Anda di halaman 1dari 24

SISTEM PENCERNAAN

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA LAMBUNG

Disusun oleh :

Nicolaus Rocetio mahing (9103012022)

Fakultas Keperawatan

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

2014
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Insidensi dan angka mortalitas untuk kanker lambung telah menurun seara mencolok
selama 60 tahun yang lalu. Pada tahun 1930, kanker lambung mewakili penyebab utama
kematian yang berhubungan dengan kanker diantara laki-laki Amerika dengan kelipatan
2, sementara penyakit tersebut pada perempuan mempunyai urutan tepat sesudah tumor
serviks uteri dan payudarah. Selama tahun-tahun selanjutnya, angka mortalitas akibat
kanker lambung di Amerika Serikat telah anjlok pada laki-laki dari 28 menjadi 5,3per
100.000 populasi, sementara pada perempuan angkanya telah menurun dari 27 menjadi
2, 3 per 100.000. walaupun demikian, diperkirakan pada tahun 1993 bahwa 24.000
kasus bar kanker lambung telah didiagnosis di Amerika Serikat dan bahwa 13.600
orang Amerika meninggal karena penyakit ini. Insidensi kanker lambung berfariasi luas
diantara Negara-negara berbeda secara komparatif tinggi di Jepang, Cina, Chili, dan
Irlandia. Namun suatu penurunan pada insidensi dan mortalitas telah terjadi di wilayah-
wilayah ini pula.

Survei epidemiologik telah menunjukan resiko kanker lambung lebih besar diantara
kelas-kelas social ekonomi yang lebih rendah. Terlebih lagi migrant dari Negara dengan
insidensi tinggi ke randah tampaknya mempertahankan kerentanan mereka terhadap
kanker lambung, sementara resiko keturunan mereka lebih dekat menyerupai resiko di
negara barunya. Temuan-temuan ini membuat dugaan bahwa pajanan lingkungan,
kemungkinan dimulai dini dalam kehidupan berhubungan dengan perkembangan
kanker lambung dengan karsinogen dalam diet diperkirakan merupakan faktor yang
paling mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari kanker lambung ?
1.2.2 Apa saja klasifikasi dalam kanker lambung ?
1.2.3 Apa yang menjadi etiologi dari munculnya kanker lambung ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari kanke lambung ?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien kanker lambung ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan untuk mengatasi kanker lambung ?
1.2.7 Bagaimana WOC kanker lambung ?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien kanker lambung ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujun Umum :
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai
asuhan keperawatan pada klien dengan ca lambung.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk memahami teoritis dari diabetes insipidus yaitu definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan
penunjang, proses terjadinya penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien ca
lambung.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Diharapkan akan menjadi tambahan pengetahuan untuk para mahasiwa
keperawat dalam mata kuliah keperawatan sistem pencernaan.
1.4.2 Manfaat praktis
Setelah membaca makalah ini penulis mengharapkan agar makalah ini menjadi
masukan kepada para mahasiswa keperawatan mengenai pasien dengan
masalah keperawatan sistem pencernaan.
BAB 2

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi

Kanker lambung adalah suatu jenis penyakit kanker yang terjadi di perut, berasal dari
sel epitel dinding perut dan dapat terjadi diberbagai bagian perut ( daerah antral pylorus,
paling banyak diikuti oleh daerah fundic lambung kardia, lambung akan sedikit lebih
kecil), invasi ke dalam dan berbagai bagian lambung.

Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung, sebagian besar adalah
dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah leiomiosarkoma
(kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung sering terjadi pada usia lanjut.
Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun (osteen,
2003).

Kanker lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan di lambung, biasanya


adenokarsinoma, meskipun mungkin merupakan limfoma malignansi. Diketahui bahwa
kanker lambung 2 kali lebih umum terjadi pada pria daripada wanita. dan lebih sering
terjadi pada klien yang mengalami anemia pernisiosa (Santacroce, 2008).

Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kanker lambung adalah
neoplasma maligna yang terdapat dilambung yang sebagian besar merupakan jenis
adenokarsinoma, dan sering terjadi pada usia lanjut.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi kanker lambung:


1. Earlic gastric cancer. Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi, dan
pemeriksaan histopatologis dapat dibagi atas:
a. Tipe I (protruded type). Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada
mukosa dan submukosa yang berbentuk polipoid. Bentunya ireguler, permukaan
tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
b. Tipe II (superficial type) dapat dibagi atas 3 sub tipe:
Elevated type, tampak sedikit elevasi mukosa lambung, hampir seperti type
I, terdapat sedikit elevasi serta dan lebih luas dan melebar,
  Flat type, tidak terlihat elevasi dan depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa,
Depressed type, didapatkan dipermukaan yang ireguler dan pinggir yang
tidak rata (ireguler) hiperemesis/pendarahan.
c. Type III (excavated type). Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan
sering disertai kombinasi seperti IIC + III atau III + IIc dan IIa + IIc

2. Advanced gastric cancer (karsinoma gaster lanjut). Menurut klasifikasi bormann


dapat dibagi atas:
a. Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut
sebagai fungating dan mukosa disekitar tumor atrofi dan ireguler
b. Bormann II. Merupakan  non infiltrating carcinomatous ulcer dengan tepi ulkus
serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrosis dengan warna kecoklatan, keabuan, dan merah kehitaman. Mukosa
sekitar ulkus tampak sangat hiperemesis,
c. Bormann III, Berupa infaltring carcinomatous ulcer, ulkusnya mempunyai
dinding dan terlihat adanya infiltrasi progresif dan difus,
d.  Bormann IV. Berupa bentuk diffus infiltrating type, tidak terlihat batas tegas
pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

2.3 Etilogi
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai berikut:
Faktor predisposisi :
1. Faktor genetik. Sekitar 10% pasien yang mengalami  kanker lambung memiliki
hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya
mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya
riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan
dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
2. Faktor umur. Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70
tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun
dan 1 % kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
Faktor presipitasi :
1. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan. Beberapa
studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor
utama peningkatan kanker lambung. Sehingga menfasilitasi konversi golongan
nitrat menjadicarcinogenic nitrosamines didalam lambung. Kondisi
terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan
komposisinitrosamines didalam lambung memberikan konstribusi terbentuknya
kanker lambung (Yarbro, 2005).

2. Infeksi H. Pylori. H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus


doudenum dan 80% tukak lambung (fuccio, 2007). Bakteri ini menempel
dipermukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri
lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel
lambung (fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi
pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja
dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara;
diantaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas
sel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan
bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. Pylori juga menginfeksi bagian
badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan
peradangan yang lebih luas yang tidak hanya memengaruhi ulkus didaerah
badan lambung, tetapi juga meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan
dilendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa
(lymphatic neoplasm) dilambung, atau disebut dengan limfoma MALT
(Mucosa Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan penting dalam menjaga
kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan perubahan
metaplastik pada dinding lambung (santacroce, 2008).

3. Mengkonsumsi rokok dan alkohol. Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30
batang sehari dan kombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan
meningkatkan risiko kanker lambung (Gonzalez, 2003).
4. NSAIDs. Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dalam hal ini (polip lambung) dapat
menjadi prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung berulang akan
meningkatkan risiko kanker lambung (Houghton, 2006).

5. Anemia pernisiosa. Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan


absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik
sekresi lambung, kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.
Pylori memberikan konstribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada
dinding lambung (Santacroce, 2008).

2.4 Patofisiologi

Kebanyakan kanker gaster adalah adenokarsinoma (90-95%). Karsinoma gaster berasal dari
perubahan epitel pada membran mukosa gaster yang berkembang pada bagian bawah
gaster, sedangkan pada atrofi gaster didapatkan bagian atas gaster dan secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk:
1. Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang tumbuh ke lumen
sebagai massa.
2. Seperempatnya berbentuk tumor yang berulserasi.
3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.
4. Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada permukaan.
5. Bentuk linisplatika.
6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskularis propia dan akan
melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regional. Lesi pada kanker lambung
memberikan berbagai macam keluhan yang timbul, gangguan dapat dirasakan pada pasien
biasanya jika sudah pada fase progresif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti
dispepsia, anoreksia, penurunan BB, nyeri abdomen,konstipasi, anemia, mual serta muntah.
Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah keperawatan.
2.5 Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang ditemui antara lain (Davey, 2005):


1. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan defisiensi Fe
mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang paling umum. 
2. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit metastasis
lanjut.
3. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran keluar
lambung.
4. Disfagia atau sulit menelan
5. Nausea atau rasa ingin muntah
6. Kelemahan
7. Hematemesis atau muntah darah
8. Regurgitasi
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu/ cairan yang telah ditelan
melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu/air.
9. Mudah kenyang
10.  Asites perut membesar 
11. Kram abdomen
12. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
13. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.

Stadium kanker lambung dengan menggunakan sistem TNM.


Tumor Primer Kelenjar Getah Bening (KGB) Metastasis Jauh
(T) Regional (N) (M)
Tis Carcinoma in situ, tumor N0 Kelenjar getah bening M0 Tidak ada
intraepitel regional tidak terlibat metastasis jauh
T1 Ekstensi tumor ke N1 Metastasis pada 1-6 nodus M1 Ada metastasis
submukosa. limfe regional jauh.
T2 Ekstensi tumor ke propia N2 Metastasis pada 7-15
muskular dan serosa nodus limfe regional
T3 Penetrasi serosa N3 Metastasis pada >15 nodus
limfe regional
T4 Invasi ke struktur sekitar

(Greene FL, Compton CC, Fritz AJ, et al. AJCC Cancer Staging Manual, 6th ed. 2002)
Pengelompokkan stadium dan prediksi bertahan hidup
Stadium TNM Bertahan hidup setelah
Stadium I T1 N0 M0 88%
Stadium II T1 N2 M0 65%
T2 N1 M0
T3 N0 M0
Satdium III a T2 N2 M0 35%
T3 N1 M0
T4 N0 M0
Satdium III b T3 N2 M0 35%
Stadium IV T4 N1-3 M0 35%
Setiap T N3 M0
Setiap T N3 M1
(Greene FL, Compton CC, Fritz AJ, et al. AJCC Cancer Staging Manual. 6th ed. 2002)

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Tumor marker
Level serum Carcinoembryonic antigen (CEA) dan CA 19-9 seringkali meningkat
pada pasien dengan kanker gaster stadium lanjut. Tetapi hanya sekitar sepertiga dari
pasien yang memiliki nilai abnormal dari CEA dan/atau CA19-9.4Manggabungkan
CEA dengan marker lainnya, seperti sialylated Lewis antigens CA19-9 atau CA50,
dapat meningkatkan sensitifitas CEA. 3 Sensitifitas dari CEA rendah dan ketika
nilainya meningkat, levelnya tidak berhubungan dengan stadium yang ada,
dikarenakan rendahnya sensitifitas dan spesifitas, marker ini tidak mempunyai
peranan sebagaiscreening test pada pasien resiko tinggi.3,4 Tumor-associated
glycoprotein antigen, TAG-72 (CA 72-4 assay), dapat berguna sebagai tumor marker
post reseksi, pada sebuah penelitian CA 72-4 memperlihatkan spesifitas 40% – 50%
dan sensitifitas 100%. Gen E-cadherin, yang didapatkan pada bentuk familial dari
kanker gaster, mungkin sangat berguna sebagai marker genetik pada penyakit yang
rekuren, dengan sensitifitas 59% dan spesifitas 75%. Vascular endothelial growth
factor (VEGF) juga telah diajukan sebagai marker post operatif. Nilai serum VEGF
yang lebih besar dari 533 pg/mL ditemukan sebagai faktor independen untuk cancer-
specific survival. Tidak terdapat tes laboratorium tunggal yang dapat mendeteksi
adanya kanker gaster rekuren. Tehnik terbaru sedang diteliti untuk mendeteksi
individu dengan resiko tinggi kanker gaster berdasarkan komposisi genetik.
Tehnologi ini termasuk cDNA microarray, serial analysis of gene
expression (SAGE), differential display, dan subtractive hydridization.

2. Upper Gastrointestinal Barium Examination (UGI)


The upper gastrointestinal barium examination (UGI) merupakan modalitas primer
untuk mendeteksi kanker gaster. Meskipun endoscopy memiliki kelebihan
dibandingkan UGI, namun UGI tetap menjadi pemeriksaan diagnostik yang sering
digunakan karena kurang invasif, tidak membutuhkan sedasi, dan biaya yang rendah.
Sebagai tambahan neoplasma gaster kadangkala merupakan temuan yang tak
disengaja ketika dilakukan pemeriksaan UGI untuk gejala yang tidak spesifik atau
untuk evaluasi dari esophagus atau usus halus. 

Pemeriksaan double-contrast merupakan tehnik radiologis tunggal yang paling baik


untuk mendiagnosa kanker gaster dini (gambar 15). Pada penelitian 80 pasien
dengan kanker gaster, pemeriksaan double-contrast dapat mendeteksi 99% pasien
dengan kanker gaster. Pemeriksaan tunggal single-contrast hanya mempunyai nilai
sensitifitas sebesar 75% dalam mendiagnosa kanker gaster. Tipe morfologi yang
dideskripsikan oleh the Japan Research Society of Gastric Cancer, kanker gaster dini
dapat terdeteksi pada UGI sebagai polip kecil (type I), lesi superficial dengan elevasi
minimal (type IIa), atau flat (type IIb), depresi ringan (type IIc), atau shallow
ulcers (type III) (gambar 16).
Kanker gaster tingkat lanjut dapat berbentuk massa polypoid, ulserasi, atau proses
infiltratif (linitis plastica pattern) (gambar 17). Ulserasi merupakan penemuan yang
sering terdapat pada pemeriksaan UGI. Bagaimanapun juga hanya 3% sampai 5%
dari kanker gaster yang berupa kondisi malignant. Terdapat beberapa keterbatasan
dari UGI, yaitu interpretasi dari UGI bergantung pada kemampuan operator,
keakuratan diagnostik untuk deteksi dini dari kanker lebih besar pada Negara yang
mempunyai program screening berskala besar seperti Jepang, bila dibandingkan
dengan Amerika Serikat. Sensitifitas juga tampaknya menurun jika digunakan pada
pasien postgastrectomy dikarenakan gangguan anatomis akibat rekonstruksi
pembedahan. 
3. Computed Tomography
Computed tomography scanning (CT-scan) menyediakan informasi yang penting
dalam rencana pelaksanaan pasien dengan kanker gaster. CT-scan dapat memberikan
informasi mengenai tumor primer, mendeteksi lymphadenopathy, dan memprediksi
invasi dari organ di sekitarnya, dengan beberapa keterbatasan. CT-scan merupakan
pemeriksaan tunggal non invasif yang dapat mendeteksi adanya metastase. Evaluasi
keterlibatan tumor intramural dan ekstensi pada dinding gaster sangat penting untuk
perencanaan terapi. Tehnik CT standar sangat lemah dalam mengevaluasi gaster.
Ketebalan dinding gaster sulit untuk dinilai tanpa adanya distensi dari gaster dan
bagian dari dinding gaster yang coplanar dengan sudut axial scan (terutama regio
cardiac gaster) dapat terlihat menipis. Penampakan pseudomass
dari gastroesophageal (GE) junction pada CT-scan standar berkisar 23% dari 100
pasien dengan GE junctions yang normal. Pada penelitian yang membandingkan
antara EUS dan CT-scan didapatkan keakuratan penetrasi tumor berkisar 92% untuk
EUS bila dibandingkan 42% untuk CT-scan. Berbagai tehnik telah berkembang
dalam 15 tahun terakhir dan perbedaan tersebut menjadi menipis. Pada penelitian
yang terbaru, keakuratan CT-scan sebesar 76% bila dibandingkan dengan EUS
sebesar 86%. Distensi gaster dapat dicapai dengan memasukkan air (300 sampai 800
mL) sangat penting untuk penilaian yang akurat dari ketebalan dinding gaster.4

CT scan dari thorax, abdomen, dan pelvis berguna untuk menentukan penyebaran
lateral dari tumor dan adanya metastase secara sistemik. Bagaimanapun juga, lebih
dari 50% pasien menunjukkan penyebaran tumor yang lebih luas dari yang
diperlihatkan oleh CT pada saat laparotomy. Dengan menggunakan metode
terbaru triphasic spiral CT scanning, dapat memprediksi lebih tepat tumor dengan
ukuran yang kecil dan memprediksikan stadium T. Takao et al melaporkan
keakuratan dari spiral CT sebesar 82% untuk menentukan stadium T pada kanker
gaster tingkat lanjut dan 15% pada kanker gaster dini. Beberapa pusat kesehatan di
eropa telah menggunakan metode ini, dan tanpa metode ini, keakuratan dari stadium
T secara umum sangat rendah.

Keakuratan CT-scan untuk menilai keterlibatan kanker gaster mempunyai nilai yang
terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan ukuran kelenjar limfe tetap menjadi kriteria
diagnostik primer untuk menentukan keterlibatan tumor. Nilai batas normal kelenjar
limfe adalah 8 sampai 10 mm, tetapi meastase dapat ditemukan pada kelenjar limfe
yang berukuran lebih kecil dari 8 mm. pada penelitian pada 58 pasien kanker gaster
dan 1082 sampel kelenjar limfe, kanker ditemukan pada 82.6% kelenjar limfe yang
berukuran lebih dari 14 mm, 23.0% berukuran 10 sampai 14 mm, 21.7% berukuran
5 sampai 9 mm, dan 5.1% berukuran kurang dari 5 mm. Pada penelitian oleh Dux et
al juga didapatkan bahwa mayoritas kelenjar limfe metastase berukuran antara 2 dan
10 mm. Halvorsen et al melaporkan sensitivitas sebesar 67% dan spesifitas sebesar
61% pada penelitian kelenjar limfe metastase pada 75 pasien dengan kanker gaster.
Metastase secara hematogenous paling sering terjadi pada hepar, paru-paru, dan
kelenjar adrenal, dapat juga pada tulang, ginjal dan otak. CT-scan tetap menjadi
modalitas untuk mendeteksi penyakit metastase. 

4. Positron Emission Tomography


Penggunaan Positron Emission Tomography (PET) pada pasien kanker gaster adalah
dalam menentukan stadium, mendetteksi rekurensi, menentukan prognosis, dan
menentukan respon terapi. Kelebihan PET dibandingkan CT adalah mengenai
resolusi kontras yang lebih besar. Contohnya PET dapat mendeteksi metastase
kelenjar limfe sebelum adanya pembesaran kelenjar limfe pada CT-scan.
Keterbatasan dari PET adalah rendahnya sensitivitas untuk lesi yang berukuran kecil
dan hasil false-positive dari proses infeksi dan inflamasi. Sebagai tambahan, PET
relatif lebih mahal bila dibandingkan pemeriksaan lainnya. PET telah dilaporkan
memiliki sensitivitas yang rendah dalam mendeteksi tumorsignet-ring
cell dan mucinous. Meskipun PET tidak mempunyai peranan dalam mendeteksi
kanker gaster primer. Mayoritas (60% sampai 96%) neoplasma gaster primer. PET
mempunyai nilai potensial dalam menentukan stadium dari kanker gaster. Yoshioka
et al melaporkan sensitivitas sebesar 71% dan spesifitas sebesar 74% pada 42 pasien
dengan kanker gaster stadium lanjut, dan sensitivitas untuk mendeteksi metastase
kelenjar limfe bervariasi dari 23 sampai 73%. Nilai utama PET dalam mendeteksi
metastase kelenjar limfe terutama karena spesifitasnya yang tinggi, sebesar 78%
sampai 96%. 

Keakuratan dari PET dan CT untuk mendeteksi kelenjar limfe lokal dan distant tidak
berbeda jauh. Meskipun CT lebih sensitif daripada PET untuk mendeteksi metastase
kelenjar limfe pada N1 dan N2, PET lebih bersifat spesifik. PET lebih sensitif dalam
mendeteksi metastase pada organ seperti hepar dan paru-paru, tetapi tidak untuk
metastase tulang, peritoneal dan pleural. De Potter et al mengevaluasi 33 pasien
untuk rekurensi setelah terapi pembedahan kuratif, PET mempunyai sensitivitas
sebesar 70% dan spesifitas sebesar 69%. PET scan yang bernilai negatif
berhubungan dengan survival yang lebih panjang secara signifikan bila
dibandingkan dengan PET scan positif. PET juga memiliki nilai dalam memprediksi
respon dari kemoterapi preoperatif pada kanker gaster. Ott et al melakukan
penelitian prospektif pada 44 pasien dengan kanker gaster stadium lanjut, didapatkan
respon dari PET setelah 14 hari terapi memprediksikan respon histopatologi 3 bulan
setelah terapi dan berhubungan dengan tingkat survival. 
Fluorodeoxyglucose (FDG) positron emission tomography (PET) seluruh tubuh,
penggunaannya telah meningkat dalam evaluasi gastrointestinal malignancies. The
positron-emitting 18F-labeled analogue dari 2-deoxyglucose, 2-[18F]-fluoro-2-
deoxyglucose dimasukkan kedalam sel dengan menggunakan perantara hexose tipe I
atau II. Ketika didalam sel, analog tersebut di fosforilasi menjadi FDG-6-phosphate,
dimana kebanyakan jaringan tumor tidak memetabolisasi lebih jauh. 3 Uptake yang
besar dari FDG berhubungan dengan dalamnya invasi, ukuran tumor, dan metastase
kelenjar limfe. Tingkat survival pasien dengan uptake FDG yang tinggi secara
signifikan lebih rendah dari pasien dengan uptake FDG yang rendah. Bagaimanapun
juga derajat uptake tumor primer berhubungan dengan histologi tumor dan tumor
dengan prognosis yang buruk dapat mempunyai uptake FDG yang rendah. Secara
umum, signet-ring cell danmucinous carcinomas mempunyai uptake FDG yang
rendah. 4 Beberapa penelitian telah mendokumentasikan lokasi tumor kolorektal dan
hepatic yang rekuren, dengan sensitivitas bervariasi dari 92-100% dan akurasi
sebesar 90-96%. Penelitian pada kanker esophageal memperlihatkan bahwa PET
dapat mendeteksi 20% dari metastase yang tidak dapat terlihat oleh CT. Penelitian
pada kanker gaster dengan menggunakan FDG-PET, terlihat memiliki sensitifitas
60%, spesifitas 100%, dan keakuratan sebesar 94% dalam mengidentifikasi kanker
gaster. 

5. Laparoscopy
Pengenalan dari fiberoptic, video-assisted laparoscopy pada awal 1980 memberikan
makna untuk penilaian secara langsung dari abdominal cavity tanpa morbiditas dari
laparotomy. Studi komparatif yang membandingkan CT dan laparoscopy telah
secara konsisten menunjukkan bahwa laparoscopy memberikan informasi tambahan
yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan CT-scan. Pada sebuah penelitian
mengenai kanker gaster, laparoscopy memiliki keakuratan sebesar 94% ketika
dibandingkan terhadap penemuan pada saat laparotomy. Kebanyakan yang tidak
terdeteksi dengan menggunakan CT-scan adalah metastase pada peritoneal. Tingkat
keakuratan metode ini untuk mendiagnosa stadium M1 berkisar 13% sampai
37%.3 Laparoscopy memegang peranan penting sebagai panduan terapi pasien yang
tepat untuk dapat dilakukan reseksi. pada tahun 1995 Shandall dan Johnson
melaporkan bahwa penggunaan rutin laparoskopi menghasilkan deteksi dari
metastase pada hepar atau peritoneum dan menghindari dilakukannya laparotomi
pada 29% pasien. Penelitian lainnya juga mengkonfirmasi hal ini, dimana 12%
sampai 52% pasien dirasakan tepat untuk dilakukan reseksi gaster terhindar dari
laparotomi dikarenakan ditemukannya metastase pada saat laparoskopi. Burke et al
menyebutkan bahwa laparoskopi memiliki sensitivitas sebesar 100% sensitivity dan
84% spesifitas. Dengan adanya tehnik terbaru laparoscopic ultrasound, stadium N
dapat ditentukan dengan laparoskopi, namun sayangnya dibutuhkan operator yang
ahli. Finch et al mengindikasikan laparoscopic ultrasound mempunyai keakuratan
sebesar 84%dalam menentukan stadum kanker esophageal. Dikarenakan pentingnya
dari laparoskopi dalam menentukan stadium, the National Comprehensive Cancer
Network (NCCN) merekomendasikan pasien dengan kanker gaster
dengan locoregional disease (M0) menjalani laparoskopi untuk manajemen lebih
jauh. Laparoskopi tidak hanya terbatas pada pasien yang resectable. Penentuan
stadium yang akurat pada pasien yang unresectable dapat membantu menentukan
keuntungan dari terapi chemoradiation, dikarenakan radiasi mungkin tidak tepat
pada pasien yang memiliki metastase. Laparoskopi tidak diperlukan pada lesi T1
atau T2 dimana insiden metastsenya rendah. Lebih jauh lagi, laparoskopi tidak
diindikasikan sebagai evaluasi preoperatif pada pasien dengan gastric remnant
cancers, dikarenakan cenderung tidak terjadi metastase peritoneal.

6. Endoscopy
Endoscopy saluran cerna bagian atas telah digunakan secara rutin untuk
mendiagnosa dan menentukan stadium dari kanker gaster. Beberapa laporan telah
menunjukkan keakuratan diagnostik lebih dari 95%. Evaluasi termasuk ukuran,
lokasi, dan morfologi dari tumor, termasuk penyebaran proksimal dan distal,
sebagaimana juga abnormalitas mukosa. Penurunan distensibilitas dari gaster,
aktifitas peristaltik yang abnormal, dan fungsi pylorus yang abnormal dapat
mengindikasikan adanya infiltrasi submukosal yang luas atau penyebaran extramural
dari tumor. Kemungkinan mendapatkan hasil yang positif pada biopsi lebih besar
dari 95% ketika sampel jaringan diambil sebanyak enam sampai sepuluh buah.
Mengidentifikasi iregularitas dari mukosa biasanya berhubungan dengan gastritis-
like carcinomas dini yang bisa diperjelas dengan menggunakan cairan vital
dyes, seperti 0.1% indigocalmin. Tehnik ini telah digunakan secara luas di jepang
dengan tingkat keberhasilan yang baik. 

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan


pengelompokkan stadium tumor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah tindakan
endoskopi,kemoterapi,radioterapi,dan intervensi bedah.

Pada polip lambung jinak, diangkat dengan menggunakan endoskopi. Bila karsinoma
ditemukan di dalam lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk mencoba
menyembuhkannya. Sebagian besar atau semua lambung diangkat (gastrektomi) dan
kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat. Bila karsinoma telah menyebar ke
luar lambung, tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengurangi gejala dan
memperpanjang harapan hidup pasien. Kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma
lebih pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat toleransi yang baik akan
bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Kaji riwayat diet klien, seperti masukan makanan asap, diasinkan masukan buah
dan sayuran yang rendah.
2. Kaji rasa tidak nyaman pada epigastrium, tidak dapat makan, dan perasaan
kembung setelah makan. Jika ya sudah berapa lama dan upaya pengobatan apa
yang telah dilakukan, apakah sudah berobat ke dokter atau minum obat yang
dijual bebas.
3. Kaji adanya gejala nyeri abdomen, nyeri punggung, anemia, anoreksia, mual,
muntah, cepat kenyang, disfagia, dan malaise serta hematemesis.
4. Kaji adanya penurunan berat badan, sejak kapan dan berapa kg penurunan berat
badan sejak sakit.
5. Kaji apakah kalian merokok, berapa banyak dalam sehari, sejak kapan, dan
selama atau setelah merokok, apakah mengalami ketidaknyamanan pada
lambung.
6. Kaji apakah klien minum alkohol, berapa banyak dalam sehari dan sejak kapan.
7. Kaji anggota keluarga ada yang menderita penyakit kanker, jika ada apakah
anggota keluarga langsung, keluarga dekat atau kerabat jauh.
8. Kaji apakah ada seseorang yang dapat memberikan dukungan emosional kepada
klien.
9. Pemeriksaan fisik: melakukan palpasi pada abdomen untuk mengetahui adanya
massa dalam lambung.
10. Kaji adanya ansietas dan tanyakan apa yang menyebabkan ansietas pada klien.

3.2 Analisis Data

No Data Problem Etiologi

1. DS : Nyeri Berhubungan dengan iritasi


 Pasien mengeluh 2.  mukosa esophagus dan
3.    distensi gastrik dari kanker
nyeri pada area
abdomen lambung.
 Pasien mengatakan
nyerinya seperti
ditusuk.
 Pasien mengeluh
sulit berkonsentrasi
ketika merasa nyeri.

DO:
 Pasien tampak
memegang
abdomen.
 Pasien tampak
meringis.
 P: kanker lambung
Q: tertusuk
R: abdomen
S: 7
T: bertahap
 Nadi > 60-
100x/menit
 TD > 120/80 mmHg
 RR >16-20 x/menit
2. DS : Perubahan nutrisi kurang dari Berhubungan dengan
 pasien mengeluh kebutuhan tubuh anoreksi.
sering mual dan
muntah.
 Pasien mengatakan
nafsu makan
menurun.
 Pasien mengatakan
tidak dapat
menghabiskan porsi
makan yang
dihidangkan.
DO:
 BB pasien turun
berkisar 10%-20%
atau lebih dibawah
berat badan ideal.
 Lipatan kulit pasien
trisep.
 Lingkaran lengan
dan lingkaran otot
lengan tengah pasien
< 60% standar
pengukuran.
 Pasien terlihat
lemah.
 Mukosa bibir pasien
kering.
 Pasien mengalami
penurunan albumin
serum.
 Pasien mengalami
penurunan transferin
serum atau
penurunan kapasitas
ikatan-besi.
3. DS : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia
 Pasien mengeluh tak dan malnutrisi sekunder
dapat melakukan terhadap kanker lambung.
aktivitas.
 Pasien mengeluh
lemah.
DO:
 Pasien hanya
berbaring diatas
tempat tidur.
 Pasien tampak
lemah.
 Nadi pasien >60-100
x/menit.
4. DS : Ansietas Berhubungan dengan
 Pasien mengatakan penyakitnya, perubahan pada
sering cemas dan status kesehatan /
merasa ketakutan. sosioekonomi, fungsi peran,
DO: pola interaksi, ancaman
 Pasien tampak kematian dan pengobatan.
cemas.
 Pasiean tampak
lemah.

3.3 Diagnosa Prioritas


1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esophagus dan distensi gastrik dari
kanker lambung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan malnutrisi sekunder
terhadap kanker lambung.
4. Ansietas berhubungan dengan penyakitnya, perubahan pada status
kesehatan/sosioekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian dan
pengobatan.
3.4 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Nyeri berhubungan dengan Nyeri dapat teratasi setelah 1. Kaji riwayat nyeri: 1. Identifikasi data dasar
iritasi mukosa esophagus dan dilakukan tindakan keperawatan lokasi, frekuensi, durasi untuk mengevaluasi
distensi gastrik dari kanker selama 2x24 jam, dengan criteria dan intensitas (skala 0- kebutuhan atau
10).
lambung ditandai dengan hasil : keefektifan intervensi
2. Istirahatkan pasien
pasien mengeluh nyeri pada 1. nyeri berkurang/terkontrol pada saat nyeri muncul. 2. Istirahat, secara fisiologis
area abdomen pasien, 2. ekspresi wajah pasie rileks 3. Ajarkan teknik relaksasi akan menurunkan
napas dalam pada saat kebutuhan oksigen yang
mengatakan nyerinya seperti 3. pasien dapat istirahat dengan
nyeri muncul.
ditusuk, pasien mengeluh sulit cukup. diperlukan untuk
4. Anjurkan duduk tegak
berkonsentrasi ketika merasa 4. Nadi pasien normal selama 1-4 jam setiap memenuhi kebutuhan

nyeri, Pasien tampak 5. TD pasien normal selesai makan metabolisme basal.


5. Kolaborasi dalam 3. Meningkatkan asupan
memegang abdomen, pasien 6. RR pasien normal
pemberian analgesic. oksigen sehingga akan
tampak meringis, P: kanker 6. Monitor TTV/ 3 jam
menurunkan nyeri
lambung Q: tertusuk R:
sekunder sehingga akan
abdomen S: 7 T: bertahap, nadi
menurunkan nyeri
> 60-100x/menit, TD > 120/80
sekunder dari iskemia
mmHg, RR > 16-20 x/menit.
intestinal.
4. Untuk mencegah
terjadinya refluk
5. Dapat menurunkan atau
menghilangkan nyeri,
nyeri merupakan
komplikasi yang sering
terjadi dari kanker,
meskipun respon individu
berbeda.
6. TTV yang normal
merupakan indikasi
bahwa masalah dapat
teratasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari Perubahan nutrisi kurang dari 1. Kaji masukan makanan 1. mengidentifikasi status
kebutuhan tubuh berhubungan kebutuhan tubuh dapat teratasi pasien setiap hari. nutrisi pasien.
dengan anoreksia ditandai setelah dilakukan tindakan 2. Berikan makanan 2. untuk mengurangi mual
sedikit tapi sering dan muntah.
dengan pasien mengeluh sering keperawatan selama 3x24 jam,
dengan bahan makanan 3. Dapat menjcegah respon
mual dan muntah, pasien dengan criteria hasil : yang tidak bersifat mual/muntah.
mengatakan nafsu makan 1. Nafsu makan meningkat iritatif. 4. Dapat menurunkan
2. Makan habis satu porsi 3. Hindari makanan perasaan mual dan
menurun, pasien mengatakan
3. Berat badan bertambah terlalu manis, berlemak meningkatkan masukan
tidak dapat menghabiskan
atau makanan pedas. oral.
porsi makan yang dihidangkan, 4. Ajarkan pasien teknik 5. Kelebihan masukan
BB pasien turun berkisar 10%- relaksasi. makanan menyebabkan
5. Anjurkan masukan distensi gsatrik, yang
20% atau lebih dibawah berat
anam kali porsi kecil menimbulkan nyeri
badan ideal, lipatan kulit sehari sebagai ganti lambung.
pasien trisep,lingkaran lengan makan porsi besar tiga 6. Meminimalkan iritasi
dan lingkaran otot lengan kali. lambung dan
tengah pasien < 60% standar 6. Kolaborasi dalam mengurangi resiko
pemberian antasida ulserasi mukosa
pengukuran, pasien terlihat
7. Monitor BB pasien 7. Dengan BB normal maka
lemah, mukosa bibir pasien (IMT normal). masalah nutrisi pasien
kering, pasien mengalami 8. Ukur lingkaran lengan dapat teratasi.
pasien. 8. Dengan mengukur
penurunan albumin serum,
lingkaran lengan dapat
pasien mengalami penurunan
mengetahui keefektifan
transferin serum atau dari pemberian asupan
penurunan kapasitas ikatan- nutrisi.
besi.
3. Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas dapat teratasi 1. Berikan bantuan pada 1. Istirahat mengurangi
berhubungan dengan anemia setelah dilakukan tindakan aktivitas sesuai penggunaan energi.
kebutuhan. Rencanakan 2. Besi diperlukan untuk
dan malnutrisi sekunder keperawatan selama 2x24 jam,
periode istirahat. eritropoeisis normal.
terhadap kanker lambung dengan kriteria : 2. Berikan pengobatan Darah lengkap dapat
ditandai dengan pasien 1. Keluhan kelelahan dan yang diprogramkan diberikan bila hemoragi
terhadap anemia masif terjadi. SDM
mengeluh tak dapat melakukan kelemahan berkurang bila
(suplemen besi atau kemasan dapat diberikan
aktivitas, pasien mengeluh melakukan aktivitas. transfusi darah). untuk mengganti
lemah, pasien hanya berbaring 2. Nadi pasien normal. 3. Monitor TTV/3 jam : kehilangan sel darah bil
respon pada aktivitas avolume cairan adekuat.
diatas tempat tidur, pasien
fisik. 3. Dengan TTV normal
tampak lemah, nadi pasien merupakan indikasi
>60-100 x/menit. kemajuan yang
diharapkan.
4. Ansietas berhubungan dengan Ansietas dapat diatasi setelah 1. Kaji pengalaman 1. Mengidentifikasi rasa
penyakitnya, perubahan pada dilakukan tindakan keperawatan pasien/keluarga takut dan kesalahan
status kesehatan/sosioekonomi, selama 1x24 jam, dengan kriteria sebelumnya dengan konsep berdasarkan
kanker pengalaman dengan
fungsi peran, pola interaksi, hasil :
2. Beri kesempatan pasien kanker.
ancaman kematian dan 1. Pasien mampu mengungkapkan untuk mengungkapkan 2. Pasien dapat
pengobatan ditandai dengan perasaannya kepada perawat. perasaannya mengekspresikan rasa
3. Berikan lingkungan takut yang dialaminya.
pasien mengatakan sering 2. Pasien dapat
yang nyaman dan 3. Membantu pasien agar
cemas dan merasa ketakutan, mendemonstrasikan
rileks. merasa diterima pada
pasien tampak cemas. keterampilan 4. Jelaskan tujuan kondisi saat ini.
pasiean tampak lemah. 3. pemecahan masalahnya dan pengobtan yang 4. Pasien mendapatkan
dianjurkan, dan pemahaman tujuan
perubahan koping yang
kemungkinan efek pengobtan kanker.
digunakan sesuai situasi yang samping 5. Menurunkan relaksasi
dihadapi. 5. Kolaborasi dengan dan menurunkan
4. Pasien dapat mencatat dokter dalam kecemasan.
pemberian obat
penurunan kecemasan/ketakutan
anticemas seperti
dibawah standar. diazepam.
5. Pasien dapat rileks dan
tidur/istirahat dengan baik.
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.(2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Otto, Shirley E. 2005. Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi  . jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Suratum, Skep, M.Kep & Lusiana, Skep, M.Kep. (2010). Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai