3HQJDUXK)RUWL¿NDVL9LWDPLQ$GDQ=DW%HVL7HUHQNDSVXODVL
pada Tepung Ubi Kayu dan Aplikasinya pada Pembuatan Flakes
)RUWL¿FDWLRQ(IIHFWRI(QFDSVXODWHG9LWDPLQ$DQG,URQLQ&DVVDYD)ORXUDQG
Its Aplication in Flakes Production
1
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Indonesia
2
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 12 Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16114, Indonesia
*Email: sugiyono@ipb.ac.id
ABSTRAK
)RUWL¿NDVL PHUXSDNDQ VDODK VDWX FDUD PHQJDWDVL GH¿VLHQVL ]DW JL]L PLNUR WHUXWDPD YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL
3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHWDKXL SHQJDUXK IRUWL¿NDVL YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL SDGD WHSXQJ XEL ND\X
sebagai pangan pembawa serta aplikasinya pada pembuatan produk ÀDNHV. Perlakuan pada tepung ubi kayu
diberi vitamin A (retinil palmitat) terenkapsulasi 5,6 mg/kg secara tunggal dan juga dikombinasikan dengan zat
besi (FeSO4.7H2WHUHQNDSVXODVLVHEDQ\DNPJNJ7HSXQJXELND\XWDQSDIRUWL¿NDVLGLJXQDNDQVHEDJDLNRQWURO
+DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ IRUWL¿NDVL YLWDPLQ $ EDLN VHFDUD WXQJJDO PDXSXQ \DQJ GLWDPEDKNDQ GHQJDQ ]DW
besi tidak mempengaruhi kadar air (10,09±0,24 – 10,71±1,76) dan derajat putih tepung ubi kayu (98,11±0,13
- 98,85±0,12) (p! $NDQ WHWDSL IRUWL¿NDVL PHPSHQJDUXKL NDGDU ]DW EHVL GDQ
vitamin A (<0,50±0,00 - 7,19±1,45) tepung ubi kayu (p3HQJDSOLNDVLDQWHSXQJXELND\XWHUIRUWL¿NDVLSDGD
ÀDNHV menghasilkan kadar vitamin A (13,23±4,24 - 14,66±0,97) dan warna (28,29±0,62 - 30,08±0,97) tidak
berbeda nyata (p>0,05). )ODNHV dengan perlakuan kombinasi (vitamin A dan zat besi) mengurangi persentase
bioksesabilitas vitamin A (51,24±1,32) akan tetapi meningkatkan nilai bioaksesabilitas zat besi (77,69±1,45)
VHFDUDVLJQL¿NDQ%HUGDVDUNDQXMLRUJDQROHSWLNNHVHOXUXKDQSHUODNXDQPDVLKGDSDWGLWHULPD±5 (agak disukai)
oleh panelis.
ABSTRACT
)RUWL¿FDWLRQ LV RQH RI WKH SURPLVLQJ WHFKQLTXHV IRU GHFUHDVLQJ PLFURQXWULHQW GH¿FLHQF\ SUREOHP SDUWLFXODUO\
in vitamin A and iron cases. This research aimed to investigate the effect of encapsulated vitamin A and iron
IRUWL¿FDWLRQRQFDVVDYDÀRXUDQGLWVDSSOLFDWLRQRQÀDNHVSURGXFW&DVVDYDÀRXUZDVIRUWL¿HGZLWKPJNJRI
encapsulated vitamin A (retinyl palmitate) for a single treatment, and also combined with 31 mg/kg of encapsulated
LURQ)H62+1RQIRUWL¿HGFDVVDYDÀRXUZDVXVHGDVFRQWURO5HVXOWVVKRZHGQRVLJQL¿FDQWGLIIHUHQFHVLQ
ZDWHUFRQWHQW±DQGWKHFDVVDYDÀRXU¶VZKLWHQHVVGHJUHH±
for each treatment (p> 0.05). However, with iron levels of (7.42±0.09 – 28.20±0.96) and vitamin A of (<0.50±0.00
±WKHFDVVDYDÀRXUZDVVLJQL¿FDQWO\GLIIHUHQWp$QDSSOLFDWLRQRIIRUWL¿HGFDVVDYDÀRXUIRUWL¿HG
LQ ÀDNHV SURGXFW UHVXOWHG QR VLJQL¿FDQW GLIIHUHQFH LQ YLWDPLQ $ DPRXQW ± DQG FRORU
DOI: http://doi.org/10.22146/agritech.39522
ISSN 0216-0455 (Print), ISSN 2527-3825 (Online)
424
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
Keywords&DVVDYDÀRXUÀDNHVIRUWL¿FDWLRQLURQYLWDPLQ$
425
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
Kadar Vitamin A
Metode Kadar vitamin A (retinil palmitat) diukur menggunakan
UPLC (8OWUD3HUIRUPDQFH/LTXLG&KURPDWRJUDSK\) dengan
(QNDSVXODVL9LWDPLQ$GDQ=DW%HVL
detektor UV Vis. Sebanyak 1,5 g sampel ditambah
3HPEXDWDQ IRUWL¿NDQ YLWDPLQ $ EHUEHQWXN dengan 10 mL etanol dan 2,5 mL KOH 50% dimasukkan
nanoemulsi dengan mencampurkan retinil palmitat ke dalam ZDWHUEDWK (suhu 80 °C selama 90 menit),
: WZHHQ 80 : minyak jagung : air ( 0,03% : 2,97% : didinginkan sampai suhu kamar, ditambah dengan asam
3% : 94%) dari total bahan (Yuliani dkk., 2014). asetat glasial sebanyak 2,5 mL dan didinginkan kembali
Kemudian dihomogenisasi dengan +LJK 3UHVVXUH sampai suhu kamar kemudian dimasukkan ke dalam labu
+RPRJHQL]HU (HPH) (500 bar, 10 siklus). Nanoemulsi ukur 25 mL. Larutan ditambahkan etanol : tetra hidro
kemudian dicampurkan dengan bahan penyalut furan (1:1) sampai 25 mL, dihomogenkan dan didiamkan
dengan perbandingan nanoemulsi : ZKH\ SURWHLQ semalam. Kemudian larutan disaring dan diinjeksikan ke
: maltodekstrin (80% : 8% : 12%). Pembuatan UPLC dengan fase gerak metanol : air (90 : 10), ÀRZUDWH
IRUWL¿NDQ )H624.7H2O terenkapsulasi dilakukan dengan 0,1 mL/menit, panjang gelombang 325 nm dan kolom
langsung mencampurkan FeSO4.7H2O : ZKH\ SURWHLQ : MHQLV$TXLW\:DWHUV83/&%(+&NjP[PP
maltodekstrin : air (0,1% : 12% : 8%: 79,9%) (Yuliani yang dilengkapi pre-column9DQ*XDUG&NjP[
dkk., 2014). Masing-masing emulsi diproses pada PP6XKXNRORPGLDWXUSDGD&GDQYROXPHNj/
pengering semprot dengan suhu inlet 170 °C dan laju Konsentrasi retinil palmitat dihitung dengan Persamaan
alir ±23 mL/menit. Kadar vitamin A yang terdapat pada 1.
enkapsulat vitamin A yaitu sebesar 225 mg/kg bahan Konsentrasi vit A sampel
dan kadar zat besi yang terdapat pada enkapsulat zat Kadar vitamin A (mg/1000 g)= Kurva standar vitamin A
Jumlah sampel (g)
× Pengenceran (mL) (1)
besi yaitu sebanyak 55 mg/kg bahan.
.DQGXQJDQ=DW%HVL
)RUWL¿NDVL7HSXQJ8EL.D\X
Kandungan zat besi diukur dengan menggunakan
Ubi kayu varietas Adira 1 dikupas, dicuci dan
metode spektroskopi serapan atom (AAS) melalui
dimasukkan ke dalam mesin pemotong sehingga
pengabuan kering dengan memakai 5 g sampel,
ukurannya lebih kecil. Kemudian dimasukkan ke dalam
volume sampel sebelum pengenceran sebanyak 1 mL
FDELQHW GU\HU sampai kadar airnya ±10%. Selanjutnya
dan pengenceran sebanyak 100 mL. Konsentrasinya
digiling dan disaring dengan ayakan 100 mesh. Tepung
dihitung berdasarkan kurva absorbansi adisi standar.
XELND\XGLWDPEDKNDQIRUWL¿NDQVHVXDLSHUODNXDQ-XPODK
Adapun nilai konsentrasinya dihitung menggunakan
IRUWL¿NDQ \DQJ GLWDPEDKNDQ SDGD WHSXQJ XEL ND\X
Persamaan 2.
PHQJDFX NHSDGD VWDQGDU IRUWL¿NDVL \DQJ GLNHOXDUNDQ
ROHK7KH0LFURQXWULHQW,QLWLDWLYH\DNQLIRUWL¿NDVL (2)
Kadar zat besi (mg/1000 g)=
konsentrasi pada AAS x 1 mL x 100 mL
426
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
dengan garam, gula, EXWWHU, EDNLQJSRZGHU, kuning telur, dihitung sebagai hasil jumlah zat besi setelah melewati
coklat bubuk, coklat blok, susu bubuk, maltodekstrin, perlakuan pencernaan enzimatis dibagi dengan jumlah
dan air. Adonan (ketebalan 0,8 mm) dipotong sesuai zat besi yang terdapat pada ÀDNHV.
bentuk yang diinginkan dan dipanggang 5 menit dalam
oven pada suhu 150 °C atau hingga kering. Untuk Uji Tekstur
mengetahui karakteristiknya, ÀDNHV diuji kadar vitamin Uji tekstur ÀDNHV diukur dengan alat WH[WXUH
A (AOAC, 2005), zat besi (AOAC, 2012), bioaksesabilitas DQDO\]HU menggunakan 3 titik uji dengan kecepatan 2
vitamin A dan zat besi (Courraud dkk., 2013; Cilla dkk., mm/s dan jarak antara produk dan probe adalah 22
2009), tekstur (Altan dkk., 2008), warna (Altan dkk., mm.
2008) dan uji hedonik (Stefanowicz, 2013).
Uji Hedonik
Pengujian Bioaksesibilitas
Uji hedonik panelis tidak terlatih sebanyak 70
Sebanyak 4 g bahan dihancurkan dan ditambahkan orang mengisi kuisioner yang telah disiapkan. Panelis
dengan menambahkan 1 mL ĮDPilase 3 % dan 14 mL akan mengisi kuisioner dengan menilai penampakan
akuabides. Lalu diinkubasi pada inkubator bergoyang keseluruhan ÀDNHV (warna, aroma, kekerasan, dan
(suhu 37 °C selama 30 menit) kemudian ditambah HCl rasa), dengan 7 poin skala kesukaan 1-7 (1=Sangat
6 M sampai pH 2,0. Setelah itu larutan ditambahkan tidak suka, 2=Tidak suka, 3=Agak tidak suka, 4=Netral,
larutan pepsin 0,32 mL (16 g dalam 100 mL HCl 0,1 N), 5=Agak suka, 6=Suka, 7=Sangat suka).
ditepatkan sampai 50 g dengan FHOOFXOWXUHJUDGHZDWHU
(GHPLQHUDOL]HG ZDWHU) (Aqua B Braun; Braun Medical Rancangan Penelitian
Barcelona, Spain) dan diinkubasi pada inkubator Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bergoyang (suhu 37 °C pada kecepatan 100 rpm selama rancangan acak lengkap satu faktor dengan tiga kali
2 jam). Larutan diletakkan pada penangas es selama 10 ulangan. Faktor tersebut yaitu penambahan jumlah
menit dan pH diatur menjadi 6,5 dengan menambahkan IRUWL¿NDQ ]DW EHVL )H624.7H2O) dan vitamin A (retinil
NaHCO3 1M. Sebanyak 0,015 g pankreatin dan 0,009 palmitat) pada tepung meliputi: 1) Kontrol; 2) Retinil
g ELOH VDOW dengan konsentrasi 4 g/L dilarutkan pada palmitat terenkapsulasi 5,6 mg/kg tepung; 3) Retinil
buffer SKRVSDW dan kemudian dilakukan pencampuran palmitat 5,6 mg/kg tepung + FeSO4.7H2O terenkapsulasi
dengan sampel. Campuran tersebut lalu diinkubasi PJNJWHSXQJ)RUWL¿NDVLGLODNXNDQSDGDWHSXQJXEL
pada inkubator bergoyang dengan suhu 37 °C dengan kayu dan kemudian diolah menjadi produk ÀDNHV
kecepatan 100 rpm selama 2 jam. Proses dihentikan
dengan menempatkannya pada penangas es selama Analisis Statistik
10 menit dan penambahan pH menjadi 7,2 dengan
Nilai yang tertera pada hasil merupakan nilai
menambahkan 0,5 M NaOH. Selanjutnya 1 mL suspensi
rata-rata (3 kali ulangan) ± standar deviasi. Data
sampel dipindahkan ke tabung sentrifus 1,5 mL dan
yang diperoleh pada masing – masing perlakuan
disentrifugasi (kecepatan 3500 rpm pada suhu 4 °C
diolah dengan SPSS versi 22.0 untuk alaisis sidik
selama 15 menit).
ragam (ANOVA). Untuk menguji beda antar perlakuan
Pengujian Bioaksesabilitas Vitamin A dilakukan uji 'XQFDQ0XOWLSOH5DQJH7HVW (DMRT) pada
Į
Pengujian menggunakan supernatan hasil
perlakuan LQYLWUR (pencernaan enzimatis) sebanyak 1,5
g untuk diuji kadar vitamin A dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
spektrofotometer pada panjang gelombang 325 nm.
Bioaksesibilitas vitamin A dihitung sebagai hasil jumlah .DUDNWHULVWLN7HSXQJ8EL.D\X7HUIRUWL¿NDVL
vitamin A setelah melewati perlakuan pencernaan )RUWL¿NDQ YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL WHUHQNDSVXODVL
enzimatis dibagi dengan jumlah vitamin A yang terdapat yang dipakai berbentuk serbuk berwarna kecoklatan dan
pada ÀDNHV. dapat langsung ditambahkan ke dalam tepung ubi kayu.
(QNDSVXODVLIRUWL¿NDQPHQJJXQDNDQPDOWRGHNVWULQGDQ
Pengujian Bioaksesabilitas Fe ZKH\SURWHLQyang memiliki sifat hidroskopis (Khasanah
Pengujian menggunakan supernatan hasil dkk., 2015) akan tetapi tidak mempengaruhi kadar
perlakuan LQYLWUR (pencernaan enzimatis) untuk diuji zat DLU WHSXQJ XEL ND\X VHFDUD VLJQL¿NDQ p>0,05). Hasil
besi dengan metode spektroskopi serapan atom (AAS) penelitian menunjukkan kadar air tepung ubi kayu
melalui pengabuan kering. Bioaksesibilitas zat besi antara 10,09±0,24% sampai 10,71±1,76%, sedangkan
427
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
menurut Jisha dkk. (2008) kadar air tepung ubi kayu ZDODXSXQ WLGDN VLJQL¿NDQ +DVLO NDGDU YLWDPLQ $ GDQ
adalah 11,9%. Perbedaan angka tersebut dipengaruhi ]DWEHVLLQLPDVLKVDPDGHQJDQMXPODKIRUWL¿NDQ\DQJ
oleh teknik pengeringan tepung dan interaksinya ditambahkan.
dengan lingkungan.
)RUWL¿NDQ YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL \DQJ GLJXQDNDQ
EHUZDUQDNHFRNODWDQ:DUQDNHFRNODWDQSDGDIRUWL¿NDQ Karakteristik Flakes
terenkapsulasi berasal dari bahan enkapsulat ZKH\
Kadar zat besi, vitamin A, dan bioaksesabilitas
SURWHLQ yang berwarna kuning kecoklatan. Akan
ÀDNHV ubi kayu
WHWDSL SHQDPEDKDQ IRUWL¿NDQ WLGDN PHPSHQJDUXKL
hasil derajat putih pada tepung ubi kayu. Tepung ubi Zat besi merupakan salah satu senyawa yang
ND\X \DQJ GLIRUWL¿NDVL PHPSXQ\DL KDVLO \DQJ KDPSLU GLIRUWL¿NDVL NH GDODP ÀDNHV. Hasil sidik ragam
VDPDGHQJDQWHSXQJXELND\XWDQSDIRUWL¿NDVL+DOLQL PHQXQMXNNDQ SHUODNXDQ IRUWL¿NDVL JDQGD YLWDPLQ $
GLVHEDENDQ ROHK SHQDPEDKDQ MXPODK IRUWL¿NDQ GDODP dan zat besi) memiliki hasil berbeda nyata (p<0,05)
jumlah sedikit. Nilai maksimal dari derajat putih adalah dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). Hal ini diduga
100% (Altan dkk., 2014), semakin rendah nilai derajat karena penambahan zat besi di dalam perlakuan
putih maka warna tepung akan semakin tidak cerah. sebanyak 31 mg/kg, walaupun pada pengujian dengan
Nilai derajat putih pada semua formulasi berkisar antara menggunakan AAS pada ÀDNHV terdapat 40,13±1,61
98,11±0,13% sampai 98,85±0,12%. Menurut Jisha mg/kg. Perbedaaan hasil ini disebabkan oleh adanya
dkk. (2008) Nilai derajat putih tepung ubi kayu minimal kandungan zat besi pada ÀDNHV\DQJWLGDNGLIRUWL¿NDVL
85%. Oleh sebab itu nilai derajat putih pada semua sebesar 7,75±1,69 mg/kg. Pada perlakuan yang tidak
formulasi masih memenuhi standar minimal tepung ubi GLEHUL IRUWL¿NDVL ]DW EHVL NDGDU ]DW EHVL EHUDVDO GDUL
kayu. bahan pembuatan ÀDNHV yaitu tepung ubi kayu, telur,
Hasil sidik ragam pada pengujian vitamin A dan zat bahan-bahan lainnya yang mengandung zat besi.
besi menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0,05) pada Menurut Astuti dkk. (2014) keberadaan vitamin A
masing-masing perlakuan. Tabel 1 memperlihatkan \DQJ GLIRUWL¿NDVL EHUVDPDDQ GHQJDQ ]DW EHVL GDSDW
bahwa kadar vitamin A tidak terdeteksi pada kontrol, meningkatkan stabilitas keberadaan zat besi pada
sedangkan kadar zat besi terdeteksi sebanyak 7,42±0,09 tempe. Disamping itu, menurut Gonnet dkk. (2010)
mg/kg. Menurut Jisha dkk. (2008) pada tepung ubi kayu temperatur atau suhu pada saat pemanggangan
tidak terdapat vitamin A atau jumlahnya sangat sedikit menjadi faktor utama mekanisme pelepasan senyawa
sedangkan kadar zat besi pada tepung ubi kayu sebesar dari dalam bahan penyalutnya. Akan tetapi bahan
PJNJ3HQDPEDKDQIRUWL¿NDQSDGDSHUODNXDQVHFDUD penyalut maltodekstrin dan whey protein mempunyai
VLJQL¿NDQMXJDPHQLQJNDWNDQNDQGXQJDQYLWDPLQ$GDQ ketahanan suhu yang cukup tinggi (Margarida, 2011),
]DW EHVL SDGD WHSXQJ XEL ND\X 3HUODNXDQ IRUWL¿NDVL disamping itu pemanggangan dalam waktu singkat (15
vitamin A memiliki hasil antara 5,29±0,42 mg/kg sampai menit) masih belum maksimal untuk menghancurkan
PJNJ VHGDQJNDQ SHUODNXDQ IRUWL¿NDVL ]DW penyalut (Jafari dkk., 2008).
besi sebanyak 31 mg/kg memiliki hasil 28,20±0,96 mg/ Hasil pengujian vitamin A pada Tabel 2 menunjukkan
NJ 3DGD WHSXQJ XEL ND\X GHQJDQ IRUWL¿NDVL YLWDPLQ tidak berbeda nyata (p>0,05) antar perlakuan. Jumlah
A dan zat besi terjadi peningkatan kadar vitamin A YLWDPLQ$SDGDSHUODNXDQ\DQJGLIRUWL¿NDVLGHQJDQ
Tabel 1. Kadar air, derajat putih, vitamin A, dan zat besi tepung ubi kayu
Perlakuan Kadar air (%) Derajat putih Vitamin A (mg/kg) Zat besi (mg/
(%) kg)
Tepung ubi kayu 10,09±0,24a 98,85±0,12a <0,50±0,00 7,42±0,09a
Tepung ubi kayu + 5,6 mg/kg retinil 10.23±0,16a 98,60±0,07a 5,29±0,42a 8,81±2,04a
palmitat terenkapsulasi
Tepung ubi kayu + 5,6 mg/kg retinil 10,71±1,76a 98,11±0,13a 7,19±1,45a 28,20±0,96b
palmitat terenkapsulasi + 31 mg/kg
FeSO47H2O terenkapsulasi
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang
berganda Duncan).
428
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
mg/kg retinil palmitat adalah 13,23±4,24 mg/kg dan \DLWX0HQXUXW:XODQGDULIRUWL¿NDVL
14,66±0,97 mg/kg. Perbedaan jumlah ini dikarenakan zat besi secara tunggal pada ÀDNHV memberikan hasil
adanya vitamin A yang ada pada produk sebelum persentase bioaksesabilitas sebesar 49,65%. Adanya
GLWDPEDK GHQJDQ IRUWL¿NDQ 9LWDPLQ $ SDGD SURGXN YLWDPLQ$\DQJGLIRUWL¿NDVLEHUVDPDDQGHQJDQ]DWEHVL
ÀDNHV berasal dari bahan baku pembuatan ÀDNHV seperti menghasilkan efek yang sinergis dengan ketersediaan
kuning telur, coklat blok, dan susu bubuk. zat besi di dalam tubuh (Pinkaew dkk., 2013). Walzcyk
Pada pengujian bioaksesabilitas vitamin A dkk. (2003) menyatakan bahwa tidak ada efek negatif
PHPSHUOLKDWNDQ EDKZD SHUODNXDQ IRUWL¿NDVL YLWDPLQ $ pada zat besi yang dikonsumsi bersamaan dengan
secara tunggal memiliki hasil berbeda nyata (p<0,05) suplementasi vitamin A.
dengan perlakuan yang lainnya. Setelah melewati sistem
pencernaan, jumlah vitamin A akan berkurang walaupun Karakteristik warna dan tekstur ÀDNHV
tidak terlalu besar. Persentase bioaksesabilitas pada Warna dan tekstur merupakan salah satu faktor
vitamin A sebesar 51,24±1,32%. Menurut Courraud XML ¿VLN \DQJ SDOLQJ SHQWLQJ GDODP SURGXN SDQJDQ
dkk. (2013) retinil palmitat setelah melewati sistem Rahayuning dkk. (2004) menyebutkan bahwa tekstur
pencernaan akan berkurang sebanyak 48%. Hal ini atau tingkat kerenyahan menjadi salah satu karakter
dikarenakan retinil palmitat mempunyai ketahanan yang penting yang harus dimiliki oleh ÀDNHV 8ML ¿VLN ÀDNHV
cukup baik pada pH asam maupun basa di dalam tubuh GDSDWGLOLKDWSDGD7DEHO3HQJXMLDQNDUDNWHULVWLN¿VLN
+HUUHURGNN3HUODNXDQIRUWL¿NDVLYLWDPLQ$\DQJ ÀDNHV yang dilakukan melalui uji warna memperlihatkan
GLIRUWL¿NDVL GHQJDQ ]DW EHVL PHQJKDVLONDQ SHUVHQWDVH hasil sidik ragam yang berbeda nyata pada masing-
bioaksesabilitas yang sama dengan perlakuan yang tidak masing produk (p<0,05). Secara visual semua perlakuan
GLIRUWL¿NDVL+DVLOELRDNVHVDELOLWDVPHQXQMXNNDQEDKZD produk ÀDNHV mempunyai warna kecoklatan. Akan tetapi
SHPEHULDQ IRUWL¿NDVL JDQGD YLWDPLQ $ GDQ ]DW EHVL jika diukur dengan menggunakan FKURPDPHWHU angka
terenkapsulasi) pada ÀDNHV tidak berpengaruh terhadap yang dihasilkan akan berbeda. Menurut Tolvaj dan
HIHNWL¿WDV NHWHUVHGLDDQ YLWDPLQ $ VHWHODK PHOHZDWL Misui (2009) KXH untuk warna coklat berada diantara
perlakuan pH asam maupun basa yang dikondisikan kisaran warna merah dan kuning (18 – 90 °). Angka
seperti pada tubuh. Pinkaew dkk. (2013) dan Suharno yang dihasilkan oleh masing-masing perlakuan masuk
dkk. (1993) menyatakan bahwa vitamin A dan zat ke dalam kisaran angka untuk warna coklat dengan
besi akan menghasilkan reaksi oksidasi yang dapat perlakuan menghasilkan nilai warna yang tertinggi yaitu
mengurangi jumlah penyerapan vitamin A di dalam 30,08±0,97 °. Semakin tinggi nilai derajat warna yang
tubuh. Sehingga hasil bioaksesabilitas menunjukkan dihasilkan oleh ÀDNHV maka warna semakin mendekati
SHPEHULDQ HQNDSVXODVL SDGD PDVLQJPDVLQJ IRUWL¿NDQ kekuningan. Berdasarkan hasil penelitian Syed dkk.
dapat meminimalisir pengurangan jumlah vitamin A (2011) penambahan maltodekstrin dalam pembuatan
yang dapat diserap oleh tubuh. kue menghasilkan warna yang lebih keemasan (kuning),
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil sidik ragam hal ini disebabkan oleh maltodekstrin merupakan
pengujian bioaksesabilitas zat besi pada masing-masing polimer glukosa yang mempunyai kadar GH[WURVH
perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Pada perlakuan HTXLYDOHQW (DE) kurang dari 20. Chronakis (1998) juga
yang ditambahkan dengan fero sulfat terenkapsulasi menyebutkan bahwa maltodekstrin dapat mengurangi
mempunyai hasil persentase bioaksesabilitas yang tinggi reaksi maillard yang menyebabkan produk berwarna
Tabel 2. Kadar vitamin A, zat besi, bioaksesabilitas vitamin A, dan bioaksesabilitas zat besi ÀDNHV ubi kayu
429
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
430
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
431
W. Asterini dkk. /Agritech 38 (4) 2018 424-432
WHUKDGDS NDUDNWHULVWLN ¿VLN GDQ NLPLD PLNURNDSVXO Suharno, D., West, C.E., Muhilal., Karyadi, D. dan Hautvast,
oleoresin daun kayu manis (cinnamomum burmannii). J.G. (1993). Supplementation with vitamin A and iron
$JULWHFK35 (4) : 414-421. for nutritional anaemia in pregnant women in West Java,
Layrisse., Miguel., Maria, N.G.N., Liseti, S., Maria, A.B., Indonesia. 7KH/DQFHW. 342 : 1352-1358.
Franklin, A., Daisy, L., Jose, R., Irene, L. dan Elomora, Syed, H.M., Jadhav, B.A. dan Salve, R.V. (2011). Studies
7 1HZ SURSHUW\ RI YLWDPLQ $ DQG ǃFDURWHQH on preparation of low calorie cake using pearl millet
on human iron absorption : effect of phytates and (bajra) maltodextrin. Journal of )RRG 3URFHVVing and
polyphenols as inhibitors of iron absorption. $UFKLYRV 7HFKQROogy2:125.
/DWLQRDPHULFDQRVGH1XWUicion 50 (3) : 243-248.
Tolvaj, L. dan Misui, K. (2010). Correlation beetween hue
Lewicki, P.P. (1995). Rheological properties of raisins: Part I: angle and lightness of light irradiated wood. Polymer
compression test. Journal of)RRG(QJineering 24 : 321- DegradDWLRQDQG6WDELOLW\ 95 : 638-642.
338.
Wulandari, D.U. (2014). )RUWL¿NDVLPLNURHQNDSVXODW
/\QFK 65 7KH LPSDFW RI LURQ IRUWL¿FDWLRQ RQ ]DWEHVLSDGDFDVVDYDÀDNHVSkripsi. Institut Pertanian
nutritional anaemia. %HVW3UDFWice and5HVHDUFK Clinical Bogor (IPB), Bogor.
+DHPDWRORJ\ 8 (2): 333–346. Walczyk, T., Davidsson, L., Rossander, L.-Hulthen., Leif, H., dan
Mao, L.K., Yang, J., Xu, D.X., Yuan, F., dan Gao, Y.X. (2010). Richard, F.H. (2003). No enhancing effect of vitamin a
(IIHFWV RI KRPRJHQL]DWLRQ PRGHOV DQG HPXOVL¿HUV on iron absorption in humans. 7KHAmerican Journal of
RQ WKH SK\VLFRFKHPLFDO SURSHUWLHV RI ǃFDURWHQH Clinical1XWULWLRQ 77: 144–9.
nanoemulsions. Journalof 'LVSHUVLRQ Science and :LQGLDVWXWL($QHPLD'H¿VLHQVL%HVL3DGD%D\LGDQ
7HFKQROogy 31(7): 986–993. Anak. Indonesian Pediatric Society.KWWSLGDLRULG
Margarida, I.N.F.V.P. (2011). (QFDSVXODWLRQRIDFWLYHFRPSRXQGV DUWLNHOVHSXWDUNHVHKDWDQDQDNDQHPLDGH¿VLHQVLEHVL
3DUWLFOH FKDUDFWHUL]DWLRQ /RDGLQJ (I¿FLHQF\ DQG pada-bayi-dan-anak.[2 Februari 2016).
6WDELOLW\. Thesis. Faculdade de engenharia. Universidade [WHO] World Health Organization. (2001). ,URQ 'H¿FLHQF\
do porto. $QDHPLD$VVHVVPHQW3UHYHQWLRQDQG&RQWURO. A guide
Nieves, Maria, G.C., Miguel, L., Juan, P.P.-Rosas., Jose, R., for programme managers.
Irene, L. dan Patricia, M. (2003). Iron absorbtion from [WHO] World Health Organization. (2002). &KLOGKRRG $QG
HOHPHQWDO LURQ IRUWL¿HG FRUQ ÀDNHVs in human. role of 0DWHUQDO8QGHUQXWULWLRQ The World Health Report.
vitamin A and C. 1XWULWLRQ5HVHDUFK 23: 451–463.
[WHO] World Health Organization. (2006). WHO Global
Oktaviantari, D.K. (2014). )RUWL¿NDVL QDQRHPXOVL YLWDPLQ $ 'DWDEDVH RQ9LWDPLQ$'H¿FLHQF\ 9LWDPLQDQG0LQHUDO
WHUHQNDSVXODVL SDGD ÀDNHV EHUEDVLV XEL ND\X. Skripsi. Nutrition Information System (VMNIS).
Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor
Yuliani, S., Hoerudin., Harimurti, N., Iriani, E,S., Agustinisari,
Pinkaew, S., Pattanee, W., Richard, F., Hurrell. dan Rita, W. I., Permana, A,W., Dewandari K,T., Juniawati., Munarso,
([WUXGHGULFHJUDLQVIRUWL¿HGZLWK]LQFLURQDQG S,J., Widaningrum, H,M., Hasan, Z,H., Haliza, W.,
vitamin a increase zinc status of thai school children Suryanegara, L., Wahyudiono., Mulyani, E,S., Lestina,
when incorporated into a school lunch program. Journal P., Irvandy, A., Triyono, M., Haerani, C., Suryadi, R,I..
of1XWULWLRQ 143 (3): 362-368. (2014). 3HQJHPEDQJDQ QDQRWHNQRORJL XQWXN SDQJDQ
Rahayuning, D., Andarwulan, N., Koswara. Dan Sutrisno. IXQJVLRQDO QXWUDVHWLNDO GDQ NHPDVDQ, Laporan Akhir
(2004). Formulasi )ODNHVV triple mix ubi jalar-kecambah Tahun Penelitian DIPA, Balai Besar Penelitian dan
kedelai-wheat germ sebagai produk sarapan fungsional Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian
untuk anak-anak [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Silva., Daniel, H., Miguel, A.C., Antonio, A., dan Vicente. (2012). Zimmermann, M.B., Wegmueller, R., Zeder, C., Chaouki, N.,
Nanoemulsions for food applications: development and Biebinger, R., Hurrell, R.F., dan Windhab, E. (2004).Triple
characterization. )RRG %LRSURFHVV 7HFKQROogy 5: 854– IRUWL¿FDWLRQ RI VDOW ZLWK PLFURFDSVXOHV RI LRGLQH LURQ
867. and vitamin A. 7KHAmerican Journalof Clinical1XWULWLRQ
80: 1283–1290.
Stefanowicz P. (2013). Sensory evaluation of food principles
and practices. -RXUQDORI:LQH5HVHDUFK 24 (1): 80-80.
432