakan seks 1 tahun terakhir

1 tempat 78 71 94 59 80 74 80 80 82 76

2 tempat 19 25 6 37 17 16 16 17 17 20

> 2 tempat 2 4 0 5 3 10 4 3 1 4

Jumlah hari kerja dalam 1 bulan

Rerata (hari) 27 26 26 27 26 25 27 25 26 26

Median (hari) 27 27 26 28 27 26 28 27 27 27
Jumlah bulan kerja dalam 1 tahun

Rerata (tahun) 9 8 7 10 7 9 10 6 5 8

Median (tahun) 11 11 10 11 8 10 11 5 3 10

Jumlah rupiah yang diterima dari pelanggan terakhir

Rata-rata (ribuan rupiah) 207 290 202 424 607 298 376 1465 1173 576

Median (ribuan rupiah) 200 250 200 300 500 250 300 1200 750 300
Asal pelanggan terakhir

Penduduk setempat 48 43 38 47 48 39 55 40 77 48
Pendatang WNI 25 50 31 34 31 45 26 54 16 35

Pendatang WNA 1 1 0 4 1 6 3 2 1 2

Jumlah pelanggan dalam 1 minggu terakhir

Rata-rata (orang) 7 6 3 4 3 2 4 2 1 4

Median (orang) 7 5 3 4 3 1 2 1 1 2

Pekerjaan sebagian besar pelanggan dalam 1 minggu terakhir


Tidak bekerja 0 1 0 0 1 2 2 0 3 1

Pelajar 0 6 2 1 0 0 2 0 0 1

Polisi/TNI 1 4 2 0 1 0 2 5 4 2

PNS 1 6 4 2 7 1 2 10 5 4

Swasta 18 39 40 19 33 6 15 22 20 23

Buruh 6 4 8 3 8 62 6 9 1 12

Lainnya 3 5 0 1 2 2 2 4 13 3

Tidak Tahu 71 37 44 75 50 27 70 49 54 53

Jumlah pacar dalam 1 tahun terakhir

Tidak punya pacar 66 49 77 61 65 45 45 52 64 57

1 orang 30 37 19 34 31 49 46 40 33 36
> 1 orang 4 15 4 6 5 7 10 8 3 7

Hubungan seks dengan suami dalam 1 tahun terakhir

Tidak punya suami 67 52 70 57 50 29 61 83 75 59

Berhubungan seks 85 85 69 86 76 96 90 91 73 86

Tidak berhubungan seks 15 15 31 14 24 4 10 9 28 14

L-11
LAMPIRAN

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar

Kondom dan Pelicin

Kemudahan mendapatkan kondom dan pelicin di lokasi wawancara

Ya, di dalam 7 8 40 25 9 16 7 1 37 15

Ya, di luar 68 62 22 65 54 12 0 81 29 45

Ya, di dalam dan di luar 5 7 33 10 6 8 0 1 14 8

Tidak 20 24 5 2 32 64 94 17 20 33

Kondom dan Femidom

Mempunyai kondom 66 70 77 88 46 27 46 60 93 62
Membawa kondom 56 49 43 70 39 19 32 45 86 48

Mengetahui femidom 39 9 23 19 13 19 24 33 54 25

Pernah menggunakan
3 2 16 5 3 5 7 5 5 5
femidom

Tempat terakhir mendapatkan kondom

Tidak pernah punya kondom 6 7 14 5 28 39 31 35 1 19

Warung/toko 31 1 38 6 8 1 2 2 0 8

Apotik/Toko obat 50 84 5 73 47 17 39 49 5 44

Fasilitas Kesehatan 1 0 6 4 2 9 0 0 53 7

Bar/hotel/losmen 2 0 0 1 1 1 1 1 2 1

Teman 2 3 1 5 5 10 12 10 1 6
Pelanggan 2 1 1 1 3 2 5 3 0 2

Mami/mucikari 0 1 33 2 1 17 0 1 2 5

LSM 2 0 0 2 2 4 2 0 5 2

Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan HIV serta persepsi berrisiko

Pernah menerima info


92 80 92 94 89 91 84 93 98 90
HIV/AIDS

Tahu tidak bisa mendeteksi


ODHA hanya dengan 82 71 83 66 52 60 80 62 72 69
melihatnya

Tahu pakai kondom bisa


75 91 81 85 67 69 69 79 76 77
cegah HIV
Tahu saling setia dengan 1
60 76 77 82 64 64 63 82 67 71
pasangan bisa cegah HIV
Tahu makan-makanan
bergizi tidak mengurangi 34 29 55 35 43 23 33 26 19 32
risiko tertular HIV

Tahu minum antibiotika tidak


dapat mengurangi risiko 47 40 61 46 59 38 35 41 23 43
tertular HIV
Tahu gigitan nyamuk tidak
35 22 22 21 38 30 29 24 23 27
menularkan HIV

Tahu menggunakan alat 40 17 22 27 48 19 31 27 19 28


makan/minum bersama

L-12
LAMPIRAN

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar
ODHA tidak menularkan HIV

Tahu menggunakan jarum


suntik bekas orang lain 87 94 91 98 93 80 90 93 93 91
dapat menularkan HIV

Tahu HIV bisa ditularkan dari


74 83 78 93 87 72 82 84 84 82
ibu ke anaknya

Tahu tentang ART untuk


40 50 76 76 50 37 35 40 35 48
ODHA

Memiliki pemahaman salah


tentang cara penularan dan 94 84 94 93 88 87 92 81 85 88
pencegahan HIV
Tahu cara penularan dan
12 11 21 23 2 8 9 10 14 11
pencegahan

Merasa berrisiko tertular HIV 72 72 93 65 45 46 62 63 74 64

Sumber informasi

Radio 50 48 11 26 29 61 30 45 41 39
TV 76 78 43 85 85 89 78 84 75 79

Koran 60 65 26 59 60 76 40 69 66 59

Poster 63 49 70 64 42 69 32 65 74 57
Petugas kesehatan 66 22 59 64 36 53 42 46 89 51

Petugas lapangan 31 3 53 46 11 38 25 6 49 27

Teman sebaya 55 35 34 62 44 52 38 34 67 47

Konselor 5 4 5 18 5 19 12 4 41 12

Perilaku Pencegahan
Kondom pada seks komersial terakhir

Menawarkan 88 88 89 89 72 35 50 61 90 72

Menggunakan 76 83 81 69 52 32 46 54 84 62

Alasan tidak menggunakan kondom pada seks komersial tearkhir

Tidak tersedia 5 56 28 16 12 37 56 33 12 31

Pelanggan tidak mau 95 53 61 97 74 58 77 70 64 73

Sudah minum obat 26 18 22 13 40 25 20 12 16 22

Merasa pelanggan bersiah 26 26 17 13 40 39 31 18 28 29

Frekuensi menawarkan kondom pada seks komersial dalam 1 minggu terakhir

Tidak pernah 6 9 7 6 24 42 38 27 6 19

Kadang-kadang 13 8 15 9 14 20 9 12 6 11

Sering 42 14 67 30 46 4 18 18 33 27

Selalu 39 70 11 55 14 26 31 40 42 38

Frekuensi menggunakan kondom pada seks komersial dalam 1 minggu terakhir

Tidak pernah 6 12 9 7 36 53 41 33 33 27

Kadang-kadang 22 8 24 11 24 20 14 17 6 16

Sering 39 27 55 28 31 8 17 11 24 24

L-13
LAMPIRAN

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar

Selalu 33 55 11 54 10 19 29 39 36 33

Kondom pada seks terakhir dengan pacar dan suami

Menggunakan dengan pacar 18 26 36 28 31 23 31 22 26 26

Menggunakan dengan suami 13 9 14 15 18 12 11 9 25 14

Frekuensi menawarkan kondom pada pacar dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah 64 65 41 68 59 58 59 72 42 61

Kadang-kadang 13 11 23 9 14 18 14 18 12 14

Sering 13 7 32 16 21 5 7 4 21 11
Selalu 11 17 5 6 4 20 18 6 19 13

Frekuensi menggunakan kondom dengan pacar dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah 67 69 45 75 63 59 58 76 58 65

Kadang-kadang 20 11 41 8 14 17 17 15 14 15

Sering 4 5 9 13 20 6 5 3 7 7

Selalu 9 16 5 5 3 18 17 6 16 12
Perilaku Berrisiko Terkait dengan Penggunaan Napza Suntik

Riwayat penggunaan napza suntik


Pernah menggunakan napza
1 2 1 0 0 0 5 2 1 1
suntik

Menggunakan napza suntik


0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
dalam 1 tahun terakhir

Cakupan Intervensi
Cakupan intervensi program HIV/AIDS dalam 1 tahun terakhir

Menghadiri
42 8 57 43 17 29 27 35 78 35
pertemuan/diskusi

Membawa barang cetakan 63 20 80 32 25 36 32 51 65 42

Memperagakan pemakaian
9 1 13 7 4 1 11 4 52 10
kondom

Mendengar radio/ mononton


69 65 69 71 74 81 67 77 69 71
TV/DVD

Frekuensi diskusi cara pencegahan/penularan HIV dengan petugas lapangan LSM dalam 3 bulan terakhir

0 kali 27 92 19 45 82 66 73 80 31 61
1 kali 36 6 28 21 10 19 15 10 39 19

2-3 kali 26 2 47 18 5 2 6 7 24 13
> 3 kali 2 0 4 15 4 1 1 3 3 4

Frekuensi pemeriksaan kesehatan di klinik IMS dalam 3 bulan terakhir

0 kali 68 86 22 65 88 72 75 88 29 69

1 kali 15 7 28 15 5 12 14 8 44 15

2-3 kali 9 4 48 11 5 3 7 3 21 10

> 3 kali 1 2 2 8 2 0 1 2 4 2
Frekuensi menerima kondom gratis dalam 3 bulan terakhir

L-14
LAMPIRAN

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar

0 kali 31 97 32 76 84 61 84 82 9 66

1 kali 26 2 24 10 9 21 8 10 35 15

2-3 kali 36 1 40 5 4 5 4 5 38 13

> 3 kali 3 1 4 9 4 5 1 3 16 5

Upaya pencegahan IMS dalam 1 bulan terakhir

Suntikan pencegahan
20 12 20 31 20 8 17 16 18 18
(mantri keliling)

Pemeriksaan IMS di klinik


14 7 14 38 14 8 12 11 59 19
IMS

Status dukugan mami/mucikari untuk pemeriksaan IMS secara rutin

Tidak punya mami/mucikari 60 76 15 37 71 78 83 55 17 57

Mendapat dukungan 40 24 85 63 29 22 17 45 83 43

Frekuensi menerima pengobatan IMS secara berkala

0 kali 75 88 22 67 89 85 79 88 31 73

1 kali 15 7 28 15 5 12 14 8 44 15
2-3 kali 9 4 48 11 5 3 7 3 21 10

> 3 kali 1 2 2 8 2 0 1 2 4 2

Testing HIV
Pernah ditawari 45 22 73 51 27 27 28 29 79 39

Pernah testing HIV 25 12 56 39 26 17 29 24 73 31

Testing HIV 1 tahun terakhir 23 6 53 33 21 16 20 15 66 25


Menerima manfaat konseling 15 10 46 37 15 9 23 17 59 24

Menerima Hasil Testing HIV 7 5 51 32 17 4 18 16 60 21

Alasan pada testing HIV terakhir (%) dari yang pernah testing saja

Mendapatkan surat
5 0 0 3 0 10 2 0 0 2
keterangan

Persiapan menikah 2 0 0 1 0 16 0 2 0 2

Merasa berrisiko 48 42 96 65 63 12 62 30 47 53

Merasa sakit 2 0 0 3 0 27 0 0 1 3

Diminta seseorang 36 38 0 9 13 20 20 28 18 18

Lainnya 7 21 4 19 23 16 17 40 34 22

HIV, IMS, Gejala/Tanda dan Tindakan

Prevalensi HIV dan IMS lainnya

HIV 1 4 7 2 2 4 5 3 4 3

Sifilis 1 1 11 4 2 3 1 3 4 3

Gonore 26 29 25 10 27 14 25 23 18 22

Klamidia 47 48 41 29 47 32 36 46 28 39

Gonore dan atau klamidia 57 59 49 31 55 38 46 55 35 47

Trichomoniasis TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT

L-15
LAMPIRAN

2009
WPS TL Palem Yogya Tange Pontia Sama Makas
Bitung Sorong Mimi ka Total
bang karta rang nak rinda sar

Salah satu IMS 57 60 55 34 56 39 47 56 38 49

Gejala IMS yang pernah dialami dalam 1 tahun terakhir

Luka/koreng di sekitar
10 5 10 4 6 2 8 5 4 6
kelamin

Benjolan di sekitar kelamin 6 2 1 2 4 1 8 1 1 3


Keputihan disertai bau 14 17 14 24 13 23 20 17 14 18

Salah satu gejala di atas 21 21 21 26 17 23 27 18 17 21

Tindakan yang dilakukan ketika mengalami gejala IMS di atas


Tidak diobati 3 20 5 2 3 13 6 19 11 9

Diobati sendiri 20 41 80 52 58 64 63 75 41 55
Diobati ke Puskesmas/RS 0 10 0 25 12 7 17 3 44 13

Diobati ke dokter 77 22 15 19 27 13 13 3 0 21

Pengobatan tradisional 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0

L-16
LAMPIRAN

Tabel 41. Hasil STBP 2009 pada Pria Risti menurut Lokasi Survei

2009
Pria Risti Palem Yogya Pontia Sama Tange
Bitung Sorong Timi ka Total
bang karta nak rinda rang

Pelaksanaan Survei

Jumlah Pelaksanaan dari


3 1 2 1 3 4 1 1
Survei sebelumnya

Metode sampling TLS TLS TLS TLS TLS TLS TLS TLS TLS

Jumlah Responden 408 400 392 401 400 400 400 400 3201

Karakteristik Responden

Kelompok Sasaran Responden

Sopir truk 210 0 0 0 0 0 0 0 210

Tukang ojek 0 201 0 201 0 0 200 0 602


Sopir angkutan umum 0 199 0 0 0 0 200 0 399

Pelaut/ABK/nelayan 198 0 197 0 201 199 0 0 795

TKBM 0 0 195 200 199 201 0 0 795

Buruh 0 0 0 0 0 0 0 400 400

PNS
Umur

15-19 tahun (%) 2 0 4 1 13 4 3 2 4

20-24 tahun (%) 12 1 15 4 17 15 19 15 12


25-29 tahun (%) 18 6 20 7 17 26 21 19 17

30 tahun ke atas (%) 67 93 61 88 54 55 57 63 67

Rerata (tahun) 35 44 35 44 33 33 32 33 36

Median (tahun) 33 44 32 43 31 31 31 33 33

Umur Termuda 16 21 15 17 15 15 17 18 15
Umur Tertua 66 67 71 74 67 67 58 58 74

Tingkat Pendidikan

Tidak Pernah Sekolah 1 1 1 3 0 1 1 0 1

SD 16 27 31 38 30 19 23 5 27

SMP 25 28 33 20 35 27 29 9 29

SMA 50 41 33 35 34 50 46 68 51

Akademi/PT 9 4 2 3 1 4 2 19 6

Status Perkawinan

Tidak Menikah 28 3 29 7 38 33 32 22 24

Menikah 69 94 69 87 58 65 64 77 73

Pernah Menikah 3 3 3 6 4 2 4 2 3

Status Tinggal saat ini

L-17
LAMPIRAN

2009
Pria Risti Palem Yogya Pontia Sama Tange
Bitung Sorong Timi ka Total
bang karta nak rinda rang

Sendiri 2 2 3 2 4 5 14 11 6

Dengan istri dan anak 69 91 62 86 54 52 53 71 67

Dengan saudara 9 3 10 5 7 9 12 3 7

Dengan teman 3 0 10 0 12 13 11 5 7

Lainnya 16 5 15 6 23 23 11 10 14

Frekuensi melakukan perjalanan meninggalkan keluarga/tempat tinggal dalam 6 bulan tearkhir

0 kali 0 73 34 67 29 47 82 62 50

1 kali 19 6 15 10 27 24 17 20 17

2-3 kali 21 10 16 8 20 21 0 14 13

> 3 kali 59 12 34 15 23 8 0 4 20

Riwayat Perilaku Seks

Umur Pertama Kali Berhubungan Seks

< 15 tahun(%) 2 2 2 1 4 5 4 0 2
15-19 tahun (%) 24 30 27 27 56 50 41 6 33

20-24 tahun (%) 47 43 41 43 31 31 33 39 38

>25 tahun(%) 28 25 30 30 9 14 22 55 26

Rerata (tahun) 22 22 22 22 19 20 21 25 22

Median (tahun) 21 21 21 22 18 19 20 25 21
Usia Termuda 13 13 12 13 12 9 12 15 9

Usia Tertua 40 40 39 47 33 40 36 38 47

Pasangan Hubungan Seks Pertama Kali


Istri/pasangan tetap 39 46 49 65 28 23 35 81 45

Pacar 39 29 37 17 60 65 48 17 39

Teman/kenalan 4 11 3 2 4 2 4 1 4

WPS 18 14 11 16 8 10 13 1 12

Perilaku Seks Berrisiko


Frekuensi hubungan seks dengan istri/pasangan tetap dalam 3 bulan terakhir

Tidak punya istri/pasangan


17 5 13 11 20 30 26 6 16
tetap
0 kali 29 1 5 21 31 5 25 51 20

1-3 kali 16 10 15 11 11 8 20 5 12
4-10 kali 26 21 20 22 17 24 14 11 19

> 10 kali 29 68 59 46 40 63 41 33 48

Rata-rata(dari yang punya


10 17 18 16 17 19 16 18 16
istri/pasangan tetap)

Median(dari yang punya


10 12 12 12 12 13 12 14 12
istri/pasangan tetap)

Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks dengan istri/pasangan tetap dalam 3 bulan
terakhir

Tidak pernah 70 88 58 70 68 83 69 67 72

L-18
LAMPIRAN

2009
Pria Risti Palem Yogya Pontia Sama Tange
Bitung Sorong Timi ka Total
bang karta nak rinda rang

Kadang-kadang 19 3 27 16 20 11 9 16 15

Sering 9 3 14 13 11 6 23 14 11

Selalu 2 6 2 1 2 0 0 2 2

Pakai kondom pada


hubungan seks terakhir
9 11 10 17 14 7 16 8 12
dengan istri/pasangan
tetap

Umur pertama kali melakukan seks dengan penjaja seks

< 15 tahun(%) 1 2 0 1 3 2 1 TT 1

15-19 tahun (%) 17 25 23 23 42 24 24 TT 25

20-24 tahun (%) 41 35 37 39 32 41 33 TT 37

>25 tahun(%) 41 37 40 37 23 33 42 TT 36

Rerata (tahun) 25 24 24 25 22 23 24 TT 24

Median (tahun) 23 21 23 22 20 22 23 TT 22

Usia Termuda 14 13 15 13 13 13 14 TT 13

Usia Tertua 50 51 53 60 50 65 53 TT 65

Jumlah penjaja seks dalam 1 tahun terakhir

Pernah membeli seks 62 27 67 38 78 83 58 60 59

Rata-rata (penjaja seks) 5 6 5 4 6 4 3 2 5


Median (penjaja seks) 4 3 3 2 2 3 2 2 3

Jumlah penjaja seks dalam 1 bulan terakhir

Rata-rata (penjaja seks) 2 2 3 2 2 2 2 2 2

Median (penjaja seks) 1 1 2 1 1 2 1 1 1

Pernah melakukan seks komersial di daerah lain

(%) Kota Lain 32 12 16 10 30 34 13 6 19

(%) Provinsi lain 32 12 16 10 30 34 13 6 19

Jumlah rupiah yang dibayar kepada penjaja seks terakhir

Rata-rata (ribuan rupiah) 110 42 82 138 132 105 108 157 103

Median (ribuan rupiah) 100 40 50 100 100 60 100 150 75

Jumlah pasangan tidak tetap dan non-komersial dalam 1 tahun terakhir

(%) Tidak punya 58 73 15 49 38 51 38 27 49

(%) 1 orang 30 19 55 34 35 31 37 35 32

(%) >1 orang 12 9 30 16 27 19 26 38 19

Perilaku melakukan seks anal

Pernah melakukan seks


0 1 0 0 0 0 0 0 0
anal dengan pria

Pernah melakukan seks


0 1 2 1 1 1 0 0 1
anal dengan waria
Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan tentang cara penularan & pencegahan HIV serta persepsi berisikio

L-19
LAMPIRAN

2009
Pria Risti Palem Yogya Pontia Sama Tange
Bitung Sorong Timi ka Total
bang karta nak rinda rang

(%) Pernah Menerima info


76 91 83 72 86 92 80 TT 83
HIV/AIDS

(%) Tahu tidak bisa


mendeteksi ODHA hanya 91 90 87 90 88 80 86 96 88
dengan melihatnya

(%) Tahu pakai kondom


64 86 71 60 62 78 50 39 64
bisa cegah HIV

(%) Tahu saling setia


dengan 1 pasangan bisa 71 95 78 72 74 89 59 72 76
cegah HIV

(%) Tahu makan makanan


bergizi tidak mengurangi 59 57 44 52 76 71 76 82 64
risiko tertular HIV

(%) Tahu minum anti


biotik tidak dapat
52 46 51 54 65 66 76 91 62
mengurangi risiko tertular
HIV

(%) Tahu gigitan nyamuk


67 60 71 58 81 66 72 88 70
tidak menularkan HIV

(%) Tahu menggunakan


alat makan/minum
63 56 66 57 77 75 80 76 68
bersama ODHA tidak
menularkan HIV

(%) Tahu menggunakan


jarum suntik bekas orang 92 91 89 87 79 90 87 81 87
lain bisa menularkan HIV

(%) Tahu HIV bisa


ditularkan dari ibu ke 74 85 65 75 69 85 81 80 77
bayinya
(%) Tahu tentang ART
41 57 77 57 44 46 35 48 50
untuk ODHA
(%) Memiliki pemahaman
salah tentang cara
69 81 78 77 53 62 50 26 62
penularan & pencegahan
HIV

(%) Tahu cara penularan


& pencegahan menurut 22 35 35 19 31 35 18 19 27
indikator UNGASS & MDGs

(%) Merasa berisiko


25 24 45 26 27 50 35 19 31
tertular HIV

Sumber informasi

Radio 51 47 51 42 66 82 43 TT 55
TV 91 93 96 96 95 92 85 TT 93

Koran 68 75 71 60 78 77 68 TT 71

Poster 72 73 69 49 61 78 82 TT 70

Petugas kesehatan 23 24 46 19 42 32 45 TT 33

Petugas lapangan 4 2 24 5 14 6 12 TT 10
Teman sebaya 59 26 44 36 42 30 55 TT 41

Konselor 1 2 18 2 11 4 1 TT 6

L-20
LAMPIRAN

2009
Pria Risti Palem Yogya Pontia Sama Tange
Bitung Sorong Timi ka Total
bang karta nak rinda rang

Perilaku Pencegahan

Perilaku Pencegahan terkait abstinen dan setia

Perilaku abstinence (tidak


pernah berhubungan seks 0 0 0 0 0 0 1 0 0
dalam satu tahun terakhir)

Perilaku setia (mempunyai


pasangan tetap tetapi
tidak melakukan hubungan 3 13 0 6 3 2 6 1 4
seks lainnya dalam 1 tahun
terakhir)

Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks dengan penjaja seks dalam 1 tahun terakhir

(%) Tidak pernah 59 65 53 80 62 49 34 36 54

(%) kadang-kadang 19 12 33 9 19 10 14 27 18
(%) Sering 12 6 4 6 7 15 29 9 13

(%) Selalu 10 16 10 6 12 26 23 27 16
(%) Pakai kondom apabila
pada hubungan seks 29 15 24 9 24 41 45 43 28
komersial terakhir

Alasan pakai kondom pada seks komersial terakhir ((%) dari yang pakai kondom)

(%) Melindungi dari infeksi 71

(%) WPS menawarkan 13

(%) Biar bersih


11
(kesehatan)

(%) Lainnya 6

Tempat terakhir mendapatkan kondom

(%) Tidak pernah punya


72 54 81 75 84 77 67 7 40
kondom

(%) Apotik 18 24 11 14 7 12 10 4 9

(%) Warung/toko 7 2 5 7 1 0 1 1 2

(%) Teman 2 4 1 1 6 3 10 0 2

(%) WPS

(%) Fasilitas kesehatan 0 10 1 3 1 3 6 0 2

(%) LSM

Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks dengan pasangan tidak tetap dalam 1 tahun
terakhir

(%) Tidak pernah 59

(%) kadang-kadang 16

(%) Sering 14

(%) Selalu 12

(%) Pakai kondom apabila


pada hubungan seks
19
dengan pasangan tidak
tetap dan non komersial

Perilaku Berrisiko Terkait dengan Penggunaan Napza Suntik

L-21
LAMPIRAN

2009
Pria Risti Palem Yogya Pontia Sama Tange
Bitung Sorong Timi ka Total
bang karta nak rinda rang

Riwayat Penggunaan Napza Suntik

(%) Pernah menggunakan


0.7 0.3 1.3 0.0 0.5 0.3 0.3 0.3 0.4
NAPZA Suntik

(%) Menggunakan dalam


0.5 0.0 0.3 0.0 0.0 0.3 0.0 0.0 0.1
1 tahun terakhir

Cakupan Intervensi

Cakupan intervensi program HIV/AIDS dalam 1 tahun terakhir

(%) Menghadiri
8 19 18 4 20 20 23 14 16
pertemuan/diskusi

(%) Membaca barang


54 56 52 32 55 70 51 64 54
cetakan

(%) Mendengar
71 78 76 71 83 88 62 74 75
radio/menonton TV/DVD

Frekuensi diskusi cara pencegahan/penularan HIV dengan petugas lapangan LSM dalam 3 bulan
terakhir
(%) 0 kali 95 98 80 98 88 90 90 97 92

(%) 1 kali 5 1 18 1 10 5 7 2 6

(%) 2-3 kali 0 1 2 1 2 4 1 1 1

(%) > 3 kali 0 0 0 1 1 1 2 0 0

Frekuensi menerima kondom gratis dalam 3 bulan terakhir

(%) 0 kali 93 90 88 99 87 89 89 97 91
(%) 1 kali 6 5 10 1 10 7 6 3 6

(%) 2-3 kali 1 4 2 1 3 2 1 0 2

(%) > 3 kali 0 1 0 0 1 2 4 0 1

Testing HIV

(%) Pernah ditawari 8 10 29 3 14 13 20 5 12


(%) Pernah testing HIV 6.1 3.5 24.2 2.0 8.0 9.3 14.8 2.3 8.7

(%) Testing HIV 1 tahun


3.7 2.0 22.2 0.5 4.3 5.0 9.3 1.0 5.9
terakhir
(%) Menerima manfaat
2 3 23 1 4 6 7 1 6
konseling
(%) Menerima Hasil
4 3 22 1 3 5 8 1 6
testing HIV

Alasan pada testing HIV terakhir ((%) dari yang pernah testing saja)

(%) Mendapatkan surat


70 7 4 0 13 19 7 0 14
keterangan

(%) Merasa berisiko 9 50 51 38 16 19 46 40 37

(%) Merasa sakit 4 0 1 13 19 0 0 0 3

(%) Diminta seseorang 13 36 30 25 16 14 34 20 26

HIV, IMS, Gejala/Tanda dan Tindakan

Prevalensi HIV dan IMS Lainnya

(%) HIV 0.8 0.3 0.5 0.3 0.4

L-22
LAMPIRAN

2009
Pria Risti Palem Yogya Pontia Sama Tange
Bitung Sorong Timi ka Total
bang karta nak rinda rang

(%) Sifilis 6.1 3.8 1.8 5.0 4.3

(%) Gonore 0.8 0.8

(%) Infeksi Klamidia 3.3 3.3

(%) Gonore dan atau


3.8 3.8
Infeksi Klamidia

Gejala IMS yang pernah dialami dalam 1 tahun terakhir

(%) Nyeri ketika kencing 3.2 2.8 12.0 5.2 10.5 8.0 7.3 1.0 6.2

(%) Benjolan di sekitar


0.7 0.5 1.3 1.0 0.8 1.3 1.5 0.0 1.0
kelamin

(%) Luka di sekitar


1.2 0.8 1.8 2.5 1.8 2.8 0.5 0.3 1.4
kelamin

(%) Salah satu gejala di


4.9 3.3 13.5 6.7 11.0 9.5 7.8 1.3 7.2
atas

Tindakan yang dilakukan ketika mengalami gejala IMS di atas


(%)Tidak diobati 25 14 19 21 4 10 35 29 17

(%) Diobati sendiri 38 29 26 35 31 46 32 35 33

(%) Diobati ke
17 10 21 18 41 27 9 18 23
Puskesmas/RS

(%) Diobati ke dokter 21 29 21 18 14 5 15 0 15

L-23
LAMPIRAN

Tabel 42. Hasil STBP 2009 pada Waria menurut Lokasi Survei

2009
Waria
Palembang Pontianak Makassar Total
Pelaksanaan Survei
Jumlah Pelaksanaan dari Survei sebelumnya 1 1 3
Metode sampling PPS PPS PPS
Jumlah Responden 111 195 199 505
Karakteristik Responden
Umur
15-19 tahun (%) 10 12 21 15
20-24 tahun (%) 23 18 27 23
25-29 tahun (%) 28 31 21 26
30 tahun ke atas (%) 39 39 31 36
Rerata (tahun) 29 29 27 28
Median (tahun) 27 28 25 27
Umur Termuda 14 15 13 13
Umur Tertua 56 61 62 62
Tingkat Pendidikan
Tidak Pernah Sekolah 2 1 1 1
SD 22 13 24 19
SMP 32 27 28 28
SMA 40 52 42 45
Akademi/PT 5 7 6 6
Status Perkawinan
Tidak Menikah 93 96 98 96
Menikah 5 3 1 3
Pernah Menikah 2 1 1 1
Status Tinggal saat ini
Sendiri 22 28 17 22
Bersama teman-teman 35 32 21 28
Bersama keluarga atau saudara kandung 34 36 58 44
Bersama pasangan tetap laki-laki 2 2 4 3
Bersama pasangan tetap perempuan 5 1 0 1
Lainnya 3 1 1 1

L-24
LAMPIRAN

2009
Waria
Palembang Pontianak Makassar Total
Sumber Pendapatan Utama
Menjual Seks 5 10 9 9
Gaji Karyawan 1 17 7 9
Pekerja Bebas 3 20 5 10
Bekerja di salon 83 46 70 64
Mengamen TT TT TT TT
Uang saku pelajar 3 2 3 2
Lainnya 6 3 8 6
Tingkat Pengetahuan dan Sumber Informasi
Tingkat Pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan HIV serta persepsi
berrisiko
Pernah menerima info HIV/AIDS 74 86 83 82
Tahu tidak bisa mendeteksi ODHA hanya dengan
93 94 73 86
melihatnya
Tahu pakai kondom bisa cegah HIV 59 77 75 72
Tahu saling setia dengan 1 pasangan bisa cegah HIV 60 81 68 71
Tahu makan-makanan bergizi tidak mengurangi risiko
60 83 56 67
tertular HIV
Tahu minum antibiotika tidak dapat mengurangi risiko
53 76 54 62
tertular HIV
Tahu gigitan nyamuk tidak menularkan HIV 55 96 61 73
Tahu menggunakan alat makan/minum bersama
61 91 67 75
ODHA tidak menularkan HIV
Tahu menggunakan jarum suntik bekas orang lain
85 92 93 91
dapat menularkan HIV
Tahu HIV bisa ditularkan dari ibu ke anaknya TT TT TT TT
Tahu tentang ART untuk ODHA 28 73 56 56
Memiliki pemahaman salah tentang cara penularan
27 66 20 39
dan pencegahan HIV
Tahu cara penularan dan pencegahan menurut
15 52 18 30
indikator UNGASS
Merasa berrisiko tertular HIV 53 71 52 60
Sumber informasi
Radio 39 22 58 40
TV 74 75 82 78
Koran 72 71 65 69
Poster 61 88 69 75
Petugas kesehatan 52 90 49 67

L-25
LAMPIRAN

2009
Waria
Palembang Pontianak Makassar Total
Petugas lapangan 23 31 55 39
Teman sebaya 57 64 90 73
Konselor 7 26 38 27
Riwayat Perilaku Seks
Umur Pertama Kali Berhubungan Seks
< 15 tahun(%) 38 59 72 60
15-19 tahun (%) 43 34 22 31
20-24 tahun (%) 16 6 4 7
>25 tahun(%) 3 1 2 2
Rerata (tahun) 17 15 14 15
Median (tahun) 17 15 14 15
Usia Termuda 10 7 6 6
Usia Tertua 30 27 27 30
Pasangan Hubungan Seks Pertama Kali
Laki-laki 94 93 97 95
Wanita 3 4 2 3
Waria 4 3 2 2
Kondom dan Pelicin
Kemudahan mendapatkan kondom dan pelicin di lokasi wawancara
Kondom mudah didapatkan 14 64 44 45
Pelicin mudah didapatkan 23 69 71 59
Ada brosur/poster kondom 2 12 4 7
Ketersediaan dan Penggunaan
Membawa kondom dan pelicin 3 24 8 13
Membawa kondom saja 11 32 13 20
Pernah menggunakan kondom 62 82 81 77
Pernah menggunakan pelicin 77 69 86 77
Jenis Pelicin yang digunakan terakhir kali
Air ludah 12 5 22 13
Minyak 1 0 1 0
Pelicin berbahan dasar air 5 2 17 9
Krim/body lotion 59 54 44 51
Tempat terakhir mendapatkan kondom
Tidak pernah punya kondom 32 15 11 17
Warung/toko 12 5 2 5

L-26
LAMPIRAN

2009
Waria
Palembang Pontianak Makassar Total
Apotik/Toko obat 23 21 52 34
Fasilitas Kesehatan 2 19 1 8
Teman 18 24 23 22
LSM 8 11 9 10
Perilaku Seks Berrisiko
Umur Pertama kali berhubungan seks dengan imbalan
< 15 tahun(%) 18 38 43 36
15-19 tahun (%) 41 36 34 37
20-24 tahun (%) 31 23 16 22
>25 tahun(%) 10 3 7 6
Rerata (tahun) 20 18 17 18
Median (tahun) 19 18 17 18
Usia Termuda 10 12 7 7
Usia Tertua 30 31 28 31
Pernah melakukan seks komersial di daerah lain
Kota Lain 32 66 28 43
Provinsi Lain 100 98 98 99
Jenis Pasangan Seks
Punya pasangan seks tetap laki-laki 79 88 98 90
Punya pasangan seks tetap perempuan 12 8 1 6
Pernah jual seks pada laki-laki 1 tahun terakhir 70 56 65 63
Pernah beli seks pada laki-laki 1 tahun terakhir 48 28 45 39
Pernah jual seks pada perempuan 1 tahun terakhir TT TT TT TT
Pernah beli seks pada perempuan 1 tahun terakhir TT TT TT TT
Pernah seks dengan pasangan tidak tetap dan non
65 70 77 72
komersial laki-laki 1 tahun terakhir
Pernah seks dengan pasangan tidak tetap dan non
TT TT TT TT
komersial perempuan 1 tahun terakhir
Pernah seks dengan waria 1 tahun terakhir 19 5 4 7
Pernah seks dengan perempuan 1 tahun terakhir 9 7 4 6
Jumlah rupiah yang diterima dari pelanggan terakhir
Rata-rata (ribuan rupiah) 78 58 62 64
Median (ribuan rupiah) 50 40 30 40
Jumlah pelanggan laki-laki dalam 1 minggu terakhir
Rata-rata (penjaja seks) 5 5 3 4
Median (penjaja seks) 3 2 2 2

L-27
LAMPIRAN

2009
Waria
Palembang Pontianak Makassar Total
Jumlah laki-laki yang dibayar dalam 1 bulan terakhir
Rata-rata (laki-laki yang dibayar) 2 3 2 2
Median (laki-laki yang dibayar) 2 3 1 2
Jumlah pasangan seks laki-laki tidak tetap dan non-komersial dalam 1 bulan terakhir
Rata-rata (laki-laki) 2 2 2 2
Median (laki-laki) 1 1 1 1
Perilaku Pencegahan
Perilaku Pencegahan terkait abstinen dan setia
Perilaku abstinence (tidak pernah berhubungan seks
TT TT TT TT
dalam satu tahun terakhir)
Perilaku setia (mempunyai pasangan tetap tetapi tidak
melakukan hubungan seks lainnya dalam 1 tahun 0.0 0.5 0.0 0.2
terakhir)
Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks anal dengan pelanggan laki-laki
dalam 1 minggu terakhir
Tidak pernah 44 10 20 22
Kadang-kadang 33 28 20 26
Sering 21 19 15 18
Selalu 2 44 46 34
Pakai kondom pada hubungan seks anal komersial
31 77 58 58
terakhir
Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks anal dengan laki-laki yang
dibayar dalam 1 bulan terakhir
Tidak pernah 43 11 34 31
Kadang-kadang 38 24 25 28
Sering 15 19 13 15
Selalu 5 46 28 26
Pakai kondom pada hubungan seks anal terakhir
29 84 49 53
dengan laki-laki yang dibayar
Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks anal dengan laki-laki tidak tetap
dan non-komersial dalam 1 bulan terakhir
Tidak pernah 57 28 32 35
Kadang-kadang 37 21 26 27
Sering 6 23 12 15
Selalu 0 28 29 23
Pakai kondom pada hubungan seks anal terakhir
dengan pasangan seks laki-laki tidak tetap dan non- 16 73 47 50
komersial
Perilaku Berrisiko Terkait dengan Penggunaan Napza Suntik

L-28
LAMPIRAN

2009
Waria
Palembang Pontianak Makassar Total
Riwayat penggunaan napza suntik
Pernah menggunakan napza suntik 1 1 3 2
Menggunakan napza suntik dalam 1 tahun terakhir 0 0 2 1
Cakupan Intervensi
Cakupan intervensi program HIV/AIDS dalam 1 tahun terakhir
Menghadiri pertemuan/diskusi 24 57 34 41
Membawa barang cetakan 33 60 38 46
Mendengar radio/ mononton TV/DVD 10 11 6 9
Frekuensi diskusi cara pencegahan/penularan HIV dengan petugas lapangan LSM dalam
3 bulan terakhir
0 kali 87 38 81 66
1 kali 6 42 9 21
2-3 kali 5 14 9 10
> 3 kali 1 6 2 3
Frekuensi menerima kondom gratis dalam 3 bulan terakhir
0 kali 86 31 80 63
1 kali 9 34 10 19
2-3 kali 4 17 6 10
> 3 kali 1 18 5 9
Frekuensi pemeriksaan kesehatan di klinik IMS dalam 3 bulan terakhir
0 kali 86 54 88 74
1 kali 11 37 7 20
2-3 kali 4 7 2 4
> 3 kali 0 2 3 2
Testing HIV
Pernah ditawari 4 73 53 50
Pernah testing HIV 15 67 40 45
Testing HIV 1 tahun terakhir 9 53 16 29
Menerima manfaat konseling 7 59 29 36
Menerima Hasil Testing HIV 8 53 28 33
Alasan pada testing HIV terakhir (%) dari yang pernah testing saja
Mendapatkan surat keterangan 6 0 0 0
Merasa berrisiko 38 76 75 73
Merasa sakit 13 7 1 5
Diminta seseorang 31 14 8 13

L-29
LAMPIRAN

2009
Waria
Palembang Pontianak Makassar Total
Lainnya 13 3 16 8
HIV, IMS, Gejala/Tanda dan Tindakan
Prevalensi HIV dan IMS lainnya
HIV 5 7 13 9
Sifilis 14 8 16 12
Gonore 23 24 38 29
Klamidia 29 33 38 34
Gonore dan atau klamidia 40 46 56 49
Gejala IMS yang pernah dialami dalam 1 tahun terakhir
Nyeri ketika kencing 7 15 14 13
Benjolan di sekitar kelamin 7 11 17 12
Luka di sekitar kelamin 8 5 8 7
Keluar cairan tidak normal dari kelamin 3 8 9 7
Keluar cairan tidak normal dari anus 4 12 17 12
Benjolan di sekitar anus 7 8 13 10
Salah satu gejala di atas 14 33 39 31
Tindakan yang dilakukan ketika mengalami gejala IMS di atas
Tidak diobati 24 8 22 16
Diobati sendiri 35 17 56 38
Diobati ke Puskesmas/RS 6 67 13 34
Diobati ke dokter 29 3 9 9
Pengobatan tradisional 6 5 0 3

L-30
LAMPIRAN

Tabel 43. Hasil STBP 2009 pada LSL menurut Lokasi Survei

2009
LSL Yogya Tange
Makassar Total
karta rang
Pelaksanaan Survei
Jumlah Pelaksanaan dari Survei sebelumnya 1 1 1
Metode sampling RDS RDS RDS RDS
Jumlah Responden 200 200 200 600
Karakteristik Responden
Umur
15-19 tahun (%) 12 9 42 21
20-24 tahun (%) 40 25 25 30
25-29 tahun (%) 20 28 13 20
30 tahun ke atas (%) 30 39 22 30
Rerata (tahun) 28 28 23 27
Median (tahun) 24 27 21 24
Umur Termuda 15 16 14 14
Umur Tertua 63 81 54 81
Tingkat Pendidikan
Tidak Pernah Sekolah 0 1 1 0
SD 9 4 9 7
SMP 13 13 21 15
SMA 36 58 57 50
Akademi/PT 43 25 14 27
Status Perkawinan
Tidak Menikah 88 83 85 85
Menikah 7 11 11 10
Pernah Menikah 5 6 4 5
Status Tinggal saat ini
Sendiri 42 30 17 29
Bersama teman-teman 17 11 3 10
Bersama keluarga atau saudara kandung 29 38 23 32
Bersama pasangan tetap laki-laki 4 3 0 3
Bersama pasangan tetap perempuan 8 16 57 25
Lainnya 0 2 0 1

L-31
LAMPIRAN

2009
LSL Yogya Tange
Makassar Total
karta rang
Sumber Pendapatan Utama
Menjual Seks 16 1 22 13
Gaji Karyawan 37 71 22 43
Pekerja Bebas 10 12 29 17
Bekerja di salon 5 3 13 7
Uang saku pelajar 10 2 12 8
Lainnya 22 11 2 12
Kondom dan Pelicin
Ketersediaan dan Penggunaan
Membawa kondom dan pelicin 4 14 0 6
Membawa kondom saja 12 20 3 12
Pernah menggunakan kondom 90 78 78 82
Pernah menggunakan pelicin 89 82 75 82
Jenis Pelicin yang digunakan terakhir kali
Air ludah 4 3 15 7
Minyak 4 7 3 4
Pelicin berbahan dasar air 52 25 5 27
Krim/body lotion 30 41 47 39
Tempat terakhir mendapatkan kondom
Tidak pernah punya kondom 10 15 19 14
Warung/toko 9 23 3 12
Apotik/Toko obat 21 14 41 25
Fasilitas Kesehatan 1 1 1 1
Teman 24 33 19 25
LSM 27 10 7 14
Tingkat Pengetahuan dan Sumber Informasi
Tingkat Pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan HIV serta persepsi
berrisiko
Pernah menerima info HIV/AIDS 92 89 86 89
Tahu tidak bisa mendeteksi ODHA hanya dengan
83 76 82 80
melihatnya
Tahu pakai kondom bisa cegah HIV 86 75 80 80
Tahu saling setia dengan 1 pasangan bisa cegah HIV 86 81 71 79
Tahu makan-makanan bergizi tidak mengurangi risiko
41 58 61 53
tertular HIV
Tahu minum antibiotika tidak dapat mengurangi risiko
43 54 56 51
tertular HIV

L-32
LAMPIRAN

2009
LSL Yogya Tange
Makassar Total
karta rang
Tahu gigitan nyamuk tidak menularkan HIV 25 35 43 34
Tahu menggunakan alat makan/minum bersama ODHA
20 33 52 35
tidak menularkan HIV
Tahu menggunakan jarum suntik bekas orang lain dapat
94 93 88 92
menularkan HIV
Tahu HIV bisa ditularkan dari ibu ke anaknya 86 85 76 82
Tahu tentang ART untuk ODHA 70 47 39 52
Memiliki pemahaman salah tentang cara penularan dan
67 81 85 77
pencegahan HIV
Tahu cara penularan dan pencegahan menurut indikator
67 81 85 77
UNGASS
Merasa berrisiko tertular HIV 71 67 47 61
Sumber informasi
Radio 41 40 50 44
TV 83 78 87 83
Koran 78 72 72 74
Poster 83 66 73 74
Petugas kesehatan 39 40 36 39
Petugas lapangan 52 21 36 36
Teman sebaya 82 86 77 82
Konselor 36 21 17 25
Riwayat Perilaku Seks
Umur Pertama Kali Berhubungan Seks
< 15 tahun(%) 24 20 49 31
15-19 tahun (%) 48 38 44 43
20-24 tahun (%) 22 27 7 19
>25 tahun(%) 6 14 2 7
Rerata (tahun) 18 19 16 18
Median (tahun) 18 18 16 17
Usia Termuda 8 8 8 8
Usia Tertua 33 37 27 37
Pasangan Hubungan Seks Pertama Kali
Laki-laki 69 67 40 59
Wanita 30 31 50 37
Waria 1 1 11 4
Perilaku Seks Berrisiko

Umur Pertama kali berhubungan seks dengan

L-33
LAMPIRAN

2009
LSL Yogya Tange
Makassar Total
karta rang
imbalan
< 15 tahun(%) 41 50 32 41
15-19 tahun (%) 25 13 49 29
20-24 tahun (%) 22 21 12 18
>25 tahun(%) 12 14 7 11
Rerata (tahun) 21 22 18 20
Median (tahun) 20 22 17 18
Usia Termuda 10 12 10 10
Usia Tertua 61 45 35 61
Pernah melakukan seks komersial di daerah lain
Kota Lain 1 12 19 11
Provinsi Lain 100 100 99 99
Jenis Pasangan Seks
Punya pasangan seks tetap laki-laki 77 74 40 63
Punya pasangan seks tetap perempuan 20 21 56 33
Pernah jual seks pada laki-laki 1 tahun terakhir 45 30 80 51
Pernah beli seks pada laki-laki 1 tahun terakhir 20 14 19 18
Pernah jual seks pada perempuan 1 tahun terakhir 8 6 24 12
Pernah beli seks pada perempuan 1 tahun terakhir 6 3 28 12
Pernah seks dengan pasangan tidak tetap dan non
95 90 74 86
komersial laki-laki 1 tahun terakhir
Pernah seks dengan pasangan tidak tetap dan non
28 34 70 44
komersial perempuan 1 tahun terakhir
Pernah seks dengan waria 1 tahun terakhir 13 2 57 24
Pernah seks dengan perempuan 1 tahun terakhir 32 37 75 48
Jumlah rupiah yang diterima dari pelanggan terakhir
Rata-rata (ribuan rupiah) 525 290 161 297
Median (ribuan rupiah) 150 200 60 100
Jumlah pelanggan laki-laki dalam 1 minggu terakhir
Rata-rata (penjaja seks) 4 2 3 3
Median (penjaja seks) 2 1 2 2
Jumlah laki-laki yang dibayar dalam 1 bulan terakhir
Rata-rata (laki-laki yang dibayar) 2 2 2 2
Median (laki-laki yang dibayar) 2 1 1 1
Jumlah pasangan seks laki-laki tidak tetap dan non-komersial dalam 1 bulan terakhir
Rata-rata (laki-laki) 2 2 3 2

L-34
LAMPIRAN

2009
LSL Yogya Tange
Makassar Total
karta rang
Median (laki-laki) 1 1 1 1
Perilaku Pencegahan
Perilaku Pencegahan terkait abstinen dan setia
Perilaku abstinence (tidak pernah berhubungan seks
TT TT TT TT
dalam satu tahun terakhir)
Perilaku setia (mempunyai pasangan tetap tetapi tidak
melakukan hubungan seks lainnya dalam 1 tahun 0 0 0 0
terakhir)
Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks anal dengan pelanggan laki-laki
dalam 1 minggu terakhir
Tidak pernah 17 20 27 37
Kadang-kadang 29 24 10 37
Sering 48 18 7 27
Selalu 37 20 12 31
Pakai kondom pada hubungan seks anal komersial
71 53 45 54
terakhir
Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks anal dengan laki-laki yang
dibayar dalam 1 bulan terakhir
Tidak pernah 15 29 50 35
Kadang-kadang 8 52 8 23
Sering 8 10 8 8
Selalu 69 10 35 33
Pakai kondom pada hubungan seks anal terakhir
63 52 48 54
dengan laki-laki yang dibayar
Frekuensi menggunakan kondom saat hubungan seks anal dengan laki-laki tidak tetap
dan non-komersial dalam 1 bulan terakhir
Tidak pernah 16 28 51 31
Kadang-kadang 24 31 24 27
Sering 20 14 7 14
Selalu 40 26 19 28
Pakai kondom pada hubungan seks anal terakhir
dengan pasangan seks laki-laki tidak tetap dan non- 65 58 43 56
komersial
Perilaku Berrisiko Terkait dengan Penggunaan Napza Suntik
Riwayat penggunaan napza suntik
Pernah menggunakan napza suntik 3 1 12 5
Menggunakan napza suntik dalam 1 tahun terakhir 1 1 7 3
Cakupan Intervensi

Cakupan intervensi program HIV/AIDS dalam

L-35
LAMPIRAN

2009
LSL Yogya Tange
Makassar Total
karta rang
1 tahun terakhir
Menghadiri pertemuan/diskusi 47 28 27 34
Membawa barang cetakan 60 52 39 50
Mendengar radio/ mononton TV/DVD 12 9 8 9
Frekuensi diskusi cara pencegahan/penularan HIV dengan petugas lapangan LSM dalam
3 bulan terakhir
0 kali 74 87 90 83
1 kali 12 5 8 8
2-3 kali 9 3 3 5
> 3 kali 7 6 1 4
Frekuensi menerima kondom gratis dalam 3 bulan terakhir
0 kali 64 81 89 78
1 kali 16 5 9 10
2-3 kali 11 4 2 6
> 3 kali 9 11 1 7
Frekuensi pemeriksaan kesehatan di klinik IMS dalam 3 bulan terakhir
0 kali 83 82 92 85
1 kali 14 10 5 9
2-3 kali 4 6 2 4
> 3 kali 1 3 1 2
Testing HIV
Pernah ditawari 62 51 28 47
Pernah testing HIV 38 26 13 25
Testing HIV 1 tahun terakhir 27 23 7 19
Menerima manfaat konseling 36 25 10 24
Menerima Hasil Testing HIV 32 25 9 22
Alasan pada testing HIV terakhir (%) dari yang pernah testing saja
Mendapatkan surat keterangan 1 4 8 3
Merasa berrisiko 68 84 73 74
Merasa sakit 0 0 0 0
Diminta seseorang 1 2 8 3
Lainnya 29 10 12 20
HIV, IMS, Gejala/Tanda dan Tindakan
Prevalensi HIV dan IMS lainnya
HIV 7 10 3 7
Sifilis 13 10 1 8

L-36
LAMPIRAN

2009
LSL Yogya Tange
Makassar Total
karta rang
Gonore 15 25 13 17
Klamidia 17 28 7 17
Gonore dan atau klamidia 28 39 15 27
Gejala IMS yang pernah dialami dalam 1 tahun terakhir
Nyeri ketika kencing 25 25 42 30
Benjolan di sekitar kelamin 5 4 10 6
Luka di sekitar kelamin 8 4 20 11
Keluar cairan tidak normal dari kelamin 12 19 18 16
Keluar cairan tidak normal dari anus 4 2 5 4
Benjolan di sekitar anus 8 7 14 10
Salah satu gejala di atas 36 35 51 40
Tindakan yang dilakukan ketika mengalami gejala IMS di atas
Tidak diobati 15 17 23 19
Diobati sendiri 35 33 56 43
Diobati ke Puskesmas/RS 25 22 11 18
Diobati ke dokter 25 28 10 19
Pengobatan tradisional 0 0 0 0

L-37
LAMPIRAN

Tabel 44. Hasil STBP 2009 pada Penasun menurut Lokasi Survei

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
Pelaksanaan Survei
Jumlah Pelaksanaan dari Survei sebelumnya 1 1 1 1
Metode sampling RDS RDS RDS RDS
Jumlah Responden 200 80 200 201 680
Karakteristik Responden
Umur
(%) <20 Thn 15 15 25 5 15
(%) 20-24 37 30 23 30 30
(%) 25-29 26 33 29 42 32
(%) 30 Thn + 23 23 24 23 23
Rata-rata (Tahun) 25 25 25 26 25
Median (Tahun) 24 25 25 26 25
Umur Termuda 14 16 15 16 14
Umur Tertua 44 40 43 48 48
Tingkat pendidikan
(%) Tidak sekolah 0 0 2 0 0
(%) SD 10 3 7 3 6
(%) SLTP 16 25 20 19 19
(%) SLTA 57 60 53 44 52
(%) Akademi/PT 17 13 19 33 22
Status pernikahan
(%) Belum kawin 72 75 76 63 71
(%) Kawin 25 19 20 27 23
(%) Cerai 4 6 4 10 6
Status tinggal saat ini
(%) Sendiri 11 4 11 5 8
(%) Dengan istri/pasangan tetap 15 16 14 15 15
(%) Dengan saudara/keluarga 56 76 67 76 67
(%) Dengan teman 14 4 9 3 8
Sumber pendapatan utama dalam 1 bulan terakhir
(%) Tidak bekerja 3 5 1 11 5

L-38
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
(%) Gaji karyawan 10 21 24 22 19
(%) Pekerja bebas 72 60 54 45 57
(%) Uang saku pelajar 16 8 18 16 15
(%) Lainnya 1 4 3 5 3
Tingkat Pengetahuan dan Sumber Informasi
Tingkat pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan HIV serta persepsi
berisiko
(%) Pernah Menerima info HIV/AIDS 85 75 93 95 89
(%) Tahu tidak bisa mendeteksi ODHA hanya
12 29 12 34 20
dengan melihatnya
(%) Tahu pakai kondom bisa cegah HIV 88 61 85 88 84
Tahu saling setia dengan 1 pasangan bisa
87 66 86 85 84
cegah HIV
Tahu makan-makanan bergizi tidak
61 34 41 33 43
mengurangi risiko tertular HIV
Tahu minum antibiotika tidak dapat
48 41 48 39 44
mengurangi risiko tertular HIV
(%) Tahu gigitan nyamuk tidak menularkan
17 31 25 28 24
HIV
(%) Tahu menggunakan alat makan/minum
24 26 28 30 27
bersama ODHA tidak menularkan HIV
(%) Tahu menggunakan jarum suntik bekas
95 86 96 96 95
orang lain bisa menularkan HIV
(%) Tahu HIV bisa ditularkan dari ibu ke
91 74 80 80 83
bayinya
(%) Tahu tentang ART untuk ODHA 78 33 64 57 62
(%) Memiliki pemahaman salah tentang cara
56 63 68 80 67
penularan & pencegahan HIV
(%) Tahu cara penularan & pencegahan
33 21 43 28 33
menurut indikator UNGASS
(%) Merasa berisiko tertular HIV 67 79 80 68 72
Sumber informasi
Radio 55 45 32 49 45
TV 84 85 88 93 88
Koran 78 72 63 83 74
Poster 82 83 80 81 81
Petugas kesehatan 46 52 66 65 58
Petugas lapangan 34 28 51 63 48
Teman sebaya 65 85 87 92 82

L-39
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
Konselor 24 35 32 47 35
Perilaku Seks
Umur pertama kali berhubungan seks
(%) Belum pernah berhubungan seks 4 10 8 2 5
(%) <15 Thn 20 10 17 14 16
(%) 15-19 Thn 63 59 59 72 64
(%) 20-24 Thn 15 18 21 12 16
(%) 25 Thn + 3 14 5 2 4
Frekuensi hubungan seks
(%) Pernah berhubungan seks 1 tahun
91 85 81 87 86
terakhir
Rata-rata jumlah berhubungan seks 1 bulan
7 6 6 7 7
terakhir
Median jumlah berhubungan seks 1 bulan
4 3 4 4 4
terakhir
Pasangan seks dalam 1 tahun terakhir
(%) Punya pasangan seks tetap 77 48 63 76 69
(%) Punya pasangan seks tidak tetap dan
48 37 52 37 44
non-komersial
(%) Pernah membeli seks 42 56 39 32 40
(%) Pernah menjual seks 9 21 13 8 11
Rata-rata jumlah pasangan seks 1 tahun
7 5 8 5 6
terakhir
Median jumlah pasangan seks 1 tahun terakhir 4 3 4 3 3
Pernah Membeli dan Menjual Seks 1 tahun terakhir
Membeli pada perempuan 38 48 31 28 34
Rata-rata jumlah perempuan yang dibayar
6 4 5 4 5
dalam setahun terakhir
Median jumlah perempuan yang dibayar
4 2 3 3 3
dalam setahun terakhir
Membeli seks pada waria 2 3 1 0 1
Rata-rata jumlah waria yang dibayar dalam
3 2 2 2 2
setahun terakhir
Median jumlah waria yang dibayar dalam
3 2 2 2 2
setahun terakhir
Membeli seks pada laki-laki 0.0 0.0 1.0 0.0 0.3
Rata-rata jumlah laki-laki yang dibayar dalam
0 0 2 0 0
setahun terakhir
Median jumlah laki-laki yang dibayar dalam
0 0 1 0 0
setahun terakhir

L-40
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
Menjual pada perempuan 7 15 9 6 8
Menjual seks pada waria 1 0 3 0 1
Menjual seks pada laki-laki 1 3 1 0 1
Perilaku Terkait Napza suntik
Umur pertama kali menyuntikan Napza
(%) <15 Thn 88 91 97 87 91
(%) 15-19 Thn 11 5 3 10 8
(%) 20-24 Thn 2 3 0 2 1
(%) 25 Thn + 0 1 1 1 0
Lama menjadi pengguna Napza suntik
(%) 1 Thn 20 5 18 5 13
(%) 1-3 Thn 37 25 29 21 28
(%) 3-5- Thn 12 15 16 11 13
(%) > 5 Thn 32 55 37 63 45
Rata-rata lama menjadi Penasun (Tahun) 4 6 4 7 5
Median lama menjadi Penasun (Tahun) 2 5 3 7 4
Jenis Napza yang disuntikan dalam 1 tahun terakhir
(%) Heroin 96 95 98 81 92
(%) Diazepam 6 11 2 6 5
(%) Amphetamine 16 26 11 4 12
(%) Subutex 11 18 1 64 24
(%) Ekstasi 6 4 6 2 5
Rupiah yang digunakan untuk membeli Napza dalam 1 minggu terakhir
Rata-rata (ribuan rupiah) 184 290 278 655 365
Median (ribuan rupiah) 65 150 200 350 200
Frekuensi menyuntikan Napza
Rata-rata kemarin (kali) 1 1 1 1 1
Median kemarin (kali) 0 1 0 1 1
Rata-rata 1 minggu terakhir (kali) 3 6 4 8 5
Median 1 minggu terakhir (kali) 2 3 2 7 2
Rata-rata frekuensi menyuntik perhari dalam 1 bulan terakhir
(%) Sehari sekali 14 18 26 17 19
(%) 2-3 kali sehari 29 24 42 41 36
(%) 4 kali atau lebih 4 4 9 4 5
(%) Tidak teratur 54 54 24 38 40

L-41
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
Jumlah orang yang menyuntik bersama
(%) Menyuntik sendiri saat terakhir nyuntik 31 10 33 20 26
Rata-rata saat terakhir nyuntik (orang) 4 3 4 3 4
Median saat terakhir nyuntik (orang) 4 3 3 3 3
(%) Menyuntik sendiri dalam 1 minggu
31 10 33 20 26
terakhir
Rata-rata dalam 1 minggu terakhir (orang) 4 3 6 4 4
Median dalam 1 minggu terakhir (orang) 4 3 4 3 4
Frekuensi berbagi Napza setelah dicampur air (setting basah) dalam 1 minggu terakhir
(%) Tidak pernah 20 22 42 62 40
(%) kadang-kadang 15 15 36 18 21
(%) Sering 21 27 15 12 17
(%) Selalu 44 36 7 8 21
Frekuensi membeli Napza secara patungan dalam 1 minggu terakhir
(%) Tidak pernah 38 10 37 31 32
(%) kadang-kadang 11 25 25 30 22
(%) Sering 13 30 26 26 23
(%) Selalu 38 34 13 12 22
Perilaku menyuntik berisiko
(%) Berbagi jarum pada hari terakhir
44 60 34 17 35
menyuntik
(%) Pernah menggunakan jarum umum 1
18 36 23 15 21
minggu terakhir
(%) Pernah meminjam jarum dalam 1 minggu
9 45 26 10 18
terakhir
(%) Pernah meminjamkan jarum dalam 1
11 50 20 12 19
minggu terakhir
(%) Menyuntik bersama di kota lain 1 tahun
45 53 27 30 36
terakhir
Perilaku membawa jarum dalam 1 minggu terakhir
(%) Selalu bawa jarum sendiri 10 19 15 39 21
(%) Tidak bawa jarum karena takut ditangkap 75 89 71 84 77
(%) Tidak bawa jarum karena tidak nyuntik di
16 5 22 4 14
luar rumah
(%) Tidak bawa jarum karena alasan lainnya 10 6 7 12 9
Tempat menyuntik 1 minggu terakhir
(%) Di rumah/kos-kosan sendiri 33 60 27 64 43
(%) Di rumah/kos-kosan teman 59 65 46 64 57

L-42
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
(%) Di rumah kosong yang tidak ditinggali 12 40 17 22 20
(%) Di gang-gang kampung 4 16 8 10 8
(%) Di taman 3 18 3 3 5
(%) Di toilet umum (di restoran,mal/toko) 14 29 8 21 16
(%) Lainnya 10 19 28 9 16
Perilaku Pencegahan HIV
Perilaku Pencegahan Terkait Perilaku Seks
Perilaku abstinence (tidak pernah
3 6 2 1 2
berhubungan seks dalam satu tahun terakhir)
Perilaku setia (mempunyai pasangan tetap
tetapi tidak melakukan hubungan seks lainnya 41 45 43 48 44
dalam 1 tahun terakhir)
Sumber jarum suntik bersih dalam 1 minggu terakhir
(%) Penjual/toko 33 69 40 48 44
(%) Teman 51 40 12 34 33
(%) Program pertukaran jarum 7 14 1 41 16
Akses jarum 100 100 100 99 100
Tempat program pertukaran jarum untuk mendapatkan jarum yang bersih dalam 1
minggu terakhir
(%) Puskesmas 50 60 89 69 68
(%) Drop In Center 52 64 89 66 68
(%) Petugas LSM 52 60 89 73 70
(%) Satelite 50 65 89 66 97
Tingkat pemakaian kondom pada hubungan seks terakhir
(%) Dengan pasangan tetap 37 21 40 25 33
(%) Dengan pasangan tidak tetap dan non-
46 33 39 33 39
komersial
(%) Pada saat jual seks 38 36 5 50 29
Selalu pakai kondom pada hubungan seks 1 bulan terakhir
(%) Dengan pasangan tetap 15 4 16 11 13
(%) Dengan pasangan tidak tetap dan non-
30 10 17 17 21
komersial
(%) Pada saat jual seks 9 25 0 8 7
Selalu pakai kondom pada hubungan seks 1 tahun terakhir
(%) Dengan pasangan tetap 12 8 18 10 13
(%) Dengan pasangan tidak tetap dan non-
24 4 20 16 19
komersial
(%) Pada saat jual seks 13 14 5 7 9

L-43
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
Informasi tentang Penjara
Riwayat dipenjara
(%) Pernah dipenjara 69 69 63 50 62
(%) Di penjara dalam 1 tahun terakhir karena
10 20 26 14 17
Napza
(%) Di penjara dalam 1 tahun terakhir karena
4 2 2 1 2
non-Napza
(%) Menyuntikan Napza pertama kali di
2 13 4 3 4
penjara
Program pengendalian HIV di penjara (% dari yang pernah di penjara 1 tahun terakhir)
(%) Mendapat informasi HIV/AIDS 28 44 59 15 33
(%) Menerima kondom 13 24 9 21 13
Cakupan Intervensi
Cakupan program pengendalian HIV
(%) Pernah bertemu petugas lapangan 45 38 65 67 56
(%) Pernah mendengar program terapi
53 70 75 75 70
substitusi
(%) Tahu tempat layanan terapi substitusi 77 76 93 88 87
Frekuensi diskusi cara pencegahan/penularan HIV dengan petugas lapangan LSM dalam
3 bulan terakhir
0 kali 38 62 38 22 34
1 kali 12 14 26 13 18
2-3 kali 28 7 26 22 24
> 3 kali 21 17 10 42 24
Informasi yang diterima dari petugas lapangan dalam 1 tahun terakhir
(%) Menerima info menyuntik aman/over
55 50 62 74 64
dosis
(%) Menerima info penularan HIV 78 63 85 89 83
(%) Menerima info testing HIV 52 47 78 70 67
(%) Menerima info kondom 74 60 68 71 70
(%) Menerima info kelompok dukungan 34 40 48 54 46
(%) Menerima info kesehatan dasar 53 20 52 64 54
(%) Menerima info program substitusi 40 20 67 67 57
(%) Menerima info infeksi menular seksual 65 47 59 61 60
(%) Menerima info program
28 10 41 58 41
detoksifikasi/rehabilitasi
(%) Menerima info program perawatan &
36 17 46 43 40
dukungan ODHA

L-44
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
Menerima/memanfaatkan layanan program pengendalian HIV dalam 1 tahun terakhir
(%) Memanfaatkan layanan testing HIV 39 23 57 34 42
(%) Menerima kondom 29 27 35 36 33
(%) Memanfaatkan program kelompok
dukungan
(%) Memanfaatkan layanan kesehatan dasar 35 13 32 40 34
(%) Memanfaatkan program substitusi 20 7 58 33 37
(%) Memanfaatkan layanan IMS 39 20 30 10 24
(%) Memanfaatkan program
20 3 28 21 22
detoksifikasi/rehabilitasi
(%) Memanfaatkan program perawatan &
26 3 30 14 21
dukungan ODHA
Testing HIV
(%) Pernah ditawari 43 48 66 65 57
(%) Pernah testing HIV 31 33 54 37 40
(%) Testing HIV 1 tahun terakhir 19 13 35 22 23
(%) Menerima manfaat konseling 27 28 52 34 36
(%) Menerima Hasil testing HIV 28 30 47 33 35
Alasan pada testing HIV terakhir ((%) dari yang pernah testing saja)
(%) Mendapatkan surat keterangan 0 0 0 0 0
(%) Persiapan menikah 2 0 0 1 1
(%) Merasa berisiko 63 52 72 57 64
(%) Merasa sakit 10 28 1 7 7
(%) Diminta seseorang 18 0 5 12 9
HIV, IMS, Gejala/Tanda dan Tindakan
Prevalensi HIV dan IMS Lainnya
(%) HIV 7 40 32 37 27
(%) Sifilis 1 1 1 1 1
(%) Gonore
(%) Infeksi Klamidia
(%) Gonore dan atau Infeksi Klamidia
Gejala IMS yang pernah dialami dalam 1 tahun terakhir
(%) Nyeri ketika kencing 22 33 25 23 24
(%) Benjolan di sekitar kelamin 9 14 13 11 11
(%) Luka di sekitar kelamin 9 19 13 10 12
(%) Keluar cairan tidak normal dari kelamin 11 13 15 11 12
(%) Salah satu gejala di atas 29 38 34 31 32

L-45
LAMPIRAN

2009
PENASUN Yogya Tange Pontia Makas
Total
karta rang nak sar
Tindakan yang dilakukan ketika mengalami gejala IMS di atas
(%)Tidak diobati 39 26 31 29 31
(%) Diobati sendiri 27 26 45 39 37
(%) Diobati ke Puskesmas/RS 5 13 9 18 11
(%) Diobati ke dokter 29 35 15 14 20

Tabel 45. Hasil STBP 2009 pada Remaja menurut Lokasi Survei dan Jenis
Kelamin

2009

Laki-laki Perempuan
Remaja
Yogya Tange Pontia Sama Yogy Tange Pontia Sama
Total Total
karta rang nak rinda akarta rang nak rinda
Pelaksanaan Survei

Jumlah Pelaksanaan dari Survei


sebelumnya 1 1 1 1 1 1 1 1

Metode sampling PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS PPS

Jumlah Responden 498 511 485 462 1,956 495 489 521 537 2,042

Karakteristik Responden

Tinggal dengan

(%) Dengan orang tua kandung 78 95 75 86 83 71 93 77 85 82

(%) Dengan orang tua


angkat/tiri 0 1 1 1 1 0 0 2 1 1

(%) Dengan saudara/famili 8 3 14 10 9 7 5 15 8 9

(%) Dengan lainnya 14 1 11 4 7 21 1 5 6 8


Pengetahuan dan Persepsi

Persepsi tentang apa itu HIV/AIDS

(%) Penyakit kelamin 54 46 53 51 51 54 44 49 50 49

(%) Penyakit yang belum bisa


disembuhkan 61 66 62 58 62 72 68 63 61 66

(%) Penyakit yang ditularkan


melalui kontak darah/jarum
suntik/seksual 93 91 92 83 90 95 95 94 91 94

Pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan pencegahannya

(%) Tahu tidak bisa mendeteksi


ODHA hanya dengan
melihatnya 67 60 64 53 61 69 64 68 60 65

(%) Tahu tidak melakukan


hubungan seksual dapat
mencegah HIV 64 68 69 73 69 67 73 72 74 72

L-46
LAMPIRAN

(%) Tahu minum obat/ramuan


sebelum hubungan seks tidak
dapat mengurangi risiko
tertular HIV 81 81 72 68 76 88 81 75 79 81

(%) Tahu pakai kondom bisa


cegah HIV 90 79 85 84 84 75 66 67 69 70
(%) Tahu menggunakan jarum
suntik bersama bisa
menularkan HIV 93 82 83 86 86 94 91 87 89 90

(%) Tahu gigitan nyamuk tidak


menularkan HIV 82 92 86 88 87 88 92 90 95 91

(%) Tahu menggunakan


pakaian atau alat makan/minm
bersama ODHA tidak
menularkan HIV 72 71 68 70 70 28 37 36 34 34

(%) Tahu saling setia dengan 1


pasangan bisa cegah HIV 87 72 77 75 78 87 78 78 83 81

(%) Tahu makan makanan


bergizi tidak mengurangi risiko
tertular HIV 64 60 63 69 64 59 63 66 64 63

Stigma dan Diskriminasi


Mengenal Penderita HIV/AIDS

(%) Teman yang HIV/AIDS 2 4 8 2 4 2 2 7 3 4

(%) Keluarga yang HIV/AIDS 2 2 4 2 3 3 3 7 3 4

Perlakuan yang dilakukan pada penderita HIV/AIDS yang dikenal

(%) Mengucilkan 2 3 4 4 3 1 1 3 1 2
(%) Menjaga jarak 27 40 44 30 35 27 46 47 40 40

(%) Bersikap seperti biasa 54 40 38 47 44 58 36 35 38 42

Perilaku Berrisiko
Riwayat hubungan seks

(%) Pernah berhubungan seks 14 8 11 16 12 5 2 5 5 5

(%) Berhubungan seks dengan


pacar dalam 1 tahun terakhir 15 9 12 15 13 5 3 6 5 5

(%) Berhubungan seks


komersial dalam 1 tahun
terakhir 1 0 1 2 1 0 0 0 0 0

(%) Berhubungan seks anal


dalam 1 tahun terakhir 1 2 4 3 3 1 1 1 1 1

Rata-rata jumlah pasangan


seks dalam 1 tahun terakhir
(dari yang pernah berhubungan
seks) 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0
Riwayat penggunaan
Napza

(%) Pernah menggunakan


Napza 11 13 13 8 11 2 2 2 2 2

(%) Pernah menggunakan


Napza suntik 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0

Cakupan Intervensi
Mendengar informasi tentang HIV/AIDS dari:

L-47
LAMPIRAN

(%) Radio 54 34 38 33 40 61 31 38 33 41

(%) Televisi 92 94 96 94 94 93 95 93 90 93

(%) Surat
kabar/Majalah/Tabloid 70 56 70 60 64 81 64 70 73 72

(%) Selebaran/Poster 58 36 39 41 44 63 35 39 42 45

(%) Petugas kesehatan 57 35 51 42 46 61 35 58 45 50

(%) Guru 76 63 71 64 68 88 77 77 70 78

(%) Teman 68 55 59 58 60 75 63 56 60 63

(%) Keluarga 48 40 42 38 42 62 46 47 49 51

(%) Baliho/bilboard 36 19 23 26 26 39 10 19 17 21

(%) Petugas LSM 29 13 16 14 18 28 8 15 13 16

Pesan iklan kondom yang ditangkap

(%) Menambah kenikmatan


dalam hubungan seks 30 26 24 18 24 22 16 13 12 16

(%) Mencegah penyakit


kelamin/HIV 84 81 80 76 80 70 63 57 62 63

(%) Mencegah kehamilan (KB) 80 75 76 74 76 75 72 75 71 73

Cakupan intervensi di sekolah

(%) Menerima penyuluhan


kesehatan reproduksi 48 32 38 33 38 62 23 42 34 40

(%) Menerima penyuluhan


infeksi menular seksual 43 21 28 22 29 42 10 25 25 25

(%) Menerima penyuluhan


HIV/AIDS 77 63 66 60 67 77 64 69 72 70

(%) Menerima penyuluhan


narkoba/Napza 83 76 71 77 77 85 71 74 85 79

(%) Menerima Life Skill


Education untuk menolak
seks/Napza 40 29 25 34 32 50 36 28 35 37

(%) Ada kegiatan peer


education di sekolahnya 32 21 20 20 23 38 16 24 20 25

Perilaku Pencegahan

Tingkat pemakaian kondom (% dari yang berhubungan seks)

(%) Pakai kondom pada


hubungan seks terakhir 9 5 7 9 7 3 1 3 3 3

(%) Pakai kondom pada


hubungan seks anal terakhir 0 1 2 1 1 1 0 0 0 0

(%) Selalu pakai kondom pada


hubungan seks 1 tahun terakhir 3 0 1 2 1 0 0 1 1 1

L-48

Anda mungkin juga menyukai