Anda di halaman 1dari 28

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan

2.1.1 Sejarah Perusahaan

Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah sejauh


lebih dari 800 Km, disebut dengan “The Indonesian Tin Belt” yang merupakan
bagian dari “The South East Asia Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih
3.000 Km dari daratan Asia ke arah Thailand, semenanjung Malaysia dan
Indonesia yang mencakup wilayah pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian
di daratan Sumatera daerah Bangkinang di Utara, lalu ke arah Selatan yakni Pulau
Bangka, Belitung dan Karimata sampai ke daerah bagian Barat dari Kalimantan.
Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 300 tahun, mulai
dari Bangka pada tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung tahun 1852.
Dengan kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu
negara produsen timah terbesar di dunia.

Bijih Timah di Indonesia pertama kali digali pada tahun 1709 di Sungai Olim,
Toboali, Pulau Bangka pada saat pemerintahan Sultan Palembang. Pada tahun
1711 didatangkan ahli-ahli penambangan dari Malaka dan Siam mengajarkan cara
menambang dengan sistem penggalian “Sumur Palembang” atau sistem kolong /
parit. Bijih Timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang-
pedagang yang datang dari Portugis, Spanyol juga dari Belanda. Keadaan ini
berubah ketika Belanda datang ke Indonesia, pada saat penggalian timah mulai
lebih digiatkan. Sejak tahun 1720, penggalian timah dilakukan secara besar-
besaran dan dibiayai oleh pada pengusaha asal Belanda yang tergabung dalam
VOC yang kemudian memonopoli dan mengawasi seluruh tambang timah di
Pulau Bangka.

Peralatan-peralatan untuk tambang di darat yang cukup maju baru diperkenalkan


berupa mesin semprot dengan pompa air (monitor) dan excavator pada tahun

II-1
1909, pompa tanah di tahun 1917 dan jig pada tahun 1920. Tak hanya di darat,
pada tahun 1917 juga diperkenalkan cara menambang dengan Kapal Keruk di
Pulau Singkep dan di Pulau Bangka tahun 1926.

Pada waktu Perang Dunia II (1942 - 1945), penguasaan penambangan timah


beralih kepada pendudukan Jepang. Namun karena Jepang kalah perang, maka
dari tahun 1946 - 1949 penambangan timah sepenuhnya dikuasai kembali oleh
perusahaan Belanda. Di Pulau Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama
“Bangka Tin Winning Bedrijf” (BTW). Sedangkan di Pulau Belitung dan Pulau
Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta dari Belanda, masing-masing
kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Billiton Mij) atau
lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung dan NV Singkep Tin
Exploitatie Maatschappij atau dikelan dengan nama NV SITEM di Pulau
Singkep.

Secara historis, pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam 2


masa pengelolaan. Pertama, sebelum tahun 1960 dikenal dengan masa
pengelolaan oleh Belanda, dimana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan
badan usaha yang terpisah dar berdiri tersendiri. Bangka dikelola oleh badan
usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan Singkep dikelola oleh
perusahaan swasta dari Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan ciri
manajemen dan organisasi yang berbeda satu sama lain. Ciri perbedaan ini
tercermin pada perilaku organisasi dalam arti luas, baik struktur maupun budaya
kerjanya. Yang kedua, yaitu pada masa pengelolaan oleh Neraga Republik
Indonesia. Status berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus
berlangsung, tetapi dalam bentuk Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Undang-
Undang No. 19 PRP Tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah Bangka, PN
Tambang Timah Belitung dan PN Tambang Timah Singkep. Selanjutnya
berdasarkan PP No. 87 Tahun 1961, ketiga Perusahaan Negara tersebut
dikoordinasikan oleh Pemerintah dalam bentuk Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Tambang Timah Negara (BPUPTTN) dengan pembagian tugas dan
wewenang seperti bentuk “holding company”.

II-2
Perubahan selanjutnya teradi pada tahun 1968, dimana ketiga PN dan BPU ini
ditambah dengan Proyek Pabrik Peleburan Timah Mentok yang dijadikan satu
dalam bentuk PN Tambang Timah, yang terdiri dari Unit Penambangan Timah
(UPT) Bangka, Belitung dan Singkep serta Unit Peleburan Timah Mentok (Unit
Peltim).

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan


Pemerintah No. 19 Tahun 1969 juga pertimbangan untuk memberi keleluasaan
bergerak di sektor ekonomi umumnya dan khususnya dalam menghadapi
persaingan maka status PN Tambang Timah ini diubah lagi pada tahun 1976
menjadi bentuk perseroan yaitu PT Tambang Timah (Persero) dengan Bangka,
Belitung, Singkep dan Peleburan Timah Mentok tetap sebagai unit kegiatan
operasi yang dipimpin oleh masing-masing Kepala Unit, sedangkan Kantor Pusat
berada di Jakarta, sehingga secara manajemen perubahan dimaksud belum
terintegrasi dalam arti sebenarnya.

Krisis industri timah dunia mengakibatkan merosotnya harga timah pada tahun
1985 dan mencapai titik terendah pada tahun 1989 yang memicu perusahaan
untuk melakukan perubahan mendasar agar dapat mempertahankan kelangsungan
perusahaan. Pada tahun 1991-1995 dilakukan Restrukturisasi perusahaan yang
meliputi proram-program reorganisasi, relokasi kantor pusat ke Pangkalpinang,
rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta pelepasan aset yang
tidak berkaitan langsung dengan usaha pokok perusahaan.

Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing


perusahaan, sehingga siap untuk melakukan privatisasi melalui penawaran umum
perdana pada tahun 1995, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta,
Bursa Efek Surabaya dan di The London Stock Exchange. Sejak itu, saham
perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat di dalam dan luar negeri sebesar 35%
dan Negara Republik Indonesia sebesar 65%. Dengan perubahan kepemilikan
saham tersebut yang diikuti dengan perubahan - perubahan anggaran dasar dan
nama perusahaan menjadi perusahaan (Persero) PT Timah Tbk.

II-3
Pada tahun 1998 dalam rangka pemekaran usaha, PT Timah Tbk. melakukan
reorganisasi dan memisahkan kempetensi sejenis kedalam tiga anak perusahaan
yang baru dibentuk, yaitu PT Tambang Timah, PT Timah Industri dan PT Timah
Eksplomin. Dengan pembentukan anak-anak perusahaan tersebut, PT Timah
(Persero) Tbk. menempati posisi sebagai induk perusahaan (Holding Company).

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi
Menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah
lingkungan.

b. Misi
 Membangun sumber daya manusia yang teguh, unggul dan bermartabat.
 Melaksanakan tata kelola penambangan yang baik dan benar.
 Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap pemegang saham
serta tanggung jawab sosial.

2.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Berikut ini merupakan struktur organisasi di PT Timah Tbk pada gambar 2.1:

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Keterangan:

II-4
a. PT Tambang Timah (PT TT), bergerak dalam bidang pertambangan timah dan
mineral ikutan lainnya, bahan galian industri, jasa, dan perdagangan.
b. PT Timah Industri (PT TI), bergerak dalam bidang usaha perdagangan,
perekayasaan, keteknikan industri, dan jasa.
c. PT Timah Eksplomin (PT TE), bergerak dalam menyediakan jasa dalam
bidang penyelidikan tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contohnya
mineral bahan galian, pembuatan studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik,
dan geohidrologi.
d. PT Timah Investasi Mineral (PT TIM), bergerak dalam bidang jasa investasi
dan konsultasi usaha pertambangan.
e. PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (PT DAK), bergerak dalam menyediakan
jasa perbengkelan, galangan kapal, dan jasa pelayanan kapal penumpang untuk
karyawan.
f. PT Timah Investasi Batu Bara (PT TIMBARA)
g. PT Tanjung Alam Jaya (PT TAJ)

2.1.4 Struktur Organisasi KIP Timah 15

PT. Timah Tbk, Unit Laut Bangka memiliki struktur organisasi untuk karyawan
KIP Timah 15 diperkirakan 60 karyawan. Dipimpin oleh kuasa yang menaungi
teknik kerja dari keseluruhan kapal, antara lain:

1. Kepala Bidang yaitu menaungi tugas sebagai pemimpin yang mencakup dari
keseluruhan semua yang ada di KIP.
2. Kapten Aplus yaitu menaungi tugas untuk menjalankan operasional kapal baik
pada bidang penambangan sampai dengan bidang pencucian.
3. Bidang Tata Usaha yaitu menaungi tugas dari keseluruhan masalah
administrasi pada karyawan, dan perlengkapan masalah K3 bagi karyawan.
4. Kapten Harian yaitu menaungi tugas mencakup semua dari segala kinerja
sampai dengan teknik perawatan kapal.
5. Masinis dan Teknisi yaitu menaungi tugas mencakup dari keseluruhan teknik
mesin, baik tentang operasional pada jig maupun mesin-mesin kapal dan
dengan yang lainnya.

II-5
6. Nakhoda yaitu menaungi tugas untuk menggerakan suatu kapal dari segala
sistem penambangan pada KIP.
7. Mandor Harian, Mandor Umum, dan Mandor Pencucian yaitu menaungi tugas
dari keseluruhan kinerja pada semua bidang penambangan, pencucian,
peralatan yang ada pada kapal KIP tersebut.
Sistem ini harus dijalankan sesuai dengan struktur organisasi yang telah
ditetapkan, agar tujuan kinerjanya mencapai hasil target yang ditentukan
perusahaan. Berikut dapat kita lihat gambar struktur organisasi di KIP 15 pada
gambar 2.2
Ka. KIP Timah15

Ka. Aplus A Nakhoda KIP Ka. Bagian


Timah 15 Harian
Ka. Aplus B
Ka. Aplus C
Ka. Aplus D

Koord. Regu Penambangan Kasi. Umum

Anggota Regu Penambangan: Kasi. Pencucian


1. Anggota Regu Pencucian
Petugas Umum
2. Anggota Regu Pencucian
Petugas Pencucian
Staf Mesin dan Listrik

Gambar 2.2. Struktur Organisasi KIP Timah 15

2.2 Profil Wilayah


2.2.1 Lokasi Kesampaian Daerah

II-6
Secara geografis, Pulau Bangka terletak antara 1º80’-3º70’ Lintang Selatan dan
diantara 105º40’-107º Bujur Timur dan memanjang dari arah barat laut kearah
tenggara sepanjang 180 km.

Lokasi Unit Penambangan Laut Bangka PT Timah (Persero) Tbk. berada di Kota
Belinyu, perjalanan menuju Unit Penambangan Laut Bangka dapat ditempuh
melalui jalan raya dari Kota Pangkalpinang menuju Kota Sungailiat dengan jarak
±34 Km dan Kota Sungailiat menuju Kota Belinyu dengan Jarak ±53 Km. Kondisi
jalan merupakan jalan yang sudah diaspal dengan klasifikasi jalan Negara. Posisi
geografis Kecamatan Belinyu adalah 578532–623423 mE dan 9784114–9834307
mN, terletak dibagian utara wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
bagian utara berbatasan dengan Laut Natuna, bagian timur berbatasan dengan
Selat Gaspar, bagian barat berbatasan dengan Teluk Klabat.

Lokasi penambangan bijih timah yang dilakukan oleh KIP Timah 15 berada di
wilayah Laut Penganak, Bangka Barat. Perjalanan menuju Laut Penganak dapat
ditempuh melalui jalur darat dari Kota Pangkal Pinang dengan jarak hampir 117
km dengan perjalanan waktu 120 menit. Saat tiba di Laut Penganak akan menaiki
alat transportasi laut yang bernama pong-pong. Waktu perjalanan antara dermaga
dengan KIP Timah 15 yaitu hampir 30 menit. Berikut Dibawah Ini Gambar Peta
Lokasi Kapal Isap Produksi Timah pada gambar 2.3:

II-7
LOKASI PENELITIAN
KAPAL ISAP PRODUKSI
TIMAH

Gambar 2.3 Peta Lokasi Kapal Isap Produksi Timah

II-8
2.2.2 Iklim Daerah Penambangan

Pengaruh iklim di daerah operasi penambangan sangatlah penting, karena dapat


menurunkan jumlah produksi. Iklim yang terdapat di Kepulauan Bangka Belitung
adalah iklim tropis dengan 2 musim, diantaranya musim hujan dan musim
kemarau. Perubahan iklim ini dapat mempengaruhi faktor cuaca, arah angin, dan
gelombang air laut yang berubah arah.
a. April-Oktober: Angin Tenggara
Pada bulan ini Kapal Keruk dan KIP biasanya beroperasi di utara Pulau
Bangka (Laut Kebiang, Laut Jebus, Laut Penganak, Laut Cupat Luar, dan Laut
Tanjung Kelayang ). Lokasi ini termasuk ke dalam cadangan utama.
b. November-Maret: Angin Utara atau Barat Laut
Pada bulan ini Kapal Keruk dan KIP biasanya beroperasi di selatan Pulau
Bangka (Laut Teluk Kelabat, Laut Pangkol, Laut Batu Ampar, Laut Toboali,
dan Laut Permis). Lokasi ini termasuk ke dalam cadangan pelindung.

2.3 Profil Geologi

2.3.1 Genesa Bijih Timah

Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah kasiterit (SnO2). Batuan
pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan
intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk
gas maupun cairan, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena
tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan
membentuk deposit dan batuan samping.

Pembentukan mineral cassiterite (SnO2) dan mineral berat lainnya, erat


hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah
yang membentang dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan
kelurusan sejumlah intrusi batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah
adalah granit, adamelit dan granadiorit. Batholit yang mengandung bijih timah

II-9
pada daerah Barat ternyata lebih muda (akhir Kretasius) daripada daerah Timur
(Trias).

Berdasarkan sejarah geologi pada zaman Yura-Kapur di daerah Paparan Sunda


terjadi intrusi-intrusi batuan granit. Hal ini merupakan pendapat dari teori Plate
Tektonik, dimana terdapat penekukan benua pada subduktion zona di garba.
Sehingga magmatik art muncul di sebelah utaranya, yaitu yang menempati Pulau
Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, Pulau Karimun, Pulau Kundur dan
sebagian Pulau di Kalimantan Barat.

Di daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku, sedimen dan batuan
sedimen. Batuan sedimennya terdiri atas lapisan tanah liat, lempung, lempung
pasiran dan lainnya. Batuan sedimen ini juga merupakan batuan tua yang
mengalami penerobosan oleh intrusi batuan granit pada batuan samping. Sehingga
pada batuan sampingnya mengalami perubahan bentuk ke batuan metasedimen.

Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan
bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral
bijih diantaranya bijih timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan
granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk
vein-vein. Jadi pada proses pembentukan bijih timah ada terdapat dua sumber,
yaitu: pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.

2.3.2 Klasifikasi Endapan

Endapan Timah merupakan salah satu endapan aluvial, yang terbentuk karena
lapisan atau material hasil pengendapan yang belum terkonsolidasi dengan kuat.
Lapisan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasiran, lempungan atau kombinasi dari
semuanya.

Ada dua jenis endapan timah yang dijumpai didaerah jalur timah Indonesia ini,
yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah sekunder adalah cadangan

II-10
timah utama yang ditambang oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Endapan timah
primer dijumpai umumnya berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang tidak
ekonomis untuk dilakukan penambangan. Berikut adalah jenis endapan timah,
yaitu:
a. Endapan Timah Primer
Berdasarkan Teknik Eksplorasi yang dikemukakan oleh Sudarto Notosiswoyo,
dkk, 2010, endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk langsung dari
magma (segresi dan diferensiasi magma). Disebut endapan singenetik, jika
endapan tersebut bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan, dan disebut
epigenetik jika endapan tersebut terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan. Adapun jalur timah Asia Tenggara dapat kita lihat pada
gambar 2.4 sebagai berikut:

Gambar 2.4. Jalur Timah Asia Tenggara

Timah primer terbetuk pada fase pegmatitik/pegmatit. Pegmatit adalah batuan


beku yang terbentuk sebagai hasil injeksi magma. Akibat kristalisasi pada
magmatit awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang
mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dike, sill,
stockwork. Kristal dari pegmatit akan berukuran besar karena tidak adanya kontras
tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga
pembekuan berjalan lambat.

II-11
Timah primer juga bisa terbentuk pada fase hidrotermal. Larutan hidrotermal
adalah larutan sisa magma yang panas dan bersifat aqueous sebagai hasil
deferensiasi magma. Larutan hidrotermal ini kaya akan logam-logam yang relatif
ringan, dan merupakan sumber tersebar (90%) dari proses pembentukan endapan
bijih. Adapun sketsa pembentukan endapan primer bijih timah dapat kita lihat
pada gambar 2.5 sebagai berikut:

Gambar 2.5. Sketsa Pembentukan Endapan Primer

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal 2 macam endapan hidrotermal,


yaitu endapan cavity filling dan endapan metasomatisme. Endapan cavity filling
adalah endapan yang mengisi rongga-rongga (openings) yang sudah ada di dalam
batuan, sedangkan endapan metasomatisme adalah endapan pengganti unsur-unsur
yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrotermal.
Berdasarkan perbedaan suhu pembentukan endapannya dikenal 3 macam endapan
hidrotermal, yaitu epitermal (0ºC-200ºC), mesotermal (150ºC-350ºC), dan
hipotermal (300ºC-500ºC).

Akibatnya kontak dengan lapisan tanah penutup yang berupa pasir, lanau ataupun
schist maka terjadilah reaksi kimia yang membentuk endapan bijih timah primer.
Bijih timah tersebut dapat juga terbentuk di sepanjang zona-zona lemah seperti
zona sesar, fissure-fissure dan bidang-bidang perlapisan yang mudah diterobos
oleh magma granitik. Oleh karena itu mineral timah umumnya terdapat dalam urat

II-12
hidrotermal suhu tinggi atau fase metasomatik, berada di dalam atau dekat dengan
massa batuan granit.

b. Endapan Timah Sekunder


Pembentukan timah sekunder atau placer deposit didefinisikan sebagai endapan
mineral lerakan yang terbentuk secara konsentrasi mekanis dari sumber-sumber
mineral yang berasal dari batuan induk. Endapan timah sekunder akan terbentuk
melalui beberapa proses, sebagai berikut:

1. Pelapukan
Batuan yang berada dipermukaan akan mengalami pelapukan akibat adanya
proses eksogen baik pelapukan fisik maupun kimia. Faktor-faktor penyebab
pelapukan adalah:

1) Perubahan suhu
2) Air (air tanah dan air permukaan)
3) Unsur organic atau kelebatan vegetasi
4) Komposisi mineral bpada batuan
5) Struktur geologi yang terdapat pada batuan atau daerah tersebut, seperti
kemiringan lereng atau permukaan batuan.
Akibat dari pelapukan ini, batuan yang keras dan besar berubah menjadi batuan
kecil, peristiwa ini disebut sebagai pelapukan fisik, sedangkan bila batuan tersebut
dipengaruhi oleh unsur organik atau air sehingga mineral yang terdapat dalam
batuan itu bersenyawa karena proses kimia dan menyebabkan batuan tersebut
berubah menjadi lunak atau menjadi mineral lain, peristiwa ini disebut dengan
pelapukan kimia.
2. Erosi
Erosi merupakan proses pengikisan terhadap batuan atau lapisan tanah dimanapun
berada seperti dipegunungan, didataran, dipadang pasir, dipantai maupun dilaut.
Media sebagai penyebab terjadinya erosi terdiri dari beberapa macam, yaitu: air
mengalir, ombak, angin. Umumnya erosi ini sangat aktif pada daerah hulu atau
daerah dimana terjadinya intrusi dan memiliki kemiringan permukaan yang besar.

II-13
Dengan kecepatan yang tinggi maka mengakibatkan daya kikis yang akan
membawa butiran-butiran tanah yang terkikis. Ada beberapa istilah yang dikenal
berkaitan dengan proses erosi sebagai berikut:

1) Erosi adalah kikisan yang terjadi pada lembah-lembah, bukit-bukit ataupun


pegunungan yang disebabkan oleh air yang mengalir dipermukaan bumi.
2) Abrasi adalah kikisan yang terjadi dipantai yang disebabkan oleh ombak.
3) Eolin adalah kikisan yang terjadi digurun-gurun yang disebabkan oleh angin.
Pada endapan sungai aluvial, maka air sangat berperan utama sebagai media
didalam proses pengikisan terhadap batuan, lalu mengangkut dan
mengendapkannya pada daerah yang jauh dari tempat asalnya.

3. Transportasi
Material-material yang sudah mengalami pelapukan akan dengan mudah terlepas
dan kemudian terkikis, butiran-butiran hasil erosi ini akan dibawa oleh air
ketempat yang lebih rendah.

Daya angkut air untuk mentransport material hasil rombakan tersebut tergantung
pada kecepatan aliran dan besarnya volume air yang bergerak pada tingkat
kekeruhannya.

Material atau fragmen batuan yang berukuran besar tidak akan terangkut jauh dari
sumbernya dan sebaliknya untuk material yang berukuran halus akan
tertransportasi sangat jauh bahkan sampai kelaut. Cara transportasi ada beberapa
macam, antara lain:

1) Menggelinding pada dasar sungai


2) Meloncat-loncat pada dasar sungai
3) Melayang-layang didalam sungai
Material yang ditransport sangatlah tergantung pada ukuran dan kekuatan daya
angkut air, sehingga material yang berukuran besar akan menggelinding didasar
sungai, material yang berukuran sedang dan berbentuk pipih akan meloncat-loncat
didasar sungai, material yang berukuran halus akan melayang-layang di dasar
sungai.

II-14
4. Pengendapan
Seperti yang telah kita ketahui dari suatu sistem sungai dimana setelah terjadi
pengikisan lalu terbawa oleh air material tersebut akan diendapkan pada bagian
terendah (lembah). Namun demikian, pengendapan juga terjadi pada daerah hulu
atau bagian tengah. Ini sangat tergantung pada kecepatan air, jumlah muatan
sedimen dalam sungai serta berat jenis dari mineral yang diendapkan. Umumnya
apabila kita menyusuri sungai akan tampak bahwa material yang besar-besar akan
diendapkan pada daerah hulu sehingga dapat dikatakan semakin jauh
terendapkannya material dari batuan sumbernya maka butiran atau fragmen
material akan semakin halus.

Pengetahuan ini sangat berguna bagi kita untuk mengetahui posisi dari peletakan
mineral bijih maupun material kerikil dan pasiran dalam suatu daerah
pengendapan aluvial. Dari bermacam-macam endapan aluvial, hubungannya satu
lingkungan pengendapan dengan lingkungan pengendapan lainnya akan memiliki
perbedaan karakteristik endapan alluvial.

Pada lokasi cadangan lepas pantai laut Kebiang, endapan bijih timah (Sn) tersebut
berasal dari endapan bijih timah Primer (Sn) yang mengalami proses sedimentasi.
Sehingga akhirnya berubah bentuk menjadi endapan bijih timah sekunder yang
terdiri dari endapan elluvial, endapan kollovial, endapan alluvial, mincang dan
endapan disseminated (Gambar 2.6).

Gambar 2.6. Jenis Endapan Timah

II-15
2.3.3 Sumber Daya Endapan Bijih Timah

Berdasarkan kelengkapan data eksplorasi yang telah dilakukan, maka sumber


daya timah di wilayah ini diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Sumber daya tereka, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
diluar batas sumber daya terunjuk yang data eksplorasinya sangat kurang,
sehingga keyakinan kebenaran penyebarannya juga sangat kurang.
b. Sumber daya terunjuk, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
yang ada data eksplorasinya kurang lengkap, sehingga keyakinan kebenaran
penyebarannya tidak terlalu tinggi.
c. Sumber daya terukur, yaitu sumber daya timah yang dihitung untuk daerah
yang data eksplorasinya lengkap dan cukup rapat, sehingga keyakinan
kebenaran penyebarannya tinggi.

2.3.4 Mineral-Mineral Dalam Penambangan Bijih Timah

a. Mineral Utama
Mineral utama yang diproses oleh Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) adalah
mineral cassiterite (SnO2). Warna cassiterite bervariasi antara lain berwarna
kuning kecoklatan, kuning kemerahan, coklat kehitaman, hingga coklat tua
dengan berat jeni antara 6.8–7.1 gr/cm 3. Mineral cassiterite permukaannya
mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi lapisan
permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada yang primer ada pula yang
alluvial.
b. Mineral Ikutan Berharga
Secara umum mineral berharga yang dibawa oleh mineral cassiterite dan mineral
ikutan berharga yang diproses yaitu:

 Ilmenite (FeTiO3)
Umumnya ilmenite berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki berat
jenis 4.5–5 gr/cm3 dan bersifat konduktor serta ferromagnetic. Biasa digunakan
sebagai rutile (TiO2) untuk industry keramik pigmen dan konsentra logam
Titanium.

II-16
 Zircon (ZrSiO4)
Memiliki warna merah pucat atau oranye dengan berat jenis 4,2 – 4,7 gr/cm3.
Zircon bersifat non konduktor dan non magnet serta sebagai bahan zirconia untuk
industry keramik.

 Monazite ((Ce, La, Y, Th)PO4)


Umumnya memiliki warna kuning jarring-jaring hijau. Berat jenis monazite antara
4.6–5.3 gr/cm3 dan bersifat non konduktor serta paramagnetik.

c. Mineral Ikutan Lainnya


Berdasarkan kondisi lapangan, hanya terdapat 7 mineral ikutan antara lain: kuarsa,
pyrite, ilmenit, zircon, limonite, turmalin dan siderite. Mineral-mineral lainnya
yang sangat berpengaruh dalam bijih timah yang memiliki perbedaan warna,
kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan, dan sifat kemagnetan.berikut tabel Mineral
-Mineral Dalam Bijih Timah dapat kita lihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Mineral-Mineral Dalam Bijih Timah


No. Mineral Rumus Kimia Berat Jenis Warna Kekerasan
Kuning, Coklat, Kuning kemerahan,
1. Cassiterite SnO2 6,8 – 7,1 6–7
Coklat kehitaman, Coklat tua
2. Ilmenite FeTiO3 4,5 – 5 Hitam besi, Hitam keabuan 5–6
3. Monazite (CeLaYTh) PO4 4,6 – 5,3 Kuning, Jaring-jaring hijau 5 – 5,5
4. Xenotime YPO4 4,4 – 5,3 Kuning keabu-abuan 4–5
5. Zircon ZrSiO4 4,2 – 4,7 Putih bening hingga kuning, kehijauan 7,5
6. Pyrite/Marcasite FeS2 4,8 – 5 Kuning, Kuning tembaga muda 6 – 6,5
7. Hematite Fe2O3 5 – 5,2 Hitam besi, abu-abu besi 5,5 – 6,5
Al2SiO4
8. Topaz 3,5 – 3,6 Tidak berwarna, Merah jambu, Ungu 8
(FOH)2
9. Limonite 2FeO33H2O 3,6 – 4 Coklat tua sampai Hitam 5 – 5,5
10. Tourmaline HgAl3(BOH)2S14O19 3 – 3,2 Hijau kehitaman, Hitam 7 – 7,5
11. Quartz SiO2 2,6 – 2,65 Tidak berwarna, Bening putih 7
Merah, Merah kehitaman, Kuning tua,
12. Rutile TiO2 4,2 – 4,3 6 – 6,5
Coklat
13. Magnetite FeOF2O3 4,9 – 5,2 Hitam bersih 5,5 – 6
14. Siderite FeCO3 3,8 – 4 Kuning kecoklatan 3,5 – 4
15. Spinel MgAl2O3 3,5 – 4,1 Biru violet, Hijau 8
16. Galena PbS 7,4 – 7,6 Biru kehitaman 3
17. Wolframite (Fe, Mn)WO4 7,1 – 7,5 Hitam, Coklat, kelabu gelap 5 – 5,5
18. Colombite (Fe, Mn)Nb2O6(Fe, Mn)Ta2O6 5,5  - 8,2 Hitam, Hitam kecoklatan 6
19. Tantalite (Fe, Mn)(Nb, Ta)2O6 7,1 – 7,5 Hitam 6
2.3.5 Karakteristik Bijih Timah

II-17
Timah di alam tidak ditemukan dalam unsur murninya, tetapi tergabung dengan
unsur dan mineral lain dalam bentuk senyawa. Timah yang ditemukan saat ini
diperoleh dari mineral cassiterite atau disebut juga sebagai tinstone (batu timah).
Cassiterite merupakan mineral oksida, yaitu persenyawaan antara Timah dan
oksigen dengan rumus kimia SnO2.

Kandungan timah dalam kasiterit berkisar 78%. Sebenarnya masih ada mineral
lain yang mengandung bijih timah. Namun, karena mineral tersebut ke dalam
mineral kompleks sehingga kurang mendapat perhatian karena memerlukan biaya
yang lebih besar dalam proses pemisahan untuk mendapatkan unsur timah (Sn)
saja. Mineral itu seperti stannite (Cu2FeSnS4) yang merupakan mineral kompleks
antara tembaga, besi, timah, dan belerang. Mineral lainnya yang mengandung
timah yaitu cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbal,
timah, besi, antimon, dan belerang.

Endapan bijih timah dalam cassiterite umumnya berasal dari magama granitic,
yaitu magma larutan yang bersifat asam (pembentukan granit) sehingga
keterdapatan endapan bijih timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan
granit.

Sedangkan setelah dilebur menjadi logam, timah memiliki sifat fisik berwarna
perak keputihan, dengan sifat kelenturan ductile, dan memiliki struktur kristal
yang tinggi. Timah tidak mudah teroksidasi dalam udara, sehingga tahan karat.
Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk timah oksida
(SnO2). Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4 dan beberapa pelarut organik,
seperti asam asetat, asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa
kuat, seperti NaOH, dan KOH. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2
dan +4. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn (IV)
klorida, dan hidrida timah yang stabil hanyalah SnH4.

II-18
Mineral cassiterite ini di alam ditemukan bersamaan dengan mineral ikutan
lainnya. Setelah mengalami proses pemisahan atau pencucian barulah mineral ini
dipisahkan hingga didapatkan mineral kasiteritnya saja.

2.3.6. Geologi Regional

Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (SnO2).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan
magma asam dan menembus lapisan sedimen. Pada tahap akhir kegiatan ini,
terjadi peningkatan konsentrasi elemen dibagian atas, baik dalam bentuk gas
maupun cairan, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan, karena retakan
dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk
deposit dan batuan samping.

Pembentukan mineral kasiterit dan mineral berat lainnya, erat hubungannya


dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah yang
membentang dari Myanmar Tengah hingga paparan Sunda merupakan kelurusan
sejumlah intrusi batholith. Batuan indung yang mengandung bijih timah adalah
granit, adamelit dan granodiorit. Batholith yang mengandung bijih timah pada
daerah barat ternyata lebih muda daripada daerah timur.

Berdasarkan sejarah geologi pada zaman Yura-Kapur di daerah Paparan Sunda


terjadi intrusi-intrusi batuan granit. Hal ini merupakan pendapat dari teori Plate
Tectonic, dimana terdapat penekukan benua pada subduction zone di Garba,
sehingga magnetic art muncul disebelah utaranya, yaitu yang menempati pulau
Bangka, Belitung, Singkep, Karimun, Kundur, dan sebagian Pulau di Kalimantan
Barat.

Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku, sedimen dan batuan sedimen
resen. Batuan sedimen nya terdiri atas lapisan lempung, lempung pasir, dan
lainnya. Batuan sedimen ini merupakan batuan tua yang mengalami penerobosan
oleh intrusi batu granit pada batuan samping, sehingga batuan sampingnya
mengalami perubahan bentuk ke batuan metasedimen.

II-19
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral kasiterit. Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, makan
akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih
diantaranya bijih timah. Mineral ini terakumulaksi dan terasosiasi pada batuan
granit maupun didalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk urat
(vein). Jadi, pada proses pembentukan bijih timah terdapat dua sumber, yaitu pada
batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya.

2.3.7 Stratifigrafi

Batuan-batuan yang dijumpai terdiri atas batuan Pra-Tersier diantaranya, batu


pasir, batulempung, lapisan-lapisan pasir, lempung mengandung sisa tanaan,
campuran antara lempung-pasir-lanau,dan sebagainya. Berikut ini urutan
stratigrafi batuan daerah Pulau Bangka.

a. Lapisan humus (humic), lapisan yang sangat dominan yang terbentuk dari sisa-
sisa tumbuhan (daun dan batang pohon) yang diendapkan di daerah rawa-rawa
yang bersamaan dengan itu diendapkan pula material halus dari hasil
transportasi material yang tererosi. Lapisan ini memiliki ciri-ciri, diantaranya:
1) Berwana hitam.
2) Kandungan air tinggi (79.48%), kedap air (impermeable).
3) Ukuran butirnya sangat halus (<1/254 mm).
4) Sangat lunak dan mudah longsor.
b. Lapisan pasir lempung (sand clay), lapisan yang mempunyai ukuran yang
halus mendekati ukuran butir lempung. Material ini mempunyai sifat yang
hampir sama dengan lempung. Adapun yang membedakan di antara keduanya
adalah warna lempung pasir relaltif lebih terang (lebih putih) dan kandungan
air lebih kecil (17,29%).
c. Lapisan pasir lempung (clay) biasanya terletak di antara lapisan lempung
humus dan lapisan pasir yang mengandung bijih timah. Sifat lapisan ini apabila
kering akan menjadi keras dan apabila basah akan menjadi lengket dan liat,
ukuran butirnya sangat halus dengan kandungan air yang tinggi (59,40%).
d. Lapisan lempung pasir (clay sand), lapisan yang terdiri dari lempung dan pasir,
dimana kebalikan dari pasir lempungan. Lapisan ini berwarna agak gelap,

II-20
kandungan air lebih besar dari pasir lempungan serta ukurannya realatif lebih
kasar dari pasi lempungan.
e. Lapisan pasir (sand), lapisan yang berbutir kasar, keras dan memiliki
kandungan air yang kecil.
f. Lapisan tanah bertimah (kaksa).
g. Lapisan batuan dasar (bed rock). Lapisan paling dasar terdiri dari b (batuan
beku, sedimen, atau metamorf) dan batuan yang lunak (batuan sedimen).
Umumnya lapisan batuan dasar pada endapan bijih timah di Pulau Bangka
adalah batu granit lapuk, batu lempung, Scist, dll.

Menurut Katili (1967) di P. Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit yang tua
tidak mengandung kasiterit dan umunya terdapat di daerah rendah, yakni granit
Klabat & A. Kapo. Granit generasi muda sebagai pembawa Timah umumnya telah
tererosi lanjut (“monadnock”).Menurut Suyitno, S (1981), generasi granit tersebut
adalah:

a. Granit Klabat-Jebus, terletak di utara.


b. Granit Belinyu-Sungailiat, menyebar di bagian timur granit Jebus.
c. Granit Menumbing.
d. Granit Tempilang.
e. Granit Mangkol
f. Granit Pading-Koba.
g. Granit Toboali.
h. Granit yang terpenting adalah granit Klabat, Menumbing, Plangas, Tempilang,
Mangkol, dan Pading. Umumnya tubuh granit tersebut tersusun atas granit
biotit, granit hornblende, granit muskovit; mineral yang umum terdiri atas
kwarsa, ortoklas, oligoklas, biotit, serta sebagai asesori zircon,apatit, dan ortit.

Ada empat kelompok endapan yang dianggap mewakili sedimentasi Quarter di


Pulau Bangka, antara lain:

1. Lapisan Alluvium Muda, umumnya mengandung bijih timah, terdapat di


lembah, diatas batuan Pra Tersier dan dialasi lapisan lempung liat.

II-21
2. Lapisan Marine Muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga
lempung.
3. Lapisan Alluvium Tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat
regeresi muka ait laut karena glacial.
4. Lapisan Marine Tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan
lapisan lempung liat. Berikut dibawah ini stratigrafi daerah Bangka dapat kita
lihat pada gambar 2.7 sebagai berikut:

Gambar 2.7. Stratifigrafi Daerah Bangka

2.4 Peralatan Pencucian KIP 15

Peralatan pencucian yang digunakan pada Kapal Isap Produksi Timah 15


menggunakan metode gravity concentration. Alat-alat tersebut adalah saring putar
(revolving screen), jig primer, jig Clean Up dan sakan.
 Saring Putar (Revolving Screen)
KIP Timah 16 menggunakan alat saring putar dalam proses penyeragaman
ukuran (sizing) yang berfungsi untuk memisahkan material hasil penggalian
berdasarkan ukuran butirnya. Saring putar menggunakan sistem trommel dive
hydraullic dengan putaran kerja 0-10 rpm. Saring putar memiliki perbedaan
ukuran diameter di kedua ujungnya. Dimana diameter besar berukuran 2 m dan
diameter kecil berukuran 1.6 m dengan panjang 3.56 m.

Revolving screen dilengkapi dengan grizly yang berdiameter 0,5 inchi dan
memiliki spasi antara 9–10 mm. Grizly berfungsi sebagai alat penyaring antara
material oversize dan undersize. Material yang memiliki ukuran lebih besar

II-22
daripada spasi pada grizly (tidak lolos saringan) akan keluar sebagai oversize
dan langsung masuk ke dalam bandar tailing. Pada KIP Timah 16, terdapat 1
set bandar tailing yang terletak pada bagian tengah KIP yang kemudian
tersalurkan ke laut. Untuk material yang memiliki ukuran lebih kecil daripada
spasi pada grizzly (lolos saringan) akan keluar sebagai undersize dan masuk ke
dalam bak saring putar yang berada di bawah saring putar dan kemudian
didistribusikan ke jig primer melalui lounder.

Gambar 2.8 Saringan putar


 Grizzly
Grizzly merupakan plat besi yang disusun berjarak yang berguna sebagai
screen atau saringan yang mencegah material yang berukuran besar (over
size) atau melebihi besar jarak plat yang ada pada grizzly. Material yang
mengalir dari stockpile yang berukuran lebih besar dari ukuran jarak pada
grizzly otomatis akan tertahan dan jatuh ke tempat penampungan tailing
dibawahnya, sedangkan yang berukuran lebih kecil (under size) akan
mengalir ke tempat proses selanjutnya, yaitu saringan putar.

Gambar 2.9 Grizzly

 Lounder

II-23
Lounder merupakan alat penyaluran material undersize hasil dari saringan
putar dan meneruskannya ke jig agar pembagian feed dapat diatur secara
merata dan mengurangi kecepatan pemasukan (feeding) ke dua unit jig
primer.

Gambar 4.10 Lounder


 Jig Primer
Jig primer tipe pan america merupakan alat konsentrasi yang dimiliki KIP
Timah 16 yang menggunakan metode gravity concentration, yakni
memanfaatkan perbedaan berat jenis material-material yang telah digali
dengan menggunakan media air. Jig primer memiliki 4 unit jig dengan
jumlah cell 2x3 per jig yang berukuran 1500x1500 mm. Cell difungsikan
sebagai tempat untuk bagian-bagian jig yang lain seperti rooster, bed, dan
wire screen. Kecepatan aliran jig primer adalah sekitar 0.7-1 m/detik dengan
panjang pukulan eksentrik maksimal 70 mm. Sumber penggerak jig primer
berasal dari mesin hidrolik kiri kapal.

Gambar 2.11 Jig Primer Pan America


Pada mulut masuk dari jig primer, terdapat sebuah besi penahan yang disebut
kuku macan dan pada ujung dari jig primer, terpadat sebuah kayu penahan
yang disebut riffle. Kedua alat ini berfungsi untuk menahan laju aliran

II-24
material dari lounder agar laju alirannya tidak terlalu deras. Jika laju aliran air
terlalu deras maka material yang masih berharga akan ikut terbuang sebagai
overflow menuju bandar tailing dan apabila aliran terlalu lambat maka akan
terjadi penyumbatan pada jig.

Gambar 2.12 Kuku Macan


Bagian jig yang tidak kalah pentingnya adalah afsluiter underwater yang
Berfungsi untuk mengatur pemasukan air ke dalam tangki jig dan menjaga
keseimbangan air di dalam jig. Fungsi lain dari alat ini adalah untuk
mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang masuk
dalam bed dapat didorong keluar dari bed.

Gambar 2.13 Afsluiter Underwater


Bagian yang lain dari jig adalah eksentrik yang merupakan alat penggerak.
Eksentrik berfungsi untuk dapat membuat gerakan suction dan pultion secara
terus menerus dengan cara merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh
motor menjadi gerakan ke atas ke bawah sehingga menggerakkan stang
balance dan membuat membran bergerak. Kecepatan gerakan dari eksentrik
mempengaruhi jumlah pukulan per menit dari kompartemen jig.

II-25
Gambar 2.14 Eksentrik
Komponen jig membran, berfungsi untuk memberikan gaya isapan (suction)
dan gaya dorongan (pulsion) dengan menutup rapat antara tangki dan
digerakan oleh eksentrik serta stang balance. Membran berbentuk lingkaran
dengan diameter ± 45 inch untuk jig primer dan ± 25 inch untuk jig Clean Up.
Membran harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi kebocoran atau
lepas dan tidak boleh dicat karena dapat membuatnya mudah retak dan pecah.
Bagian jig yang terakhir adalah spigot yang terletak pada keluaran konsentrat
yang berada di bagian bawah jig. Spigot adalah alat yang berfungsi untuk
mengeluarkan konsentrat melewati tangki jig, serta berguna untuk mengatur
jumlah air yang ada di dalam tangki jig tersebut. Spigotberbentuk kerucut
dengan ujung membulat dengan diameter ±10 – 12 mm dan terbuat dari bahan
karet. Karet spigot harus dikontrol diameternya secara berkala untuk menjaga
kestabilan jumlah air yang mengisi tangki jig.

Gambar 2.15 Spigot


Jig primer terdiri dari tiga kompartemen A, B, dan C dimana tiap
kompartemen memiliki panjang pukulan dan jumlah pukulan yang berbeda.
Jig Clean Up

II-26
Jig Clean Up yang digunakan adalah tipe Pan American Jigs yang terdiri dari
8 sel/unit dengan ukuran 910 × 910 m 2. Pada KIP Timah 16 terdapat 2 unit jig
Clean Up di sisi kiri dan kanan kapal. Setiap unit jig Clean Up terdiri dari 4
kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C, dan D. Jig Clean Up yang
berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih timah hasil olahan dari jig primer.

Konsentrat yang telah melewati tahap pencucian pada jig primer kompartemen
A, B, C dialirkan menuju jig Clean Up untuk kemudian dilakukan proses
pencucian dengan metode gravity concentration, dimana prinsip kerjanya
sama dengan jig primer.

Gambar 2.16 Jig Clean Up


 Sakan
Sakan merupakan komponen pencucian pada kapal isap produksi,
proses pemisahannya berdasarkan perbedaan berat jenis menggunakan media
air sebagai pemisahnya. Sakan (sluice box) merupakan alat untuk
meningkatkan kadar bijih timah dengan cara pemisahan mineral berdasarkan
berat jenis melalui suatu aliran air yang tipis diatas sebuah permukaan bidang
yang sedikit miring. Pemisahan ini terjadi karena ada gaya-gaya yang bekerja
terhadap butiran-butiran mineral diatas permukaan papan tersebut, antara lain
gaya gravitasi, gaya dorong air dan gaya gesekan antara butiran dengan
permukaan papan. Apabila lapisan mengalir diatas permukaan papan, maka
bagian air yang paling dekat dengan permukaan papan akan mengalami
hambatan karena ada gesekan antara air dan permukaan papan, sehingga
kecepatan air sebelah bawah yang paling kecil sedangkan aliran yang di
permukaan lebih besar karena tidak ada hambatan.

II-27
Selanjutnya jika butiran-butiran mineral dimasukan maka butiran-butiran
mineral yang berat jenisnya lebih besar bergerak lebih lambat dari butiran
mineral dengan berat jenis yang lebih rendah. Mineral ringan tersebut lalu ikut
mengalir bersama air menuju ujung dari papan dan keluar sebagai tailing.
Sedangkan mineral berat yang masih berada di atas papan merupakan
konsentratnya.

Gambar 2.17 Sakan (Sluice box)

II-28

Anda mungkin juga menyukai