RATNA DEWI ASIH. Kajian Penerapan Sistem Manajemen ISO FSSC 22000 di
PT. Sariwangi A.E.A divisi International. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN S.
Kata kunci : AHP, ISO FSSC 22000, sistem manajemen mutu pangan, strategi
ABSTRACT
Keywords : AHP, food quality management system, ISO FSSC 22000, strategy
KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN
PANGAN ISO FSSC 22000 DI PT. SARIWANGI A.E.A
DIVISI INTERNASIONAL
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Disetujui Oleh
Diketahui Oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala karunia-
NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 sampai Februari 2014
ini ialah Sistem Manajemen Keamanan Pangan dengan judul Kajian Penerapan
Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A
divisi Internasional.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, Msi
selaku dosen pembimbing. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada pihak PT. Sariwangi A.E.A khususnya kepada bapak Juanto selaku
Quality Management Representative, Ibu Hilda selaku General Manager, bapak
Jajat selaku Manager Warehouse, Ibu Defi Rahmawati selaku manager HRD, dan
ibu Khairani selaku Supervisor QC, yang telah membantu saya dalam
pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua (Iwan
dan Eni), atas segala doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini, serta sahabat-sahabat terbaik atas dukungannya.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sekalian, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang.
Penulis juga mengharapkan hasil dari penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya
penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Kerangka Pemikiran 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
METODE PENELITIAN 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 4
Jenis dan Metode Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 6
Analisis Deskriptif 6
Matriks SWOT 7
AHP (Analitycal Hierarki Process) 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan Perusahaan 8
Penerapan ISO FSSC 22000 di PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional 9
Identifikasi Masalah dan Kendala dalam Penerapan ISO FSSC 22000 12
Tujuan yang ingin dicapai Perusahaan dalam Penerapan ISO FSSC 22000 17
Perumusan Alternatif Strategi Penerapan ISO FSSC 22000 19
Identifikasi Faktor- Faktor Internal 19
Identifikasi Faktor- Faktor Eksternal 22
Identifikasi Aktor yang terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000 26
Matriks Hubungan Keterkaitan Antara Aktor, Masalah dan Strategi 28
Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode AHP 29
Hasil Pengolahan Data Horizontal Faktor, Aktor, dan Alternatif Strategi 30
Hasil Pengolahan Data Vertikal Faktor, Aktor, dan Alternatif Strategi 33
IMPLIKASI MANAJERIAL 38
SIMPULAN DAN SARAN 38
DAFTAR PUSTAKA 39
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
standar ini sejak November 2011 dan mendapatkan sertifikat resmi pada Maret
2012. PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional memproduksi dan
mendistribusikan produk teh dalam bentuk Bulk ke beberapa customer untuk
diekspor ke beberapa negara, dengan menerapkan FSMS perusahaan berusaha
untuk menghasilkan produk teh yang memiliki kualitas baik dan aman
dikonsumsi.
Menurut BSN (2013) standar nasional Indonesia (SNI) 3836 : 2013
mengenai teh kering dalam kemasan, kualitas teh yang baik harus sesuai dengan
standar atau syarat mutu yang ditetapkan. Syarat mutu teh kering dalam kemasan
yang baik dapat dilihat pada Tabel 4.
Perumusan masalah
Tujuan penelitian
METODE PENELITIAN
Kerangka pemikiran
pemecahan masalah yang dapat dilakukan perusahaan dalam penerapan ISO FSSC
22000 dan mempertahankan sistem manajemen kualitas yang telah dicapai
perusahaan.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung
di lapangan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara serta pengisian
kuesioner untuk mendapatkan prioritas alternatif tindakan pemecahan masalah.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Purposive sampling, dimana responden yang dipilih dalam
penelitian ini adalah reponden yang memiliki kriteria tertentu, yaitu responden
yang dianggap benar-benar ahli dan berkepentingan ataupun yang paling memilki
keterkaitan dalam SMKP ISO FSSC 22000 serta telah memilki sertifikat
pelatihan ISO FSSC 22000. Responden pilihan tersebut adalah, general manager,
manager warehouse, management representative, dan manager CHR. Sedangkan
data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang diperoleh melalui
data yang dimiliki oleh perusahaan atau laporan internal perusahaan, studi
pustaka, maupun studi literatur yang relevan.
Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis
SWOT, serta analisis AHP (Analitycal Hierarki Process). Berikut adalah
penjelasan dari ke tiga analisis tersebut.
Analisis deskriptif
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu menurut Sulistyo
(2006) adalah mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek,
proses, dan manusia. Analisis deskripttif pada penelitian ini bertujuan untuk
mendefinisikan kebijakan mutu yang diterapkan perusahaan, menganalisis
penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur-unsur SMKP dan mengidentifikasi
kendala yang dihadapi oleh perusahaan serta menganalisis aktor yang berperan
dalam penerapan ISO FSSC 22000. Analisis ini dilakukan berdasarkan
pengamatan langsung, wawancara, audit internal dan dokumentasi internal
perusahaan, yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi riil perusahaan.
7
Matriks SWOT
Matriks ini digunakan untuk merumuskan strategi penerapan FSSC 22000.
Sebelum membuat suatu matriks SWOT, terlebih dahulu mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal perusahaan. Identifikasi faktor internal bertujuan untuk
untuk mendata kekuatan dan kelemahan, sementara identifikasi faktor eksternal
digunakan untuk mendata peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Untuk
memperoleh strategi yang tepat dan menjelaskan alternatif strategi yang dapat
dilakukan maka dilakukan pembuatan matriks SWOT. Menurut David (2009),
delapan langkah dalam penyusunan matriks SWOT adalah :
1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang mentukan
2. Tuliskan ancaman perusahaan yang menentukan
3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan
4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi SO
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi WO
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi ST
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi WT.
Semua hal diatas ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Untuk mencapai komitmen tersebut, selain didukung oleh karyawan yang
berkualitas dan berdedikasi tinggi, PT. Sariwangi A.E.A juga akan :
- Meningkatkan disiplin kerja karyawan.
- Meningkatkan keahlian karyawan melalui pelatihan.
- Meningkatkan manajemen mutu.
- Meningkatkan keselamatan kerja.
- Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
- Tidak mempekerjakan anak-anak (dibawah 18 tahun) dan tidak melakukan
kerja secara paksa.
- Tidak melakukan diskriminasi terhadap ras, suku, agama, kasta, jenis kelamin,
ketidakmampuan/cacat, anggota suatu organisasi atau politik dalam hal
penerimaan karyawan dan promosi jabatan serta pelatihan.
- Tidak melakukan hukuman secara fisik dan penghinaan secara langsung.
- Memberikan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup karyawan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
- Memberikan kesempatan yang sama untuk dipromosikan dan menduduki
jabatan yang lebih tinggi kepada setiap karyawan.
- Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berorganisasi dan kebebasan
mengeluarkan pendapat.
- Mengikuti etika bisnis yang baik dan anti Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN)
- Menjamin produk yang dihasilkan aman untuk di konsumsi.
Manajemen dan karyawan PT. Sariwangi A.E.A akan mematuhi segala
peraturan perusahaan, regulasi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan semua ketentuan yang ditetapkan didalam standar sertifikat yang telah diraih.
Semua peraturan perusahaan, regulasi dan atau peraturan perundang-undangan
serta standar sertifikat yang berhubungan dengan produk, prosedur dan kegiatan
perusahaan akan didokumentasikan, disimpan dan disosialisasikan kepada
seluruh manajemen, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
demikian PT. Sariwangi A.E.A menjadi perusahaan yang terus berkembang
secara inovatif dan terpercaya yang memiliki sistem kebijakan mutu dan
keamanan pangan yang baik.
Tabel 7. Hasil uji teh berdasarkan syarat mutu terkait dengan keamanan pangan
Nama sampel
Jenis uji Persyarat Teh Hitam Teh Hitam Teh Hitam
Satuan
analisis —an import Lokal (Barang Jadi)
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
1. Cemara logam :
Kadmium mg/kg Maks. 0.2 - - - - - - - - -
(Cd)
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0 Tidak Tidak - Tidak Tidak - Tidak Tidak Tidak
Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde-
teksi teksi teksi teksi teksi teksi teksi
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Tidak Tidak - Tidak Tidak - Tidak Tidak Tidak
Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde-
teksi teksi teksi teksi teksi teksi teksi
Merkuri (Hg) mg/kg Maks. Tidak Tidak - Tidak Tidak - Tidak Tidak Tidak
0,03 Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde-
teksi teksi teksi teksi teksi teksi teksi
Cemaran mg/kg Maks. 1,0 Tidak Tidak - Tidak Tidak - Tidak Tidak Tidak
arsen (As) Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde- Terde-
teksi teksi teksi teksi teksi teksi teksi
2. Cemaran
mikrobiologi :
Angka koloni/g Maks. < < - < < - < < 10 2.6x
lempeng total 3x103 10 10 10 10 10 103
(ALT)
Bakteri APM/g <3 <3 <3 - <3 <3 - <3 <3 <3
Coliform
Kapang koloni/g Maks. < - - 2.0 - - < - -
5x102 10 x102 10
APM E. coli APM/g <3 <3 - - <3 - - <3 - -
Sumber : Data hasil Pengujian Validasi Teh oleh Laboratorium Saraswanti
12
Berdasarkan data hasil uji validasi teh yang berkaitan dengan unsur
keamanan pangan pada Tabel 7 yang telah dilakukan di PT. Sariwangi A.E.A
divisi internasional, dapat dilihat bahwa hasil uji cemaran logam maupun cemaran
mikrobiologi pada bahan baku maupun produk jadi teh yang diuji pada setiap
akhir tahun yaitu tahun 2011 – 2013 masih sesuai dengan peryaratan yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia 3836 : 2013 mengenai teh kering
dalam kemasan. Untuk pengujian bahan baku impor maupun bahan baku lokal
pada tahun 2013, hasil ujinya masih dalam proses, karena pemberian sampel uji
bahan baku kepada pihak laboratorium baru dilakukan di akhir bulan Februari
2014.
Lanjutan Tabel 8.
Pemenuhan
Keterangan (Bila ada
Klausul Kriteria Tidak
sesuai ketidaksesuaian)
Sesuai
6.3 Infrastruktur √ Masih ada beberapa infrastuktur
yang rusak / belum diperbaiki
seperti diinding retak, gagang
pintu toilet rusak dan lokasi
umpan tikus sudah tidak layak
6.4 Lingkungan Kerja √
7 Perencanaan dan Realisasi Produk yang Aman
7.1 Persyaratan Umum √
7.2 PPD (program persyaratan dasar) √
7.3 Langkah awal untuk melakukan analisis √
bahaya
7.4 Analisis Bahaya √
7.5 Penetapan PPD Operasional √
7.6 Pengembangan Rencana Titik Kendali √
Kritis
7.7 Pemutakhiran informasi awal dan
dokumen yang dispesifikasika PPD dan √
rencana HACCP
7.8 Perencanaan Verifikasi √
7.9 Sistem Kemamputelusuran √
7.10 Pengendalian Ketidaksesuaian √
8 Validasi, Verifikasi, dan Perbaikan SMKP
8.1 Persyaratan Umum √
8.2 Validasi Kombinasi tindakan pengendalian √
8.3 Pengendalian pemantauan dan pengukuran √
8.4 Verifikasi SMKP √ Audit internal telah
dilaksanakan tetapi tidak ada
penyebab dari ketidak-
sesuaian yang ditemukan
8.5 Perbaikan √ Belum ada evaluasi SMKP
B. Berdasarkan Persyaratan Standar ISO TS 22002
4 Konstruksi dan Tata Letak Dari Bangunan
4.1 Persyaratan Umum √
4.2 Lingkungan √
4.3 Pembentukan / pendirian lokasi √
5 Tata Letak dari Tempat Dan Ruang Kerja
5.1 Persyaratan Umum √
5.2 Desain Internal, Tata Letak dan Pola-pola √ masih ada penyimpanan
Pergerakan (Lalu Lalang) material yang menempel
kedinding
5.3 Struktur internal, pemasangan/penempatan √
5.4 Lokasi Peralatan (Equipment) √
5.5 Fasilitas Laboratorium √
5.6 Struktur/Peralatan Sementara/ Mobile dan √
Mesin Bergerak (Keliling)
5.7 Penyimpanan Pangan, Material Kemasan, √
bahan Baku dan Kimia Non Pangan
6 Sarana Penunjang, Udara, Air, Energi
6.1 Persyaratan Umum √
6.2 Penyediaan Air √
6.3 Bahan Kimia Boiler - -
14
Lanjutan Tabel 8.
Pemenuhan
Keterangan (Bila ada
Klausul Kriteria Tidak
sesuai ketidaksesuaian)
Sesuai
6.4 Kualitas Udara dan Ventilasi √
6.5 Udara Bertekanan dan Gas Lainnya √
6.6 Pencahayaan √
7 Pembuangan Sampah
7.1 Persyaratan Umum √
7.2 Tempat Sampah dan Sampah Non Pangan √
atau Material Berbahaya
7.3 Manajemen Sampah dan Pembuangan √
7.4 Saluran Pembuangan √
8 Kesesuaian Peralatan,kebersihan dan Perawatan
8.1 Persyaratan Umum √
8.2 Pengaturan Kebersihan √
8.3 Permukaan Kontak Produk √
8 8.4 Kontrol Temperatur dan Pemantauan √
Peralatan
8.5 Pembersihan Plants, perkakas dan √
peralatan
8.6 Perawatan, Pencegahan, Perbaikan √
9 Manajemen Pembelian Material
9.1 Persyaratan Umum √
9.2 Seleksi dan Manajemen Pemasok √ Tidak semua pemasok ada
kualifikasi dan evaluasi
9.3 Persyaratan Kedatangan Material (Bahan √
Baku, Bahan Pembantu, Kemasan)
10 Pemastian Untuk Pencegahan dari Kontaminasi
Silang
10.1 Persyaratan Umum √
10.2 Kontaminasi Silang Mikrobiologi √
10.3 Manajemen Allergen - -
10.4 Kontaminasi Fisika √
11 Kebersihan Dan Sanitasi
11.1 Persyaratan Umum √
11.2 Bahan Pembersih, sanitasi dan Peralatan √
11.3 Program Kebersihan dan Sanitasi √
11.4 Sistem Pembersihan di dalam (CIP) √
11.5 Kefektifan Pengawasan Sanitasi √
12 Pest Control √
13 Kebersihan Personal Dan Fasilitas Pekerja
13.1 Persyaratan Umum √
13.2 Fasilitas Higienis Karyawan dan Toilet √
13.3 Kantin Karyawan dan Desain Area Makan √
13.4 Pakaian Kerja dan Baju Pelindung √
13.5 Status Kesehatan √
13.6 Sakit dan Terluka √
13.7 Kebersihan Karyawan √
13.8 Perilaku Karyawan √
14 Pengerjaan Ulang (Rework)
14.1 Persyaratan Umum √
14.2 Penyimpanan, Identifikasi dan Pelacakan √
14.3 Pemakaian Pengerjaan Ulang √
15 Prosedur Penarikan Produk
15.1 Persyaratan Umum √
15
Lanjutan Tabel 8.
Pemenuhan
Keterangan (Bila ada
Klausul Kriteria Tidak
sesuai ketidaksesuaian)
Sesuai
15.2 Persyaratan Penarikan Produk √
16 Gudang
16.1 Persyaratan Umum √
16.2 Persyaratan Untuk Gudang √
16.3 Kendaraan, Kendaraan Pengangkut dan √
Kontainer
17 Informasi Produk / Kesadaran Konsumen
17.1 Informasi Produk √
17.2 Label Pada Kemasan Produk √
18 Ketahanan / Pertahanan, Kewaspadaan -Bio/
Sabotase & Bio-Terorisme
18.1 Persyaratan Umum √
18.2 Akses Pengawasan √
C. Berdasarkan 3 (tiga) Persyaratan Tambahan
1 Inventory dari regulasi, statutory √
2 Spesifikasi dari Jasa / Service √ kualifikasi dan evaluasi
supplier jasa belum
dilaksanakan secara
konsisten
3 Supervisi dari personil keamanan pangan √
dalam aplikasi penerapan prinsip-prinsip
keamanan pangan
Sumber : Data Audit Internal FSSC 22000 Perusahaan tahun 2013
Tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000
keyakinan yang memadai bahwa bahan baku dan kemasan dapat memenuhi
persyaratan mutu. Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu dan
keamanan pangan yang difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. Dalam menjamin kualitas
bahan baku dan kemasan, PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional telah
menetapkan prosedur terkait kualifikasi dan evaluasi supplier, namun dalam
pelaksanaannya belum sepenuhnya efektif. Sedangkan untuk meningkatkan
jaminan kualitas bahan baku dan kemasan diperlukan pelaksanaan kualifikasi
dan evaluasi secara konsisten. Untuk itu, perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan kulitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan sekaligus
menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif, dimana pelaksanaan
kualifikasi dan evaluasi supplier merupakan salah satu persyaratan dalam ISO
FSSC 22000.
Aktor memiliki peran penting dalam penerapan ISO FSSC 22000, yaitu
sebagai pihak-pihak yang berkaitan dan bertanggung jawab sesuai dengan
kepentingannya masing-masing dalam menjalankan SMKP. PT. Sariwangi AEA
menyadari bahwa keterlibatan seluruh aktor merupakan hal penting dalam
pelaksanaan SMKP yang efektif. Berikut adalah aktor yang terkait dalam
pengambilan keputusan dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi AEA
divisi Internasional beserta kepentingannya yaitu :
1. Direktur Utama
- Merumuskan kebijakan mutu dan keamanan pangan;
- Menjamin bahwa tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi
ditetapkan dan dikomunikasikan untuk menjamin proses operasi dan
pemeliharaan SMKP yang efektif;
- Menunjuk ketua Tim keamanan pangan dan wakil manajemen
2. Business Unit Director
- Memastikan sasaran mutu dijalankan sebagai evaluasi dari SMKP yang
dijalankan
- Menetapkan proses komunikasi yang tepat di PT. Sariwangi AEA divisi
Internasional.
27
3. General Manager
- Memberikan arahan kepada bawahan mengenai teknis pelaksanaan
pekerjaan yang sesuai dengan prosedur manajemen mutu dan keamanan
pangan serta peraturan yang berlaku.
- Menjaga kegiatan operasional agar dapat berjalan dengan efisien dan
efektif sesuai dengan SMKP.
- Memastikan anggaran yang dibuat benar-benar sesuai dengan kebutuhan
baik yang terkait dengan konsistensi penerapan SMKP ataupun yang
lainnya.
4. Manager CHR
- Melaksanakan kebijakan HRD terkait pengelolaan aktivitas rekrutmen
sesuai dengan kebutuhan, people and training management, performance
management dan kompensasi and benefit management.
5. Manager Produksi
- Bertanggung jawan atas pengendalian bahan baku, seluruh proses
produksi, efisiensi penggunaan tenaga kerja, mesin dan peralatan.
- Mengkoordinir dan mengawasi serta memberikan arahan kerja kepada
setiap seksi dibawahnya untuk menjamin terlaksananya SMKP
- Memonitor pelaksanaan rencana produksi agar dapat dicapai hasil sesuai
jadwal, volume dan mutu yang ditetapkan.
6. Management Representative
- Bertanggung jawab terhadap control seluruh sistem dan prosedur,
dokumentasi serta proses sertifikasi.
- Melaksanakan audit internal dan berkomunikasi dangan top management
terkait kinerja SMKP, isu-isu keamanan pangan, ketidaksesuaian dan
laporan audit.
- Meninjau semua fungsi untuk memriksa pelaksanaan SMKP yang efektif.
7. Manager Warehouse
- Bertanggung jawab untuk menganalisa dan mengawasi segala kegiatan
yang terjadi dibagian area raw material, area packaging material dan area
produk jadi.
- Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pergudangan, pengiriman,
persediaan, serta pembelian agar berjalan dengan efektif dan efisien sesuai
dengan persyaratan SMKP.
Selain tujuh aktor diatas, perusahaan juga memiliki aktor lainnya yang juga
menujang dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000, antara lain :
1. Supervisor Quality Control
- Menjamin mutu produk dengan melakukan incoming inspection untuk
barang datang, QC in process untuk menjamin mutu sesuai dengan standar
yang ditetapkan atas proses produksi, dan outgoing inspection untuk
memastikan bahwa produk jadi hasil dari proses produksi sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
2. Supervisor Produksi
- Memberikan arahan kepada bawahan mengenai teknis pelaksanaan
pekerjaan yang sesuai dengan prosedur manajemen mutu dan keamanan
pangan yan ditetapkan serta peraturan yang berlaku
- Mengendalikan kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan target dan
persyaratan SMKP
28
Tabel 11. Matriks hubungan keterkaitan antar aktor, masalah, dan strategi
Masalah Strategi
SO-1 SO-2 SO-3 WO-1 WO-2 ST-1 ST-2 WT- 1 WT- 2
Kurangnya Sosialisai ISO 1,2,3,4, 3,4 3,4,5
FSSC 22000 5, 6, 7
Lambatnya realisasi perbaikan 2,3,6 1,2,3,
dari pihak manajemen terkait 4,6
perbaikan infrastruktur dan
peralatan kerja
Tidak konsisten dalam pen- 2,6 3,4,5, 3,4,5, 3,4,5,
dokumentasian 6,7 6,7 6,7
Kualifikasi dan evaluasi dari 3,6, 2,6, 2,6,7
supplier tidak dilaksanakan 7 7
konsisten
Keterangan :
1 : DU (Direktur Utama) 5 : MP (Manager Produksi)
2 : BUD (Business Unit Director) 6 : MR (Manager Representative)
3 : GM (General Manager) 7 : MW (Manager Warhouse)
4 : MC (Manager CHR)
Berdasarkan data matriks hubungan keterkaitan pada Tabel 11, dapat dilihat
aktor mana yang paling memiliki keterkaitan dengan masalah dan strategi dalam
29
penerapan ISO FSSC 22000. Berikut adalah hasil perhitungan jumlah aktor yang
paling memiliki keterkaitan, dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil perhitungan jumlah aktor yang memiliki keterkaitan dengan
permasalahan dan strategi
No Aktor dalam kaitannya dengan permasalahan dan strategi Jumlah Nilai
1 MR (Management Representative) 10
2 GM (General Manager) 9
3 MW (Manager Warehouse) 7
4 MC (Manager CHR) 7
5 BUD (Business Unit Director) 6
6 MP (Manager Produksi) 5
7 DU (Direktur Utama) 2
Dari data hasil perhitungan jumlah aktor yang memiliki keterkaitan dengan
permasalahan dan strategi pada Tabel 10, dapat dilihat aktor dengan tiga peringkat
nilai teratas yang paling memiliki keterkaitan dengan masalah dan strategi dalam
penerapan ISO FSSC 22000 adalah MR dengan jumlah 10, kemudian GM dengan
jumlah 9 dan yang ketiga adalah MW serta MC dengan jumlah 7. Aktor-aktor
tersebut merupakan aktor yang akan dimasukkan dalam struktur hierarki untuk
pengolahan data lebih lanjut menggunakan metode AHP.
Menurut Saaty dalam Marimin (2008), AHP adalah metode yang digunakan
untuk memecahkan suatu persoalan dalam suatu kerangka berpikir yang
terorganisir dalam hierarki, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Model struktur hierarki
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri lima tingkat, dapat dilihat pada
Gambar 3. Tingkat pertama adalah strategi penerapan ISO FSSC 22000, tingkat
kedua adalah kriteria masalah yang dihadapi perusahaan dalam penerapan, tingkat
ketiga adalah aktor yang berperan penting dalam penerapan, tingkat keempat
adalah tujuan yang ingin dicapai, dan tingkat kelima adalah alternatif strategi.
segala proses yang berkaitan dengan sertifikasi ISO FSSC 22000, sebagai
tanda bukti telah dukungan pihak manajemen terkait sertifikasi ini, (2)
meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan
standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur merupakan alternatif
prioritas utama dengan nilai bobot 0.160, dalam mencapai tujuan peningkatan
kualitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan. Tindakan ini bertujuan agar
dapat menjamin bahan baku maupun kemasan yang diperoleh untuk diproses
nanti adalah bahan yang yang berkualitas, aman, sesuai persyaratan mapun
standar spesifikasi yang telah ditetapkan, (3) alternatif tindakan yang menjadi
perioritas utama dalam mencapai tujuan perbaikan administrasi dan
dokumentasi adalah meningkatkan partisipasi karyawan dalam menerapkan
SMKP ISO FSSC 22000 dengan nilai bobot 0.144. Tindakan ini bertujuan
agar setiap karyawan dapat berpartisipasi untuk mendokumentasikan,
menyimpan dan memelihara segala bentuk dokumen ataupun hasil kegiatan
yang memerlukan pencatatan yang terkait dengan ISO FSSC 22000 dan, (4)
alternatif startegi yang menjadi prioritas utama dalam mencapai tujuan
peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 adalah meningkatkan partisipasi
pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah
dituangkan dalam kebijakan mutu dan kemanan pangan merupakan alternatif
strategi prioritas utama dengan nilai bobot 0.143. Peningkatan partisipasi dari
pihak manajemen bertujuan agar mendukung segala bentuk kegiatan terkait
dengan ISO FSSC 22000 yang salah satunya seperti peningkatan program
sosialisasi ISO FSSC 22000. Partisipasi pihak manajemen dibutuhkan agar
program tersebut dapat terealisasi dengan baik agar dapat meningkatkan
pemahaman karyawan mengenai ISO FSSC 22000.
Selain itu, MW juga harus mengawasi dan memastikan bahwa produk jadi
yang dihasilkan dan yang akan dikirim ke konsumen adalah produk yang
benar-benar sudah melewati dan lulus tahap quality control dan terjamin
kualitas serta kemanan pangannya.
Pada prioritas ketiga, aktor yang berperan penting adalah GM dengan
nilai bobot 0.247, dimana GM merupakan salah satu bagian dari pihak
manajemen yang juga berperan dalam pelaksanaan komitmen manajemen
yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan, serta
mendukung segala sesuatu yang berkaitan dalam hal pemenuhan kesesuaian
dengan persyaratan standar ISO FSSC 22000. Prioritas terakhir adalah MC
dengan nilai bobot 0.227. Peranan MC dalam penerapan ISO FSSC 22000
adalah untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang
dapat dengan tanggap dalam menunjang pelaksanaan ISO ini, yaitu dengan
membuat program pelatihan dan merealisasikan program pelatihan tersebut
agar dapat memberikan pemahaman kepada karyawan tentang persyaratan
pada ISO ini dan memberikan kesadaran kepada karyawan untuk
berparstisipasi dalam pelaksanaan penerapan ISO ini secara konsisten serta
menyadari pentingnya sertifikasi ini bagi perusahaan.
c. Pengolahan Vertikal Level Empat (Tujuan)
Hasil pengolahan vertikal pada level empat mengenai tujuan yang ingin
dicapai perusahan dalam penerapan ISO FSSC 22000, dapat dilihat pada
Tabel 19.
IMPLIKASI MANAJERIAL
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Teh Indonesia. Jakarta (ID):
BadanPusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Indeks Pertumbuhan Produksi Industri
Manufaktur Sedang dan Besar 2010 – 2013. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 3836 : 2013 Teh Kering dalam
Kemasan. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
David FR. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta (ID): Salemba Empat.
40
LAMPIRAN
Keterangan :
A. Sumber Daya manusia
A : Kurangnya Pendidikan FSSC 22000
Kurangnya Pengawasan Supervisi terhadap kedisiplinan karyawan
B:
dalam melaksanakan penerapan ISO FSSC 22000
C : Kurangnya kegiatan bersama
B. Manajemen Sistem
A : Lambatnya realisasi perbaikan dari pihak manajemen
B : Kurangnya evaluasi tehadap SMKP
C : Tidak adanya akar penyebab dari setiap ketidaksesuaian
C. Dokumen
A : Tidak konsisten dalam pencatatan
B : Prosedur tidak direview
C : Pendokumentasian tidak lengkap
42
RIWAYAT HIDUP