Bijih Timah di Indonesia pertama kali digali pada tahun 1709 di Sungai Olim,
Toboali, Pulau Bangka pada saat pemerintahan Sultan Palembang. Pada tahun
1711 didatangkan ahli-ahli penambangan dari Malaka dan Siam mengajarkan cara
menambang dengan sistem penggalian “Sumur Palembang” atau sistem kolong /
parit. Bijih Timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang-
pedagang yang datang dari Portugis, Spanyol juga dari Belanda. Keadaan ini
berubah ketika Belanda datang ke Indonesia, pada saat penggalian timah mulai
lebih digiatkan. Sejak tahun 1720, penggalian timah dilakukan secara besar-
besaran dan dibiayai oleh pada pengusaha asal Belanda yang tergabung dalam
VOC yang kemudian memonopoli dan mengawasi seluruh tambang timah di
Pulau Bangka.
II-1
1909, pompa tanah di tahun 1917 dan jig pada tahun 1920. Tak hanya di darat,
pada tahun 1917 juga diperkenalkan cara menambang dengan Kapal Keruk di
Pulau Singkep dan di Pulau Bangka tahun 1926.
II-2
Perubahan selanjutnya teradi pada tahun 1968, dimana ketiga PN dan BPU ini
ditambah dengan Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok yang dijadikan satu
dalam bentuk PN Tambang Timah, yang terdiri dari Unit Penambangan Timah
(UPT) Bangka, Belitung dan Singkep serta Unit Peleburan Timah Mentok (Unit
Peltim).
Krisis industri timah dunia mengakibatkan merosotnya harga timah pada tahun
1985 dan mencapai titik terendah pada tahun 1989 yang memicu perusahaan
untuk melakukan perubahan mendasar agar dapat mempertahankan kelangsungan
perusahaan. Pada tahun 1991-1995 dilakukan Restrukturisasi perusahaan yang
meliputi proram-program reorganisasi, relokasi kantor pusat ke Pangkalpinang,
rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta pelepasan aset yang
tidak berkaitan langsung dengan usaha pokok perusahaan.
II-3
Pada tahun 1998 dalam rangka pemekaran usaha, PT Timah Tbk. melakukan
reorganisasi dan memisahkan kempetensi sejenis kedalam tiga anak perusahaan
yang baru dibentuk, yaitu PT Tambang Timah, PT Timah Industri dan PT Timah
Eksplomin. Dengan pembentukan anak-anak perusahaan tersebut, PT Timah
(Persero) Tbk. menempati posisi sebagai induk perusahaan (Holding Company).
a. Visi
Menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah
lingkungan.
b. Misi
Membangun sumber daya manusia yang teguh, unggul dan bermartabat.
Melaksanakan tata kelola penambangan yang baik dan benar.
Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap pemegang saham
serta tanggung jawab sosial.
Berikut ini merupakan struktur organisasi di PT Timah Tbk pada gambar 2.1:
Keterangan:
II-4
a. PT Tambang Timah (PT TT), bergerak dalam bidang pertambangan timah dan
mineral ikutan lainnya, bahan galian industri, jasa, dan perdagangan.
b. PT Timah Industri (PT TI), bergerak dalam bidang usaha perdagangan,
perekayasaan, keteknikan industri, dan jasa.
c. PT Timah Eksplomin (PT TE), bergerak dalam menyediakan jasa dalam
bidang penyelidikan tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contohnya
mineral bahan galian, pembuatan studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik,
dan geohidrologi.
d. PT Timah Investasi Mineral (PT TIM), bergerak dalam bidang jasa investasi
dan konsultasi usaha pertambangan.
e. PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (PT DAK), bergerak dalam menyediakan
jasa perbengkelan, galangan kapal, dan jasa pelayanan kapal penumpang untuk
karyawan.
f. PT Timah Investasi Batu Bara (PT TIMBARA)
g. PT Tanjung Alam Jaya (PT TAJ)
PT. Timah Tbk, Unit Laut Bangka memiliki struktur organisasi untuk karyawan
KIP Timah 15 diperkirakan 60 karyawan. Dipimpin oleh kuasa yang menaungi
teknik kerja dari keseluruhan kapal, antara lain:
1. Kepala Bidang yaitu menaungi tugas sebagai pemimpin yang mencakup dari
keseluruhan semua yang ada di KIP.
2. Kapten Aplus yaitu menaungi tugas untuk menjalankan operasional kapal baik
pada bidang penambangan sampai dengan bidang pencucian.
3. Bidang Tata Usaha yaitu menaungi tugas dari keseluruhan masalah
administrasi pada karyawan, dan perlengkapan masalah K3 bagi karyawan.
4. Kapten Harian yaitu menaungi tugas mencakup semua dari segala kinerja
sampai dengan teknik perawatan kapal.
5. Masinis dan Teknisi yaitu menaungi tugas mencakup dari keseluruhan teknik
mesin, baik tentang operasional pada jig maupun mesin-mesin kapal dan
dengan yang lainnya.
II-5
6. Nakhoda yaitu menaungi tugas untuk menggerakan suatu kapal dari segala
sistem penambangan pada KIP.
7. Mandor Harian, Mandor Umum, dan Mandor Pencucian yaitu menaungi tugas
dari keseluruhan kinerja pada semua bidang penambangan, pencucian,
peralatan yang ada pada kapal KIP tersebut.
Sistem ini harus dijalankan sesuai dengan struktur organisasi yang telah
ditetapkan, agar tujuan kinerjanya mencapai hasil target yang ditentukan
perusahaan. Berikut dapat kita lihat gambar struktur organisasi di KIP 15 pada
gambar 2.2
Ka. KIP Timah15
II-6
Secara geografis, Pulau Bangka terletak antara 1º80’-3º70’ Lintang Selatan dan
diantara 105º40’-107º Bujur Timur dan memanjang dari arah barat laut kearah
tenggara sepanjang 180 km.
Lokasi Unit Penambangan Laut Bangka PT Timah (Persero) Tbk. berada di Kota
Belinyu, perjalanan menuju Unit Penambangan Laut Bangka dapat ditempuh
melalui jalan raya dari Kota Pangkalpinang menuju Kota Sungailiat dengan jarak
±34 Km dan Kota Sungailiat menuju Kota Belinyu dengan Jarak ±53 Km. Kondisi
jalan merupakan jalan yang sudah diaspal dengan klasifikasi jalan Negara. Posisi
geografis Kecamatan Belinyu adalah 578532–623423 mE dan 9784114–9834307
mN, terletak dibagian utara wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
bagian utara berbatasan dengan Laut Natuna, bagian timur berbatasan dengan
Selat Gaspar, bagian barat berbatasan dengan Teluk Klabat.
Lokasi penambangan bijih timah yang dilakukan oleh KIP Timah 15 berada di
wilayah Laut Penganak, Bangka Barat. Perjalanan menuju Laut Penganak dapat
ditempuh melalui jalur darat dari Kota Pangkal Pinang dengan jarak hampir 117
km dengan perjalanan waktu 120 menit. Saat tiba di Laut Penganak akan menaiki
alat transportasi laut yang bernama pong-pong. Waktu perjalanan antara dermaga
dengan KIP Timah 15 yaitu hampir 30 menit. Berikut Dibawah Ini Gambar Peta
Lokasi Kapal Isap Produksi Timah pada gambar 2.3:
II-7
LOKASI PENELITIAN
KAPAL ISAP PRODUKSI
TIMAH
II-8
2.2.2 Iklim Daerah Penambangan
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah kasiterit (SnO2). Batuan
pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan
intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk
gas maupun cairan, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena
tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan
membentuk deposit dan batuan samping.
II-9
pada daerah Barat ternyata lebih muda (akhir Kretasius) daripada daerah Timur
(Trias).
Di daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku, sedimen dan batuan
sedimen. Batuan sedimennya terdiri atas lapisan tanah liat, lempung, lempung
pasiran dan lainnya. Batuan sedimen ini juga merupakan batuan tua yang
mengalami penerobosan oleh intrusi batuan granit pada batuan samping. Sehingga
pada batuan sampingnya mengalami perubahan bentuk ke batuan metasedimen.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan
bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral
bijih diantaranya bijih timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan
granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk
vein-vein. Jadi pada proses pembentukan bijih timah ada terdapat dua sumber,
yaitu: pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
Endapan Timah merupakan salah satu endapan aluvial, yang terbentuk karena
lapisan atau material hasil pengendapan yang belum terkonsolidasi dengan kuat.
Lapisan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasiran, lempungan atau kombinasi dari
semuanya.
Ada dua jenis endapan timah yang dijumpai didaerah jalur timah Indonesia ini,
yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah sekunder adalah cadangan
II-10
timah utama yang ditambang oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Endapan timah
primer dijumpai umumnya berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang tidak
ekonomis untuk dilakukan penambangan. Berikut adalah jenis endapan timah,
yaitu:
a. Endapan Timah Primer
Berdasarkan Teknik Eksplorasi yang dikemukakan oleh Sudarto Notosiswoyo,
dkk, 2010, endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk langsung dari
magma (segresi dan diferensiasi magma). Disebut endapan singenetik, jika
endapan tersebut bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan, dan disebut
epigenetik jika endapan tersebut terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan. Adapun jalur timah Asia Tenggara dapat kita lihat pada
gambar 2.4 sebagai berikut:
II-11
Timah primer juga bisa terbentuk pada fase hidrotermal. Larutan hidrotermal
adalah larutan sisa magma yang panas dan bersifat aqueous sebagai hasil
deferensiasi magma. Larutan hidrotermal ini kaya akan logam-logam yang relatif
ringan, dan merupakan sumber tersebar (90%) dari proses pembentukan endapan
bijih. Adapun sketsa pembentukan endapan primer bijih timah dapat kita lihat
pada gambar 2.5 sebagai berikut:
Akibatnya kontak dengan lapisan tanah penutup yang berupa pasir, lanau ataupun
schist maka terjadilah reaksi kimia yang membentuk endapan bijih timah primer.
Bijih timah tersebut dapat juga terbentuk di sepanjang zona-zona lemah seperti
zona sesar, fissure-fissure dan bidang-bidang perlapisan yang mudah diterobos
oleh magma granitik. Oleh karena itu mineral timah umumnya terdapat dalam urat
II-12
hidrotermal suhu tinggi atau fase metasomatik, berada di dalam atau dekat dengan
massa batuan granit.
1. Pelapukan
Batuan yang berada dipermukaan akan mengalami pelapukan akibat adanya
proses eksogen baik pelapukan fisik maupun kimia. Faktor-faktor penyebab
pelapukan adalah:
1) Perubahan suhu
2) Air (air tanah dan air permukaan)
3) Unsur organic atau kelebatan vegetasi
4) Komposisi mineral bpada batuan
5) Struktur geologi yang terdapat pada batuan atau daerah tersebut, seperti
kemiringan lereng atau permukaan batuan.
Akibat dari pelapukan ini, batuan yang keras dan besar berubah menjadi batuan
kecil, peristiwa ini disebut sebagai pelapukan fisik, sedangkan bila batuan tersebut
dipengaruhi oleh unsur organik atau air sehingga mineral yang terdapat dalam
batuan itu bersenyawa karena proses kimia dan menyebabkan batuan tersebut
berubah menjadi lunak atau menjadi mineral lain, peristiwa ini disebut dengan
pelapukan kimia.
2. Erosi
Erosi merupakan proses pengikisan terhadap batuan atau lapisan tanah dimanapun
berada seperti dipegunungan, didataran, dipadang pasir, dipantai maupun dilaut.
Media sebagai penyebab terjadinya erosi terdiri dari beberapa macam, yaitu: air
mengalir, ombak, angin. Umumnya erosi ini sangat aktif pada daerah hulu atau
daerah dimana terjadinya intrusi dan memiliki kemiringan permukaan yang besar.
II-13
Dengan kecepatan yang tinggi maka mengakibatkan daya kikis yang akan
membawa butiran-butiran tanah yang terkikis. Ada beberapa istilah yang dikenal
berkaitan dengan proses erosi sebagai berikut:
3. Transportasi
Material-material yang sudah mengalami pelapukan akan dengan mudah terlepas
dan kemudian terkikis, butiran-butiran hasil erosi ini akan dibawa oleh air
ketempat yang lebih rendah.
Daya angkut air untuk mentransport material hasil rombakan tersebut tergantung
pada kecepatan aliran dan besarnya volume air yang bergerak pada tingkat
kekeruhannya.
Material atau fragmen batuan yang berukuran besar tidak akan terangkut jauh dari
sumbernya dan sebaliknya untuk material yang berukuran halus akan
tertransportasi sangat jauh bahkan sampai kelaut. Cara transportasi ada beberapa
macam, antara lain:
II-14
4. Pengendapan
Seperti yang telah kita ketahui dari suatu sistem sungai dimana setelah terjadi
pengikisan lalu terbawa oleh air material tersebut akan diendapkan pada bagian
terendah (lembah). Namun demikian, pengendapan juga terjadi pada daerah hulu
atau bagian tengah. Ini sangat tergantung pada kecepatan air, jumlah muatan
sedimen dalam sungai serta berat jenis dari mineral yang diendapkan. Umumnya
apabila kita menyusuri sungai akan tampak bahwa material yang besar-besar akan
diendapkan pada daerah hulu sehingga dapat dikatakan semakin jauh
terendapkannya material dari batuan sumbernya maka butiran atau fragmen
material akan semakin halus.
Pengetahuan ini sangat berguna bagi kita untuk mengetahui posisi dari peletakan
mineral bijih maupun material kerikil dan pasiran dalam suatu daerah
pengendapan aluvial. Dari bermacam-macam endapan aluvial, hubungannya satu
lingkungan pengendapan dengan lingkungan pengendapan lainnya akan memiliki
perbedaan karakteristik endapan alluvial.
Pada lokasi cadangan lepas pantai laut Kebiang, endapan bijih timah (Sn) tersebut
berasal dari endapan bijih timah Primer (Sn) yang mengalami proses sedimentasi.
Sehingga akhirnya berubah bentuk menjadi endapan bijih timah sekunder yang
terdiri dari endapan elluvial, endapan kollovial, endapan alluvial, mincang dan
endapan disseminated (Gambar 2.6).
II-15
2.3.3 Sumber Daya Endapan Bijih Timah
a. Mineral Utama
Mineral utama yang diproses oleh Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) adalah
mineral cassiterite (SnO2). Warna cassiterite bervariasi antara lain berwarna
kuning kecoklatan, kuning kemerahan, coklat kehitaman, hingga coklat tua
dengan berat jeni antara 6.8–7.1 gr/cm 3. Mineral cassiterite permukaannya
mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi lapisan
permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada yang primer ada pula yang
alluvial.
b. Mineral Ikutan Berharga
Secara umum mineral berharga yang dibawa oleh mineral cassiterite dan mineral
ikutan berharga yang diproses yaitu:
Ilmenite (FeTiO3)
Umumnya ilmenite berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki berat
jenis 4.5–5 gr/cm3 dan bersifat konduktor serta ferromagnetic. Biasa digunakan
sebagai rutile (TiO2) untuk industry keramik pigmen dan konsentra logam
Titanium.
II-16
Zircon (ZrSiO4)
Memiliki warna merah pucat atau oranye dengan berat jenis 4,2 – 4,7 gr/cm3.
Zircon bersifat non konduktor dan non magnet serta sebagai bahan zirconia untuk
industry keramik.
II-17
Timah di alam tidak ditemukan dalam unsur murninya, tetapi tergabung dengan
unsur dan mineral lain dalam bentuk senyawa. Timah yang ditemukan saat ini
diperoleh dari mineral cassiterite atau disebut juga sebagai tinstone (batu timah).
Cassiterite merupakan mineral oksida, yaitu persenyawaan antara Timah dan
oksigen dengan rumus kimia SnO2.
Kandungan timah dalam kasiterit berkisar 78%. Sebenarnya masih ada mineral
lain yang mengandung bijih timah. Namun, karena mineral tersebut ke dalam
mineral kompleks sehingga kurang mendapat perhatian karena memerlukan biaya
yang lebih besar dalam proses pemisahan untuk mendapatkan unsur timah (Sn)
saja. Mineral itu seperti stannite (Cu2FeSnS4) yang merupakan mineral kompleks
antara tembaga, besi, timah, dan belerang. Mineral lainnya yang mengandung
timah yaitu cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbal,
timah, besi, antimon, dan belerang.
Endapan bijih timah dalam cassiterite umumnya berasal dari magama granitic,
yaitu magma larutan yang bersifat asam (pembentukan granit) sehingga
keterdapatan endapan bijih timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan
granit.
Sedangkan setelah dilebur menjadi logam, timah memiliki sifat fisik berwarna
perak keputihan, dengan sifat kelenturan ductile, dan memiliki struktur kristal
yang tinggi. Timah tidak mudah teroksidasi dalam udara, sehingga tahan karat.
Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk timah oksida
(SnO2). Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4 dan beberapa pelarut organik,
seperti asam asetat, asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa
kuat, seperti NaOH, dan KOH. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2
dan +4. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn (IV)
klorida, dan hidrida timah yang stabil hanyalah SnH4.
II-18
Mineral cassiterite ini di alam ditemukan bersamaan dengan mineral ikutan
lainnya. Setelah mengalami proses pemisahan atau pencucian barulah mineral ini
dipisahkan hingga didapatkan mineral kasiteritnya saja.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (SnO2).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan
magma asam dan menembus lapisan sedimen. Pada tahap akhir kegiatan ini,
terjadi peningkatan konsentrasi elemen dibagian atas, baik dalam bentuk gas
maupun cairan, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan, karena retakan
dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk
deposit dan batuan samping.
Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku, sedimen dan batuan sedimen
resen. Batuan sedimen nya terdiri atas lapisan lempung, lempung pasir, dan
lainnya. Batuan sedimen ini merupakan batuan tua yang mengalami penerobosan
oleh intrusi batu granit pada batuan samping, sehingga batuan sampingnya
mengalami perubahan bentuk ke batuan metasedimen.
II-19
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral kasiterit. Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, makan
akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih
diantaranya bijih timah. Mineral ini terakumulaksi dan terasosiasi pada batuan
granit maupun didalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk urat
(vein). Jadi, pada proses pembentukan bijih timah terdapat dua sumber, yaitu pada
batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.
2.3.7 Stratifigrafi
a. Lapisan humus (humic), lapisan yang sangat dominan yang terbentuk dari sisa-
sisa tumbuhan (daun dan batang pohon) yang diendapkan di daerah rawa-rawa
yang bersamaan dengan itu diendapkan pula material halus dari hasil
transportasi material yang tererosi. Lapisan ini memiliki ciri-ciri, diantaranya:
1) Berwana hitam.
2) Kandungan air tinggi (79.48%), kedap air (impermeable).
3) Ukuran butirnya sangat halus (<1/254 mm).
4) Sangat lunak dan mudah longsor.
b. Lapisan pasir lempung (sand clay), lapisan yang mempunyai ukuran yang
halus mendekati ukuran butir lempung. Material ini mempunyai sifat yang
hampir sama dengan lempung. Adapun yang membedakan di antara keduanya
adalah warna lempung pasir relaltif lebih terang (lebih putih) dan kandungan
air lebih kecil (17,29%).
c. Lapisan pasir lempung (clay) biasanya terletak di antara lapisan lempung
humus dan lapisan pasir yang mengandung bijih timah. Sifat lapisan ini apabila
kering akan menjadi keras dan apabila basah akan menjadi lengket dan liat,
ukuran butirnya sangat halus dengan kandungan air yang tinggi (59,40%).
d. Lapisan lempung pasir (clay sand), lapisan yang terdiri dari lempung dan pasir,
dimana kebalikan dari pasir lempungan. Lapisan ini berwarna agak gelap,
II-20
kandungan air lebih besar dari pasir lempungan serta ukurannya realatif lebih
kasar dari pasi lempungan.
e. Lapisan pasir (sand), lapisan yang berbutir kasar, keras dan memiliki
kandungan air yang kecil.
f. Lapisan tanah bertimah (kaksa).
g. Lapisan batuan dasar (bed rock). Lapisan paling dasar terdiri dari b (batuan
beku, sedimen, atau metamorf) dan batuan yang lunak (batuan sedimen).
Umumnya lapisan batuan dasar pada endapan bijih timah di Pulau Bangka
adalah batu granit lapuk, batu lempung, Scist, dll.
Menurut Katili (1967) di P. Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit yang tua
tidak mengandung kasiterit dan umunya terdapat di daerah rendah, yakni granit
Klabat & A. Kapo. Granit generasi muda sebagai pembawa Timah umumnya telah
tererosi lanjut (“monadnock”).Menurut Suyitno, S (1981), generasi granit tersebut
adalah:
II-21
2. Lapisan Marine Muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga
lempung.
3. Lapisan Alluvium Tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat
regeresi muka ait laut karena glacial.
4. Lapisan Marine Tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan
lapisan lempung liat. Berikut dibawah ini stratigrafi daerah Bangka dapat kita
lihat pada gambar 2.7 sebagai berikut:
Revolving screen dilengkapi dengan grizly yang berdiameter 0,5 inchi dan
memiliki spasi antara 9–10 mm. Grizly berfungsi sebagai alat penyaring antara
material oversize dan undersize. Material yang memiliki ukuran lebih besar
II-22
daripada spasi pada grizly (tidak lolos saringan) akan keluar sebagai oversize
dan langsung masuk ke dalam bandar tailing. Pada KIP Timah 16, terdapat 1
set bandar tailing yang terletak pada bagian tengah KIP yang kemudian
tersalurkan ke laut. Untuk material yang memiliki ukuran lebih kecil daripada
spasi pada grizzly (lolos saringan) akan keluar sebagai undersize dan masuk ke
dalam bak saring putar yang berada di bawah saring putar dan kemudian
didistribusikan ke jig primer melalui lounder.
Lounder
II-23
Lounder merupakan alat penyaluran material undersize hasil dari saringan
putar dan meneruskannya ke jig agar pembagian feed dapat diatur secara
merata dan mengurangi kecepatan pemasukan (feeding) ke dua unit jig
primer.
II-24
material dari lounder agar laju alirannya tidak terlalu deras. Jika laju aliran air
terlalu deras maka material yang masih berharga akan ikut terbuang sebagai
overflow menuju bandar tailing dan apabila aliran terlalu lambat maka akan
terjadi penyumbatan pada jig.
II-25
Gambar 2.14 Eksentrik
Komponen jig membran, berfungsi untuk memberikan gaya isapan (suction)
dan gaya dorongan (pulsion) dengan menutup rapat antara tangki dan
digerakan oleh eksentrik serta stang balance. Membran berbentuk lingkaran
dengan diameter ± 45 inch untuk jig primer dan ± 25 inch untuk jig Clean Up.
Membran harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi kebocoran atau
lepas dan tidak boleh dicat karena dapat membuatnya mudah retak dan pecah.
Bagian jig yang terakhir adalah spigot yang terletak pada keluaran konsentrat
yang berada di bagian bawah jig. Spigot adalah alat yang berfungsi untuk
mengeluarkan konsentrat melewati tangki jig, serta berguna untuk mengatur
jumlah air yang ada di dalam tangki jig tersebut. Spigotberbentuk kerucut
dengan ujung membulat dengan diameter ±10 – 12 mm dan terbuat dari bahan
karet. Karet spigot harus dikontrol diameternya secara berkala untuk menjaga
kestabilan jumlah air yang mengisi tangki jig.
II-26
Jig Clean Up yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs yang terdiri dari
8 sel/unit dengan ukuran 910 × 910 m 2. Pada KIP Timah 16 terdapat 2 unit jig
Clean Up di sisi kiri dan kanan kapal. Setiap unit jig Clean Up terdiri dari 4
kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C, dan D. Jig Clean Up yang
berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih timah hasil olahan dari jig primer.
Konsentrat yang telah melewati tahap pencucian pada jig primer kompartemen
A, B, C dialirkan menuju jig Clean Up untuk kemudian dilakukan proses
pencucian dengan metode gravity concentration, dimana prinsip kerjanya
sama dengan jig primer.
II-27
Selanjutnya jika butiran-butiran mineral dimasukan maka butiran-butiran
mineral yang berat jenisnya lebih besar bergerak lebih lambat dari butiran
mineral dengan berat jenis yang lebih rendah. Mineral ringan tersebut lalu ikut
mengalir bersama air menuju ujung dari papan dan keluar sebagai tailing.
Sedangkan mineral berat yang masih berada di atas papan merupakan
konsentratnya.
II-28