Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KARDIOVASKULER

Disusun guna untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Dedah


Dosen Pengampu: Ns. Mareta Dea Rosaline, M. Kep

Disusun Oleh:
Siti Hidayatun Nazza. D 2010721037
Adelia Fitriansyah 2010721056
Hannisa Rizki. R 2010721100
Auliya Shobah 2010721050
Yustika Damayanti 2010721054
Siti Mutmainah Sukanta 2010721099

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2020
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kasus Kardiovaskuler ini ditulis untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Dalam penyusunan
makalah ini penulis sadar karna kemampuan penulis sangat terbatas. Makalah ini masih
mengandung banyak kekurangan, untuk itu harapan penulis para pembaca bersedia memberi
saran dan pendapat untuk makalah ini.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 03 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
I.1 Latar Belakang........................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
I.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................3


II.1 Pengertian Congestive Heart Failure.....................................................................3
II.2 Etiologi Congestive Heart Failure.........................................................................3
II.3 Klasifikasi Congestive Heart Failure.....................................................................4
II.4 Patofisiologi Congestive Heart Failure..................................................................6
II.5 Manifestasi Klinis Congestive Heart Failure.........................................................7
II.6 Pemeriksaan Penunjang Congestive Heart Failure................................................8
II.7 Penatalaksanaan Congestive Heart Failure............................................................9
II.8 Komplikasi Congestive Heart Failure....................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................11


III.1 kasus........................................................................................................................11
III.2 pengkajian...............................................................................................................11
III.3 Analisa Data………………………………………………………………………12
III.IV Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………15
III.V Intervensi Keperawatan…………………………………………………………...15
Daftar Pustaka

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu
kematian di dunia dengan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta
pada tahun 2030 (Yancy, 2013; Depkes, 2014). Masalah tersebut juga menjadi masalah
kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di
Indonesia (Perhimpunan Dokter Kardiovaskuler, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kemenkes RI Tahun 2013, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
mencapai 0,13% dan yang terdiagnosis dokter sebesar 0,3% dari total penduduk berusia
18 tahun ke atas. Prevalensi gagal jantung tertinggi berdasarkan diagnosis dokter berada
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 0,25% (Depkes, RI 2014;
PERKI, 2015).
Prevelensinya yang terus meningkat akan memberikan masalah penyakit,
kecacatan dan masalah sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan Negara
(Depkes RI, 2014, Ziaeian, 2016). Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan data jumlah penderita congestive heart failure
(CHF) yang dirawat pada tahun 2015 dan 2016 tanpa penyakit penyerta selain penyakit
pernafasan sebanyak 328 pasien (Rekam Medis PKU Yogya, 2017). Tanda dan gejala
yang muncul pada pasien CHF antara lain dyspnea, fatigue dan gelisah. Dyspnea
merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita CHF. Hasil wawancara
dengan 8 orang pasien di rumah sakit menyatakan bahwa 80% pasien menyatakan
bahwa dyspnea mengganggu mereka seperti aktivitas sehari-hari menjadi terganggu.
CHF mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi penimbunan cairan di
alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi dengan maksimal dalam
memompa darah. Dampak lain yang muncul adalah perubahan yang terjadi pada otot-
otot respiratori. Hal-hal tersebut mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh
terganggu sehingga terjadi dyspnea (Johnson, 2008; Wendy, 2010). (Nirmalasari,
2017).
Melihat meningkatnya prevalensi gagal jantung tersebut kami tertarik untuk
membahas dan mencari tahu lebih lanjut mengenai penyakit jantung yaitu Congestive
Heart Failure (CHF). Dari pencarian dan penulisan yang kami lakukan diharapkan
1
nantinya dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai CHF untuk pembaca
makalah ini.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian congestive heart failure?
2. Apa etiologi congestive heart failure?
3. Apa saja klasifikasi congestive heart failure?
4. Bagimana patofisiologi congestive heart failure?
5. Bagaimana congestive heart failure?
6. Apa manifestasi klinis congestive heart failure?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang congestive heart failure?
8. Bagaimana penatalaksanaan congestive heart failure?
9. Apa saja komplikasi congestive heart failure?
10. Apa asuhan keperawatan congestive heart failure?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian congestive heart failure.
2. Untuk mengetahui etiologi congestive heart failure.
3. Untuk mengetahui klasifikasi congestive heart failure.
4. Untuk mengetahui patofisiologi congestive heart failure.
5. Untuk mengetahui pathway congestive heart failure.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis congestive heart failure.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang congestive heart failure.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan congestive heart failure.
9. Untuk mengetahui komplikasi congestive heart failure.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan congestive heart failure.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Congestive Heart Failure (CHF)


Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Braundwald).
CHF adalah suatu keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk
mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dan menyebabkan timbulnya
kongesti (Smeltzer & Bare, 2014).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis yaitu jantung
tidak stabil untuk menghasilkan curah jantung yang adekuat sehingga perfusi
jaringan tidak adekuat dan meningkatkan tekanan diastolik pada ventrikel
kiri, sehingga tekanan kapiler paru meningkat (Hudak & Gallo, 2012).
B. Etiologi Congestive Heart Failure (CHF)
Penyebab gagal jatung menurut Kasron (2012) dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunya konraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung.

3
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain, gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung
yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung,
ketidakmampuan jantung mengisi darah. Penigkatan mendadak after load akibat
hipertensi maligna dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak disertai
hipertrofi miokardial.
6. Faktor sistemik
Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
C. Klasifikasi Congestive Heart Failure (CHF)
Klasifikasi gagal jantung menurut (Kasron, 2012) adalah sebagai berikut:
1. Gagal jantung akut-kronik
a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan
kardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan
edema paru dan kolaps pembuluh darah.
b. Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan ditandai dengan penyakit jantung
iskemik, penyakit paru kronis. Gagal jantung kronik terjadi retensi air dan
sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel
dilatasi dan hipertrofi.
2. Gagal jantung kanan-kiri
a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara
adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada
katub aorta/mitral.
b. Gagal jantung kanan disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal
jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung
akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura.

4
3. Gagal jantung sistolik-diastolik
a. Sistolik karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah akibat kardiak output menurun dan ventrikel
hipertrofi.
b. Diastolik karena katidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibat stroke
volume cardiac output turun.

Menurut Wijaya & Yessie (2013), klasifikasi Congestif Heart Failure (CHF)
terbagi menjadi empat kelainan fungsional:
a. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
b. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
c. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
d. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan/istirahat

Klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA) dalam Muttaqin (2009),
klasifikasi gagal jantung dibagi manjadi 4 yaitu:
Kelas Definisi Istilah
I Klien dengan kelainan jantung tetapi Disfungsi ventrikel kiri yang
tanpa pembatasan aktivitas fisik asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung ringan
menyebabkan sedikit pembatasan
aktivitas
fisik
III Klien dengankelainan jantung yang Gagal jantung sedang
menyebabkan
banyak pembatasan aktivitas fisik
IV Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung berat
segala bentuk aktivitas fisiknya akan
menyebabkan kelelahan

D. Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)

5
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai organ
pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi
komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal
mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah
jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi
organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu
meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktifitas
neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal
jantung dini pada keadaan normal (Ardiansyah, 2012).
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume
sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu perload (jumlah
darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol).
Apabila salah satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal
(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.

6
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan.
Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan (Oktavianus & Febriana, 2014).
E. Manifestasi Klinis Congestive Heart Failure (CHF)
1. Tanda dominan
Meningkatnya volume intravaskuler Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan
vena meningkat akibat penurunan curah   jantung.  Manifestasi kongesti berbeda
tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi. 
a. Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu:
1) Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami
ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea
(PND).
2) Batuk
3) Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk.
4) Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik
b. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan visceral Manifestasi klinis yang terjadi yaitu:
1) Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.

7
2) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
3) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen
4) Nokturia
5) Kelemahan
F. Pemeriksaan Penunjang Congestive Heart Failure (CHF)
Menurut Adiansyah (2012) pemeriksaan penunjang ada tiga yaitu:
1. Ekokardiografi
Pemeiksaan ini dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel
kiri. Dimensi ventrikel kiri pada akhir diastolik dan sistolik dapat direkam dengan
ekokardiografi.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X-dada posterior-anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena,
edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama adanya peningkatan tekanan vena
paru adalah diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran
pembuluh darah.
3. Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan EKG untuk pasien gagal jantung dapat ditemukan kelainan EKG
seperti berikut:
a. Left bundle brnch block atau kelainan ST/T yang menunjukkan disfungsi
fentrikel kiri kronis.
b. Jika pemeriksaan gelombang Q menunjukkan infark sebelum dan kelainan pada
segmen ST, maka ini merupakan indikasi penyakit jantung iskemik.
c. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis dan
penyakit jantung hipertensi.
d. Aritmia: deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi
ventrikel kanan menunjukkan adanya disfungsi ventrikel kanan.

Menurut Padila (2012) pemeriksaan penunjang ada tiga:


1. Thorax mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedematau efusi pleura yang
menegaskan diagnosa gagal jantung kongestif
2. EKG dapat mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemia
(jika disebabkan AMI), ekokardiogram foto.

8
3. Pemeriksaan lab meliputi : elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K,
Na, Ureum, Gula darah,CKMB, Trombolitik.
G. Penatalaksanaan Congestive Heart Failure (CHF)
Penatalaksanaan gagal jantung menurut Oktavianus & Febriana (2014) dibagi
menjadi dua penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi:
1. Terapi Farmakologi
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilakan: peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah, peningkatan diuresis, dan mengurangi edema.
b. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu sekresi natrium dan air melalui ginjal penggunaan
harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
c. Terapi vasodilator
Obat-obatan fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi
tekanan terhadap penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrkel kiri dapat diturunkan.
2. Terapi Non-farmakologis
a. Diit rendah garam
b. Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
c. Membatasi cairan
d. Mengurangi beban jantung dan menghindari kelebihan volume cairan dalam
tubuh
e. Mengurangi berat badan
f. Menghindari alkohol\
g. Manajemen stres
h. Mengurangi aktifitas fisik
Kelebihan aktifitas fisik mengakibatkan peningkatan kerja jantung sehingga
perlu dibatasi.

9
Penatalaksanaan berdasarkan kelas New York Heart Association (NYHA) menurut
kasron (2012), adalah sebagai berikut:
1. Kelas I
Non farmakologi, meliputi diit rendah garam, batasi cairan, menurunkan berat
badan, menghindari alkohol dan rokok, aktifitas fisik manajemen stres.
2. Kelas II dan III
Terapi pengobatan, meliputi : diuretik, vasodilator, ace inhibitor, digitalis,
dopamineroik, oksigen.
3. Kelas IV : Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor, seumur hidup.
H. Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF)
1. Shock Kadiogenik
Shock kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri.
Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada perfusi jaringan dengan
penghantaran oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi
pada kasus shock kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut.
Gangguan ini disebabkan oleh hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada
ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel, karena ketidak seimbangan
antara kebutuhan dan persediaan oksigen miokardium.
2. Edema paru-paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul di bagian
tubuh mana saja, termasuk faktor apa pun yang menyebabkan cairan intersitial paru-
paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif (Ardiansyah, 2012).

Menurut Kasron (2012) komplikasi dari gagal jantung yaitu:


a. Syok Kardiogenik
b. Edema Paru Akut
c. Efusi dan Tamponade
d. Toksisitas Digitalis

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWTAAN

KASUS SISTEM CARDIOVASCULAR


Seorang perempuan usia 69 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan CHF. Hasil
pengkajian didapatkan pasien mengeluh sesak nafas dan cepat lelah, kedua kaki bengkak,
mual dan tidak nafsu makan, perut terasa begah, sulit berjalan ke kamar mandi. Hasil
pengkajian wajah tampak sembab, pitting edema dorsum pedis derajat 3. Pasien mengatakan
memiliki Riwayat hipertensi sejak 8 tahun lalu, tetapi tidak mengkonsumsi obat secara teratur
(saat merasakan pusing). Pasien mengatakan mengkonsumsi obat jika ingat saja. TD 140/90
mmHg, suhu 36,20 C, nadi 108x/menit, frekuensi napas 28 x /menit. Akral teraba dingin,
CRT 2 detik. Pasien terlihat pucat dan sesak, retraksi suprasternal ada, pasien terpasang
oksigen nasal kanul 4 liter/menit, saturasi oksigen 90%, infus RL/8 jam, pasien terpasang
kateter urin dengan output urin 20ml/jam. Pasien mengatakan kurang mememahi tentang obat
yang dikonsumsi

A. PENGKAJIAN
a. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan mengeluh sesak 1. Wajah klien tampak sembab


nafas 2. pitting edema dorsum pedis
2. Cepat lelah terutama saat beraktivitas derajat 3
3. Kedua kaki bengkak 3. kedua kaki bengkak
4. Mual dan tidak nafsu makan 4. Hasil Pengkajian TTV
5. Perut terasa begah TD 140/90 mmHg
6. Sulit berjalan ke kamar mandi Suhu 36.2OC
7. Memiliki Riwayat hipertensi sejak 8 Nadi 108x/menit
tahun lalu, tetapi tidak Frekuensi napas 28 x /menit
mengkonsumsi obat secara teratur.
5. Akral teraba dingin
8. Tidak mengkonsumsi obat secara
6. CRT >2 detik
teratur dan mengkonsumsi obat jika
7. Pasien terlihat pucat
ingat saja (saat merasakan pusing)
8. Pasien terlihat sesak
9. Retraksi suprasternal ada

11
Data Tambahan : 10. Pasien terpasang oksigen nasal
kanul 4 liter/menit
9. Paien tampak Kesulitan bergerak
11. Saturasi oksigen 90%
10. Pasien mengatakan kurang
12. Infus RL/8 jam
mememahi tentang obat yang
13. Pasien terpasang kateter urin
dikonsumsi
dengan output urin 20ml/jam.
11. BB klien : 60 kg
12. Intake : 171 Output : 57,5
13. IWL : 37,5
14. Balance Cairan : -113,5
15. Terdapat Distensi Vena Jugularis
16. Hasil Ro Thorax : Kardiomegali

b. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS Penurunan Perubahan
Klien mengatakan : Curah Jantung Preload d.d
 Mengeluh sesak nafas edema,
 Cepat lelah terutama saat beraktivitas keletihan

 Kedua kaki bengkak


DO
 Wajah klien tampak sembab
 pitting edema dorsum pedis derajat 3
 kedua kaki bengkak
 Hasil Pengkajian TTV
TD 140/90 mmHg
Suhu 36,20 C
Nadi 108x/menit
Frekuensi napas 28 x /menit
Akral teraba dingin
CRT >2 detik
 Pasien terlihat pucat
 Pasien terlihat sesak
 Retraksi suprasternal ada

12
 Hasil Ro Thorax : Kardiomegali
 Terdapat Distensi Vena Jugularis

2. DS Kelebihan Gangguan
Klien mengatakan : Volume Cairan Mekanisme
 Kedua kaki bengkak Regulasi
 Wajah sembab
 sesak nafas

DO
 Wajah klien tampak sembab
 pitting edema dorsum pedis derajat 3
 kedua kaki bengkak
 Pasien terpasang kateter urin dengan
output urin 20ml/jam.
 infus RL/8 jam
 BB klien : 60 kg
 Intake : 171 Output : 57,5
 IWL : 37,5
 Balance Cairan : -113,5

3. DS Ketidakefektifan Kelebihan
Klien mengatakan : Pola Nafas cairan dalam
 mengeluh sesak nafas tubuh d.d
 cepat lelah terutama saat beraktivitas Hiperventilasi

DO
 Hasil Pengkajian TTV
 Nadi 108x/menit
 Frekuensi napas 28 x /menit
 Akral teraba dingin
 CRT 2 detik
 Pasien terlihat sesak

13
 Retraksi suprasternal ada
 Pasien terpasang oksigen nasal kanul 4
liter/menit
 Saturasi oksigen 90%
4. DS Intoleran Ketidakefektifan
Klien mengatakan : Aktivitas pola nafas b.d
 Kesulitan bergerak kelebihan cairan
 sulit berjalan ke kamar mandi dalam tubuh d.d

 perut terasa begah Hiperventilasi

DO
 Pasien tampak sesak
 Pasien terpasang kateter urin
 Pasien tampak kesulitan berjalan karena
kedua kaki bengkak
5. DS Ketidakefektifan Kurang
 Pasien mengatakan memiliki riwayat manajemen pengetahuan
hipertensi sejak 8 tahun lalu, tetapi kesehatan tentang program
tidak mengkonsumsi obat secara teratur terapeutik d.d
 Pasien mengatakan mengkonsumsi obat minum obat jika
jika ingat saja (saat merasakan pusing) ingat saja,
 Pasien mengatakan kurang paham kurang
terhadap memahami
DO terdadap obat

 Tanda-tanda vital yang

TD 140/90 mmHg dikonsumsi

HR 108x/menit
RR 28x/menit
Suhu 36.2OC

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf & Nama


. Ditemukan Teratasi Jelas
1. Penurunan curah jantung b.d

14
Perubahan Preload d.d Edema, 04/09/2020 Kelompok 2
keletihan
2. Kelebihan Volume Cairan b.d
Gangguan Mekanisme Regulasi 04/09/2020 Kelompok 2
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d
kelebihan cairan dalam tubuh d.d 04/09/2020 Kelompok 2
Hiperventilasi
4. Intoleransi aktivitas b.d
Ketidakseimbangan antara suplai 04/09/2020 Kelompok 2
& kebutuhan oksigen d.d
kesulitan bergerak
5. Ketidakefektifan manajemen
kesehatan b.d kurang 04/09/2020 Kelompok 2
pengetahuan tentang program
terapeutik d.d minum obat jika
ingat saja, kurang memahami
terdadap obat yang dikonsumsi

C. Intervensi Keperawatan
No Hari / Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf /
DX Tanggal / Kriteria Hasil Keperawatan Nama
Waktu (NOC) (NIC)
1 Sabtu, 5 Setelah dilakukan - Perawatan Jantung - Mengetahui
September tindakan keperawatan 3 (4040, halaman 364) kebutuhan
2020 x 24 jam masalah 1. Catat tanda dan gejala perawatan jantung
penurunan curah jantung penurunan curah - Mengetahui
dengan tujuan darah jantung penurunan curah
yang dipompa oleh 2. Monitor EKG dan jantung terhadap
jantung mampu aritmia listrik jantung
memenuhi kebutuhan 3. Monitor tanda-tanda -Mengetahui status
metabolik dalam tubuh vital secara rutin hemodinamik Kelompok
dengan kriteria hasil : 4. Monitor status -Mengetahui masalah 2
- Kefektifan Pompa pernafasan terkait pernafasan akibat
jantung (0400, dengan adanya gejala jantung
halaman 115) gagal jantung -Memantau

15
1. Tekanan darah 5. Evaluasi perubahan peningkatan TD
dalam rentang tekanan darah -Mengurangi tanda
normal (110 – 6. Monitor toleransi kelelahan
120 / 70 – 80 aktivitas klien -Memaksimalkan
mmHg) 7. Posisikan klien semi suplai oksigen
2. Suara jantung fowler -Memantau curah
normal 8. Pastikan tingkat jantung terhadap
3. Tidak ada distensi aktivitas klien tidak aktivitas yang
vena jugularis membahayakan curah dilakukan
4. Tidak mengalami jantung -Memperbaiki curah
dispnea saat 9. Memberikan diet jantung
istirahat atau jantung kepada klien -Mengetahui kondisi
aktivitas ringan serta prosedur yang
- Status Sirkulasi 10. Instruksikan klien dan dilakukan oleh
(0401, halaman 561) keluarga mengenai keluarga
1. Tekanan darah tujuan perawatan dan
rata-rata (MAP) bagaimana
dalam rentang perkembangannya
normal (70 – 100 - Pengaturan -Memantau suplai
mmHg) Hemodinamik (4150, oksigen dalam
2. Tekanan nadi halaman 304) darah sampai ke
dalam rentang 1. Monitor denyut nadi bagian ekstremitas
normal (60 – 100 perifer, pengisian -Mengetahui tidak
mmHg) kapiler, suhu dan ada pembengkakan
3. Cappillary Reffil warna ekstremitas atau penyumbatan
Time (CRT) 2. Monitor apa ada aliran darah
dalam rentang edema perifer, distensi -Memantau aliran
normal < 3 detik vena jugularis, oksigen sampai ke
4. Tidak ada pitting dispenea, penambahan jaringan perifer
edema berat badan -Mengetahui suara
5. Tidak ada pucat 3. Tentukan status jantung normal
perfusi (terasa dingin, -Meminimalisir
suam-suam kuku, terjadinya
hangat) penumpukan cairan
16
4. Lakukan auskultasi pada organ
jantung -Agar keluarga
5. Jaga keseimbangan mengetahui status
cairan dengan hemodinamik klien
pemberian cairan IV
atau diuretik
6. Arahkan klien dan
keluarga mengenai
pemantauan
hemodinamik
2 Sabtu, 5 Setelah dilakukan - Manajemen Elektrolit / - Mengetahui
September tindakan keperawatan 3 Cairan (2080, halaman kondisi status
Kelompok
2020 x 24 jam masalah 167) cairan dalam
2
kelebihan volume cairan 1. Monitor perubahan tubuh
dengan tujuan retensi status paru atau
cairan isotonik tidak jantung yang - Mengetahui intake
mengalami peningkatan menunjukkan dan output cairan
untuk mempertahankan kelebihan cairan per hari
keseimbangan cairan 2. Timbang berat badan
dalam tubuh dengan harian dan pantau - Meminimalisir
kriteria hasil : gejala kelebihan kelebihan cairan
- Keseimbangan cairan - Mengetahui status
Cairan (0601, 3. Batasi cairan sesuai cairan dalam tubuh
halaman 192) indikasi
5. Tekanan darah 4. Monitor hasil - Memantau balance
dalam rentang laboratorium yang cairan harian
normal (110-120 / relevan sesuai status
70-80 mmHg) cairan (BUN)
6. Denyut nadi 5. Jaga pencatatan intake
dalam rentang dan output yang
normal (60 – 100 akurat
- Mengetahui tanda
x/m)
kelebihan cairan
7. Keseimbangan - Manajemen
intake dan output Hipervolemia (4170,

17
dalam 24 jam halaman 181) - Tidak ada suara
8. Membran mukosa 1. Monitor status nafas tambahan
lembap hemodinamik (tanda –
9. Tidak mudah tanda vital) - Meminimalisir
haus 2. Monitor suara paru tanda gejala yang
- Status pernafasan abnormal mengacu kepada
(0415, halaman 556) 3. Monitor pola edema pulmonar
2. Frekuensi pernafasan untuk
pernafasan mengetahui adanya - Mengetahui
dalam rentang gejala edema preload jantung
normal (16 – 20 pulmonar (cemas, tidak mengalami
x/m) sesak nafas, takipnea) masalah
3. Irama pernafasan 4. Monitor tanda
tidak mengalami berkurangnya preload
gangguan (peningkatan urin
4. Kedalaman output, perbaikan - Mengetahui status
inspirasi tidak suara paru abnormal) vital klien dalam
terganggu - Manajemen Cairan batas normal
5. Tidak (4120, halaman 157) - Mengetahui kalori
menggunakan 1. Mengetahui kondisi klien tercukupi
otot bantu nafas klien dengan monitor sesuai dengan
Tidak ada suara nafas tanda-tanda vital klien kebutuhan tubuh
tambahan saat auskultasi 2. Monitor makanan - Untuk membantu
atau cairan yang mengurangi cairan
dikonsumsi dan dalam tubuh
hitung asupan kalori Mengetahui
harian keadaan dan terapi
3. Berikan cairan IV yang sesuai untuk
sesuai indikasi yang dilakukan
dibutuhkan
- Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda-tanda dan
gejala kelebihan
18
cairan menetap atau
memburuk
3 Sabtu, 5 Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Mengetahui Kelompok
September tindakan keperawatan I.01011 (halaman 186) frekuensi, 2
2020 3x24 jam diharapkan 1. Monitor pola nafas kedalaman dan
masalah keperawatan irama pernafasan
ketidakefektifan pola
nafas dapat teratasi 2. Posisikan semi fowler Untuk membantu
dengan kriteria hasil: atau fowler pengembangan
Pola Nafas L.01004 paru dan
(halaman 95)
mengurangi
- Sesak nafas
menurun tekanan dari
- Frekuensi
abdomen pada
pernafasan dalam
rentang normal (18- diagfagma sehingga
22 x/menit)
memudahkan
- Retraksi
suprasternal bernafas
membaik
Pemantauan respirasi
I.01014 (Halaman 247)
Tingkat Keletihan Kecepatan biasanya
L.05046 (halaman
mencapai kedalam
141) 1. Monitor frekuensi,
Lelah dalam beraktivitas irama, ekspansi dada dan pernafasan
kedalaman
menurun bervariasi
tergantung derajat
gagal nafas.
Ekspansi dada
terbatas yang
berhubungan
dengan nyeri dada
2. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Untuk melihat
kesimetrisan
ekspansi paru
3. Auskultasi bunyi nafas
R/ Penurunan bunyi
Penurunan bunyi
nafas indikasi atelaksis,
nafas indikasi

19
sehingga otot aksesori atelaksis, sehingga
digunakan dan kerja otot aksesori
pernafasan meningkat digunakan dan kerja
pernafasan
meningkat
4. Monitor saturasi oksigen
Mengetahui adanya
perubahan pada nilai
saturasi oksigen
Manajemen energi I.05178
(Halaman 176)
Mengetahui status
1. Monitor kelelahan fisik
kelelahan fisik dan
agar dapat
mengurangi
kelelahan fisik yang
berlebihan
4 Sabtu, 5 Setelah dilakukan Terapi aktivitas I.05186 Meningkatkan atau
(Halaman 415)
September tindakan keperawatan mempertahankan
1. Fasilitasi aktivitas
2020 3x24 jam diharapkan kemampuan klien
penggantian saat
masalah keperawatan pada saat
mengalami keterbatasan
intoleransi aktivitas mengalami
fisik
dapat teratasi dengan keterbatasan fisik
kriteria hasil:
2. Anjurkan keluarga untuk
Toleransi Aktivitas memberikan
memberi penguatan
L.05047 (Halaman 149)
semangat klien
- Kemudahan dalam positif atas partisipasi
melakukan aktivitas dalam melakukan
dalam beraktivitas
sehari-hari
aktivitas
meningkat R/ memberikan
- Kekuatan tubuh
semangat klien dalam
bagian bawah
meningkat melakukan aktivitas
- Frekuensi
pernafasan
membaik Manajemen energi I.05178
- Sakit saat berjalan (Halaman 176) Untuk
cukup menurun 1. Anjurkan melakukan
mengembalikan
aktivitas secara bertahap
kekuatan fisik

20
secara bertahap
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara Agar kondisi klien
meningkatkan asupan dapat pulih dan
makanan stabil kembali
5 Sabtu, 5 Setelah dilakukan Dukungan keluarga - Mengajak
September tindakan keperawatan (5430, halaman 91) kerjasama
2020 dalam jangka waktu 3 x 1. Tingkatkan hubungan kelurga dalam
24 jam permaslaahan saling percaya dengan merawat
pasien terkait keluarga orangtua.
manajemen kesehatan 2. Berikan pengetahuan - Memberikan
dapat etratasi dengan yang dibutuhkan bagi informasi terkait
kriteria : keluarga untuk kesehatan untuk
membantu mereka mencapai tujuan
membuat keputusan kesehatan
Manajemen terkait pasien pasien
kesehatan , 3. Beritahu keluarga - Memberitau
ketidakefektifan mengenai rencana tindakan apa
(Halaman 635) medis dan keperawatan yang akan
1. Terlihat perubahan dilakukan untuk
perilaku patuh oleh mencapai
pasien kesehatan
2. Pasien tampak Peningkatan Efikasi Diri pasien
termotivasi untuk (5395, halaman 325)
menjalani 1. Identifikasi hambatan - Memberitau
perubahan perilaku untuk merubah hambatan pasien
3. Manajemen dari perilaku dalam
penyakit jantung, 2. Berikan informasi memenuhi
Dapat memantau mengenai perilaku kebutuhan
dirterkait penyakit yang dinginkan kesehatan
jantung pasien perawat terhadap pasien
pasien - Memberitahu
harapan perawat
terhadap

21
perubahan
Bantuan Modifikasi Diri perilaku pasien
(4470, halaman 73)

1. Bantu pasien untuk - Berdiskusi


mengidentifikasi mengenai
perilaku-perilaku perubahan sikap
sasaran yang perlu pasien untuk
diubah serta mencapai mencapai
tujuan yang diinginkan kesehatan
2. Bantu pasien untuk pasien
mengidentifikasi efek
perilaku sasaran - Mengajarkan
terhadap perilaku pasien dan
3. Jelaskan kepada pasien memberitahuka
mengenai pentingnya n efek dari
monitor diri dalam perubahan
usaha untuk merubah perilaku pasien
perilaku yang akan
dirasakan

- Menjelaskan
untuk tetap
konsisten dalam
menjalani terapi
atau
mengkonsumsi
obat.

22
23
LAPORAN ANALISA SINTESA KETERAMPILAN
(Prosedur medik yang baru dipelajari /tindakan keperawatan yang dilakukan)

1. Tindakan Keperawatan : Pemasangan Elektrokardiogram (EKG)


Nama klien : Ny.R
Diagnosa medik : Congestive heart failure (CHF)

2. Pengertian:
Elektrokardiogram atau EKG adalah pemeriksaan jantung untuk mendeteksi kelainan
dengan mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung menggunakan mesin
pendeteksi impuls listrik (elektrokardiograf). Alat ini menerjemahkan impuls listrik
menjadi grafik yang ditampilkan pada layar pemantau.

3. Diagnosa keperawatan :
a. Penurunan curah jantung b.d Perubahan Preload.d Edema, keletihan
b. Kelebihan Volume Cairan b.d Gangguan Mekanisme Regulasi
c. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelebihan cairan dalam tubuh d.d Hiperventilasi
d. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen d.d
kesulitan bergerak
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang program
terapeutik d.d minum obat jika ingat saja, kurang memahami terdadap obat yang
dikonsumsi

4. Tujuan tindakan:
Mendeteksi kelainan dengan mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh jantung.

5. Prinsip tindakan dan rasional:

Perinsip tindakan
Prinsip Umum:
 Pasien ditidurkan dalam posisi supine. Pada pasien yang tidak nyaman dengan posisi
supine, pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi fowler. klien tidak diperbolehkan
menyentuh besi pada bed maupun benda logam lain.

24
 Persiapan alat EKG

 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien, klien harus berbaring
terlentang
 Cuci tangan

 Jaga privasi klien

 Pakai sarung tangan

 Membuka dan melonggarkan pakaian klien bagian atas, bila klien memakai jam
tangan, gelang, logam lain agar dilepas sebelum membuka pakaian klien.
 Membersihkan dengan menggunakan kapas alkohol pada daerah dada, kedua
pergelangan tangan dan kedua tungkai di lokasi manset elektroda
 Menyambungkan kabel EKG pada kedua tungkai pergelangan tangan dan kedua
tungkai pergelangan kaki klien, untuk rekaman ekstremitas lead (Lead I, II, III, AVR,
AVL, AVF) dengan cara : Warna merah pada pergelangan tangan kanan, kuning
pada pergelangan tangan kiri, hijau pada pergelangan kaki kiri dan hitam pada
pergelangan kaki kanan.
 Memasang elektroda dada untuk rekaman perikardial lead V1 di garis parasternal
kanan sejajar dengan ICS 4, V2 di garis paresternal kiri sejajar dengan ICS 4, V3
antara V2 dan V4, V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, V5 di garis aksila
anterior kiri sejajar ICS 5, V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5.
 Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisap

 Nyalakan EKG, lalu tekan tombol START


 Bila rekaman EKG telah lengkap terekam, tekan tombol Stop dan Print
 Evaluasi hasil rekaman EKG
 Semua elektroda yang melekat di tubuh klien dilepas dan dibersihkan seperti semula
dari sisa gel dengan tisu serta rapihkan posisi klien
 Tulis pada hasil perekaman : Nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan
tahun pembuatan serta nama perawat yang merekam.

6. Bahaya dan pencegahan


Pemasangan elektroda yang tidak tepat dapat menghasilkan gambaran EKG
yang tidak terbaca atau tidk sesuai dengan kondisi pasien. Hal ini dapat menimulkan
kesalahan dalam interpretasi EKG sehingga menghasilkan diagnosa yang keliru.

25
Untuk menghindarinya, pastikan tidak ada kesalahan sebelum perekaman jantung
dengan melakukan pengecekkan ulang ada elektroda yang terpasang.
.
7. Hasil yang didapat/pencapaian tujuan
Setelah dilakukan pemasangan EKG diharapkan dapat mengetahui adanya kelainan-
kelainan irama jantung sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat.

8. Identifikasi tindakan yang lain


a. Tirah baring / bedrest dalam posisi supinasi/semifowler
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Kolaborasi pemberian terapi oksigen
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

9. Evaluasi diri

Melakukan pemasangan EKG dengan tindakan sesuai dengan SOP

26
27
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2012. Understand your risk for herat


failure. http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/Unde
rstandYourRiskforHeartFailure/Understand-Your-Risk-for-Heart-
Failure_UCM_002046_Article.jsp

Ardiansyah M. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Diva Press: Yogyakarta.

Hudak, C.,M., & Gallo, B.,M.. 2010. Keperawatan Kritis Holistik (VIII ed.Vol I). Jakarta:
EGC.

Kasron. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha Medika.

Oktavianus & Febriana Sartika Sari. 2014. Sistem Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Black JM, Hawks JH. 2005. Medical Surgical Nursing : Clinical Management For Positive
Outcome, Edisi 7. Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai