Anda di halaman 1dari 10

JTAM INOVASI AGROINDUSTRI

April 2018 Vol. 1 No. 1 (38-47)

FORTIFIKASI ZAT BESI PADA TEPUNG IKAN GABUS (Channa striata)


MENGGUNAKAN KALAKAI (Stenochlaena palustris)

Agustina Pradana Siwi, Hesty Heryani dan Agung Nugroho

Jurusan Teknologi Industri Pertanian


Fakultas Pertanian-Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km. 36, PO Box 1028 Banjarbaru, Kalsel 70714
Email: Agustinasiwi1@gmail.com

ABSTRAK

Fortifikasi adalah upaya yang dilakukan untuk menambahkan micronutrient,


berupa vitamin dan mineral kedalam makanan, kolaborasi antara tepung ikan gabus
dan kalakai diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk tepung dengan
kandungan zat besi tinggi, selain itu diharapkan dapat lebih mengoptimalkan
pengolahan hasil kekayaan sumberdaya lokal. Penelitian ini dilakukan dengan
memanfaatkan kalakai sebagai fortifikasi zat besi pada tepung ikan gabus. Hasil
penelitian diperoleh formula terbaik perbandingan 85% ikan gabus dan 15%
tanaman kalakai. Hasil analisis laboratorium di ketahui kandungan protein sebesar
60,86%, kandungan air 9,30%, kandungan abu 8,09%, kandungan lemak 2,63% dan
memiliki kandungan zat besi sebesar 29,87 mg, formulasi terbaik akan dilakukan
analisis harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing.
Berdasarkan analisis harga pokok produksi diketahui biaya persiapan bahan baku
sebesar Rp30.609,00 biaya pembersihan sebesar Rp892,00 biaya pengukusan
sebesar Rp645,00 biaya pengeringan Rp1.972,00 biaya penggilingan Rp875,00 dan
biaya pengemasan Rp457,00 dengan harga jual sebesar Rp45.000,00.

Kata Kunci: ikan gabus, kalakai, fortifikasi, kenampakan fisik, proksimat,


activity based costing.

ABSTRACT

Fortification is an effort to add micronutrients, vitamins and minerals into the


diet, collaboration between snakehead and kalakai fish flour is expected to produce a
high-iron starchy flour product, in addition to optimizing the processing of local
resource wealth.
The study was conducted by using kalakai as iron fortification in snakehead fish meal.
The result of this research is the best formula of 85% snakehead and 15% of kalakai.
The results of laboratory analysis in the know the protein content of 60.86%, water
content 9.30%, ash content 8.09%, fat content 2.63, and has an iron content of 29.87
mg, the best formulation will be done price analysis principal production using Activity
Based Costing method. Based on the analysis of cost of production known raw material
preparation cost of Rp30.609, 00 cleaning costs of Rp892.00 steaming costs of Rp645.00
drying costs Rp1.972,00 milling costs Rp875.00 and packaging costs Rp457,00 with the
selling price of Rp45.000,00.

Keywords: snakehead fish, kalakai, fortification, physical appearance, proximate,


activity based costing.

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 39

Pendahuluan menentukan analisis proksimat (kadar air,


Kalimantan Selatan merupakan abu, protein, lemak) dan menentukan data
wilayah yang mempunyai areal lahan Fe pada formula terbaik, serta
perairan yang cukup luas, berupa aliran menentukan biaya produksi.
sungai dan rawa yang didalamnya
terdapat berbagai macam ikan salah Bahan dan Metode
satunya ikan gabus yang merupakan jenis
ikan air tawar dan mempunyai potensi Bahan
tinggi apabila ditinjau dari sudut pangan Bahan yang digunakan dalam
dan gizi dari ikan tersebut. penelitian ini ikan gabus, kalakai, air
Potensi ikan gabus (Channa striata), bersih, akuades, indikator PP, HCL, H2SO4,
menurut Dinas Kelautan dan Perikanaan NaOH, Heksan, H3BO3, kertas saring,
di Kalimantan Selatan tahun 2016 sebesar plastik klip.
55.427 ton. Ikan gabus mempunyai banyak
manfaat dan jumlahnya yang cukup
melimpah, sehingga dilakukan pengolahan Alat
ikan gabus menjadi suatu produk yang Alat yang digunakan dalam penelitian
memiliki nilai tinggi, baik dari segi nilai ini alat pengukus, blender, kompor, panci,
ekonomi maupun gizi dimanfaatkan timbangan, ayakan 80 mesh, alumunium
menjadi bahan baku tepung fortifikasi. foil, loyang, erlenmeyer, nerca analitik,
Fortifikasi merupakan upaya yang cawan porselin, soxlet, cawan aluminium,
sengaja dilakukan untuk menambahkan hot plate, pendingin balik, desikator,
micronutrient, berupa mineral dan vitamin pengering (oven), alat penjepit, soxhlet,
kedalam bahan makanan (WHO, 2006). selongsong lemak, tanur pengabuan, pipet,
Penelitian ini dilakukan untuk corong buret, tabung kjeldal, alat destilasi,
memanfaatkan kalakai sebagai fortifikasi labu lemak, cawan petri dan Analisis Fe
zat besi pada tepung ikan gabus, setiap per menggunakan AAS / spektrofotometer
100 g daun kalakai mengandung 291,32 serapan atom.
mg zat besi (Maharani et al., 2006).
Kolaborasi antara tepung ikan gabus dan
kalakai ini diharapkan dapat
menghasilkan sebuah produk tepung
dengan kandungan zat besi tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kenampakan fisik terbaik
tepung ikan gabus hasil fortifikasi Fe,

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 40

Tahapan Penelitian A5= tepung ikan gabus (75%)dan tepung


kalakai sebanyak (25%)
A6= tepung ikan gabus (70%)dan
tepung kalakai sebanyak (30%)

Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini diawali dengan
persiapan bahan baku tahapan proses
pengolahan tepung ikan gabus dimulai dari
pembersihaan, pencuciaan, pengukusan,
pengeringan, pengecilan ukuran,
pengayakan dan menghasilkan tepung ikan
gabus yang berwarna agak kekuningan
serta bertekstur halus, adanya Pengolahan
ikan gabus sebagai bahan baku tepung
fortifikasi diharapkan dapat menjadi suatu
produk yang memiliki nilai yang lebih
tinggi, baik dari segi nilai ekonomi maupun
gizi agar potensi ikan gabus dapat
dimanfaatkan secara optimal.
Tepung ikan gabus yang telah dibuat
sebagai bahan baku utama tepung
fortifikasi memiliki kadar air sebesar
9,04%, kadar abu sebesar 8,15%, kadar
Gambar1. Diagram Alir Penelitian
lemak sebesar 1,79%, kadar protein
sebesar 76,19% dari analisis kimia yang
Rancangan Penelitian telah dilakukan menunjukan tepung ikan
gabus yang dibuat memenuhi standar
Penelitian ini menggunakan tepung ikan dalam 100 g bahan oleh SNI
Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian. 2715:2013, dapat dilihat pada Tabel 2.
dari satu faktor dengan 7 perlakuan yang
diulang sebanyak 2 kali. Perlakuan yang
diberikan yaitu penambahan tepung
kalakai pada tepung ikan gabus untuk
mengetahui kadar Fe (zat besi) dengan
persentase yang berbeda. Bentuk design
percobaan disajikan pada tabel 1.
Sumber : Hasil analisa protein, lemak,
Tabel 1. Design percobaan.
kadar air, dan kadar abu tepung ikan
gabus.

Uji Organoleptik
Pada uji organoleptik produk tepung
ikan gabus yang difortifikasi dengan
Keterangan: kalakai, menggunakan 30 orang panelis
A0= tepung ikan gabus 100% sebagai responden dengan tujuan untuk
A1= tepung ikan gabus (95%)dan mengetahui tingkat kesukaan dan
tepung kalakai sebanyak (5%) kepuasan konsumen terhadap produk
A2= tepung ikan gabus (90%)dan yang diujikan, adapun atribut yang dinilai
tepung kalakai sebanyak (10%) yaitu aroma, warna, tekstur, kenampakan,
A3= tepung ikan gabus (85%)dan memfokuskan pada atribut dalam dari
tepung kalakai sebanyak (15%) produk (Foster, 1981). Dengan skala garis
A4= tepung ikan gabus (80%)dan batas terendah 1 (sangat tidak suka) dan
tepung kalakai sebanyak (20%) batas tertinggi 7 (sangat suka).

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 41

Selanjutnya data hasil pengujian difortifikasi, dikarenakan aroma tepung


organoleptik yang di bagikan kepada fortifikasi didominasi oleh tepung ikan
responden dilakukan pengujian statistika gabus.
dengan menggunakan SPSS 16.0. Data
hasil pengujian statistika kruskall wallis Atribut Warna
disajikan pada Tabel 3.
Penilaian rata-rata Panelis terhadap
Tabel 3. Hasil pengujian statistika.
uji organoleptik warna tepung ikan gabus
Kruskall Wallis.
yang difortifikasi menggunakan kalakai
antara 3,3% sampai dengan 5,23% (agak
tidak suka sampai agak suka). Nilai warna
tertinggi yang dihasilkan pada tepung ikan
gabus yang difortifikasi adalah A3 (tepung
ikan gabus 85% dan tepung kalakai 15%),
sedangkan nilai terendah pada tepung
ikan gabus yang difortifikasi adalah A6
(tepung ikan gabus 70% dan tepung
kalakai 30%).
Hasil uji organoleptik warna ditunjukan
Atribut Aroma pada Gambar 3.
Aroma merupakan bau yang sulit di
ukur, karna meskipun dapat mendeteksi,
tetapi setiap individu memiliki kesukaan
yang berbeda (Meilgaard et all., 2007).
Aroma tertinggi dihasilkan pada
perlakuan tepung ikan gabus yang
difotifikasi adalah A3 (tepung ikan gabus
85% dan tepung kalakai 15%), sedangkan
nilai terendah pada tepung ikan yang
difortifikasi adalah A6 (tepung ikan gabus
95% dan tepung kalakai 30%). Hal ini
menunjukan bahwa atribut aroma dari
tepung ikan yang difortifikasi, setelah diuji Berdasarkan uji Kruskall Wallis pada
berada pada taraf yang dapat diterima tabel 3 dapat ditunjukan dengan hasil
oleh Panelis. Hasil uji organoleptik aroma sebesar 0,000 menunjukan perlakuan
ditunjukan pada Gambar 2. tepung ikan gabus yang difortifikasi
menggunakan kalakai signifikan (P<0,05)
terhadap warna tepung fortifikasi, bahwa
perlakuan penambahan formulasi kalakai
pada tepung ikan gabus memberikan
pengaruh perubahan yang signifikan
antara satu warna tepung fortifikasi
dengan warna tepung fortifikasi yang lain,
artinya semakin banyak penambahan
formulasi kalakai pada tepung ikan gabus
maka perbedaan warna akan semakin
terlihat jelas.

Berdasarkan hasil uji nonparamterik Atribut Tekstur


Kruskall Wallis pada table 3 dapat
ditunjukan dengan hasil sebesar 0,603 Tekstur adalah penginderaan yang
diketahui bahwa penambahan formulasi dihubungkan dengan sentuhan atau
kalakai sebagai fortifikasi tidak signifikan rabaan dan dianggap sama penting dengan
(P>0,05) terhadap aroma tepung yang rasa, bau dan aroma karena dapat

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 42

mempengaruhi citra dari makanan pada semua perlakuan, sehingga tepung


(Deman, 1997). fortifikasi yang dihasilkan mempunyai
Penilaian rata-rata Panelis terhadap tekstur yang lembut dan kering.
uji organoleptik tekstur tepung ikan gabus
yang difortifikasi menggunakan kalakai Atribut Kenampakan
berkisar antara 4.16% sampai dengan
Penilaian rata-rata responden
4.9% (netral). Nilai tekstur tertinggi
terhadap uji organoleptik kenampakan
dihasilkan pada tepung ikan gabus yang
berkisar antara 3.83% sampai 4.9% (Agak
difortifikasi adalah A1 (tepung ikan gabus
tidak suka dan netral). Nilai kenampakan
95% dan tepung kalakai sebanyak 5%),
tertinggi dihasilkan pada A1 (tepung ikan
sedangkan nilai tekstur terendah pada
gabus 95% dan tepung kalakai sebanyak
tepung ikan gabus yang difortifikasi adalah
5%), sedangkan nilai kenampakan
A5 (tepung ikan gabus 75% dan tepung
terendah pada A6 (tepung ikan gabus 70%
kalakai 25%). Hasil uji organoleptik
dan tepung kalakai sebanyak 30%). Hasil
tekstur dapat dilihat pada Gambar 4.
uji organoleptik kenampakan dapat dilihat
pada Gambar 5.

Berdasarkan hasil uji nonparamterik


Kruskall Wallis pada Table 3 ditunjukan Uji nonparamterik Kruskall Wallis
dengan hasil sebesar 0,205 dapat pada Tabel 3 sebesar 0,112 menunjukan
diketahui bahwa penambahan formulasi bahwa perlakuan penambahan kalakai
kalakai sebagai fortifikasi (P>0,05) tidak sebagai fortifikasi tidak signifikan
signifikan dari segi tekstur, karena saat (P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa
proses pembuatan tepung fortifikasi perlakuan penambahan kalakai sebagai
sama-sama menggunakanan suhu fortifikasi tidak berpengaruh nyata
pengeringan (oven) dan ayakan yang terhadap kenampakan tepung ikan gabus
sama. yang difortifikasi, disebabkan karena
Adanya pengaruh pemanasan pada adanya lemak yang terdapat pada tepung
proses pengeringan tepung fortifikasi ikan gabus mengandung pigmen
dapat mempermudah proses pengeluaran (karotenoid) yang menyebabkan lemak
air dalam bahan dan menjadikan produk tersebut berwarna selama proses
tepung fortifikasi memiliki tekstur yang pengeringan dan pigmen mengalami
kering, semakin rendah kandungan air perubahan, dimana perlakuan pemanasan
dalam tepung fortifikasi maka tekstur akan mengurangi warna pigmen karena
yang dihasilkan akan semakin kering, karotenoid tidak stabil pada suhu tinggi.
adapun suhu pengeringan yang digunakan Hal inilah yang menyebabkan
untuk tepung ikan gabus adalah 600C dan kenampakan dari tepung fortifikasi
untuk kalakai suhu pengeringanya 700C. menggunakan pengeringan (oven) dengan
Ayakan yang di gunakan pada suhu yang sama mempunyai kenampakan
pembuatan tepung fortifikasi adalah lebih terang dan terlihat bersih (Kartika et
ayakan berukuran 80 mesh untuk semua al., 1988).
perlakuan sehingga mempunyai
keseragaman partikel tepung fortifikasi Analisis Proksimat

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 43

Kadar Air Hasil pengujian kadar abu tepung


ikan gabus yang difortifikasi
Hasil pengujian kadar air tepung ikan
menggunakan kalakai berkisar antara
gabus yang difortifikasi menggunakan
7,23% sampai dengan 9,66%, kadar abu
kalakai berkisar antara 9,04% sampai
pada tepung ikan gabus paling tinggi
dengan 10,45%, kadar air pada tepung
didapatkan pada penambahan formulasi
ikan gabus paling tinggi didapatkan pada
kalakai sebanyak 30% sedangkan kadar
penambahan formulasi kalakai sebanyak
air paling rendah didapatkan pada
30% sedangkan kadar air paling rendah
formulasi kalakai sebanyak 5%. Analisis
didapatkan pada formulasi kalakai
proksimat kadar abu tepung ikan gabus
sebanyak 0%. Kadar air akan semakin
yang difortifikasi menggunakan kalakai
menurun jika formulasi kalakai yang
dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
digunakan semakin sedikit. Analisis
proksimat kadar air tepung ikan gabus
yang di fortifikasi menggunakan kalakai
dapat dilihat pada Gambar 6.

Dari hasil pengujian kadar abu pada


Gambar 7 menunjukan perbedaan
kandungan abu pada sampel yang
Dari hasil pengujian kadar air pada diujikan. Kandungan abu pada sampel
Gambar 6 kandungan air pada tepung ikan tepung ikan gabus yang difortifikasi
gabus mengalami peningkatan seiring dengan kalakai jika dibandingkan dengan
dengan meningkatnya formulasi kalakai SNI 2715:2013 masih memenuhi standar
yang diberikan. Dari hasil diketahui bahwa dimana kandungan abu maksimal tepung
sampel A2 memiliki kandungan air lebih ikan adalah 20%. Penambahan kalakai
tinggi jika dibandingkan dengan dengan sebagai fortifikasi tepung ikan gabus tidak
sampel A3 dan sampel A4 yakni sebesar terlalu memberikan pengaruh terhadap
9,85%. Berdasarkan SNI 2715:2013 kandungan abu bahan.
kandungan air tepung ikan maksimal Berdasarkan hasil uji analisis Anova
adalah 10% dapat dikategorikan setara diperoleh nilai sig sebesar 0,411
karena tidak terlalu jauh berbeda dimana menunjukan bahwa perlakuan
dari semua perlakuan yang diujikan masih penambahan kalakai sebagai fortifikasi
dapat dinyatakan sesuai dengan standar tidak signifikan (p>0,05) berarti tidak
SNI tepung ikan. terdapat perbedaan. Menurut Wijaya
Berdasarkan hasil uji analisis Anova (1977), mineral yang digolongkan zat gizi
diperoleh nilai sig sebesar 0,203 anorganik disebut sebagai unsur abu
menunjukan bahwa perlakuan dalam pangan, karena jika pangan dibakar,
penambahan formulasi kalakai sebagai unsur organik akan menghilang dan bahan
fortifikasi tidak signifikan (p>0,05) berarti organik (abu) yang tersisa di dalamnya
tidak terdapat perbedaan terhadap nilai terdiri dari mineral.
kadar air tepung ikan gabus yang
difortifikasi menggunakan kalakai . Kadar Protein

Kadar Abu Hasil pengujian kadar protein


tepung ikan gabus yang difortifikasi

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 44

menggunakan kalakai berkisar antara sedangkan kadar lemak paling tinggi


63,70% sampai dengan 76,19%, kadar didapatkan pada formulasi kalakai
protein paling tinggi didapatkan pada sebanyak 30% sebesar 2,90%. Analisa
pada formulasi A0 (100% tepung ikan proksimat kadar lemak tepung ikan gabus
gabus) sebesar 76,19 sedangkan kadar yang di fortifikasi menggunakan kalakai
protein paling rendah didapatkan pada dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
formulasi kalakai sebanyak 15% sebesar
60,86%. Analisis proksimat kadar protein
tepung ikan gabus yang di fortifikasi
menggunakan kalakai dapat dilihat pada
Gambar 8.

Kandungan lemak ikan gabus pada


sampel A0 (100% ikan gabus) sebesar
1,67% semakin meningkat kandungan
lemaknya ketika difortifikasikan
menggunakan kalakai. Berdasarkan SNI
Berdasarkan SNI 2715:2013 2715:2013 kandungan lemak ikan adalah
kandungan protein tepung ikan adalah maksimal 10%, jika kandungan lemak
minimal 60%, dimana penambahan pada bahan tepung fortifikasi terlalu tinggi
fortifikasi kalakai pada tepung ikan gabus dapat membuat bahan cepat rusak
masih sangat tinggi kandungan proteinnya dikarenakan adanya proses oksidasi
dan masih memenuhi standar SNI tepung (Ketaren, 1986).
ikan. Hal ini menunjukan bahwa fortifikasi Berdasarkan hasil uji analisis Anova
kalakai tidak membuat tepung ikan gabus diperoleh nilai sig sebesar 0,060
kehilangan proteinnya. menunjukan bahwa perlakuan
Berdasarkan hasil uji analisis Anova penambahan kalakai sebagai fortifikasi
satu arah diperoleh nilai sig sebesar 0,788 tidak signifikan (p>0,05) berarti tidak
menunjukan bahwa perlakuan terdapat perbedaan yang nyata, hasil
penambahan kalakai sebagai fortifikasi pengujian kandungan lemak tepung
tidak signifikan (p>0,05) berarti tidak fortifikasi masih memenuhi standar SNI
terdapat perbedaan yang nyata. Adanya 2715:2013 tepung ikan maksimal 10%,
pengeringan dengan cara pemanasan, yang artinya tepung fortifikasi pada semua
dapat memutuskan ikatan tertentu perlakuan kadar lemaknya masih sesuai
sehingga dapat menyebabkan setandar yang di tentukan. Kadar lemak
protein ikan terdenaturasi dan apabila lebih dari 10% maka kenampakan
dapat menyebabkan penurunan kadar dari tepung ikan terlihat berminyak dan
protein. basah (Kurnia et al., 2008).

Kadar Lemak Penentuan Produk Terbaik


Hasil pengujian kadar lemak tepung Perlakuan terbaik yang dipilih
ikan gabus yang difortifikasi berdasarkan tingkat kesukaan tertinggi
menggunakan kalakai berkisar antara yang dinilai panelis pada semua parameter
1,67% sampai dengan 2,90%, kadar lemak organoleptik berupa warna, aroma,
paling rendah didapatkan pada pada tekstur dan kenampakan serta
formulasi kontrol 0% sebesar 1,67% dipadupadankan dengan analisa

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 45

proksimat kadar air, abu, protein dan dengan formulasi terpilih yaitu sampel
lemak untuk menentukan perlakuan A3(Ikan gabus 85% dan kalakai 15%),
terbaik. Penentuan produk tepung sebesar 29,872 mg/100 g sedangkan zat
fortifikasi terbaik ditunjukan pada Tabel 4. besi yang dibutuhkan oleh tubuh setiap
Tabel 4. Penentuan produk tepung harinya berkisar antara 4,7-18,29 mg
fortifikasi terbaik per hari tergantung dari usia dan jenis
kelamin, hasil dari formulasi tepung ikan
gabus pada perlakuan terpilih, artinya
tepung fortifikasi tersebut dapat
mencukupi kebutuhan zat besi yang
diperlukan oleh tubuh perharinya.
Zat besi tepung ikan fortifikasi pada
formula terpilih juga memenuhi syarat
mutu zat besi tepung ikan sesuai SNI
2715:2013, yang mengandung zat besi
minimal sebesar 16,6 Mg/100 gr bahan,
sedangkan pada formula terpilih dengan
penambahan kalakai 15% sebagai
fortifikasi sebesar 29,872 mg/100 g,
tingginya zat besi pada tepung fortifikasi
disebabkan adanya kandungan Fe pada
bahan baku lain yaitu kalakai yang
ditambahkan dan diformulasikan sebagai
fortifikasi.

Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP)


Penentuan formula terbaik Metode Activity Based Costing
diperoleh dari perlakuan A3 (85% tepung Pada tahap akhir penelitian
ikan gabus dan 15% tanaman kalakai), dilakukan analisis biaya produksi produk
dapat dilihat pada tabel 3, penentuan terbaik dari perlakuan A3(85% tepung
tersebut diambil dari nilai rata-rata uji ikan gabus dan 15% kalakai). Analisis
organoleptik pada semua parameter biaya produksi dilakukan untuk
warna, aroma, tekstur dan penampilan menentukan harga jual, efisiensi biaya dan
yang telah digabungkan, perlakuan nilai ekonomis pemanfaatan ikan gabus
tersebut adalah perlakuan dengan nilai sebagai tepung ikan berprotein tinggi dan
tertinggi dapat disimpulkan panelis lebih di lengkapi dengan fortifikasi zat besi,
cendrung menyukai tepung fortifikasi harga pokok produksi tepung ikan gabus
pada perlakuan tersebut dari segi ditunjukan pada Tabel 5.
aroma,warna, tekstur dan kenampakan.
Sedangkan penentuan terbaik pada
analisisis kadar air, abu, protein dan lemak
adalah pada perlakuan A3 (85% tepung
ikan gabus dan 15% tanaman kalakai)
dengan pertimbangan pada formulasi
kalakai 15% diharapkan dapat mencukupi Penentuan harga pokok produksi
kebutuhan zat besi yang di perlukan oleh tepung fortifikasi per unit pada setiap
tubuh setiap harinya berkisar antara 4,7- aktivitas-aktivitas untuk alokasi persiapan
18,29 mg perharinya. bahan baku HPP/unit pada Tabel 5
sebesar Rp30.609,00 alokasi biaya
Analisis Zat Besi pembersihan bahan baku HPP/unit
sebesar Rp892,00 alokasi biaya
Hasil pengujian analisisis pengukusanbahan baku HPP/unit sebesar
kandungan zat besi ikan gabus yang di Rp645,00 alokasi biaya pengeringan
fortifikasi menggunakan kalakai sesuai

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 46

bahan baku HPP/unit sebesar Rp1.972,00 Simpulan


alokasi biaya penggilingan HPP/unit
sebesar Rp875,00 dan alokasi biaya Berdasarkan hasil uji organoleptik
pengemasan HPP/unit sebesar Rp457,00 dan uji proksimat yang telah
dimana perhitungannya sudah jelas sesuai dipadupadankan dipilih sampel terbaik
dengan aktivitas yang dilalui pada
pada perlakuan A3 (Tepung ikan gabus
pembuatan tepung fortifikasi. Harga jual
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. 85% dan kalakai 15%) dan didapatkan
hasil analisis kandungan zat besi pada
tepung fortifikasi sebesar 29,872 mg/100
g sedangkan zat besi yang dibutuhkan oleh
tubuh setiap harinya berkisar antara 4,7–
18,29 mg per hari, yang artinya tepung
Dari Tabel 6 yang telah di uraikan
pada setiap aktivitas-aktivitas pembuatan fortifikasi tersebut dapat mencukupi
tepung fortifikasi maka diketahui harga kebutuhan zat besi yang diperlukan oleh
pokok produksi per unit tepung fortifikasi tubuh perharinya dan pada analisis biaya
sebesar Rp35.322,00 setiap proses produksi produk terbaik, didapatkan
produksi memiliki resiko kegagalan yang harga pokok produksi tepung fortifikasi
diperkirakan sebesar 5% atau sebesar sebesar Rp37.088,00 dengan harga jual
Rp1.766,00 Harga pokok produksi+5%
sebesar Rp45.000,00 dari harga jual
tepung ikan gabus fortifikasi sebesar
Rp37.088,00 dengan harga jual sebesar tepung fortifikasi tersebut didapatkan
Rp45.000,00 dan didapatkan keuntungan keuntungan sebesar Rp7.912,00 dengan
bersih setiap unitnya pada pembuatan resiko kegagalan sebanyak 5% atau
tepung fortifikasi sebesar Rp7.912,00. sebesar Rp1.766,00.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2017. Kalimantan
Perbandingan harga pada tabel diatas Selatan Dalam Angka 2016.
merupakan perbandingan harga tepung
ikan yang sudah ada dipasaran dengan BSN. 2013. Standar Nasional Indonesia-
harga tepung ikan fortifikasi. Harga SNI 2715:2013: Tepung Ikan.
tepung ikan gabus fortifikasi lebih murah
dibandingkan dengan harga tepung yang Deman, John M. 1997. Kimia Makanan.
sudah ada dipasaran. Tepung ikan gabus Intitut Teknologi Bandung. Bandung.
fortifikasi dengan volume 1 Kg harganya
Rp45.000,00 sedangkan tepung ikan gabus Foster, Douglas W. (1981). Prinsip–
komersial volume 1 Kg harganya berkisar Prinsip Pemasaran Manajemen
Rp60.000,00 Jadi produk tepung ikan yang Sukses di Negara
fortifikasi jika dilihat dari harganya juga Berkembang”. Jakarta: Erlangga.
bisa bersaing dengan produk lainnya Ketaren. (1986). Pengantar Teknologi
karna tepung ikan gabus fortifikasi lebih Minyak dan Lemak Pangan.
murah. Jakarta : UI- Press.

Kurnia, P dan Purwani, E. 2008.


Pemanfaatan Ikan Kembung
Sebagai Bahan Baku Tepung Ikan
Ditinjau Dari Kadar Abu, Air,
Protein, Lemak dan Kalsium. Jurnal
kesehatan. ISSN 1949–7621.

Agustina Pradana Siwi et al., 2018


JTAM INOVASI AGROINDUSTRI Vol. 1 No. 1 47

Meilgaard, M., Civille G.V., Carr B.T. 2000.


Sensory Evaluation Techniques.
Boca Raton. Florida: CRV Press.

Maharani M., et al. 2006. Studi Potensi


Kalakai(Stenochlaena Palustris)
sebagai Pangan Fungsional
Daerah. Universitas Pertanian
Banjarbaru.

WHO and Agriculture Organization of the


United Nations. 2006. Guidelines on
foodfortification with
micronutrients.

Wijaya. 2000. Analisis Stastistika


dengan Program SPSS 16.0.
Bandung: Alfabeta.

Agustina Pradana Siwi et al., 2018

Anda mungkin juga menyukai