Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan yang ada pada masyarakat terutama pada anak-anak

saat ini tidak hanya berfokus pada masalah kekurangan gizi, namun kini telah

timbul masalah kesehatan akibat kelebihan gizi dan diperkirakan menjadi

faktor risiko dari perkembangan penyakit di masa dewasa. Salah satu masalah

kelebihan gizi yang terjadi pada anak - anak dan mendapatkan perhatian

khusus di dunia kesehatan adalah obesitas. Obesitas sendiri dapat didefinisikan

sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau kelebihan lemak yang

menimbulkan risiko gangguan kesehatan. Anak yang mengalami kelebihan

berat badan dan obesitas cenderung tetap menjadi gemuk pada saat dewasa dan

lebih berisiko meningkatkan prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes

mellitus dan penyakit kardiovaskular di usia muda (WHO, 2019).

Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering

ditemukan di berbagai negara. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak di

dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan

diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020 (Onis, Blossner, Borghi,

2010). Prediksi pada tahun 2050, obesitas akan terjadi pada 60% agregat anak

usia 6 – 10 tahun di dunia (Agha & Agha, 2017).

Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,

prevalensi obesitas di Indonesia pada usia di atas 18 tahun adalah sekitar


21,8%, sedangkan anak umur 5 sampai 12 tahun yang mengalami overweight

atau obesitas berturut-turut adalah sebesar 11,9% dan 8%. Riskesdas tahun

2018 juga menunjukkan bahwa prevalensi anak dan balita yang gemuk

(BB/TB) di Jawa Tengah adalah 7,6 %, dan di Kabupaten Sukoharjo,

prevalensi anak dan balita overwight cukup tinggi, yaitu 12,3% (Kemenkes RI,

2018).

Obesitas pada anak memiliki berbagai efek baik langsung maupun jangka

panjang pada kesehatan dan kesejahteraan. Efek kesehatan langsung anak

obesitas lebih cenderung memiliki faktor-risiko untuk penyakit sindroma

metabolik seperti kardiovaskular, diabetes mellitus, kolesterol tinggi atau

tekanan darah tinggi. Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas berada

pada risiko yang lebih besar untuk masalah tulang, sleep apnea, dan masalah-

masalah sosial dan psikologis seperti stigmatisasi dan miskin harga diri.

Sedangkan efek kesehatan jangka panjang yaitu anak-anak yang menjadi

obesitas sejak usia 2 tahun cenderung menjadi gemuk pada saat dewasa dan

lebih beresiko untuk masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes tipe

2, hipertensi, hyperlipidemia, stroke, beberapa jenis kanker, osteoarthritis, dan

disfungsi organ reproduksi (Schwartz, 2019).

Anak yang mengalami obesitas biasanya lebih menyukai permainan

game fantasi (play station) di rumah, dan kurang melaksanakan aktivitas fisik.

Dengan jarang bergerak atau beraktivitas jasmani maka anak menjadi kurang

bugar, pengalaman dan tingkat ketrampilan geraknya juga kurang, baik gerak

lokomotor, nonlokomotor, maupun manipulatif. Selain itu, juga mudah


terserang penyakit karena daya tahan fisiknya juga kurang baik. Akibat lebih

lanjut adalah anak terhambat dalam melaksanakan aktivitas fisik (Nurcahyo,

2011). Penelitian Angel, dkk. (2013) terhadap 100 responden anak

menunjukkan sebanyak 58 anak yang memiliki intensitas aktivitas ringan

mengalami obesitas dan 10 anak yang memiliki intensitas aktivitas sedang

mengalami obesitas dan yang lainnya tidak mengalami obesitas.

Rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang mempengaruhi

obesitas. Kebiasaan olahraga didasarkan atas aktivitas fisik anak dalam

kesehariannya antara lain kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda (Aprilia,

2015). Anak yang tidak rutin berolah raga justru cenderung memiliki asupan

energi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang rutin berolah raga. Makanan

dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi timbulnya obesitas baik secara bersama

maupun masing-masing (WHO, 2000; Mustellin, dkk., 2009). Penelitian lain

menunjukkan 77,5% anak obesitas yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam

untuk tidur dalam satu hari, 85% anak obesitas menghabiskan waktu lebih dari

2 jam untuk waktu menonton TV, bermain game, dan internet dalam satu hari,

dan 70% anak obes yang menghabiskan waktunya bermain di luar rumah

kurang dari 2 jam per hari (Pramudita, 2011).

Kasus yang sama terjadi di Desa Sengon, Kabupaten Sukoharjo. Hasil

studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Polindes Desa Sengon pada tahun

2019 ditemukan anak-anak obesitas diperoleh dari observasi dan wawancara

menunjukan bahwa balita dan anak-anak yang mengalami obesitas sebesar

25,8% dari 68 balita dan anak-anak yang mendatangi polindes. Tingginya


prosentase anak-anak yang mengalami obesitas disebabkan kurangnya ibu

dalam memperhatikan asupan makanan anak-anaknya dan rendahnya aktivitas

fisik anak-anak.

Untuk mengurangi angka kejadian obesitas, American Heart

Association (dalam IDAI, 2016) menyarankan agar anak-anak berusia dua

tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas

fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai

perkembangan menurut usia anak. Apabila anak tidak dapat melakukan

aktivitas fisik selama satu jam penuh, aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam

dua kali periode 30 menit atau empat kali periode 15 menit dalam sehari.

Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping mengurangi

risiko obesitas, juga mencegah penyakit pembuluh darah di kemudian hari.

Latihan fisik yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat

perkembangan motorik kemampuan fisik dan umurnya. Husnah (2012)

menyatakan aktivitas fisik berperan penting utnuk mencegah obesitas dan

memegang peranan terhadap distribusi lemak tubuh. Aktivitas fisik yang

memadai dapat menurunkan presentasi lemak tubuh yang selanjutnya dapat

mengurangi resiko menderita obesitas dan penyakit kardiovaskuler. Ilyas

dalam Indrawati (2015) menyatakan anak usia 6-12 tahun atau usia sekolah

lebih tepat untuk memulai latihan fisik dengan keterampilan otot seperti

berjalan kaki, berlari, bersepeda, berenang, menari, karate, senam, sepak bola

dan basket, sedangkan anak di atas usia 10 tahun lebih menyukai olahraga

dalam bentuk kelompok. Penelitian Adiwinanto (2008) menunjukan bahwa


olahraga dengan intensitas sedang sampai vigorous berupa jalan kaki, lari, dan

lompat dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 40 menit/sesi selama 12

minggu dapat meningkatkan kesegaran kardiorespirasi pada anak remaja

obesitas dan menurunkan IMT obesitas.

Aktivitas fisik sederhana yang mampu mengatasi obesitas pada anak

diantaranya adalah aktivitas olahraga jalan kaki. Beberapa kota di berbagai

negara maju di dunia mempromosikan aktivitas berjalan kaki ke sekolah.

Aktivitas ini merupakan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik yang

sederhana, mudah, murah, dan dapat dilaksanakan oleh siapa saha dan kapan

saja. Penelitian Mori, Armada, dan Wilcox (2012) menunjukkan bahwa

aktivitas berjalan kaki ke sekolah dengan radius 2 sampai 4 kilometer pada

anak usia sekolah dasar dan 3 sampai 6 kilometer pada anak usia sekolah

lanjutan pertama di Jepang mampu mengatasi obesitas pada anak-anak dan

meningkatkan kebugaran mereka. Schultz, et.al. (2011) menyarankan agar

anal-anak melaksanakan aktivitas berjalan kaki rata-rata 13.000 – 16.000

langkah per hari. Berjalan kaki dalam hal ini tidaklah gerakan yang monoton,

tapi dapat bervariasi dalam kecepatan, arah dan pola.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Penatalaksanaan Manajemen Berat Badan: Olahraga Jalan Kaki

dengan Masalah Keperawatan Obesitas pada Anak di Desa Sengon, Kabupaten

Sukoharjo”.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah

penatalaksanaan manajemen berat badan: olahraga jalan kaki dengan masalah

keperawatan obesitas pada anak di Desa Sengon, Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah meyusun resume asuhan

keperawatan dalam penatalaksanaan manajemen berat badan: olahraga jalan

kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak di Desa Sengon,

Kabupaten Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan pengkajian penatalaksanaan manajemen berat badan:

olahraga jalan kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak di

Desa Sengon, Kabupaten Sukoharjo.

b. Mendeskripsikan perencanan penatalaksanaan manajemen berat badan:

olahraga jalan kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak di

Desa Sengon, Kabupaten Sukoharjo.

c. Mendeskripsikan implementasi penatalaksanaan manajemen berat badan:

olahraga jalan kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak di

Desa Sengon, Kabupaten Sukoharjo.


d. Mendeskripsikan implementasi penatalaksanaan manajemen berat badan:

olahraga jalan kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak di

Desa Sengon, Kabupaten Sukoharjo.

e. Mendeskripsikan evaluasi penatalaksanaan manajemen berat badan:

olahraga jalan kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak di

Desa Sengon, Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat

1. Manfaat Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan serta

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam meyusun resume asuhan

keperawatan dalam penatalaksanaan manajemen berat badan, olahraga jalan

kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak.

2. Manfaat Bagi Masyarakat

Menambah informasi tentang penatalaksanaan manajemen berat badan,

olahraga jalan kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada anak.

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Memberi wawasan ilmu dan informasi tentang penatalaksanaan manajemen

berat badan, olahraga jalan kaki dengan masalah keperawatan obesitas pada

anak.

4. Manfaat Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pustaka

tentang faktor kejadian obesitas pada anak sehingga dapat membantu dalam
perencanaan program-program penanggulangan masalah obesitas, dengan

tujuan menurunkan prevanlensi obesitas dan faktor risiko akibat obesitas.

Anda mungkin juga menyukai