Anda di halaman 1dari 13

ANOTASI BIBLIOGRAFI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampuh : Achmad Busrotun Nufus, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

NAMA : ROHIM HIDAYAT


NPM : 1910502038

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayahnya, sehingga
penulis diberi kesehatan, kekuatan, petunjuk, motivasi dan kemudahan dalam
merampungkan penulisan anotasi bibliografi ini.

Anotas bibliografi ini berisi tentang kajian teori, konsep, hasil penelitian
terkait dimensi keilmuan pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang dikutip dan
bersumber dari sebahagian besar jurnal dan buku. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca guna menambah khasanah/wawasan terkait
pendidikan kewarganegaraan (PKn).

Magelang,22 April 2020

Rohim Hidayat
”UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

DAN PENDEKATAN ASTAGATRA DALAM PEMECAHAN MASALAH”

1. GEOSTRATEGI SEBAGAI KETAHANAN NASIONAL

Ketahanan Nasional dapat dikatakan sebagai konsep geostrateginya bangsa


Indonesia. Dengan kata lain, geostartegi bangsa Indonesia diwujudkan melalui
konsep ketahanan nasional. Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam
memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan
tujuan nasional. Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa Indonesia
memiliki pengertian bahwa konsep ketahanan nasional merupakan pendekatan
yang digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dalam
rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Ketahanan nasional sebagai suatu
pendekatan merupakan salah satu pengertian dari konsepsi ketahan nasional itu
sendiri.

Komentar :

Referensi :

Nasional, L. K. (2009). Ketahanan nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

2. HAKIKAT PENGUASAAN KETAHANAN NASIONAL

Ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan
ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung
ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam perjuangan mencapai cita-
cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar dari berbagai ancaman-
ancaman yang kadang-kadang membahayakan keselamatannya. Cara agar dapat
menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki
kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional.
Kondisi atau situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-
ubah tidak statik. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya
maupun besarnya. Karena itu ketahanan nasional harus selalu dibina dan
ditingkatkan, sesuai dengan kondisi serta ancaman yang akan dihadapi. Dan
inilah yang disebut dengan sifat dinamika pada ketahanan nasional.

Komentar :

Pada hakikatnya Ketahanan Nasional merupakan kondisi sekaligus konsepsi


pembangunan nasional dalam pencapaian tujuan dan cita – cita bangsa. Sebagai
suatu kondisi, Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis bangsa yang
berisi ketangguhan serta keuletan dan kemampuan bangsa untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan
bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar, yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sebagai kondisi, Ketahanan
Nasional merupakan kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan dan
dibina secara dini, terus menerus, terpadu dan sinergis. Sebagai konsepsi,
Ketahanan Nasional merupakan landasan konsepsional strategis yang sekaligus
merupakan pisau analisis untuk memecahkan berbagai permasalahan strategis
bangsa melalui pendekatan 8 (delapan) aspek kehidupan nasional (asta gatra)
yang terdiri dari 3 (tiga) aspek alamiah (tri gatra) yang bersifat statis dan 5
(lima) aspek kehidupan (panca gatra) yang bersifat dinamis.
Referensi :

Fauzi, R., & Kom, M. (2017). HUBUNGAN PENGUASAAN KETAHANAN


NASIONAL DENGAN HASIL BELAJAR SEJARAH MATERI POKOK
IDENTITAS NASIONAL DI KELAS X SMA SWASTA KARYA BARU
PADANGSIDIMPUAN Oleh: RINAWATI. JURNAL PENDIDIKAN
IPS, 1(IIg), 1822-1822.

3. KETAHANAN NASIONAL, PERTAHANAN, DAN BELA NEGARA

Ketahanan Nasional sangat bergantung pada kemampuan mengoptimasi fungsi


aspek atau gatra alamiah sebagai modal dasar untuk menciptakan aspek dinamis
yang merupakan kekuatan dalam penyelenggaraan kehidupan nasional. Aspek
alamiah terdiri dari tiga gatra (tri gatra), yaitu gatra geografi, gatra demografi,
dan gatra sumber kekayaan alam (SKA). Sedangkan aspek dinamis terdiri dari
lima gatra (panca gatra) yang mencakup gatra ideologi, gatra politik, gatra
ekonomi, gatra sosial budaya dan gatra pertahanan dan keamanan. Gabungan tri
gatra dan panca gatra disebut sebagai asta gatra atau delapan aspek Ketahanan
Nasional. Untuk mencapai tujuan nasional, asta gatra yang menyusun Ketahanan
Nasional memerlukan suatu sistem pelaksanaan terintegrasi yang mengacu pada
dinamika geopolitik. Sistem terintegrasi itu dapat dituangkan dalam suatu sistem
bela negara yang sudah memiliki pijakan hukum kuat pada UUD NRI 1945,
serta Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (UU
No.3/2002). Pasal 9 UU No.3/2002 menyebutkan:
1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara;
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: a. pendidikan
kewarganegaraan; b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. pengabdian
sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib;
dan d. pengabdian sesuai dengan profesi.

Komentar :
Ketahanan Nasional merupakan landasan konsepsional strategis yang sekaligus
merupakan pisau analisis untuk memecahkan berbagai permasalahan strategis
bangsa melalui pendekatan 8 (delapan) aspek kehidupan nasional (asta gatra) yang
terdiri dari 3 (tiga) aspek alamiah (tri gatra) yang bersifat statis dan 5 (lima) aspek
kehidupan (panca gatra) yang bersifat dinamis.

Peran dan hubungan diantara kedelapan gatra saling terkait dan saling tergantung
secara utuh menyeluruh membentuk tata laku masyarakat dalam kehidupan
nasional. Dalam implementasinya, ketahanan nasional diselenggarakan dengan
mengutamakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan
keamanan (security approach) yang serasi, selaras dan seimbang. Kesejahteraan
dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besar kemakmuran yang
adil dan merata, rohaniah, dan jasmaniah. Sementara itu, keamanan harus
dipahami sebagai kemampuan bangsa dalam melindungi nilai-nilai nasionalnya
terhadap ancaman dari luar dan dari dalam, termasuk di dalamnya melindungi
pancasila sebagai dasar negara (philosophi gronslag). Dalam perspektif Ketahanan
Nasional, pertahanan negara Indonesia tidak terlepas dari pengaruh dan dinamika
kondisi yang terkait dengan delapan aspek kehidupan nasional di atas. Konsep
keseimbangan dan saling keterkaitan antar satu gatra dengan gatra lainnya serta
sistem pertahanan negara yang bersifat kesemestaan, mencerminkan adanya
keterhubungan yang kuat antara kondisi Ketahanan Nasional dengan Pertahanan
Negara secara menyeluruh.

Referensi :

Soepandji, K. W. (2018). Konsep Bela Negara Dalam Perspektif Ketahanan


Nasional. Jurnal Hukum & Pembangunan, 48(3), 436-456.

4. UNSUR PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA

Unsur pertahanan keamanan negara merupakan salah satu fungsi pemerintahan


negara. Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara
sebagai bentuk dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan
Undang Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara
Indonesia bersifat semesta dengan menempatkan Tentara Nasional Indonesia
(TNI) sebagai komponen utama pertahanan, didukung oleh komponen cadangan
dan komponen pendukung, terutama dalam hal menghadapi bentuk ancaman
militer. Sedangkan dalam menghadapi ancaman non militer, sistem pertahanan
menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi.
Komentar :

Dalam jurnal ini dapat diketahui bahwasanya upaya penyelenggaraan pertahanan


negara bersifat semesta didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Didalam sistem pertahanan negara
ini menempatkan lembaga pemerintahan di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung
oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa dalam menghadapi ancaman non
militer. Pengimplementaian dari sistem ini melibatkan seluruh warga negara,
wilayah,dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselengarakan secara total,terpadu,terarah,dan berlanjut.Sistem
pertahanan ini menempatkan TNI sebagai komponen uatama dengan didukung
oleh komponen cadangan dan pendukung.

Referensi :

Pendidikan, K., & Indonesia, K. R. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan.


5. PENDEKATAN ASTA GATRA DALAM MEWUJUDKAN
KETAHANAN NASIONAL DALAM ASPEK PERTAHANAN DAN
KEAMANAN
Dalam hal gatra pertahanan dan keamanan, kepentingan nasional Indonesia yang
vital dan permanen adalah tetap tegak dan utuhnya NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Dalam mewujudkan kepentingan nasional tersebut,
pertahanan negara Indonesia diselenggarakan untuk menangkal dan mencegah
segala bentuk ancaman dan gangguan, baik yang bersumber dari luar maupun dari
dalam negeri. Dalam mewujudkan komitmen bangsa Indonesia yang anti-
penjajahan dan penindasan suatu bangsa terhadap bangsa yang lain, orientasi
penyelenggaraan pertahanan negara diarahkan untuk sebesar-besarnya
mewujudkan daya tangkal bangsa yang handal.

Komentar :
Referensi :

Pendidikan, K., & Indonesia, K. R. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan.

6. PENDEKATAN ASTA GATRA DALAM MEWUJUDKAN


KETAHANAN NASIONAL DALAM ASPEK PERTAHANAN DAN
KEAMANAN

Pembinaan kehidupan politik dewasa ini mengarah pada sistem politik demokrasi dan
budaya demokrasi. Pengembangan sistem politik diarahkan pada penyempurnaan
struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan demokrasi dengan
menata hubungan antara kelembagaan politik dan kelembagaan pertahanan keamanan
dalam kehidupan bernegara. Di sisi lain pengembangan budaya politik yang
dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai demokratis terus diupayakan melalui
penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik demokratis, terutama
penghormatan nilainilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti-kekerasan, serta nilai-nilai
toleransi, melalui berbagai wacana dan media serta upaya mewujudkan berbagai
wacana dialog bagi peningkatan kesadaran mengenai pentingnya memelihara
persatuan bangsa. Jika kehidupan politik berlangsung demokratis dan stabil maka
ketahanan politik bangsa akan terjaga.

Komentar :
Referensi :

Pendidikan, K., & Indonesia, K. R. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan.

7. RADIKALISME DAN UPAYA DERADIKALISME

Radikalisme memiliki keterkaitan erat dengan terorisme, keduanya merupakan


tindakan kekerasan atau ancaman bagi kehidupan masyarakat. Tindak kejahatan
tersebut sesungguhnya dilakukan oleh sekelompok minoritas yang menolak dan
sekaligus tidak percaya lagi pada sistem dan proses demokrasi yang ada. Gerakan
tersebut menginginkan adanya perubahan sosial dan politik secara drastis dengan
kekerasan, sedangkan agama dijadikan sebagai fondasi yang dipahami secara
ekstrem. Keberadaan paham radikalisme memunculkan upaya untuk
menanggulanginya, salah satunya adalah deradikalisme. Selain itu yang tidak
kalah pentingnya adalah upaya yang dilakukan para stakeholders yang
bertanggungjawab mengemban tugas tersebut. Peran TNI-Polri dalam upaya
deradikalisme perkembangan terorisme di Indonesia dinaungi oleh undang-
undang, meskipun pada tataran lain, upaya yang dijalankan dipandang oleh
banyak pihak masih belum terjadi sinergi yang optimal.

Komentar :
Referensi :

Prasetyo, D. (2016). Sinergi TNI-Polri dalam Deradikalisasi Terorisme di


Indonesia. Jurnal Keamanan Nasional, 2(1), 35-58.

8. Ancaman Ketahanan Nasional

Menurut Edy Prasetyono (dalam M.Riefqi Muna, 2002), Undang-Undang No. 3/


2002 mengidentifikasi bahwa sumber ancaman terhadap Indonesia dengan posisi
geografis yang terbuka bersifat kompleks, tidak hanya dalam bidang militer,
melainkan juga dalam bidang non militer, baik dari dalam maupun dari luar. Yang
paling signifikan adalah bahwa batas antara sumber ancaman yang berasal dari
dalam dan dari luar menjadi semakin kabur karena keterkaitan internasional,
penyebaran nilai-nilai demokrasi, kemajuan dan penyebaran teknologi informasi
dan sebagainya. Masalah ekonomi, lingkungan hidup, konflik sosial dan budaya,
kejahatan internasional (transnacional crimes) dan terorisme internasional tidak
dapat dibendung semata-mata dengan menggunakan kekuatan militer. Karena itu
kebijakan pertahanan negara harus bersifat komprehensif.

Komentar :
Sesuai dengan Pasal 4 UU RI No.3 Tahun 2002 tersebut tujuan pertahanan
negara adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
Adapun fungsi pertahanan negara menurut Pasal 5 UU RI No. 3 Tahun 2002
adalah untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai
satu kesatuan pertahanan.

Indonesia dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib dan
sepenanggungan yang bermukim di dalam wilayah itu.Persatuan dan kesatuan
merupakan senjata yang paling ampuh bagi bangsa Indonesia dalam rangka
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang
dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung. Ketahanan
nasional bukan hanya tugas dari pemerintah atau aparat militer, tetapi tugas itu
juga harus diemban oleh masyarakat Indonesia. Dengan Persatuan dan Kesatuan
inilah, ancaman - ancaman yang bisa meruntuhkan Negara Indonesia baik dari
luar maupun dari dalam, bisa kita hadapi bersama. Bahkan masalah – masalah
seperti kemiskinan, korupsi, dsb bisa kita selesaikan secara bersama-sama tanpa
memandang ras, suku, bahasa, maupun agama.

Referensi :

Susetyo, H. (2008). Menuju paradigma keamanan komprehensif berperspektif


keamanan manusia dalam kebijakan keamanan nasional Indonesia. Lex
Jurnalica, 6(1), 18066.

9. Konsepsi Keamanan di Indonesia

Dalam melacak konsepsi keamanan nasional Indonesia, paling tidak dapat


dilakukan dengan mengetahui doktrin dan perundang-undangan yang menjadi
landasan. Doktrin utama dari keamanan nasional adalah ketahanan nasional
(national resilience). Doktrin ketahanan nasional mencakup organisasi dan
implementasi dari suatu keseimbangan antara keamanan dan kesejahteraan dalam
kehidupan bangsa, yang secara holistik meliputi semua aspek yang berlandaskan
filosofi bangsa, ideologi negara, konstitusi dan identitas nasional melalui metode
ASTAGATRA. Astagatra terdiri dari delapan aspek yang terbagi atas Pancagatra
(lima aspek sosial) dan Trigatra (tiga aspek alamiah). Pancagatra adalah integrasi
dari faktor-faktor dinamis : (1) ideologi (2) politik (3) ekonomi (4) sosial budaya
dan (5) pertahanan dan keamanan. Trigatra berfokus pada relasi antara tiga aspek
alamiah Indonesia yaitu: (1) keistimewaan geografis Indonesia; (2) sumber daya
alam; (3) potensi dan kemampuan rakyat

Komentar :

Dalam jurnal tersebut dapat diketahui bahwasanya Doktrin Pertahanan Negara


Indonesia ditetapkan sebagai pengejawantahan tekad, prinsip, dan kehendak untuk
menyelenggarakan pertahanan negara. selanjutnya dijadikan sebagai salah satu
perangkat utama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi pertahanan negara
yang berisi ajaran serta prinsip fundamental yang digali dari pengalaman bangsa
Indonesia serta mengelola perkembangan lingkungan strategis baik global
maupun regional.Ajaran dan prinsip fundamental dimaksud untuk menuntun
bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan pertahanan negara. keamanan
nasional tersebut dimaknai sebagai kebutuhan dasar untuk melindungi dan
menjaga kepentingan nasional suatu bangsa dengan menggunakan kekuatan
ketahanan nasional yang meliputi kekuatan politik, militer, ekonomi untuk
menghadapi suatu ancaman yang akan datang maupun yang sedang dihadapi.
Pandangan tersebut mendukung bahwasanya keamanan nasional dinegara
demokrasi pada umumnya mencakup keamanan negara,keamanan masyarakat dan
keamanan manusia.

Referensi :

Susetyo, H. (2008). Menuju paradigma keamanan komprehensif berperspektif


keamanan manusia dalam kebijakan keamanan nasional Indonesia. Lex
Jurnalica, 6(1), 18066.

Anda mungkin juga menyukai