Anda di halaman 1dari 11

Nama : Savira Angelia

NIM : PO.62.31.3.17.430

Mata Kuliah : Dietik penyakit Tidak menular

Tugas : Analisis Jurnal HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Analisis Jurnal 1

KAJIAN DESKRIPSI
Judul jurnal Perbedaan Pengaruh Akupunktur dan Vitamin B6 terhadap
Penurunan Intensitas MualMuntah pada Emesis Gravidarum
Berat
Masalah Utama Menganalisis Perbedaan Pengaruh Akupunktur dan Vitamin
B6 terhadap Penurunan Intensitas MualMuntah pada Emesis
Gravidarum Berat
Pertanyaan Apakah ada Perbedaan Pengaruh Akupunktur dan Vitamin
Penelitian B6 terhadap Penurunan Intensitas MualMuntah pada Emesis
Gravidarum Berat
Metode Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan
Penelitian rancangan pos-test only design with control group. Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah ibu hamil usia kehamilan
≤12 minggu, mengalami mual muntah berat berdasarkan skor
PUQE (≥13), dan tinggal di wilayah Kota Bandung. Subjek
penelitian ini dialokasikan ke dalam kelompok akupunktur
(34 responden) dan kelompok vitamin B6 (32 responden)
dengan randomisasi. Intensitas mual muntah responden
diukur menggunakan panduan observasi dan wawancara
sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Kelompok
akupunktur diberikan perlakuan pendidikan kesehatan
tentang nutrisi ibu hamil trimester 1 dan akupunktur pada
titik pericardium 6. Kelompok Vitamin B6 diberikan
perlakuan yang sama tentang vitamin B6 diberikan dengan
dosis 3×10 mg. Penilaian intensitas mual muntah dilakukan
setelah 24 jam setelah tindakan akupunktur dan pemberian
vitamin B6, kemudian dicatat perkembangannya. Data diolah
dengan membandingkan skor intensitas mual muntah
pasien sesudah dilakukan tindakan akupunktur dan
pemberian vitamin B6 pada kedua kelompok perlakuan
kemudian dianalisis menggunakan uji kai kuadrat dengan
tingkat kepercayaan 95% dan dianggap bermakna bila
p<0,05. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari–Maret
2015.
Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 1, karakteristik subjek penelitian tidak
menunjukkan perbedaan secara bermakna (p>0,05) dalam;
umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas sehingga secara
statistik kedua kelompok homogen dan dapat
diperbandingkan (p<0,05).
Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui nilai p perubahan
intensitas mual muntah antara ibu hamil kelompok akupuntur
dengan ibu hamil kelompok vitamin B6 adalah sebesar 0,025.
Intensitas mual muntah pada ibu hamil dengan emesis
gravidarum berat yang dikelola dengan akupunktur lebih baik
dibandingkan dengan yang dikelola dengan vitamin B6 (p
<0,05).
Kesimpulan Hasil statistik menggunakan uji kai kuadratmenunjukkan
hasil bahwa terdapat perbedaan intensitas mual muntah pada
ibu hamil dengan emesis gravidarum yang dikelola dengan
akupunktur dan yang dikelola dengan vitamin B6. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian lain yang
menyimpulkan bahwa akupunktur pada titik neiguan (PC 6)
dengan sekali penusukan dapat menghilangkan mual pada
penderita morning sickness.
Vitamin B6 merupakan pilihan utama dalam mengurangi
mual muntah dalam kehamilan. Ulasan sistematik Cochrane
juga memperlihatkan vitamin B6 (pyridoxine) efektif
mengurangi gejala mual muntah, walaupun tidak terdapat
bukti pyridoxine mengurangi frekuensi muntah.10 American
College of Obstetrician and Gynecologists (ACOG)
merekomendasikan 10 mg pyridoxine ditambah 12,5 mg
doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini
pertama yang aman dan efektif untuk mual muntah dalam
kehamilan. Dalam sebuah randomized trial kombinasi
pyridoxine dan doxylamine terbukti menurunkan mual dan
muntah dalam kehamilan.3,6 Hasil penelitian menunjukkan
dari 34 responden kelompok akupunktur yang mengalami
mual muntah kategori berat berdasarkan skor PUQE dan
mengalami penurunan menjadi mual muntah ringan adalah
64,7%, serta sudah tidak ada yang mengalami mual muntah
berat, sedangkan dari 32 responden kelompok vitamin B6
yang mengalami penurunan menjadi mual muntah ringan
sebesar 40,6% dan masih terdapat 5 responden (15,6%)
yang mengalami mual muntah berat. Penelitian ini
menunjukkan teknik akupunktur pericardium 6 lebih efektif
dibandingkan vitamin B6 dalam menurunkan intensitas mual
muntah pada ibu hamil dengan emesis gravidarum berat.

Jurnal 2

KAJIAN DESKRIPSI
Judul jurnal EFEKTIVITAS VITAMIN B6 (PIRIDOKSIN) DAN
WEDANG JAHE PADA IBU HAMIL DENGAN EMESIS
GRAVIDARUM DI POLINDES TERONG TAWAH
KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN LOMBOK
BARAT
Masalah Utama Menganalisis EFEKTIVITAS VITAMIN B6 (PIRIDOKSIN)
DAN WEDANG JAHE PADA IBU HAMIL DENGAN
EMESIS GRAVIDARUM DI POLINDES TERONG
TAWAH KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN
LOMBOK BARAT
Pertanyaan Apakah ada EFEKTIVITAS VITAMIN B6 (PIRIDOKSIN)
Penelitian DAN WEDANG JAHE PADA IBU HAMIL DENGAN
EMESIS GRAVIDARUM DI POLINDES TERONG
TAWAH KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN
LOMBOK BARAT
Metode Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan
bulan Desember tahun 2015 yang bertempat di Wilayah
Kerja Polindes Terong Tawah Kecamatan Labuapi
Kabupaten Lombok Barat.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
berada di wilayah kerja polindes Terong Tawah dari bulan
oktober sampai dengan bulan desember tahun 2015 yang
berjumlah 149 orang dengan keluhan emesis gravidarum
sebanyak 80 orang (53,69%). Sampel yang digunakan adalah
ibu hamil dengan usia kehamilan trimester 1 yang berada di
wilayah kerja Polindes Terong Tawah dengan keluhan emesis
gravidarum.
Teknik Sampling dan Analisis Data
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dengan desain
penelitian yaitu pra-ekperimen (one group pratet-postest).
Analisa data yaitu menggunakan uji statistik t-test dengan
taraf signifikansi 95% dari populasi.
Hasil Penelitian Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata kejadian emesis
gravidarum pada ibu hamil adalah sebanyak 6,18 kali tiap
harinya sebelum diberikan vitamin B6. Dengan demikian
responden (ibu hamil) mengalami emesis gravidarum dalam
kategori sedang. Tabel 2 menunjukan bahwa sebelum
perlakuan dengan wedang jahe, rata-rata ibu hamil
mengalami emesis gravidarum sebanyak 5,88 kali tiap
harinya. Nilai tersebut menunjukan responden dikategorikan
mengalami emesis gravidarum sedang.
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Riwayat kejadian
emesis gravidarum pada ibu hamil sebelum pemberian
wedang jahe
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa setelah diberikan
perlakuan vitamin B6 pada ibu hamil yang mengalami emesis
gravidarum menunjukan bahwa terjadi penurunan kejadian
emesis gravidarum yaitu sebanyak 3,33 kali setiap harinya.
Tabel 4 menunjukan bahwa terjadi penurunan frekuensi
kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil setelah diberikan
wedang jahe selama empat hari berturut-turut yaitu dari
kategori sedang (5,88) menjadi kategori ringan 3,51 kali
dalam sehari.
Tabel 5. menunjukan bahwa perlakuan vitamin B6 terlihat
bahwa nilai p = 0,000 dengan nilai α = 0,05, atau p < α
(0,000 < 0,05) yang artinya bahwa Ha diterima dan H0
ditolak. Pada perlakuan wedang jahe nilai p = 0,000, nilai α =
0,05 atau p < α (0,000 < 0,05), yang artiya bahwa Ha
diterima dan H0 ditolak (pemberian wedang jahe dapat
mengurangi emesis gravidarum pada ibu hamil). Nilai t =
10.721 pada perlakuan wedang jahe sedangkan vitamin B6
adalah 8.922.
Kesimpulan Wedang jahe dan vitamin B6 memiliki efektivitas
menurunkan emesis gravidarum pada ibu hamil
2. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wedang jahe lebih
efektif dalam menurunkan emesis gravidarum pada ibu hamil
dibandingkan vitamin B6 .

Jurnal 3

KAJIAN DESKRIPSI
Judul jurnal TERAPI KOMPLEMENTER AKUPRESUR UNTUK
MENGATASI EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU
HAMIL TRIMESTER I
TAHUN 2018
Masalah Utama Menganalisis TERAPI KOMPLEMENTER AKUPRESUR
UNTUK MENGATASI EMESIS GRAVIDARUM PADA
IBU HAMIL TRIMESTER I
TAHUN 2018
Pertanyaan Apakah ada TERAPI KOMPLEMENTER AKUPRESUR
Penelitian UNTUK MENGATASI EMESIS GRAVIDARUM PADA
IBU HAMIL TRIMESTER I
TAHUN 2018.
Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen
Penelitian dengan one group pre test and post test design. Penelitian ini
menggunakan populasi seluruh ibu hamil trimester 1 yang
mengalami emesis gravidarum di Puskesmas Gambirsari,
Surakarta sebanyak 10 ibu hamil. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
proporsional total sampling. Dalam penelitian ini,
menggunakan instrumen berupa kuesioner RINVR dimana
Rodhes INVR (Index of Nausea Vomiting and Retching)
merupakan kuesioner yang dapat memberikan informasi
tentang mual, muntah dan retching. Kuesioner Rhodes index
yang digunakan memiliki 8 buah pertanyaan, dengan rentang
skor 0 sampai 32. Analisis data yang digunakan adalah uji
statistic non parametric, yaitu uji Wilcoxon.
Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat 7 orang
(70%) ibu berusia 26-35 tahun, 2 orang (20%) ibu berusia 16-
25 tahun, dan 1 orang (1%) ibu berusia 36-45 tahun.
Sejumlah 8 orang (80%) ibu berpendidikan SMA, 1 orang
(1%) ibu berpendidikan SMP dan 1 orang (1%) ibu
berpendidikan Perguruan Tinggi. 7 orang (70%) ibu sedang
mengandung anak keduanya dan 3 orang (3%) ibu sedang
mengandung anak pertama.
Tabel 2 Dalam pengukuran symptom experience skor
terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 12, hal ini
menunjukkan semakin tinggi score yang diperoleh maka
semakin buruk kondisi ibu. Dari hasil pengukuran pada
responden didapatkan negative rank sebanyak 10 dan positive
rank sebanyak 0 hal ini berarti kesemua ibu hamil mengalami
penurunan skor post test dibandingkan dengan score pretest.
Hasil Asymp.sig. (2-tailed) didapatkan nilai sebesar 0.005 <
0.05, hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara
hasil post test dengan hasil pre test.
Tabel 3 Dalam pengukuran symptom occurrence skor
terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 12, hal ini
menunjukkan semakin tinggi score yang diperoleh maka
semakin buruk kondisi ibu. Dari hasil pengukuran pada
responden didapatkan negative rank sebanyak 10 dan positive
rank sebanyak 0 hal ini berarti kesemua ibu hamil mengalami
penurunan skor post test dibandingkan dengan score pretest.
Hasil Asymp.sig. (2-tailed) didapatkan nilai sebesar 0.004 <
0.05, hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara
hasil post test dengan hasil pre test.
Tabel 4 Dalam pengukuran symptom distress skor terendah
adalah 0 dan skor tertinggi adalah 8, hal ini menunjukkan
semakin tinggi score yang diperoleh maka semakin buruk
kondisi ibu. Dari hasil pengukuran pada responden
didapatkan negative rank sebanyak 10 dan positive rank
sebanyak 0 hal ini berarti kesemua ibu hamil mengalami
penurunan skor post test dibandingkan dengan score pretest.
Hasil Asymp.sig. (2-tailed) didapatkan nilai sebesar 0.005 <
0.05, hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara
hasil post test dengan hasil pre test.
Tabel 5. Dalam pengukuran skor total skor terendah adalah 0
dan skor tertinggi adalah 32, hal ini menunjukkan semakin
tinggi score yang diperoleh maka semakin buruk kondisi ibu.
Dari hasil pengukuran pada responden didapatkan negative
rank sebanyak 10 dan positive rank sebanyak 0 hal ini berarti
kesemua ibu hamil mengalami penurunan skor post test
dibandingkan dengan score pretest. Hasil Asymp.sig. (2-
tailed) didapatkan nilai sebesar 0.005 < 0.05, hal ini berarti
terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil post test
dengan hasil pre test.
Kesimpulan Mual adalah perasaan tidak menyenangkan yang ada sebelum
muntah. Ini biasa disertai berkeringat, bertambahnya air liur,
dan kontraksi ritmis otot-otot dinding perut. Dalam sumber
lain Mual adalah suatu kondisi di mana seseorang
mempunyai perasaan yang menekan dan tidak nyaman
sebelum muntah, tetapi tidak selalu menyebabkan muntah.
Mual dihasilkan oleh rangsang sekelompok sel saraf dalam,
yang disebut pusat muntah. Jika rangsangan cukup hebat,
mual akan diikuti oleh muntah.
Muntah adalah suatu refleks yang tidak dapat dikontrol untuk
mengeluarkan isi lambung dengan paksa melalui mulut.
Gejala yang sering terjadi bersama dengan muntah yaitu
mual. Pada beberapa kasus, muntah akan berhenti jika isi
perut sudah keluar. Namun pada beberapa kasus muntah
tidak selalu harus disertai dengan mual.
Mual dan muntah pada kehamilan merupakan reaksi tubuh
ibu terhadap perubahan yang terjadi akibat kehamilan.
Kehamilan mempengaruhi sistem tubuh, baik secara
hormonal, fisik, maupun psikologis. Mual dan muntah
biasanya timbul sejak usia gestasi 5 minggu, dan mencapai
puncak pada gestasi 8-12 minggu serta berakhir pada usia
gestasi 16-18 minggu.
Berbagai penanganan non farmakologi dapat dilakukan ibu
untuk mengatasi ketidaknyamanan yang muncul karena
emesis gravidarum ini antara lain herba, akupresur dan
akupuntur.
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil Asymp.sig. (2-
tailed) didapatkan nilai sebesar 0.005 < 0.05, hal ini berarti
terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil post test
dengan hasil pre test. Dimana hal ini berarti tindakan
akupresur dapat menurunkan skor total RINVR ibu yang
cukup signifikan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
terapi komplementer atau non farmakologi juga dapat
menjadi terapi alternatif terutama bagi ibu hamil yang tidak
dapat mengkonsumsi obat karena takut akan memperparah
kondisi mual muntahnya.

Jurnal 4

KAJIAN DESKRIPSI
Judul jurnal Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum
Di Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri
Management Of Pregnant Women Hiperemesis Gravidarum
Regionalgeneralhospitaldistrict
Wonogiri
Masalah Utama Menganalisis Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan
Hiperemesis GravidarumDi Rumah Sakit Umum Daerah
Wonogiri
Management Of Pregnant Women Hiperemesis Gravidarum
Regionalgeneralhospitaldistrict
Wonogiri
Pertanyaan Bagaimana Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis
Penelitian Gravidarum
Di Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri
Management Of Pregnant Women Hiperemesis Gravidarum
Regionalgeneralhospitaldistrict
Wonogiri
Metode Jenis penelitian yang digunakan peneliti
Penelitian adalah observasional dengan pendekatan studi
kasus, merupakan metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk melihat dan
mengamati suatu fenomena kesehatan yang
terjadi dalam suatu populasi tertentu. Tempat
penelitian dilakukan di VK RSUD Wonogiri.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei
2017. Subyek pada penelitian ini adalah ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II.
Jenis penelitian ini menggunakan data primer
yaitu data yang hanya dapat diperoleh secara
langsung dari pasien. Data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari observasi dengan data yang
sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkan jenis data ini yang berupa hasil
laboratorium, data rekam medik dan status
pasien.
Hasil Penelitian Dalam Pengkajian yang telah dilakukan
pada Ny. D dengan hasil : pasien datang
pada tanggal 28 mei 2017 pukul 10.30 wib,
dengan hasil anamnesa didapatkan data
subyektif yaitu Ny. D umur 24 tahun G1P0A0
mengeluh mual dan muntah 11 kali sejak 3
hari lalu, riwayat menstruasi normal, riwayat
kesehatan keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular, menurun dan menahun,
riwayat KB ibu belum pernah menggunakan
alat kontrasepsi apapun, pola kebutuhan
sehari-hari ibu mengatakan makan 2 kali
sehari dengan menu bubur atau roti. Data
psikologis ibu mengatakan cemas dengan
keadaanya, keadaan umum ibu cukup
kesadaran composmentis, hasil pengkajian
tanda-tanda vital ibu tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 80 kali/menit, pernafasan 20
kali/menit, suhu 36,40C, tinggi badan 159 cm,
berat badan sebelum hamil 51 kg setelah
hamil 52 kg, pemeriksaan Hb 12,1 gr/dL,
HBSAg negatif, USG janin tunggal hidup intra
uterin, detak jantung janin positif.
Tindakan antisipasi yang dilakukan
yaitu rehidrasi cairan melalui infuse dan
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG sehingga
dapat dilakukan pemberian terapi sesuai
advis dokter.
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh pada kasus
asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. D umur 24
tahun G1P0A0 dengan hiperemesis gravidarum
grade II di RSUD Wonogiri adalah sebagai
berikut :
1. Pengkajian yang dilakukan meliputi
pengumpulan data obyektif dan data obyektif.
Data subyektif pada Ny. D umur 24 tahun,
G1P0A0 dengan keluhan lemas, pusing dan
mual muntah kurang lebih dari sepuluh kali.
Data obyektif meliputi pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi,
dan pemeriksaan penunjang/laboratorium.
Pemeriksaan fisik pada inspeksi wajah
tampak pucat, kelopak mata sedikit cekung,
pada bagian mulut mukosa bibir kering.
2. Diagnosa kebidanan yang ditegakkan oleh Ny.
D umur 24 tahun, G1P0A0 umur kehamilan
11+4 minggu dengan hiperemesis gravidarum
grade II, dengan masalah ibu pada gangguan
pola istirahat dan ibu merasa cemas dan dari
masalah tersebut terdapat kebutuhan KIE
mengurangi mual muntah dan dukungan
psikososial dari keluarga dan tenaga
kesehatan.
3.Diagnosa potensial yang ditegakkan adalah
dehidrasi karena telah dilakukan tindakan
antisipasi segera yaitu rehidrasi cairan melalui
infus dan pemberian antimetik dengan advis
dokter.
4. Antisipasi tindakan segera yang dilakukan
adalah kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
mencegah terjadinya dehidrasi
5. Perencanaan tindakan yang dilakukan adalah
berdasarkan diagnosa kebidanan, diagnosa
masalah, diagnosa kebutuhan dan diagnosa
potensial yang terjadi sebelumnya.
6. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah
sesuai dengan perencanaan tindakan yang
ditetapkan untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada pasien, semua perencanaan telah
dilakukan.
7. Keberhasilan tindakan dapat dilihat dari
evaluasi yaitu keadaan pasien menjadi baik
dan masalah yang dialami telah teratasi
dengan baik.

Jurnal 5

KAJIAN DESKRIPSI
Judul jurnal DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Masalah Utama Menganalisis DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pertanyaan Bagaimana DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
Penelitian HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Hasil Penelitian Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III
harus dilakukan rawat
inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu : 9-11
1. Medikamentosa
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas.
Namun harus diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan
yang dapat diberikan
diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin
antagonis, serotonin
antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6
seperti pyridoxine (vitamin B6).
2.Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi
tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan
peneriamaan penderita
terhadap rencana pemberian makanan.
3.Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan
memiliki peredaran
udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja
yang diperbolehkan
untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar
dan masuk. Pasien
tidak diberikan makan ataupun minum selama 24 jam.
Biasanya dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
4.Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan.
Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan
karena itu merupakan
proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik
lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga
bahwa mual dan muntah
adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan
akan menghilang
setelah usia kehamilan 4 bulan.
5. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk
mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi
uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital
sehingga pasokan darah
berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis
dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure
dehidration). Maka
tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti
cairan tubuh yang
hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan
komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa.

Anda mungkin juga menyukai