Anda di halaman 1dari 9

Agritech, 38 (4) 2018, 424-432

3HQJDUXK)RUWL¿NDVL9LWDPLQ$GDQ=DW%HVL7HUHQNDSVXODVL
pada Tepung Ubi Kayu dan Aplikasinya pada Pembuatan Flakes

)RUWL¿FDWLRQ(IIHFWRI(QFDSVXODWHG9LWDPLQ$DQG,URQLQ&DVVDYD)ORXUDQG
Its Aplication in Flakes Production

Windi Asterini1, Sugiyono1*, H. Hoerudin2 , Endang Prangdimurti1

1
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Indonesia
2
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 12 Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16114, Indonesia
*Email: sugiyono@ipb.ac.id

Tanggal submisi: 19 Februari 2016; Tanggal penerimaan: 2 November 2018

ABSTRAK

)RUWL¿NDVL PHUXSDNDQ VDODK VDWX FDUD PHQJDWDVL GH¿VLHQVL ]DW JL]L PLNUR WHUXWDPD YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL
3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHWDKXL SHQJDUXK IRUWL¿NDVL YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL SDGD WHSXQJ XEL ND\X
sebagai pangan pembawa serta aplikasinya pada pembuatan produk ÀDNHV. Perlakuan pada tepung ubi kayu
diberi vitamin A (retinil palmitat) terenkapsulasi 5,6 mg/kg secara tunggal dan juga dikombinasikan dengan zat
besi (FeSO4.7H2 WHUHQNDSVXODVLVHEDQ\DNPJNJ7HSXQJXELND\XWDQSDIRUWL¿NDVLGLJXQDNDQVHEDJDLNRQWURO
+DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ IRUWL¿NDVL YLWDPLQ $ EDLN VHFDUD WXQJJDO PDXSXQ \DQJ GLWDPEDKNDQ GHQJDQ ]DW
besi tidak mempengaruhi kadar air (10,09±0,24 – 10,71±1,76) dan derajat putih tepung ubi kayu (98,11±0,13
- 98,85±0,12) (p!  $NDQ WHWDSL IRUWL¿NDVL PHPSHQJDUXKL NDGDU ]DW EHVL “  “  GDQ
vitamin A (<0,50±0,00 - 7,19±1,45) tepung ubi kayu (p 3HQJDSOLNDVLDQWHSXQJXELND\XWHUIRUWL¿NDVLSDGD
ÀDNHV menghasilkan kadar vitamin A (13,23±4,24 - 14,66±0,97) dan warna (28,29±0,62 - 30,08±0,97) tidak
berbeda nyata (p>0,05). )ODNHV dengan perlakuan kombinasi (vitamin A dan zat besi) mengurangi persentase
bioksesabilitas vitamin A (51,24±1,32) akan tetapi meningkatkan nilai bioaksesabilitas zat besi (77,69±1,45)
VHFDUDVLJQL¿NDQ%HUGDVDUNDQXMLRUJDQROHSWLNNHVHOXUXKDQSHUODNXDQPDVLKGDSDWGLWHULPD±5 (agak disukai)
oleh panelis.

Kata kunci: Tepung ubi kayu;ÀDNHVIRUWL¿NDVL]DWEHVLYLWDPLQ$

ABSTRACT

)RUWL¿FDWLRQ LV RQH RI WKH SURPLVLQJ WHFKQLTXHV IRU GHFUHDVLQJ PLFURQXWULHQW GH¿FLHQF\ SUREOHP SDUWLFXODUO\
in vitamin A and iron cases. This research aimed to investigate the effect of encapsulated vitamin A and iron
IRUWL¿FDWLRQRQFDVVDYDÀRXUDQGLWVDSSOLFDWLRQRQÀDNHVSURGXFW&DVVDYDÀRXUZDVIRUWL¿HGZLWKPJNJRI
encapsulated vitamin A (retinyl palmitate) for a single treatment, and also combined with 31 mg/kg of encapsulated
LURQ )H62+ 1RQIRUWL¿HGFDVVDYDÀRXUZDVXVHGDVFRQWURO5HVXOWVVKRZHGQRVLJQL¿FDQWGLIIHUHQFHVLQ
ZDWHUFRQWHQW “±“ DQGWKHFDVVDYDÀRXU¶VZKLWHQHVVGHJUHH “±“ 
for each treatment (p> 0.05). However, with iron levels of (7.42±0.09 – 28.20±0.96) and vitamin A of (<0.50±0.00
±“ WKHFDVVDYDÀRXUZDVVLJQL¿FDQWO\GLIIHUHQW p $QDSSOLFDWLRQRIIRUWL¿HGFDVVDYDÀRXUIRUWL¿HG
LQ ÀDNHV SURGXFW UHVXOWHG QR VLJQL¿FDQW GLIIHUHQFH LQ YLWDPLQ $ DPRXQW “ ± “  DQG FRORU

DOI: http://doi.org/10.22146/agritech.39522
ISSN 0216-0455 (Print), ISSN 2527-3825 (Online)

424
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

product (28.29±0.62 – 30.08±0.97) (p! )XUWKHUPRUHOHYHORILURQDQGYLWDPLQ$LQÀDNHVZDVLQFUHDVHG


SRVLWLYHO\ FRUUHODWHG ZLWK IRUWL¿FDQW FRQFHQWUDWLRQ )RUWL¿FDWLRQ ZLWK FRPELQHG WUHDWPHQW YLWDPLQ $ DQG LURQ 
UHGXFHGELRDFFHVVLELOLW\RIYLWDPLQ$ “ EXWVLJQL¿FDQWO\LPSURYHGELRDFFHVVLELOLW\RILURQ “ 
%DVHGRQRUJDQROHSWLFWHVWDOOIRUWL¿HGÀDNHVZHUHDFFHSWDEOH“ UDWKHUSUHIHUUHG WREHFRQVXPHG

Keywords&DVVDYDÀRXUÀDNHVIRUWL¿FDWLRQLURQYLWDPLQ$

PENDAHULUAN %HEHUDSD SHQHOLWLDQ PHQJHQDL IRUWL¿NDVL ]DW EHVL


dan vitamin A yang dienkapsulasi pada beberapa produk
Indonesia merupakan salah satu negara sedang pangan ternyata dapat mempertahankan kestabilan,
berkembang yang masyarakatnya banyak mengalami meningkatkan bioavailibilitas dan penerimaan produk
kekurangan zat gizi mikro seperti yodium, zat besi, secara sensori (Azzam, 2009; Zimmerman dkk.,
vitamin A dan seng (WHO, 2002). WHO (2006) juga 2004; Oktaviantari, 2014; Wulandari, 2014). Azzam
menyatakan bahwa sepersepuluh total angka kematian   PHQ\DWDNDQ EDKZD IRUWL¿NDQ IHUR VXOIDW \DQJ
di negara yang sedang berkembang disebabkan oleh dimikroenkapsulasi pada yogurt bersifat stabil dan
permasalahan tersebut, terutama vitamin A dan zat tidak mengubah kualitas sensori (rasa, aroma maupun
besi. Sebanyak 1,7% dari 12.760 penderita seroftalmia ZDUQD  VHGDQJNDQ IRUWL¿NDQ IHUR VXOIDW \DQJ WLGDN
GL,QGRQHVLDGLVHEDENDQROHKGH¿VLHQVLYLWDPLQ$ :+2 GLHQNDSVXODVL PHPSHQJDUXKL UDVD \RJXUW )RUWL¿NDVL
2006). Data DEPKES (2012) juga menunjukkan bahwa mikroenkapsulat zat besi, yodium dan vitamin A secara
GH¿VLHQVLYLWDPLQ$SDGDEDOLWDVHEHVDUGLNRWD tunggal pada garam juga juga bersifat stabil dan tidak
pada 10 provinsi dan angka kejadian anemia gizi besi mengubah warna garam (Zimmerman dkk., 2004).
(AGB) pada anak balita sekitar 40 - 45% (Windiastuti, .HGXDSHQHOLWLDQWHUVHEXWKDQ\DPHPEHULNDQIRUWL¿NDQ
2012). Data–data tersebut menunjukkan bahwa usia secara tunggal, padahal banyak jenis mikronutrien yang
balita merupakan usia yang sangat rentan menderita diperlukan oleh tubuh.
seroftalmia maupun anemia. $GDSXQSHQHOLWLDQPHQJHQDLIRUWL¿NDVLSDGDÀDNHV
'H¿VLHQVL YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL GDSDW GLDWDVL tepung ubi kayu menunjukkan bahwa enkapsulat vitamin
PHODOXL IRUWL¿NDVL ]DW JL]L PLNUR SDGD SURGXN SDQJDQ A memiliki bioaksesabilitas yang tinggi (sebesar 66,67%)
:+2  %320   )RUWL¿NDQ YLWDPLQ $ dan bersifat stabil (Oktaviantari, 2014), sedangkan
umumnya berbentuk retinil palmitat karena lebih enkapsulat fero sulfat memiliki bioaksesabilitas sebesar
stabil dalam pemanasan (Allen dkk., 2006), sedangkan 49,65 % (Wulandari, 2014). Pada penelitian tersebut
zat besi berupa senyawa fero sulfat yang larut air, IRUWL¿NDVL GLODNXNDQ ODQJVXQJ NH GDODP SURGXN ÀDNHV
ekonomis, serta memiliki bioavailibilitas yang tinggi dan tidak dilakukan kombinasi antara vitamin A dan zat
di dalam tubuh (WHO, 2001 ; Akhtar dkk., 2011). EHVL 0HQXUXW /D\ULVVH GNN   IRUWL¿NDVL YLWDPLQ
Permasalahan yang muncul adalah adanya interaksi A dan zat besi secara bersamaan diketahui dapat
QHJDWLI IRUWL¿NDQ WHUKDGDS NDUDNWHULVWLN EDKDQ SDQJDQ meningkatkan penyerapan zat besi pada beras, gandum
(Layrisse dkk., 2000; Nieves dkk., 2003). Salah satu dan jagung. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan
cara untuk mencegahnya yaitu dengan menggunakan untuk mengetahui pengaruh vitamin A, zat besi, derajat
metode enkapsulasi (Gonnet dkk.,2010; Mao dkk., putih maupun kadar air pada tepung ubi kayu yang
2010;Silva dkk., 2012) menggunakan tepung sebagai GLIRUWL¿NDVLGHQJDQYLWDPLQ$VHFDUDWXQJJDODWDX\DQJ
bahan pembawa (Lynch, 2004). Salah satu jenis pangan ditambahkan dengan zat besi terenkapsulasi serta
olahan yang berbahan dasar tepung dan disukai oleh melihat pengaruh vitamin A, zat besi, bioaksesabilitas,
anak – anak adalah ÀDNHV. )ODNHV umumnya terbuat warna, kerenyahan dan organoleptikÀDNHVyang terbuat
dari tepung jagung dan gandum, akan tetapi bahan GDULWHSXQJXELND\X\DQJWHODKGLIRUWL¿NDVL
lokal seperti tepung ubi kayu sangat berpotensi
untuk dijadikan ÀDNHV karena mempunyai kandungan METODE PENELITIAN
karbohidrat yang cukup tinggi yakni 34,70 g per 100 g
bahan (Jisha dkk., 2008). Kelemahan tepung ubi kayu Bahan
dibandingkan dengan tepung lainnya adalah kurangnya Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini
kadar mikronutrien seperti vitamin dan mineral (Julie adalah FeSO4.7H2O (Merck, Jerman), retinil palmitat
dkk., 2009). Oleh sebab itu, penelitian mengenai (SIGMA, Jerman), minyak jagung, air, WZHHQ 80 (Merck,
SHQDPEDKDQ IRUWL¿NDQ YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL GDODP Jerman), maltodekstrin, tepung ZKH\ SURWHLQ, dan
ÀDNHV ubi kayu sangat diperlukan. tepung ubi kayu varietas Adira-1.

425
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

Alat FeSO4.7H2O terenkapsulasi 31 mg/kg tepung. Untuk


mengetahui karakteristiknya, tepung ubi kayu diuji
Peralatan utama yang digunakan adalah +LJK
kadar air (AOAC, 2012), derajat putih (Altan dkk., 2008),
3UHVVXUH+RPRJHQL]HU(HPH) (Gera Niro Soavi, Italia),
vitamin A (AOAC, 2005), dan zat besi (AOAC, 2012).
PDJQHWLF VWLUHU XOWUD WXUD[ IKA, T25D, Jerman),
pengering semprot (VSUD\ GU\HU) (Lab Plant, SD- Derajat Putih
05, USA), $WRPLF $EVRUSWLRQ 6SHFWURVFRS\ (AAS)
(Shimadzu, AA-7000, Jepang), 8OWUD3HUIRUPDQFH/LTXLG Derajat putih pada tepung diukur dengan
&KURPDWRJUDSK\ (UPLC) (Acquity Waters, H Series, menggunakan instrumen FKURPDPHWHU (Minolta, CR-
Singapura) dengan detektor UV Vis, spektrofotometer 300, USA). Warna diukur pada permukaan tepung
(Agilent technologies, Cary 60 UV-VIS, USA), menggunakan Hunter Lab [L= 0 (hitam) 100 (putih); a
FKURPDPHWHU Minolta, CR-300, Jepang), dan WH[WXUH = -60 (Hijau) sampai +60 (merah); dan b= -60 (Biru)
DQDO\]HU %URRN¿HOG&786$  untuk +60 (Kuning)].

Kadar Vitamin A
Metode Kadar vitamin A (retinil palmitat) diukur menggunakan
UPLC (8OWUD3HUIRUPDQFH/LTXLG&KURPDWRJUDSK\) dengan
(QNDSVXODVL9LWDPLQ$GDQ=DW%HVL
detektor UV Vis. Sebanyak 1,5 g sampel ditambah
3HPEXDWDQ IRUWL¿NDQ YLWDPLQ $ EHUEHQWXN dengan 10 mL etanol dan 2,5 mL KOH 50% dimasukkan
nanoemulsi dengan mencampurkan retinil palmitat ke dalam ZDWHUEDWK (suhu 80 °C selama 90 menit),
: WZHHQ 80 : minyak jagung : air ( 0,03% : 2,97% : didinginkan sampai suhu kamar, ditambah dengan asam
3% : 94%) dari total bahan (Yuliani dkk., 2014). asetat glasial sebanyak 2,5 mL dan didinginkan kembali
Kemudian dihomogenisasi dengan +LJK 3UHVVXUH sampai suhu kamar kemudian dimasukkan ke dalam labu
+RPRJHQL]HU (HPH) (500 bar, 10 siklus). Nanoemulsi ukur 25 mL. Larutan ditambahkan etanol : tetra hidro
kemudian dicampurkan dengan bahan penyalut furan (1:1) sampai 25 mL, dihomogenkan dan didiamkan
dengan perbandingan nanoemulsi : ZKH\ SURWHLQ semalam. Kemudian larutan disaring dan diinjeksikan ke
: maltodekstrin (80% : 8% : 12%). Pembuatan UPLC dengan fase gerak metanol : air (90 : 10), ÀRZUDWH
IRUWL¿NDQ )H624.7H2O terenkapsulasi dilakukan dengan 0,1 mL/menit, panjang gelombang 325 nm dan kolom
langsung mencampurkan FeSO4.7H2O : ZKH\ SURWHLQ : MHQLV$TXLW\:DWHUV83/&%(+&NjP[PP
maltodekstrin : air (0,1% : 12% : 8%: 79,9%) (Yuliani yang dilengkapi pre-column9DQ*XDUG&NjP[
dkk., 2014). Masing-masing emulsi diproses pada PP6XKXNRORPGLDWXUSDGDƒ&GDQYROXPHNj/
pengering semprot dengan suhu inlet 170 °C dan laju Konsentrasi retinil palmitat dihitung dengan Persamaan
alir ±23 mL/menit. Kadar vitamin A yang terdapat pada 1.
enkapsulat vitamin A yaitu sebesar 225 mg/kg bahan Konsentrasi vit A sampel

dan kadar zat besi yang terdapat pada enkapsulat zat Kadar vitamin A (mg/1000 g)= Kurva standar vitamin A
Jumlah sampel (g)
× Pengenceran (mL) (1)
besi yaitu sebanyak 55 mg/kg bahan. 

.DQGXQJDQ=DW%HVL
)RUWL¿NDVL7HSXQJ8EL.D\X
Kandungan zat besi diukur dengan menggunakan
Ubi kayu varietas Adira 1 dikupas, dicuci dan
metode spektroskopi serapan atom (AAS) melalui
dimasukkan ke dalam mesin pemotong sehingga
pengabuan kering dengan memakai 5 g sampel,
ukurannya lebih kecil. Kemudian dimasukkan ke dalam
volume sampel sebelum pengenceran sebanyak 1 mL
FDELQHW GU\HU sampai kadar airnya ±10%. Selanjutnya
dan pengenceran sebanyak 100 mL. Konsentrasinya
digiling dan disaring dengan ayakan 100 mesh. Tepung
dihitung berdasarkan kurva absorbansi adisi standar.
XELND\XGLWDPEDKNDQIRUWL¿NDQVHVXDLSHUODNXDQ-XPODK
Adapun nilai konsentrasinya dihitung menggunakan
IRUWL¿NDQ \DQJ GLWDPEDKNDQ SDGD WHSXQJ XEL ND\X
Persamaan 2.
PHQJDFX NHSDGD VWDQGDU IRUWL¿NDVL \DQJ GLNHOXDUNDQ
ROHK7KH0LFURQXWULHQW,QLWLDWLYH  \DNQLIRUWL¿NDVL (2)
Kadar zat besi (mg/1000 g)=
konsentrasi pada AAS x 1 mL x 100 mL

vitamin A (retinil palmitat) sebanyak 5,6 mg/kg dan zat 5g


besi (fero sulfat) 31 mg/kg. Perlakuan pada penelitian
ini yaitu penambahan zat besi (FeSO4.7H2O) dan vitamin Pembuatan Flakes dari Tepung Ubi Kayu
A berdasarkan konsentrasi yaitu : 1) Kontrol (tanpa 7HUIRUWL¿NDVL
IRUWL¿NDVL    5HWLQLO SDOPLWDW WHUHQNDSVXODVL  PJ Pembuatan ÀDNHV menggunakan metode Yuliani
kg tepung; 3) Retinil palmitat 5,6 mg/kg tepung + dkk. (2014) dengan mencampurkan tepung ubi kayu

426
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

dengan garam, gula, EXWWHU, EDNLQJSRZGHU, kuning telur, dihitung sebagai hasil jumlah zat besi setelah melewati
coklat bubuk, coklat blok, susu bubuk, maltodekstrin, perlakuan pencernaan enzimatis dibagi dengan jumlah
dan air. Adonan (ketebalan 0,8 mm) dipotong sesuai zat besi yang terdapat pada ÀDNHV.
bentuk yang diinginkan dan dipanggang 5 menit dalam
oven pada suhu 150 °C atau hingga kering. Untuk Uji Tekstur
mengetahui karakteristiknya, ÀDNHV diuji kadar vitamin Uji tekstur ÀDNHV diukur dengan alat WH[WXUH
A (AOAC, 2005), zat besi (AOAC, 2012), bioaksesabilitas DQDO\]HU menggunakan 3 titik uji dengan kecepatan 2
vitamin A dan zat besi (Courraud dkk., 2013; Cilla dkk., mm/s dan jarak antara produk dan probe adalah 22
2009), tekstur (Altan dkk., 2008), warna (Altan dkk., mm.
2008) dan uji hedonik (Stefanowicz, 2013).
Uji Hedonik
Pengujian Bioaksesibilitas
Uji hedonik panelis tidak terlatih sebanyak 70
Sebanyak 4 g bahan dihancurkan dan ditambahkan orang mengisi kuisioner yang telah disiapkan. Panelis
dengan menambahkan 1 mL ĮDPilase 3 % dan 14 mL akan mengisi kuisioner dengan menilai penampakan
akuabides. Lalu diinkubasi pada inkubator bergoyang keseluruhan ÀDNHV (warna, aroma, kekerasan, dan
(suhu 37 °C selama 30 menit) kemudian ditambah HCl rasa), dengan 7 poin skala kesukaan 1-7 (1=Sangat
6 M sampai pH 2,0. Setelah itu larutan ditambahkan tidak suka, 2=Tidak suka, 3=Agak tidak suka, 4=Netral,
larutan pepsin 0,32 mL (16 g dalam 100 mL HCl 0,1 N), 5=Agak suka, 6=Suka, 7=Sangat suka).
ditepatkan sampai 50 g dengan FHOOFXOWXUHJUDGHZDWHU
(GHPLQHUDOL]HG ZDWHU) (Aqua B Braun; Braun Medical Rancangan Penelitian
Barcelona, Spain) dan diinkubasi pada inkubator Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bergoyang (suhu 37 °C pada kecepatan 100 rpm selama rancangan acak lengkap satu faktor dengan tiga kali
2 jam). Larutan diletakkan pada penangas es selama 10 ulangan. Faktor tersebut yaitu penambahan jumlah
menit dan pH diatur menjadi 6,5 dengan menambahkan IRUWL¿NDQ ]DW EHVL )H624.7H2O) dan vitamin A (retinil
NaHCO3 1M. Sebanyak 0,015 g pankreatin dan 0,009 palmitat) pada tepung meliputi: 1) Kontrol; 2) Retinil
g ELOH VDOW dengan konsentrasi 4 g/L dilarutkan pada palmitat terenkapsulasi 5,6 mg/kg tepung; 3) Retinil
buffer SKRVSDW dan kemudian dilakukan pencampuran palmitat 5,6 mg/kg tepung + FeSO4.7H2O terenkapsulasi
dengan sampel. Campuran tersebut lalu diinkubasi PJNJWHSXQJ)RUWL¿NDVLGLODNXNDQSDGDWHSXQJXEL
pada inkubator bergoyang dengan suhu 37 °C dengan kayu dan kemudian diolah menjadi produk ÀDNHV
kecepatan 100 rpm selama 2 jam. Proses dihentikan
dengan menempatkannya pada penangas es selama Analisis Statistik
10 menit dan penambahan pH menjadi 7,2 dengan
Nilai yang tertera pada hasil merupakan nilai
menambahkan 0,5 M NaOH. Selanjutnya 1 mL suspensi
rata-rata (3 kali ulangan) ± standar deviasi. Data
sampel dipindahkan ke tabung sentrifus 1,5 mL dan
yang diperoleh pada masing – masing perlakuan
disentrifugasi (kecepatan 3500 rpm pada suhu 4 °C
diolah dengan SPSS versi 22.0 untuk alaisis sidik
selama 15 menit).
ragam (ANOVA). Untuk menguji beda antar perlakuan
Pengujian Bioaksesabilitas Vitamin A dilakukan uji 'XQFDQ0XOWLSOH5DQJH7HVW (DMRT) pada
Į 
Pengujian menggunakan supernatan hasil
perlakuan LQYLWUR (pencernaan enzimatis) sebanyak 1,5
g untuk diuji kadar vitamin A dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
spektrofotometer pada panjang gelombang 325 nm.
Bioaksesibilitas vitamin A dihitung sebagai hasil jumlah .DUDNWHULVWLN7HSXQJ8EL.D\X7HUIRUWL¿NDVL
vitamin A setelah melewati perlakuan pencernaan )RUWL¿NDQ YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL WHUHQNDSVXODVL
enzimatis dibagi dengan jumlah vitamin A yang terdapat yang dipakai berbentuk serbuk berwarna kecoklatan dan
pada ÀDNHV. dapat langsung ditambahkan ke dalam tepung ubi kayu.
(QNDSVXODVLIRUWL¿NDQPHQJJXQDNDQPDOWRGHNVWULQGDQ
Pengujian Bioaksesabilitas Fe ZKH\SURWHLQyang memiliki sifat hidroskopis (Khasanah
Pengujian menggunakan supernatan hasil dkk., 2015) akan tetapi tidak mempengaruhi kadar
perlakuan LQYLWUR (pencernaan enzimatis) untuk diuji zat DLU WHSXQJ XEL ND\X VHFDUD VLJQL¿NDQ p>0,05). Hasil
besi dengan metode spektroskopi serapan atom (AAS) penelitian menunjukkan kadar air tepung ubi kayu
melalui pengabuan kering. Bioaksesibilitas zat besi antara 10,09±0,24% sampai 10,71±1,76%, sedangkan

427
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

menurut Jisha dkk. (2008) kadar air tepung ubi kayu ZDODXSXQ WLGDN VLJQL¿NDQ +DVLO NDGDU YLWDPLQ $ GDQ
adalah 11,9%. Perbedaan angka tersebut dipengaruhi ]DWEHVLLQLPDVLKVDPDGHQJDQMXPODKIRUWL¿NDQ\DQJ
oleh teknik pengeringan tepung dan interaksinya ditambahkan.
dengan lingkungan.
)RUWL¿NDQ YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL \DQJ GLJXQDNDQ
EHUZDUQDNHFRNODWDQ:DUQDNHFRNODWDQSDGDIRUWL¿NDQ Karakteristik Flakes
terenkapsulasi berasal dari bahan enkapsulat ZKH\
Kadar zat besi, vitamin A, dan bioaksesabilitas
SURWHLQ yang berwarna kuning kecoklatan. Akan
ÀDNHV ubi kayu
WHWDSL SHQDPEDKDQ IRUWL¿NDQ WLGDN PHPSHQJDUXKL
hasil derajat putih pada tepung ubi kayu. Tepung ubi Zat besi merupakan salah satu senyawa yang
ND\X \DQJ GLIRUWL¿NDVL PHPSXQ\DL KDVLO \DQJ KDPSLU GLIRUWL¿NDVL NH GDODP ÀDNHV. Hasil sidik ragam
VDPDGHQJDQWHSXQJXELND\XWDQSDIRUWL¿NDVL+DOLQL PHQXQMXNNDQ SHUODNXDQ IRUWL¿NDVL JDQGD YLWDPLQ $
GLVHEDENDQ ROHK SHQDPEDKDQ MXPODK IRUWL¿NDQ GDODP dan zat besi) memiliki hasil berbeda nyata (p<0,05)
jumlah sedikit. Nilai maksimal dari derajat putih adalah dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). Hal ini diduga
100% (Altan dkk., 2014), semakin rendah nilai derajat karena penambahan zat besi di dalam perlakuan
putih maka warna tepung akan semakin tidak cerah. sebanyak 31 mg/kg, walaupun pada pengujian dengan
Nilai derajat putih pada semua formulasi berkisar antara menggunakan AAS pada ÀDNHV terdapat 40,13±1,61
98,11±0,13% sampai 98,85±0,12%. Menurut Jisha mg/kg. Perbedaaan hasil ini disebabkan oleh adanya
dkk. (2008) Nilai derajat putih tepung ubi kayu minimal kandungan zat besi pada ÀDNHV\DQJWLGDNGLIRUWL¿NDVL
85%. Oleh sebab itu nilai derajat putih pada semua sebesar 7,75±1,69 mg/kg. Pada perlakuan yang tidak
formulasi masih memenuhi standar minimal tepung ubi GLEHUL IRUWL¿NDVL ]DW EHVL NDGDU ]DW EHVL EHUDVDO GDUL
kayu. bahan pembuatan ÀDNHV yaitu tepung ubi kayu, telur,
Hasil sidik ragam pada pengujian vitamin A dan zat bahan-bahan lainnya yang mengandung zat besi.
besi menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0,05) pada Menurut Astuti dkk. (2014) keberadaan vitamin A
masing-masing perlakuan. Tabel 1 memperlihatkan \DQJ GLIRUWL¿NDVL EHUVDPDDQ GHQJDQ ]DW EHVL GDSDW
bahwa kadar vitamin A tidak terdeteksi pada kontrol, meningkatkan stabilitas keberadaan zat besi pada
sedangkan kadar zat besi terdeteksi sebanyak 7,42±0,09 tempe. Disamping itu, menurut Gonnet dkk. (2010)
mg/kg. Menurut Jisha dkk. (2008) pada tepung ubi kayu temperatur atau suhu pada saat pemanggangan
tidak terdapat vitamin A atau jumlahnya sangat sedikit menjadi faktor utama mekanisme pelepasan senyawa
sedangkan kadar zat besi pada tepung ubi kayu sebesar dari dalam bahan penyalutnya. Akan tetapi bahan
PJNJ3HQDPEDKDQIRUWL¿NDQSDGDSHUODNXDQVHFDUD penyalut maltodekstrin dan whey protein mempunyai
VLJQL¿NDQMXJDPHQLQJNDWNDQNDQGXQJDQYLWDPLQ$GDQ ketahanan suhu yang cukup tinggi (Margarida, 2011),
]DW EHVL SDGD WHSXQJ XEL ND\X 3HUODNXDQ IRUWL¿NDVL disamping itu pemanggangan dalam waktu singkat (15
vitamin A memiliki hasil antara 5,29±0,42 mg/kg sampai menit) masih belum maksimal untuk menghancurkan
“ PJNJ VHGDQJNDQ SHUODNXDQ IRUWL¿NDVL ]DW penyalut (Jafari dkk., 2008).
besi sebanyak 31 mg/kg memiliki hasil 28,20±0,96 mg/ Hasil pengujian vitamin A pada Tabel 2 menunjukkan
NJ 3DGD WHSXQJ XEL ND\X GHQJDQ IRUWL¿NDVL YLWDPLQ tidak berbeda nyata (p>0,05) antar perlakuan. Jumlah
A dan zat besi terjadi peningkatan kadar vitamin A YLWDPLQ$SDGDSHUODNXDQ\DQJGLIRUWL¿NDVLGHQJDQ

Tabel 1. Kadar air, derajat putih, vitamin A, dan zat besi tepung ubi kayu

Perlakuan Kadar air (%) Derajat putih Vitamin A (mg/kg) Zat besi (mg/
(%) kg)
Tepung ubi kayu 10,09±0,24a 98,85±0,12a <0,50±0,00 7,42±0,09a
Tepung ubi kayu + 5,6 mg/kg retinil 10.23±0,16a 98,60±0,07a 5,29±0,42a 8,81±2,04a
palmitat terenkapsulasi
Tepung ubi kayu + 5,6 mg/kg retinil 10,71±1,76a 98,11±0,13a 7,19±1,45a 28,20±0,96b
palmitat terenkapsulasi + 31 mg/kg
FeSO47H2O terenkapsulasi
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang
berganda Duncan).

428
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

mg/kg retinil palmitat adalah 13,23±4,24 mg/kg dan \DLWX“0HQXUXW:XODQGDUL  IRUWL¿NDVL
14,66±0,97 mg/kg. Perbedaan jumlah ini dikarenakan zat besi secara tunggal pada ÀDNHV memberikan hasil
adanya vitamin A yang ada pada produk sebelum persentase bioaksesabilitas sebesar 49,65%. Adanya
GLWDPEDK GHQJDQ IRUWL¿NDQ 9LWDPLQ $ SDGD SURGXN YLWDPLQ$\DQJGLIRUWL¿NDVLEHUVDPDDQGHQJDQ]DWEHVL
ÀDNHV berasal dari bahan baku pembuatan ÀDNHV seperti menghasilkan efek yang sinergis dengan ketersediaan
kuning telur, coklat blok, dan susu bubuk. zat besi di dalam tubuh (Pinkaew dkk., 2013). Walzcyk
Pada pengujian bioaksesabilitas vitamin A dkk. (2003) menyatakan bahwa tidak ada efek negatif
PHPSHUOLKDWNDQ EDKZD SHUODNXDQ IRUWL¿NDVL YLWDPLQ $ pada zat besi yang dikonsumsi bersamaan dengan
secara tunggal memiliki hasil berbeda nyata (p<0,05) suplementasi vitamin A.
dengan perlakuan yang lainnya. Setelah melewati sistem
pencernaan, jumlah vitamin A akan berkurang walaupun Karakteristik warna dan tekstur ÀDNHV
tidak terlalu besar. Persentase bioaksesabilitas pada Warna dan tekstur merupakan salah satu faktor
vitamin A sebesar 51,24±1,32%. Menurut Courraud XML ¿VLN \DQJ SDOLQJ SHQWLQJ GDODP SURGXN SDQJDQ
dkk. (2013) retinil palmitat setelah melewati sistem Rahayuning dkk. (2004) menyebutkan bahwa tekstur
pencernaan akan berkurang sebanyak 48%. Hal ini atau tingkat kerenyahan menjadi salah satu karakter
dikarenakan retinil palmitat mempunyai ketahanan yang penting yang harus dimiliki oleh ÀDNHV 8ML ¿VLN ÀDNHV
cukup baik pada pH asam maupun basa di dalam tubuh GDSDWGLOLKDWSDGD7DEHO3HQJXMLDQNDUDNWHULVWLN¿VLN
+HUUHURGNN 3HUODNXDQIRUWL¿NDVLYLWDPLQ$\DQJ ÀDNHV yang dilakukan melalui uji warna memperlihatkan
GLIRUWL¿NDVL GHQJDQ ]DW EHVL PHQJKDVLONDQ SHUVHQWDVH hasil sidik ragam yang berbeda nyata pada masing-
bioaksesabilitas yang sama dengan perlakuan yang tidak masing produk (p<0,05). Secara visual semua perlakuan
GLIRUWL¿NDVL+DVLOELRDNVHVDELOLWDVPHQXQMXNNDQEDKZD produk ÀDNHV mempunyai warna kecoklatan. Akan tetapi
SHPEHULDQ IRUWL¿NDVL JDQGD YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL jika diukur dengan menggunakan FKURPDPHWHU angka
terenkapsulasi) pada ÀDNHV tidak berpengaruh terhadap yang dihasilkan akan berbeda. Menurut Tolvaj dan
HIHNWL¿WDV NHWHUVHGLDDQ YLWDPLQ $ VHWHODK PHOHZDWL Misui (2009) KXH untuk warna coklat berada diantara
perlakuan pH asam maupun basa yang dikondisikan kisaran warna merah dan kuning (18 – 90 °). Angka
seperti pada tubuh. Pinkaew dkk. (2013) dan Suharno yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan masuk
dkk. (1993) menyatakan bahwa vitamin A dan zat ke dalam kisaran angka untuk warna coklat dengan
besi akan menghasilkan reaksi oksidasi yang dapat perlakuan menghasilkan nilai warna yang tertinggi yaitu
mengurangi jumlah penyerapan vitamin A di dalam 30,08±0,97 °. Semakin tinggi nilai derajat warna yang
tubuh. Sehingga hasil bioaksesabilitas menunjukkan dihasilkan oleh ÀDNHV maka warna semakin mendekati
SHPEHULDQ HQNDSVXODVL SDGD PDVLQJPDVLQJ IRUWL¿NDQ kekuningan. Berdasarkan hasil penelitian Syed dkk.
dapat meminimalisir pengurangan jumlah vitamin A (2011) penambahan maltodekstrin dalam pembuatan
yang dapat diserap oleh tubuh. kue menghasilkan warna yang lebih keemasan (kuning),
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil sidik ragam hal ini disebabkan oleh maltodekstrin merupakan
pengujian bioaksesabilitas zat besi pada masing-masing polimer glukosa yang mempunyai kadar GH[WURVH
perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Pada perlakuan HTXLYDOHQW (DE) kurang dari 20. Chronakis (1998) juga
yang ditambahkan dengan fero sulfat terenkapsulasi menyebutkan bahwa maltodekstrin dapat mengurangi
mempunyai hasil persentase bioaksesabilitas yang tinggi reaksi maillard yang menyebabkan produk berwarna

Tabel 2. Kadar vitamin A, zat besi, bioaksesabilitas vitamin A, dan bioaksesabilitas zat besi ÀDNHV ubi kayu

Perlakuan Vitamin A (mg/ Bioaksesa-bilitas Zat besi (mg/kg) Bioaksesa-bilitas


kg) vitamin A (%) zat besi (%)
Tepung ubi kayu 6,13±0,50a 50,27± 0,43a 7,75±1,69a 41,13±0,98a
Tepung ubi kayu + 5,6 mg/kg retinil 13,23±4,24 b
60,90±3,66 b
10,70±0,46 a
56,34±0,33b
palmitat terenkapsulasi
Tepung ubi kayu + 5,6 mg/kg retinil 14,66±0,97b 51,24±1,32a 40,13±1,6b 77,69±1,45c
palmitat terenkapsulasi + 31 mg/kg
FeSO47H2O terenkapsulasi
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang
berganda Duncan).

429
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

Tabel 3. Warna dan kekerasan ÀDNHV Organoleptik Flakes


Pengujian organoleptik dengan hedonik yang
Perlakuan Warna/KXH(°) Kekerasan (gf)
dilakukan pada masing-masing parameter perlakuan
Tepung ubi kayu 27,51±0,33a 418,67±29,02a
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (p>0,05). Pada
Tepung ubi kayu + 5,6 28,29±0,62a 193,00±68,01a Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada parameter pengujian
mg/kg retinil palmitat warna, aroma, kerenyahan dan rasa skor yang diperoleh
terenkapsulasi
rata-rata ±5, Skor rata-rata 5 pada pengujian ini
Tepung ubi kayu + 5,6 30,08±0,97b 221,83 ±134,08a menandakan bahwa rata-rata panelis menilai ÀDNHV yang
mg/kg retinil palmitat dihasilkan pada masing-masing perlakuan agak disukai
terenkapsulasi + 31
oleh panelis dan masih dapat diterima oleh panelis.
mg/kg FeSO47H2O
terenkapsulasi Warna pada ÀDNHV\DQJWHODKGLIRUWL¿NDVLPDXSXQ\DQJ
WLGDNGLIRUWL¿NDVL NRQWURO WLGDNEHUEHGDQ\DWD0HQXUXW
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti
Rahayuning (2004) panelis menyukai VQDFN yang
oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
berwarna kecoklatan karena dapat mengekspresikan
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
rasa secara tidak langsung.
Aroma pada ÀDNHV yang cenderung beraroma khas
coklat. Perlakuan ÀDNHVWDQSDIRUWL¿NDVLPHPSXQ\DLQLODL produk hasil panggangan dan aroma khas coklat banyak
derajat warna yang paling rendah yaitu 27,51±0,33 °. disukai oleh panelis. Aroma pada ÀDNHV berasal dari
Semakin rendah nilai derajat warna yang dihasilkan oleh komposisi bahan ÀDNHV seperti butter, telur, dan coklat.
ÀDNHV maka warna semakin coklat (gelap). Warna coklat Menurut Lynch (2004), fero sulfat mempunyai aroma
pada produk berasal dari cokelat bubuk dan cokelat blok khas besi yang kurang disukai oleh panelis. Pada produk
yang ditambahkan pada formulasi. ÀDNHV \DQJ GLEHUL IRUWL¿NDVL ]DW EHVL DURPD NKDV EHVL
Nilai kekerasan yang diperoleh dari hasil tidak muncul. Hal ini menandakan zat besi pada produk
pengukuran berkisar antara 193,00±68,01 gf sampai masih terenkapsulasi dengan baik. Menurut Azzam
237,17±83,55 gf. Pada uji tekstur (kekerasan) (2009) zat besi yang dienkapsulasi tidak merubah cita
didapat hasil sidik ragam yang tidak berbeda nyata rasa maupun aroma pada produk yogurt. Kerenyahan
(p>0,05) antar masing-masing perlakuan. Hasil ini pada ÀDNHV juga mendapatkan skor yang sama dengan
PHQXQMXNNDQEDKZDSHQDPEDKDQIRUWL¿NDQEDLNVHFDUD parameter lainnya. Menurut panelis kerenyahan pada
tunggal maupun ganda tidak memberikan pengaruh ÀDNHV dinilai sudah baik dan bila dicampurkan dengan
terhadap tekstur dari ÀDNHV. Menurut Lewicki dkk., susu tidak terlalu cepat rapuh. Maltodekstrin yang
(2007) pengukuran kekerasan menggunakan WH[WXUH ditambahkan pada proses pembuatan ÀDNHV membuat
DQDO\]HU dengan teknik kekuatan dan kecepatan dalam tekstur ÀDNHV menjadi rapuh (Anwar, 2002).
pengukuran. Kekerasan pada produk juga dipengaruhi
oleh komposisi penyusun produk.

Tabel 4. Skor rata-rata hedonik ÀDNHV

Perlakuan Skor rata-rata


Warna Aroma Kerenyahan Rasa
Tepung ubi kayu 5,6±0,9 a
5,4±0,9 a
5,6±0,9 a
5,3±1,3a
Tepung ubi kayu + 5.6 mg/kg retinil 5,4±1,1a 5,1±1,2a 5,2±1,3a 5,2±1,4a
palmitat terenkapsulasi
Tepung ubi kayu + 5.6 mg/kg retinil 5,4±1,1a 5,3±1,1a 5,5±1,2a 5,4±1,3a
palmitat terenkapsulasi + 31 mg/kg
FeSO47H2O terenkapsulasi
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang
berganda Duncan). Skala 1-7 (1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka,
7 = sangat suka)

430
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

KESIMPULAN Astuti, R., Aminah, R. dan Syamsianah, A. (2014). Komposisi


]DWJL]LWHPSH\DQJGLIRUWL¿NDVL]DWEHVLGDQYLWDPLQ$
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada tempe mentah dan matang. $JULWHFK34 (2) : 151-
GDSDW GLVLPSXONDQ EDKZD IRUWL¿NDVL YLWDPLQ $ VHFDUD 159.
tunggal maupun yang ditambahkan dengan FeSO4.7H2O $]]DP 0$   (IIHFW RI IRUWL¿FDWLRQ ZLWK LURQ±ZKH\
tidak mempengaruhi kadar air dan derajat putih tepung protein complex on quality of yoghurt. (J\SWLDQ-ournal
ubi kayu pada masing-masing perlakuan, akan tetapi of Dairy Science37: 55–63.
mempengaruhi kadar zat besi dan vitamin A tepung ubi [BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2004).
ND\X )RUWL¿NDVL YLWDPLQ $ \DQJ GLWDPEDKNDQ GHQJDQ .HELMDNDQ GDQ SURJUDP GLUHNWRUDW SHQLODLDQ NHDPDQDQ
zat besi pada tepung ubi kayu tidak mempengaruhi pangan. Buletin POM 06/Tahun III/2004.
keberadaan vitamin A pada tepung ubi kayu dibandingkan [BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2011).
GHQJDQNDGDUYLWDPLQ$SDGDIRUWL¿NDVLWHSXQJXELND\X 3HUDWXUDQ .HSDOD %DGDQ 3HQJDZDV 2EDW GDQ 0DNDQDQ
vitamin A secara tunggal. Pengaplikasian tepung ubi 5HSXEOLN ,QGRQHVLD  1RPRU +.
ND\XWHUIRUWL¿NDVLSDGDSHPEXDWDQÀDNHV menghasilkan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
kadar vitamin A dan warna pada ÀDNHV tidak berbeda Chronakis, L.S. (1998). On the molecular characteristics,
nyata (p>0,05). )ODNHV dengan perlakuan kombinasi compositional properties and structural functional
(vitamin A dan zat besi) mengurangi persentase mechanisms of maltodextrins. &ULWical RevLHZV LQ )RRG
bioaksesabilitas vitamin A akan tetapi meningkatkan nilai Scienceand 1XWULWLRQ 38(7): 599-637.
ELRDNVHVDELOLWDV]DWEHVLVHFDUDVLJQL¿NDQ%HUGDVDUNDQ
Cilla, A., Maria, J.G.N., Sara, P., Maria, J.L., Reyes, B. dan
uji organoleptik, keseluruhan perlakuan masih dapat Rosaura, F. (2009). ,QYLWUR bioaccessibility of iron and
diterima (agak disukai) oleh panelis. ]LQF LQ IRUWL¿HG IUXLW EHYHUDJH ,QWHUQDWLRQDO Journal of
)RRG6FLence and7HFKnology 44: 1088-1092.
UCAPAN TERIMA KASIH Courraud, J., Jacques, B., Jean, P.C. dan Sylvie, A. (2013).
Stability and bioaccessibility of different forms of
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai carotenoids and vitamin A during LQYLWUR digestion. )RRG
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen &KHPLVWU\ 136 : 871–877.
Pertanian Bogor yang telah memberi dukungan dana [DEPKES] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
untuk pelaksanaan penelitian ini. 3UR¿ONHVHKDWDQ,QGRQHVLD. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA M., Lethuaut, L. dan Boury, F. (2010). New trends in
encapsulation of liposoluble vitamins. Journal of
Akhtar, S., Faqir, M., Anjum. dan Anjum, A. (2011). Micronutrient &RQWURlled5HOHDVH, 146 (3): 276–290.
IRUWL¿FDWLRQ RI ZKHDW ÀRXU 5HFHQW GHYHORSPHQW DQG
Herrero, C., Fernando, B., Lorencio, G. dan Alonso, O. (2008).
strategies [a review]. )RRG 5HVHDUFK ,QWHUQDWLRQDO 44:
Suitability of 3-point versus 7-point postprandial retinyl
652–659.
palmitate AUC in human bioavailability studies. European
Allen, L., Benoist, B.D., Dary, O. dan Hurrel, R. (2006). Journal of1XWULWLRQ 47: 55–58.
*XLGHOLQHV RQ )RRG )RUWL¿FDWLRQ ZLWK 0LFURQXWULHQWV.
Jafari., Mahdi, S., Assadpoor. dan Elham. (2008). Surface
Geneva. World Health Organization and Food and
composition analysis of nano-particle encapsulated
Agricultural Organization of the United Nations.
powders1DWLRQDO&RQJUHVVRI)RRG7HFKQRORJ\ 516 :7.
Altan, A., Mccathy, K.L. dan Maskan, M. (2008). Twin-screw
Jisha, S., Padmaja, G., Moorthy, S.N. dan Rajeshkumar,
extrusion of barley-grape pomace belnds: extrudate
K. (2008). Pre-treatment effect on the nutritional
characteristics and determination of optimum processing
and functional properties of selected ubi kayu-based
conditions. Journal of )RRG(QJineering 89 : 24-32.
FRPSRVLWHÀRXUV. InnovDWLYH)RRG6FLence and Emerging
Anwar, E. (2002). Pemanfaatan maltodekstrin dari pati ubi 7HFKQRORJLHV 9 (4): 587–592.
kayu sebagai bahan penyalut tipis tablet. 0$.$5$6DLQV
Julie, A., Montagnac, Christopher, R., Davis, dan Sherry,
6 (1) : 50-54.
A.T. (2009). Nutritional value of cassava for use as a
>$2$&@ $VVRFLDWLRQ RI 2I¿FLDO $QDO\WLFDO &KHPLVW   staple food and recent advances for improvement.
2I¿FLDO0HWKRGVRI$QDO\VLV9LWDPLQVDQGRWKHUQXWULHQWV. &RPSUHKHQVLYH5HYLHZVLQ)RRG6FLHQVDQG)RRG6DYHW\
Gaitherburg, AOAC International. 8 : 181-194.
>$2$&@ $VVRFLDWLRQ RI 2I¿FLDO $QDO\WLFDO &KHPLVW   Khasanah, L.U., Anandhito, B.U., Rachmawaty, T., Utami,
2I¿FLDO 0HWKRGV RI$QDO\VLV WK (GLWLRQ. Gaitherburg, U. dan Manuhara, G.J. (2015). Pengaruh rasio bahan
AOAC International. penyalut maltodekstrin, gum arab, dan susu skim

431
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432

WHUKDGDS NDUDNWHULVWLN ¿VLN GDQ NLPLD PLNURNDSVXO Suharno, D., West, C.E., Muhilal., Karyadi, D. dan Hautvast,
oleoresin daun kayu manis (cinnamomum burmannii). J.G. (1993). Supplementation with vitamin A and iron
$JULWHFK35 (4) : 414-421. for nutritional anaemia in pregnant women in West Java,
Layrisse., Miguel., Maria, N.G.N., Liseti, S., Maria, A.B., Indonesia. 7KH/DQFHW. 342 : 1352-1358.
Franklin, A., Daisy, L., Jose, R., Irene, L. dan Elomora, Syed, H.M., Jadhav, B.A. dan Salve, R.V. (2011). Studies
7   1HZ SURSHUW\ RI YLWDPLQ $ DQG ǃFDURWHQH on preparation of low calorie cake using pearl millet
on human iron absorption : effect of phytates and (bajra) maltodextrin. Journal of )RRG 3URFHVVing and
polyphenols as inhibitors of iron absorption. $UFKLYRV 7HFKQROogy2:125.
/DWLQRDPHULFDQRVGH1XWUicion 50 (3) : 243-248.
Tolvaj, L. dan Misui, K. (2010). Correlation beetween hue
Lewicki, P.P. (1995). Rheological properties of raisins: Part I: angle and lightness of light irradiated wood. Polymer
compression test. Journal of)RRG(QJineering 24 : 321- DegradDWLRQDQG6WDELOLW\ 95 : 638-642.
338.
Wulandari, D.U. (2014). )RUWL¿NDVLPLNURHQNDSVXODW
/\QFK 65   7KH LPSDFW RI LURQ IRUWL¿FDWLRQ RQ ]DWEHVLSDGDFDVVDYDÀDNHVSkripsi. Institut Pertanian
nutritional anaemia. %HVW3UDFWice and5HVHDUFK Clinical Bogor (IPB), Bogor.
+DHPDWRORJ\ 8 (2): 333–346. Walczyk, T., Davidsson, L., Rossander, L.-Hulthen., Leif, H., dan
Mao, L.K., Yang, J., Xu, D.X., Yuan, F., dan Gao, Y.X. (2010). Richard, F.H. (2003). No enhancing effect of vitamin a
(IIHFWV RI KRPRJHQL]DWLRQ PRGHOV DQG HPXOVL¿HUV on iron absorption in humans. 7KHAmerican Journal of
RQ WKH SK\VLFRFKHPLFDO SURSHUWLHV RI ǃFDURWHQH Clinical1XWULWLRQ 77: 144–9.
nanoemulsions. Journalof 'LVSHUVLRQ Science and :LQGLDVWXWL(  $QHPLD'H¿VLHQVL%HVL3DGD%D\LGDQ
7HFKQROogy 31(7): 986–993. Anak. Indonesian Pediatric Society.KWWSLGDLRULG
Margarida, I.N.F.V.P. (2011). (QFDSVXODWLRQRIDFWLYHFRPSRXQGV DUWLNHOVHSXWDUNHVHKDWDQDQDNDQHPLDGH¿VLHQVLEHVL
 3DUWLFOH FKDUDFWHUL]DWLRQ /RDGLQJ (I¿FLHQF\ DQG pada-bayi-dan-anak.[2 Februari 2016).
6WDELOLW\. Thesis. Faculdade de engenharia. Universidade [WHO] World Health Organization. (2001). ,URQ 'H¿FLHQF\
do porto. $QDHPLD$VVHVVPHQW3UHYHQWLRQDQG&RQWURO. A guide
Nieves, Maria, G.C., Miguel, L., Juan, P.P.-Rosas., Jose, R., for programme managers.
Irene, L. dan Patricia, M. (2003). Iron absorbtion from [WHO] World Health Organization. (2002). &KLOGKRRG $QG
HOHPHQWDO LURQ IRUWL¿HG FRUQ ÀDNHVs in human. role of 0DWHUQDO8QGHUQXWULWLRQ The World Health Report.
vitamin A and C. 1XWULWLRQ5HVHDUFK 23: 451–463.
[WHO] World Health Organization. (2006). WHO Global
Oktaviantari, D.K. (2014). )RUWL¿NDVL QDQRHPXOVL YLWDPLQ $ 'DWDEDVH RQ9LWDPLQ$'H¿FLHQF\ 9LWDPLQDQG0LQHUDO
WHUHQNDSVXODVL SDGD ÀDNHV EHUEDVLV XEL ND\X. Skripsi. Nutrition Information System (VMNIS).
Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor
Yuliani, S., Hoerudin., Harimurti, N., Iriani, E,S., Agustinisari,
Pinkaew, S., Pattanee, W., Richard, F., Hurrell. dan Rita, W. I., Permana, A,W., Dewandari K,T., Juniawati., Munarso,
 ([WUXGHGULFHJUDLQVIRUWL¿HGZLWK]LQFLURQDQG S,J., Widaningrum, H,M., Hasan, Z,H., Haliza, W.,
vitamin a increase zinc status of thai school children Suryanegara, L., Wahyudiono., Mulyani, E,S., Lestina,
when incorporated into a school lunch program. Journal P., Irvandy, A., Triyono, M., Haerani, C., Suryadi, R,I..
of1XWULWLRQ 143 (3): 362-368. (2014). 3HQJHPEDQJDQ QDQRWHNQRORJL XQWXN SDQJDQ
Rahayuning, D., Andarwulan, N., Koswara. Dan Sutrisno. IXQJVLRQDO QXWUDVHWLNDO GDQ NHPDVDQ, Laporan Akhir
(2004). Formulasi )ODNHVV triple mix ubi jalar-kecambah Tahun Penelitian DIPA, Balai Besar Penelitian dan
kedelai-wheat germ sebagai produk sarapan fungsional Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian
untuk anak-anak [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Silva., Daniel, H., Miguel, A.C., Antonio, A., dan Vicente. (2012). Zimmermann, M.B., Wegmueller, R., Zeder, C., Chaouki, N.,
Nanoemulsions for food applications: development and Biebinger, R., Hurrell, R.F., dan Windhab, E. (2004).Triple
characterization. )RRG %LRSURFHVV 7HFKQROogy 5: 854– IRUWL¿FDWLRQ RI VDOW ZLWK PLFURFDSVXOHV RI LRGLQH LURQ
867. and vitamin A. 7KHAmerican Journalof Clinical1XWULWLRQ
80: 1283–1290.
Stefanowicz P. (2013). Sensory evaluation of food principles
and practices. -RXUQDORI:LQH5HVHDUFK 24 (1): 80-80.

432

Anda mungkin juga menyukai