Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA URETEROLHITIASIS ( BATU URETHER) DI RUANG


NAKULA 1 RSUD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG

Disusun oleh:

Yanda Octa Herliani


P1337420617053

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
2019
I. JENIS KASUS
Uretherolhitiasis (batu urether)

a. Definisi
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk
batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015).
Pembentukan batu dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal urin yang
membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat yang menghambat
pembentukan batu (sitrat) yang rendah (Moe, 2006; Pearle, 2005).
Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang terbentuk
karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu (Grace & Borley, 2006).
b. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi
ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih.Infeksi bakteri akan memecah
ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
2.  Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran
kemih.
3. Ras
4. Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada
daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu
saluran kemih
5. Keturunan
6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar
semua substansi dalam urine meningkat
7. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
8. Suhu
Tempat yang bersuhu  panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih
9. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu
saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih
telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
c. Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adnya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi
infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic yang terlarut di
dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap larut)
kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi
kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih rapuh
dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel
pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada 3 agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran kemih, atau adanya koloid
di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di
dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat,
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat, batu
xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-
batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam
suasana asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa.
e. Klasifikasi
1. Retensi urin akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit
meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin
sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama
sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini
termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera
dipasang kateter.
2. Retensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh
peningkatan volume residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena
pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit
tapi bukan karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi
daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun
tidak lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung
kemih dengan sempurna (tidak lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa,
namun dapat menyebabkan permasalahan medis yang serius di kemudian hari..
Berdasarkan data juga dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya umur pada laki-laki,
kejadian retensi urin juga akan semakin meningkat.
f. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi,
infeksi dan edema.
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal.
1. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat
terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit
gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
2. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan
b. Batu di ginjal
1. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
2. Hematuri.
3. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri
kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
4. Mual dan muntah.
5. Diare
c. Batu di ureter
1. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
2. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
3. Hematuri akibat abrasi batu.
4. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
d. Batu di kandung kemih
1. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri
2. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urin
g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukan
SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine;
abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH ) Merangsang
reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan  sirkulasi serum dan kalsium urine.
4. Foto Rontgen: menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal
 

atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).


6. Sistoureterokopi : visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
efek obstruksi.
7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
h. Penalataksanaan Medis
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi
3. Menghilangkan rasa nyeri
4. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi
5. Operasi dilakukan jika:
a. Sudah terjadi stasis/bendungan.
b. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
6. Therapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b.  Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.

3. Diet
a. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung
kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi,
coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang
mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju
dan sari buah.
b. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan
daging.
c. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu,
kentang. 
d. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga
secara teratur.
i. Komplikasi
1. Infeksi
2. Obstruksi
3. Hidronephrosis (pembengkakan ginjal akibat penumpukan urine)
j. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
e. Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
f. Riwayat infeksi saluran kemih.
g. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
h. Keturunan.
i. Alkoholik, merokok.
2. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi).
a. Pola nutrisi metabolic
b. Mual, muntah
c. Demam
d. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat
e. Kebiasaan mengkonsumsi air minum
f. Distensi abdominal, penurunan bising usus
g. Alkoholik
3.  Pola eliminasi
a. Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
b. Hematuri.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih.
d. Riwayat obstruksi.
e. Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Pekerjaan (banyak duduk)
b. Keterbatasan aktivitas.
c. Gaya hidup (olah raga).
d. Pola tidur dan istirahat
e. Demam, menggigil.
f. Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
5. Pola persepsi kognitif
a. Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
6. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
c. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri berhubungan Hasil yang diharapkan: 1.Kaji karakteristik nyeri ( lokasi,
dengan iritasi pada - Pasien bebas dari rasa lama, intensitas dan radiasi)
saluran kemih nyeri 2.Observasi tanda-tanda vital, tensi,
-  Pasien tampak rileks, nadi, cemas
bisa tidur dan istirahat. 3.Jelaskan  penyebab rasa nyeri
4.Ciptakan lingkungan yang nyaman
5.Bantu untuk mengalihkan rasa
nyeri: teknik napas dalam.
6.Beri kompres hangat pada
punggung
7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik

2. Risiko nutrisi Hasil yang diharapkan: 1. Monitor intake dan output


kurang dari - Keseimbangan cairan 2. Berikan intake cairan 3 – 4 liter
kebutuhan adekuat per hari.
berhubungan - Turgor kulit baik 3. Monitor tanda-tanda vital, turgor
dengan mual kulit, membran mukosa.
muntah 4.Berikan cairan intra vena sesuai
intruksi dokter.

3. Perubahan pola Hasil yang diharapkan: 1. Menginformasikan fungsi ginjal.


eliminasi: urine - Pola eliminasi urine 2. Mempermudah pengeluaran batu,
berhubungan dan output dalam batas mencegah terjadinya pengendapan.
dengan obstruksi normal 3. Adanya darah merupakan indikasi
karena batu - Tidak menunjukkan meningkatnya obstruksi/iritasi
tanda-tanda obstruksi ureter.
(tidak ada rasa sakit 4. Batu dapat menyebabkan
saat berkemih, rangsangan mervus yang
pengeluaran urin menyebabkan sensasi untuk buang
lancar) air kecil

Daftar Pustaka
Razak B., 1992. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap  Pembentukan Batu Saluran
Kemih di Ujung Pandang dan di Tana Toraja.
Purnomo, B.B., 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Pilasri C., 2007. Epidemiology Study of Urolithiasis in South of Northteast Thailand.
http://cmp.ubu.ac.th. Di akses pada 04 September 2019
DepKes RI, 2002. Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3, Morbiditas dan Mortalitas
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. http://yanmedik-depkes.net/statistik_rs_2002.
Di akses pada 19 Juni 2011.
Depkes RI., 2005. Distribusi Penyakit-Penyakit Sistem Kemih Kelamin  Pasien Rawat Inap
Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia
Lina N., 2008. Faktor-Faktor Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki- Laki. Tesis
Mahasiswa Pasca Sarjana Epidemiologi UNDIP.
Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Doenges,et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan).PT EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai