Anda di halaman 1dari 46

MODUL

TEKNIK DASAR INSTRUMENTASI


ii
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................. iii


Peta Kedudukan Modul........................................................................................... v
Peristilahan/Glosarium............................................................................................ vii

I. Pendahuluan................................................................................................ 1
A. Deskripsi Judul......................................................................................... 1
B. Prasyarat................................................................................................ 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul.................................................................. 1
D. Tujuan..................................................................................................... 2
E. Kompetensi............................................................................................. 3
F. Cek Kemampuan.................................................................................... 3

II. Pembelajaran............................................................................................... 4
A. Rencana Belajar Siswa/Peserta Didik..................................................... 4
B. Kegiatan Belajar...................................................................................... 5
Kegiatan Belajar 1 : Mengenal Alat Ukur............................................ 5
Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1................................................ 5
Uraian Materi 1............................................................................ 5
Tes Formatif 1............................................................................. 20
Kunci Jawaban Tes Formatif 1.................................................... 20
Kegiatan Belajar 2 : Kalibrasi............................................................. 21
Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2................................................ 21
Uraian Materi 2............................................................................ 21
Tes Formatif 2............................................................................. 29
Kunci Jawaban Tes Formatif 2.................................................... 29
Kegiatan Belajar 3 : Jenis – Jenis Kabel............................................ 30
Tujuan Kegiatan Pembelajaran 3................................................ 30
Uraian Materi 3............................................................................ 30
Tes Formatif 3............................................................................. 36
Kunci Jawaban Tes Formatif 3.................................................... 36

iii
III. Evaluasi........................................................................................................ 37
Soal-soal Evaluasi (Tes Tertulis)............................................................ 37
Kunci Soal Evaluasi................................................................................ 37

IV. Penutup........................................................................................................ 37

Daftar Pustaka....................................................................................................... 38

iv
PERISTILAHAN / GLOSARIUM

Pig Tail ialah cara menyambung kabel yang paling sederhana berbentuk ekor babi.
Sambungan ini digunakan untuk menyambung atau mencabangkan satu atau beberapa
kabel pada satu titik.

Lasdop ialah penutup untuk melindungi sebuah sambungan kabel.


Isolasi ialah pembungkus kabel agar kabel terhindar dari hubungan dengan
penghantar arus listrik yang lain.

Sambungan Puntir adalah cara menyambung antara dua kabel yang berbentuk satu
garis lurus. Ada dua macam cara sambungan puntir yaitu; sambungan puntir Bell
hangers dan sambungan puntir Western union.

Turn Back ialah cara menyambung antara dua kabel yang berbentuk satu garis
lurus, dimana kabel ditekuk balik, dimaksudkan untuk mendapatkan sambungan yang
lebih kuat terhadap rentangan maupun tarikan, sehingga sering disebut sebagai
sambungan bolak-balik.

Single Wrapped Cable Spice ialah suatu cara menyambung kabel yang bernadi
banyak, yaitu dengan menganyam sesuai dengan arah alurnya.
Plain joint ialah cara-cara untuk mencabang kabel yang posisinya dalam satu bidang
datar.

Knotted tap joint ialah cara-cara untuk mencabang kabel yang posisinya dalam satu
bidang datar dengan memberi suatu simpul agar sambungan lebih kuat.

v
vi
BAB I PENDAHULUAN

A. DISKRIPSI JUDUL
Teknik dasar instrumentasi merupakan dasar pengenalan dengan berbagai
alat ukur dan spesifikasi kabel. Untuk itu pada pekerjaan ini siswa diharapkan
dapat melakukan dan menguasai dengan benar karena akan menunjang pada
proses pembelajaran berikutnya.
Pengenalan kalibrasi dan spesifikasi kabel merupakan salah satu bentuk
dan alat bantu ajar yang dapat digunakan baik di kelas maupun untuk bengkel
pada saat siswa melakukan praktek. Dengan modul ini maka diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar yang berorientasi
pada proses pembelajaran tuntas.
Dengan modul ini diharapkan proses belajar mengajar akan menjadi
program dan terencana untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pada
siswa didik.

B. PRASYARAT
Sebelum melakukan praktek teknik dasar instrumentasi, siswa sudah harus
mengetahui berbagai macam alat ukur, kalibrasi dan jenis-jenis kabel.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul ini:
a. Bagi siswa atau peserta didik:
1. Bacalah tujuan antara dan tujuan akhir dengan seksama,
2. Bacalah Uraian Materi pada setiap kegiatan belajar dengan
seksama sebagai teori penunjang,
3. Baca dan ikuti langkah kerja yang ada pada modul ini pada tiap proses
pembelajaran sebelum melakukan atau mempraktekkan,
4. Persiapkan alat dan bahan yang digunakan pada setiap kegiatan belajar
yang sesuai dan benar,
5. Jawablah setiap pertanyaan pada tes formatif untuk masing-masing
kegiatan belajar, cocokkan dengan kunci jawaban yang telah
tersedia pada kunci jawaban,
6. Jawablah pertanyaan pada soal evaluasi dan cocokkan dengan kunci

1
jawaban yang telah tersedia pada kunci jawaban.

b. Bagi guru pembina / pembimbing:


1. Dengan mengikuti penjelasan didalam modul ini, susunlah tahapan
penyelesaian yang diberikan kepada siswa / peserta didik.
2. Berikanlah penjelasan mengenai peranan dan pentingnya materi dari
modul ini.
3. Berikanlah penjelasan serinci mungkin pada setiap tahapan tugas yang
diberikan kepada siswa.
4. Berilah contoh gambar-gambar atau barang yang sudah jadi, untuk
emberikan wawasan kepada siswa.
5. Lakukan evaluasi pada setiap akhir penyelesaian tahapan tugas.
6. Berilah penghargaan kepada siswa didik yang setimpal dengan hasil
karyanya.

D. TUJUAN
1. Tujuan Antara
1. Peserta/siswa dapat mengenal berbagai alat ukur.
2. Peserta/siswa dapat menjelaskan dan melakukan cara kalibrasi alat
ukur.
3. Peserta/siswa dapat mengetahui jenis-jenis kabel dengan benar.

2
Tujuan Akhir.
Setelah mempelajari modul ini peserta / siswa dapat:
1. menjelaskan berbagai alat ukur,
2. menjelaskan cara mengkalibrasi alat ukur,
3. menjelaskan jenis-jenis kabel,
4. melakukan pekerjaan mengkalibrasi alat ukur.

E. KOMPETENSI
Dengan menguasai modul ini diharapkan peserta / siswa didik dapat
mempergunakan alat ukur elektronik dan alat ukur mekanik juga dapat
mengkalibrasi alat ukur, mengenal berbagai jenis kabel.

F. CEK KEMAMPUAN
Pada awal pembelajaran siswa didik diberi tugas untuk mengukur
menggunakan alat ukur dan mengkalibrasi alat tersebut.
Apabila siswa telah dapat melaksanakan tugas tersebut dengan benar, aman
dan rapi maka siswa yang bersangkutan sudah dapat ujian untuk mendapatkan
sertifikat, dan tidak perlu mengkuti modul ini serta diperbolehkan langsung
mengikuti modul berikutnya.

3
BAB II PEMBELAJARAN

A. RENCANA BELAJAR SISWA / PESERTA DIDIK

Jenis Kegiatan Tanggal Waktu Tempat Alasan Tanda


Jam Belajar Perubahan Tangan
Gur
1. Mengenal alat Bengkel/
ukur Workshop
Tes formatif 1 Bengkel/
Workshop
2. Kalibrasi alat Bengkel/
ukur, Workshop

Tes formatif 2 Bengkel/


Workshop
3. Jenis – jenis Bengkel/
kabel, Workshop
Tes formatif 3 Bengkel/
Workshop
EVALUASI Bengkel/
Workshop

4
B. KEGIATAN BELAJAR :

1. KEGIATAN BELAJAR 1 : PENGERTIAN ALAT UKUR

Tujuan Kegiatan Pembelajaran 1:


Setelah mempelajari materi pada kegiatan belajar 1, diharapkan anda dapat:
- Mengenal dan menjelaskan pengertian alat ukur

Uraian Materi 1:
1.1. Pengertian Alat Ukur (instrument)
 Untuk melakukan kegiatan pengukuran, diperlukan suatu perangkat yang
dinamakan instrumen (alat ukur). Jadi instrumen adalah sesuatu yang
digunakan untuk membantu kerja indera untuk melakukan proses pengukuran.
Misalnya pada mobil, manometer (pressure gauge) pengukur tekanan udara
dalam ban, termometer ( pengukur suhu mesin), speedometer ( pengukur
kecepatan) levelmeter (pengukur bahan bakar pada tangki), pH meter
(pengukur derajat keasaman dalam batere) dst.
 Instrument atau alat ukur terdiri dari banyak jenis yang dapat juga
dikelompokkan melalui disiplin kerja atau besaran fisiknya. diantaranya:
·       alat ukur dimensi: mistar, jangka sorong, mikrometer, bilah sudut, balok
ukur, profile proyector, universal measurung machine dst.
·       alat ukur massa : timbangan,comparator elektronik,weight set dst
·       alat ukur mekanik; tachometer, torquemeter, stroboscope dll
·       alat ukur fisik : gelas ukur, densitometer, visosimeter, flowmeter .
·       alat ukur listrik: voltmeter, amperemeter, jembatan Wheatstone
·       alat ukur suhu: termometer gelas, PRT
·       alat ukur optik: luxmeter,fotometer, spectrometer
·       dan lain-lain
 
1.1.1. Istilah-istilah pada alat ukur
·       Rentang Ukur (Range) besarnya daerah pengukuran mutlak suatu alat
ukur. Sebuah jangka sorong mempunyai range 0 sd 150 mm.
·       Dayabaca (sering disebut resolusi/atau resolution) jarak ukur antara dua
garis skala yang berdampingan pada alat ukur analog, atau perbedaan
penunjukkan terbaca dengan jelas pada alat ukur digital.
·       Span: besarnya kapasitas ukur suatu alat ukur, misal mikrometer luar

5
mempunyai span ukur 25 mm, artinya rentang ukur 0 – 25, 25 – 50, 50 – 75
…………….dst.
·       Kepekaan (sensitivity) perbandingan antara perubahan besarnya keluaran
dan masukkan pada suatu alat ukur setelah kesetimbangan tercapai.
·       Kemampuan ulang (repeatibility) kesamaan penunjukkan suatu alat ukur
jika digunakan untuk mengukur obyek yang sama, ditempat yang sama,
serta dalam waktu yang hampir tidak ada berselisih antara pengukuran-
pengukuran tersebut.
1.2. Bagian-bagian dari alat ukur
Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu :
1.        Sensor atau peraba
2.       Pengubah /pengolah sinyal atau tranduser
3.       Penunjuk atau indikator/ display dan pencatat atau rekorder

1. Sensor bagian alat ukur yang merasakan adanya sinyal yang harus
diukur atau bagian yang berhubungan langsung dengan benda
ukurnya. Ada dua jenis sensor, yaitu kontak dan non kontak. Sensor
kontak banyak digunakan pada prinsip alat ukur mekanik dan elektrik,
sedang sensor non kontak pada prinsip optik dan pneumatik. Contoh
sensor pada mikrometer adalah kedua permukaan ukur yang menjepit
benda ukur, pada dial indikator terletak pada ujung tangkai batang
ukurnya.
 
2. Tranduser berfungsi untuk memperkuat/memperjelas dengan  mengubah
sinyal sinyal yang diterima dari sensor dan mengirim hasil ke penunjuk
atau indikator/ rekorder maupun kontroler. Kemungkinan pada
tranduser sinyal dirubah dengan besaran lain, misalnya system
mekanik menjadi elektrik kemudian diubah kembali menjadi sistem
mekanik Jadi prinsip kerja dari alat ukur tergantung dari pengubahnya,
yang dapat dibedakan menjadi beberapa prinsip kerja, yaitu :
1.     sistem mekanik
2.     sistem elektrik
3.     sistem optik
4.     sistem pneumatik
5.     sistem gabungan diantara tersebut diatas, diantaranya:
a.        sistem optomekanik

6
b.       sistem optoelektronik
c.        sistem mekatronik dst
Contoh tranduser pada mikometer berupa sistem ulir presisi, pada dial
indikator berupa sistem rodagigi yang dapat mengubah dari gerakan linier
menjadi gerakan berputar pada indikatornya.
 
3. Penunjuk atau indikator bertugas untuk menayangkan  data ukur yang
berupa garis-garis skala pada mikrometer atau jarum yang bergerak
melingkar dengan menunjuk skala ukur yang melingkar juga.
Rekorder dapat mencatat data ukur dalam bentuk numerik atau grafik,
sedangkan kontroler berfungsi untuk mengendalikan besarnya nilai obyek
yang diukur sesuai dengan nilai ukur yang dikehendaki. Tidak semua alat
ukur dilengkapi dengan rekorder dan atau kontroler, namun untuk alat-alat
ukur yang modern yang dilengkapi dengan pembacaan digital sering
dilengkapi dengan pengolah data secara statistik (SPC – statistic process
control).  Komponen pengolah data ini sangat membantu khususnya bagi
mereka yang bekerja dibagian pengendalian mutu produk yang dibuat
secara massa (mass product).  Setiap dimensi dilakukan pengukuran
beberapa kali, langsung data-data tersebut dapat diolah, sehingga operator
dapat memperoleh informasi tentang harga rata-rata, simpangan baku dan
parameter statistik lainnya termasuk penayangan histogram, diagram x-R
dsb.
 
1.3. Pengambilan data pengukuran
Pengambilan data adalah bagian dari proses pengukuran yang menuntut
ketelitian atau kesaksamaan yang tinggi, karena kegiatan ini selalu dibayangi
oleh kemungkinan sulitnya pengulangan proses pengukuran jika data yang
sudah diperoleh mengalami kekeliruan. Kesulitan pengambilan data ulang
antara lain disebabkan oleh sudah berlalunya obyek pangukuran ke pos
pengerjaan berikutnya, sehingga menyulitkan pelacakan, dan berubahnya
karakteristik elemen pengukuran terhadap waktu, misalnya perubahan suhu
atau perubahan karakteristik alat ukur yang akan mengakibatkan berubahnya
nilai ukur. Oleh karena itu, proses pengambilan data sebaiknya dilakukan hanya
pada satu kesempatan sampai tuntas dan tanpa kekeliruan.
1.3.1 Elemen Pengambilan data
 Dalam proses pengambilan data terdapat lima elemen yang terlibat yaitu:

7
1.        Obyek ukur
2.        Standar ukur
3.        Alat Ukur
4.        Operator pengukuran
5.        Lingkungan
Proses pengukuran tidak dapat berlangsung dengan baik bila salah satu dari
keempat elemen yang pertama tidak ada. Faktor lingkungan selalu hadir pada
setiap situasi. Kelima elemen perlu dipahami agar kesalahan yang ditimbulkan
oleh setiap elemen dapat dipelajari. Proses pengukuran dilakukan si operator
dengan membandingkan benda  ukur (obyek) dengan alat ukur (standar) yang
sudah diketahui nilai ukurnya (kalibrasi) dengan sarana ruang dan alat bantu
ukur yang memenuhi persyaratannya. 
1)                   Obyek ukur
Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari
karakteristik dimensionalnya, misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran
permukaan dst, agar hasil ukurnya memberikan nilai yang aktual, maka
sebelum proses pengukuran dilakukan, obyek ukur harus dibersihkan dahulu
dari debu, minyak atau bahan lain yang menutup atau mengganggu permukaan
yang akan diukur. 
2). Standar Ukur
Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan acuan fisik
pada proses pengukuran. Bagi pengukuran dimensional standar satuan ukuran
adalah standar panjang dan turunannya. Dalam proses pengukuran yang baik
menuntut standar ukur yang mempunyai akurasi yang memadai dan mampu
telusur ke standar nasional/ internasional. 
3) Alat Ukur
Alat ukur adalah komponen sistem pengukuran yang berfungsi sebagai sarana
pembanding antara obyek ukur dan standar ukur, agar nilai obyek ukur dapat
ditentukan secara kuantitatif dalam satuan standarnya. Ciri-ciri dari alat ukur
yang baik adalah yang memiliki kemampuan ulang yang ketat, kepekaan yang
tinggi, histerisis yang kecil dan linieritas yang memadai.
 4) Operator pengukur
Operator pengukur adalah orang yang menjalankan tugas pengukuran
dimensonal baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Tugas ini
terdiri dari pos pekerjaan, diantaranya:
·       pemeriksaan obyek ukur (dan gambar kerja)

8
·       pemilihan alat-alat ukur (dan standar ukur)
·       persiapan pengukuran (penjamin kebersihan, penyusunan sistem ukur,
pemeliharaan kondisi lingkungan dan lain-lain).
·       perhitungan analisis kesalahan pengukuran ( dan pembuatan interprestasi
ketidakpastian pengukuran)
·       penyajian hasil pengukuran (dalam bentuk laporan pengukuran). 
Seorang operator hendaknya dibekali dengan pengetahuan:
 –          kemampuan membaca gambar kerja
–          pengetahuan tentang sistem toleransi
–          kemampuan menjalankan alat/mesin ukur
–          pengetahuan tentang statistika pengukuran dan teori ketidakpastian
5).Lingkungan
Proses pengukuran dapat dilakukan dimana saja: diruang terbuka maupun
diruang ysng terkondisi. Pada ruang terkondisi khususnya pengukuran
dimensional tentunya akan menjamin hasil ukur lebih akurat,dengan persyaratan
yang dipersyaratkan bagi sebuah ruang untuk keperluan pengukuran/kalibrasi
dimensional adalah sbb:
 –          suhu 20 ± 1 0 C
–          kelembaban relatif £  50 %
 
1.4.Proses Pengukuran
Sebelum pengukuran dilakukan , secara administratif perlu dipersiapkan
petunjuk pemakaian alat ukur, dan grafik untuk mencatat hasil pengambilan
data, serta gambar tata letak dari sistem pengukuran. Alat ukur yang akan
digunakan perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu uji visual, fungsional dan unjuk
kerja.
 –          Uji visual dimaksudkan untuk melihat kelengkapan alat ukur, dan
cacat yang dapat dilihat mata.
–          Uji fungsional untuk memeriksa tanggapan yang terjadi  sebagai
akibat input yang diberikan dengan mengubah posisi setiap tombol.
–          Apabila semua fungsinya dapat bekerja alat ukur tersebut dapat
digunakan dengan catatan terdapat hasil uji unjuk kerja secara tertulis,
yang berupa laporan kalibrasi atau sertifikat kalibrasi.
Dilihat dari jumlahnya pengambilan data dapat dilakukan satu sampai
beberapa kali dimaksudkan untuk menjamin nilai kebenaran hasil ukur, data-
data harus diambil lebih dari dua kali pada setiap posisi.  Oleh karena itu

9
pengambilan data yang dilakukan secara berulang, sehingga dapat memiliki
peluang yang lebih baik untuk mendekati harga yang sebenarnya.
Di pihak lain, jumlah obyek pendataannya sendiri dapat hanya satu atau
beberapa buah. Dengan demikian dapat terjadi kombinasi :
Þ      obyek tunggal – pengambilan data satu kali
Þ      obyek tunggal – pengambilan data berulang
Þ      obyek majemuk homogen – pengambilan data satu kali
Þ      obyek majemuk homogen – pengambilan data berulang
Dalam kasus obyek majemuk homogen baik pengambilan data satu kali
maupun berulang, dapat diperoleh proporsi status obyek. Namun untuk hasil
yang lebih akurat, lebih baik dipilih pengambilan data yang berulang. Karena
cara ini akan mengurangi kemungkinan adanya status obyek yang
meragukan khususnya bagi obyek yang berada pada nilai batas.
1.5 Contoh Alat Ukur
1.5.1 Multimeter
Multimeter yang diuraikan pada modul ini adalah Multimeter Analog yang
menggunakan kumparan putar untuk menggerakkan jarum penunjuk papan
skala. Multimeter ini yang banyak dipakai karena harganya relatif
terjangkau. Jika pada Multimeter Digital hasil pengukuran langsung dapat
dibaca dalam bentuk angka yang tampil pada layar display, pada Multimeter
analog hasil pengukuran dibaca lewat penunjukan jarum pada papan skala.
Lihat gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1. Multimeter Analog Gambar 2. Multimeter Digital

10
A. Konfigurasi Multimeter
Konfigurasi Multimeter dan kontrol indikator yang terdapat pada sebuah
Multimeter diperlihatkan pada gambar 3.

PAPAN SKALA

JARUM PENUNJUK

SEKRUP
PENGATUR TOMBOL

BATAS UKUR (RANGE) PENGATUR POSISI

SAKLAR JANGKAUAN

UKUR

www.sanwa-meter.co.jp
KABEL PENYIDIK
(PROBES)

JEPITAN

MONCONG BUAYA
(ALIGATOR CLIP)

GAMBAR KONFIGURASI MULTIMETER


1. Papan Skala : digunakan untuk membaca hasil pengukuran. Pada papan
skala terdapat skala-skala; tahanan/resistan (resistance) dalam satuan Ohm (Ω),
tegangan (ACV dan DCV), kuat arus (DCmA), dan skala-skala lainnya. Lihat
gambar 4.

11
SKALA OHM
SKALA VOLT

(ACV-DCV)
SKALA LAINNYA

GAMBAR PAPAN SKALA

2. Saklar Jangkauan Ukur : digunakan untuk menentukan posisi kerja


Multimeter, dan batas ukur (range). Jika digunakan untuk mengukur nilai satuan
tahanan (dalam ), saklar ditempatkan pada posisi , demikian juga jika
digunakan untuk mengukur tegangan (ACV-DCV), dan kuat arus (mA-A). Satu
hal yang perlu diingat, dalam mengukur tegangan listrik, posisi saklar harus
berada pada batas ukur yang lebih tinggi dari tegangan yang akan diukur. Misal,
tegangan yang akan diukur 220 ACV, saklar harus berada pada posisi batas
ukur 250 ACV. Demikian juga jika hendak mengukur DCV.

12
3. Sekrup Pengatur Posisi Jarum (preset) : digunakan untuk menera jarum
penunjuk pada angka nol (sebelah kiri papan skala).
4. Tombol Pengatur Jarum Pada Posisi Nol (Zero Adjustment) : digunakan
untuk menera jarum penunjuk pada angka nol sebelum Multimeter digunakan
untuk mengukur nilai tahanan/resistan. Dalam praktek, kedua ujung kabel
penyidik (probes) dipertemukan, tombol diputar untuk memosisikan jarum pada
angka nol.
5. Lubang Kabel Penyidik : tempat untuk menghubungkan kabel penyidik
dengan Multimeter. Ditandai dengan tanda (+) atau out dan (-) atau common.
Pada Multimeter yang lebih lengkap terdapat juga lubang untuk mengukur h fe
transistor (penguatan arus searah/DCmA oleh transistor berdasarkan fungsi dan
jenisnya), dan lubang untuk mengukur kapasitas kapasitor.

B. Batas Ukur (Range)


1. Batas Ukur (Range) Kuat Arus : biasanya terdiri dari angka-angka; 0,25 –
25 – 500 mA. Untuk batas ukur (range) 0,25, kuat arus yang dapat diukur
berkisar dari 0 – 0,25 mA. Untuk batas ukur (range) 25, kuat arus yang dapat
diukur berkisar dari 0 – 25 mA. Untuk batas ukur (range) 500, kuat arus yang
dapat diukur berkisar dari 0 – 500 mA.
2. Batas Ukur (Range) Tegangan (ACV-DCV) : terdiri dari angka; 10 – 50 –
250 – 500 – 1000 ACV/DCV. Batas ukur (range) 10, berarti tegangan maksimal
yang dapat diukur adalah 10 Volt. Batas ukur (range) 50, berarti tegangan
maksimal yang dapat diukur adalah 50 Volt, demikian seterusnya.
3. Batas Ukur (Range) Ohm : terdiri dari angka; x1, x10 dan kilo Ohm (k).
Untuk batas ukur (range) x1, semua hasil pengukuran dapat langsung dibaca
pada papan skala (pada satuan ). Untuk batas ukur (range) x10, semua hasil
pengukuran dibaca pada papan skala dan dikali dengan 10 (pada satuan ).
Untuk batas ukur (range) kilo Ohm (k), semua hasil pengukuran dapat
langsung dibaca pada papan skala (pada satuan k), Untuk batas ukur (range)
x10k (10k), semua hasil pengukuran dibaca pada papan skala dan dikali
dengan 10k.

13
C. Baterai
Baterai : pada Multimeter dipakai baterai kering (dry cell) tipe UM-3, digunakan
untuk mencatu/mengalirkan arus ke kumparan putar pada saat Multimeter
digunakan untuk mengukur komponen (minus komponen terintegrasi/Integrated
Circuit/IC). Baterai dihubungkan secara seri dengan lubang kabel
penyidik/probes (+/out) dimana kutub negatip baterai dihubungkan dengan
terminal positip dari lubang kabel penyidik. Lihat gambar 5.

D. Kriteria Multimeter
Kriteria sebuah Multimeter tergantung pada :
a. Kekhususan kepekaan, ditentukan oleh tahanan/resistan (resistance)
dibagi dengan tegangan, misalnya 20 k/v untuk DCV dan 8 k/v untuk ACV.
(20 k/v  I = E/R = 1/20.000 = ½ x 10-4A = 0,05mA = 50 A). Multimeter
menggunakan arus sebesar 50 mikro-Ampere (50 A) untuk alat pengukur
(meter) dan akan menarik arus maksimal 50 A dari rangkaian yang diukur.
b. Fungsi tambahannya sebagai penguji (tester) transistor untuk menentukan
hfe transistor (kemampuan transistor menguatkan arus listrik searah sampai
beberapa kali), penguji dioda, dan kapasitas kapasitor dalam hubungannya
dengan pekerjaan perbaikan (repair) alat-alat elektronik.

E. Simbol-simbol
Secara teoritis, untuk mempermudah pembelajaran, pengukur tegangan (Volt-
meter), pengukur kuat arus (Ampere-meter), dan pengukur nilai
tahanan /resistance (Ohm-meter) ditampilkan dengan simbol-simbol seperti yang
terdapat pada gambar 6.

14
Volt-meter Ampere-meter Ohm-meter

Gambar Simbol Alat Ukur

F. Persiapan Awal
Persiapan awal yang perlu Anda lakukan sebelum menggunakan Multimeter
adalah :
1. Baca dengan teliti buku petunjuk penggunaan (manual instruction)
Multimeter yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
2. Multimeter adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
tegangan (Multimeter sebagai Volt-meter), mengukur Arus (Multimeter sebagai
Ampere-meter), mengukur Resistans/Tahanan (Multimeter sebagai Ohm-meter).
3. Sebelum dan sesudah Multimeter digunakan, posisi saklar jangkauan ukur
harus selalu berada pada posisi ACV dengan batas ukur (range) 250ACV atau
lebih.
4. Kabel penyidik (probes) Multimeter selalu berwarna merah dan hitam.
Masukkanlah kabel yang berwarna merah ke lubang penyidik yang bertanda (+)
atau out, dan kabel yang berwarna hitam ke lubang penyidik yang bertanda (-)
atau common.
5. Pada saat akan melakukan pengukuran dengan Perhatikan apakah jarum
penunjuk sudah berada pada posisi angka nol. Jika belum lakukanlah peneraan
dengan cara memutar sekrup pengatur posisi jarum (preset) dengan obeng
minus (-).
6. Posisi saklar jangkauan ukur harus pada posisi yang sesuai dengan
besaran yang akan diukur. Jika akan mengukur tegangan listrik bolak balik
(ACV) letakkan saklar pada posisi batas ukur (range) yang lebih tinggi dari
tegangan yang akan diukur. Jika mengukur tegangan bolak balik 220V/220 ACV,
letakkan saklar pada posisi batas ukur (range) 250 ACV. Hal yang sama juga
berlaku untuk pengukuran tegangan listrik searah (DCV), kuat arus (DCmA-
DCA), dan tahanan/resistan (resistance).

15
7. Pada pengukuran DCV, kabel penyidik (probes) warna merah (+)
diletakkan pada kutub positip, kabel penyidik (probes) warna hitam (-) diletakkan
pada kutub negatip dari tegangan yang akan diukur.
8. Jangan sekali-kali mengukur kuat arus listrik, kecuali kita sudah dapat
memperkirakan besarnya kuat arus yang mengalir.
9. Untuk mengukur tahanan/resistan (resistance) , letakkan saklar jangkauan
ukur pada batas ukur (range)  atau k (kilo Ohm), pertemukan ujung kedua
kabel penyidik (probes), tera jarum penunjuk agar berada pada posisi angka nol
dengan cara memutar-mutar tombol pengatur jarum pada posisi angka nol (zero
adjustment).
10. Berhati-hatilah jika akan mengukur tegangan listrik setinggi 220 ACV.

1.5.2 Oscilloscope
Oscilloscope adalah alat ukur elektronik, digunakan untuk melihat bentuk
gelombang dari tegangan, harga-harga momen tegangan dalam bentuk sinus
maupun bukan sinus.
Dengan Oscilloscope dapat dilihat bentuk gelombang sinyal audio dan video,
bentuk gelombang Tegangan Listrik Arus Bolak Balik yang berasal dari
generator pembangkit tenaga listrik, maupun Tegangan Listrik Arus Searah yang
berasal dari catu daya/baterai. Gambar 36 memperlihatkan satu bentuk
Oscilloscope yang dimaksud.

16
GAMBAR OSCILLOSCOPE
A. Kontrol dan Indikator
Perhatikan gambar 37. Ini adalah tampilan depan dari Oscilloscope dual
trace. Terdapat kontrol dan indikator (petunjuk) yang diberi nomor (1-28)
dengan kegunaan masing-masing sebagai berikut :

GAMBAR TAMPILAN DEPAN OSCILLOSCOPE

1. VERTICAL INPUT;
Berfungsi sebagai input terminal untuk channel-A/saluran A.
2. AC-GND-DC.
Penghubung input vertikal untuk saluran A. Jika tombol AC-GND-DC
diletakkan pada posisi AC, sinyal input yang mengandung komponen DC
akan ditahan/di-blokir oleh sebuah kapasitor. Jika tombol AC-GND-DC
diletakkan pada posisi GND, terminal input akan terbuka, input yang
bersumber dari penguatan internal di dalam Oscilloscope akan di-grounded.
Jika tombol AC-GND-DC diletakkan pada posisi DC, input terminal akan
terhubung langsung dengan penguat yang ada di dalam Oscilloscope dan
seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar monitor.

17
3. MODE
CH-A : untuk tampilan bentuk gelombang channel-A/saluran A.
CH-B : untuk tampilan bentuk gelombang channel-B/saluran B.
DUAL : pada batas ukur (range) antara 0,5 sec/DIV – 1 msec (milli
second)/DIV, kedua frekuensi dari kedua saluran (CH-A dan CH-B) akan
saling berpotongan pada frekuensi sekitar 200k Hz.
Pada batas ukur (range) antara 0,5 msec/DIV – 0,2 µ sec/DIV saklar
jangkauan ukur kedua saluran (channel/CH) dipakai bergantian.
ADD : CH-A dan CH-B saling dijumlahkan. Dengan menekan tombol
PULL INVERT akan diperoleh SUB MODE.
4. VOLTS/DIV variabel untuk saluran (channel)/CH-A.
5. VOLTS/DIV pelemah vertikal (vertical attenuator) untuk saluran
(channel)/CH-A. Jika tombol “VARIABLE” diputar ke kanan (searah jarum
jam), pada layar monitor akan tergambar tergambar tegangan per “DIV”.
Pilihan per “DIV” tersedia dari 5 mV/DIV – 20V/DIV.
6. Pengatur posisi vertikal untuk saluran (channel)/CH-A.
7. Pengatur posisi horisontal.
8. SWEEP TIME/DIV.
9. SWEEP TIME/DIV VARIABLE.
10. EXT.TRIG untuk men-trigger sinyal input dari luar.
11. CAL untuk kalibrasi tegangan pada 0,5 V p-p (peak to peak) atau tegangan
dari puncak ke puncak.
12. COMP.TEST saklar untuk merubah fungsi Oscilloscope sebagai penguji
komponen (component tester). Untuk menguji komponen, tombol SWEEP
TIME/DIV di “set” pada posisi CH-B untuk mode X-Y. tombol AC-GND-DC
pada posisi GND.
13. TRIGGERING LEVEL.
14. LAMPU INDIKATOR.
15. SLOPE (+), (-) penyesuai polaritas slope (bentuk gelombang).
16. SYNC untuk mode pilihan posisi saklar pada; AC, HF REJ, dan TV.
17. GND terminal ground/arde/tanah.
18. SOURCE penyesuai pemilihan sinyal (syncronize signal selector). Jika
tombol SOURCE pada posisi :
 INT : sinyal dari channel A (CH-A) dan channel B (CH-B) untuk
keperluan pen-trigger-an/penyulutan saling dijumlahkan,
 CH-A : sinyal untuk pen-trigger-an hanya berasal dari CH-A,

18
 CH-B : sinyal untuk pen-trigger-an hanya berasal dari CH-B,
 AC : bentuk gelombang AC akan sesuai dengan sumber sinyal AC itu
sendiri,
 EXT : sinyal yang masuk ke EXT TRIG dibelokkan/dibengkokkan
disesuaikan dengan sumber sinyal.
19. POWER ON-OFF.
20. FOCUS digunakan untuk menghasilkan tampilan bentuk gelombang yang
optimal.
21. INTENSITY pengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah
dilihat.
22. TRACE ROTATOR digunakan utuk memposisikan tampilan garis pada
layar agar tetap berada pada posisi horisontal. Sebuah obeng dibutuhkan
untuk memutar trace rotator ini.
23. CH-B POSITION tombol pengatur untuk penggunaaan CH-B/channel
(saluran) B.
24. VOLTS/DIV pelemah vertikal untuk CH-B.
25. VARIABLE.
26. VERTICAL INPUT input vertikal untuk CH-B.
27. AC-GND-DC untuk CH-B kegunaannya sama seperti penjelasan yang
terdapat pada nomor 2.
28. COMPONET TEST IN terminal untuk komponen yang akan diuji.

GAMBAR KABEL PENYIDIK (PROBE) DAN KELENGKAPANNYA

19
Tes Formatif 1:
1. Tuliskan pengertian dari instrument pengukuran!
2. Gambarkan tiha symbol alat ukur
3. Tuliskan pengertian oscilloscope

Kunci Jawaban Tes Formatif 1 :


1. Instrumen adalah sesuatu yang digunakan untuk membantu kerja indera
untuk melakukan proses pengukuran.
2.
V

3. Oscilloscope adalah alat ukur elektronik, digunakan untuk melihat bentuk


gelombang dari tegangan, harga-harga momen tegangan dalam bentuk
sinus maupun bukan sinus.

20
KEGIATAN BELAJAR 2 : KALIBRASI ALAT UKUR MEKANIK DAN
ELEKTRONIK

Tujuan Kegiatan Pembelajaran 2:


Setelah mempelajari materi pada kegiatan belajar 1, diharapkan anda dapat:
- Mengenal dan menjelaskan jenis-jenis kabel listrik

Uraian Materi 2:
2.1.Definisi
Kalibrasi bagian dari Metrologi kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur. atau Kalibrasi adalah
memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat
ukur atau sistem pengukuran, atau harga-harga yang diabadikan pada suatu
bahan ukur dengan harga yang “sebenarnya” dari besaran yang diukur.
 2.2.Kalibrasi di industri
Menjamin ketertelusuran peralatan ukur yang digunakan dalam pengukuran
dan pengujian suatu produk industri. Atau menjamin suatu hasil pengukuran,
maka alat ukur dan bahan ukur yang digunakan dalam proses pengukuran
harus dikalibrasi.
 
2.3. Kalibrasi alat ukur
Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran konvensional nilai
penunjukkan suatu alat ukur. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan
alat ukur yang diperiksa terhadap standar ukur yang relevan dan diketahui lebih
tinggi nilai ukurnya. Selanjutnya untuk mengetahui nilai ukur standar yang
dipakai, standarnya juga harus dikalibrasi terhadap standar yang lebih tinggi
akurasinya. Dengan demikian setiap alat ukur dapat ditelusuri (traceable)
tingkat akurasinya sampai ke tingkat standar nasional dan atau standar
internasional.
Dari proses kalibrasi dapat menentukan nilai-nilai yang berkaitan dengan
kinerja alat ukur atau bahan acuan. Hal ini dicapai dengan pembandingkan
langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan acuan yang bersertifikat.
Output dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi dan label atau stiker yang
disematkan pada alat yang sudah dikalibrasi.
Tiga alasan penting, mengapa alat ukur perlu dikalibrasi
1.   Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil

21
pengukuran lain
2.   Menentukan akurasi penunjukan alat.
3.   Mengetahui keandalan alat,yaitu alat ukur dapat dipercaya.
 
2.4. Manfaat kalibrasi
Dengan kalibrasi suatu alat ukur atau standar ukur, nilai ukurnya dapat
dipantau, sehingga tindakan yang tepat dapat segera diambil bila
penyimpangan yang terjadi sudah diluar batas toleransi yang diijinkan terhadap
spesifikasi standarnya.
 
         Penggunaan alat ukur yang masih baik berdasarkan hasil kalibrasi berguna:
·     untuk pengukuran yang baik langsung atau tidak langsung menyangkut
keselamatan.
·     hasil produk yang cacat atau menyimpang dapat dihindari/ditekan sekecil
mungkin
·   untuk menjamin bahwa hasil pengukuran yang dilakukan dapat tertelusur
ke standar nasional/internasional.
Untuk menarik manfaat tersebut diatas, semua jenis alat ukur semua besaran
perlu dikalibrasi.
 
2.5.   Interval Kalibrasi dan Sertifikasi
Alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi legal, interval kalibrasi (tera)
ditetapkan secara periodik berdasarkan oleh peraturan perundang-undangan
(UUML)yang berlaku di Direktorat Metrologi (Deperindag).
Untuk alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi teknis, interval kalibrasi
tergantung pada tingkat akurasi, lokasi / penyimpanan dan frekuensi
pemakaian.
Kalibrasi harus lebih sering dilakukan untuk alat ukur yang :
·   tingkat akurasinya lebih rendah
·   lokasi pemakaian/penyimpanan yang mengakibatkan kondisi alat ukur makin
cepat memburuk.
·   lebih tinggi frekuensi pemakaiannya.
Setelah proses kalibrasi selesai dilakukan, Sertifikat atau laporan kalibrsi
diterbitkan.
2.6. Persiapan kalibrasi
Dalam suatu proses kalibrasi, terdapat enam unsur yang terlibat yaitu:

22
1.        Obyek kalibrasi yang berupa alat ukur
2.        Standar ukur
3.        Sistem kalibrasi (kalibrator)
4.        Standar dokumenter
5.        Operator kalibrasi
6.        Lingkungan yang terkondisi (ruang ukur)
 
 2.7. Ketertelusuran (traceability)
 Kemampuan telusur (traceability) sangat erat kaitannya dengan kegiatan
kalibrasi, yaitu sifat dari alat ukur dan  bahan ukur yang dapat menghubungkan
ke standar yang lebih tinggi sampai ke standar nasional dan atau internasional
yang dapat diterima sebagai system pengukuran melalui suatu mata rantai
tertentu. Secara umum semua bahan ukur, alat ukur harus tertelusur  ke
standar yang lebih tinggi akurasinya, standar-standar yang dipakai sebagi
acuan adalah sbb: 
§         Standar Kerja (Working Standard) – merupakan pembanding dari alat-alat
ukur industri berada di Lab.Kalibrasi industri-industri
§         Standar Acuan (Reference Standard) – merupakan pembanding dari
standar-standar kerja dan berada di Pusat- pusat  Kalibrasi yang
terakreditasi (KAN)
§         Standar Nasional (National Standard) – merupakan pembanding dari
pusat- pusat kalibrasi (JNK). Standar tersebut berada di Puslit KIM-LIPI,
Serpong.
§         Standar Internasional (International Standard) – merupakan pembanding
dari Institusi Metrologi Nasional (NMI) di masing-masing negara yang
dikordinasikan secara regional yang berpusat di BIPM, International
Intercomparation
2.8.   Prosedur Acuan
Prosedur acuan dapat diartikan sebagai prosedur untuk melakukan pengujian,
pengukuran dan analisis yang ditelaah dengan teliti dan dikontrol dengan ketat.
Tujuannya adalah untuk mengkaji prosedur lain untuk pekerjaan yang serupa atau
untuk menentukan sifat-sifat bahan acuan (termasuk obyek acuan) atau untuk
menentukan suatu nilai acuan. Ketidakpastian dalam hasil kerja suatu prosedur
acuan harus diperkirakan dengan memadai  dan sesuai untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
Prosedur acuan dapat digunakan:

23
1.        Memvalidasi pengukuran lain atau prosedur pengujian lain yang digunakan
untuk pekerjaan yang serupa, dan mementukan ketidakpasyiannya.
2.        Menentukan nilai acuan sifat-sifat dari suatu bahan yang dapat disusun
dalam buku panduan atau pangkalan data.atau nilai acuan yang terkandung
dalam bahan acuan atau obyek acuan.
2.9.Standardisasi (Standardisation)
Jaminan untuk kelancaran kerja bagi semua pihak dalam menyatukan pengertian
teknik antar negara yang mempunyai kepentingan bersama. Khususnya sebagai
dasar yang tepat bagi pembuatan komponen dengan sifat mampu tukar
(interchangability).
Dokument standar seperti ISO / IEC bertujuan :
1. memudahkan perdagangan internasional
2. memudahkan komunikasi teknis
3. memberikan petunjuk-petunjuk praktis pada persoalan khusus dalam bidang
teknologi bagi negara berkembang.

2.10 Alat Ukur Mekanik


Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik ,
hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat
ukur yang sering digunakan. Dalam hal ini kita akan membahas DIAL GAUGE.

DIAL GAUGE atau ada yang menyebutnya dial indicator adalah alat ukur yang
dipergunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang datar,
bidang silinder atau permukaan bulat dan kesejajaran. Konstruksi sebuah alat dial
indikator seperti terlihat pada gambar di atas, terdiri atas jam ukur (dial gauge) yang
di lengkapi dengan alat penopang seperti blok alas magnet, batang penyangga,
penjepit, dan baut penjepit.

24
CARA PEMBACAAN DAN PENGGUNAAN ALAT
Saat akan digunakan dial indikator tidak dapat digunakan sendiri, tapi memerlukan
kelengkapan seperti di atas yang harus diatur sedemikian rupa pada saat
pengukuran. Posisi dial gauge harus tegak lurus terhadap benda kerja yang akan
diukur.

Pada dial indikator terdapat 2 skala. Yang pertama skala yang besar (terdiri dari 100
strip) dan skala yang lebih kecil. Pada skala yang besar tiap stripnya bernilai
0,01mm.
Jadi ketika jarum panjang berputar 1 kali penuh maka menunjukkan pengukuran
tersebut sejauh 1 mm. Sedangkan skala yang kecil merupakan penghitung putaran dari
jarum panjang pada skala yang besar.

Sebagai contoh, jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6 strip dan jarum
pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya adalah3,06 mm.
Pengukuran ini diperoleh dari :
skala pada jarum panjang dibaca : 6 x 0,01 mm = 0,06 mm
skala pada jarum pendek dibaca : 3 x 1 mm = 3 mm
maka hasil pengukurannya adalah 0,06 mm + 3 mm = 3,06 mm.

Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke angka 0 agar lurus dengan penunjuk.

25
Penghitung putaran ukur jam berfungsi menghitung jumlah putaran penunjuk. Yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indicator adalah keadaan permukaan
benda yang akan diukur harus bersih, posisi spindel dial (ujung peraba) tegak lurus
pada permukaan komponen yang diperiksa, dan metode pengukuran yang digunakan.
Metode Pengukuran
1. Letakkan V-block di atas plat datar dan letakkan poros di atas block.
2. Sentuhkan spindel dial gauge pada permukaan poros. Aturlah tinggi dial gauge lock
sedemikian rupa sehingga menyentuh permukaan poros.
3. Putarlah poros perlahan-lahan dan temukan point pada permukaan pembacaan
paling kecil. Putarlah outer ring sampai penunjukkan pada "0".
4. Putarlah poros perlahan-lahan. Bacalah jumlah gerakan pointer.

Adapun metode pengukuran yang digunakan dial indikator adalah sebagai berikut:
(a) benda kerja yang dipindahkan, dial indikator tetap pada posisi diam.
(b) Dial indikator yang dipindahkan, benda kerja tetap pada posisi diam.
(c) Benda kerja diputar, dial indikator tetap pada posisi diam.
Cylinder Bore Gauge

Cylinder gauge adalah alat ukur yang juga menggunakan dial gauge. Cylinder
gauge sering digunakan untuk mengukur diameter silinder dan komponen lainnya
secara teliti. Dalam penggunaannya cylinder gauge tidak dapat digunakan sendiri,
tapi juga membutuhkan alat ukur lainnya, yaitu jangka sorong/vernier caliper dan
micrometer. Ketelitian alat ini adalah 0,01 mm.
Cylinder bore gauge (dial bore gage) mempunyai beberapa bagian yaitu :
dial gauge
dial gauge securing position
replacement washer

26
replacement rod
replacement rod securing thread
measuring point
Measuring point ini dapat bergerak bebas dan jumlah gerakannya ditunjukkan oleh
dial gauge. Jarak antara measuring point dan replacement rod adalah sama dengan
diameter benda yang diukur.

Cara menentukan replacement rod dan replacement washer


Untuk menentukan berapa replacement rod dan replacement washer yang akan
digunakan maka kita ukur terlebih dahulu diameter dalam silinder dengan
menggunakan vernier caliper/jangka sorong. Dari hasil pengukuran tersebut kita
bisa menentukan replacement rod dan replacement washer yang digunakan. Yang
perlu diperhatikan dari hasil pengukuran adalah bila angka di belakang koma adalah
lebih kecil dari 0,5 mm maka pembulatannya ke bawah. Namun jika angka di
belakang koma lebih besar dari 0,5 mm maka pembulatannya ke atas.
Contoh :
Hasil pengukuran dengan jangka sorong : 51,20 mm (pembulatannya 51 mm)
Maka replacement rod : 50 mm
Replacement washer : 1 mm
Hasil pengukuran dengan jangka sorong : 51,80 mm (pembulatannya 52 mm)
Replacement rod : 50 mm
Replacement washer : 2 mm

Pada saat memasang dial gauge yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Dial gauge harus dipasang pada tangkainya dalam posisi sejajar atau tegak lurus
measuring point.
Spindle dimasukkan ke dalam batangnya kira-kira setengah dari langkahnya.
Periksalah bahwa pointer dari dial gauge bergerak bila anda menekan measuring point.

Contoh penggunaan alat ukur


Ukur diameter dalam silinder dengan menggunakan jangka sorong. Baca hasilnya.
Tentukan replacement rod dan replacement washer berdasar hasil pengukuran dari
jangka sorong. Misal hasil dari pengukuran jangka sorong didapat : 91,00 mm. Maka
pilihlah replacement rod yang 90 mm dan replacement washer yang 1 mm.
Set mikrometer pada ukuran 91,00 mm. Masukan ke dalam replacement rod dan

27
measuring point ke dalam mikrometer dan dial gauge di set ”0”.
Masukkan cylinder gauge pada posisi diagonal ke dalam silinder, gerakan cylinder
gauge sampai diperoleh hasil pembacaan terkecil. Bila hasil pembacaan adalah 0,08
mm sebelum
”0”, berarti diameter silinder adalah 0,08 mm lebih besar dari 91 mm. Karena itu
diameter silinder adalah 91,08 mm (91,00 + 0,08). Namun jika hasil pembacaannya
adalah 0,08 setelah "0", berarti diameter silinder adalah 0,08 lebih kecil dari 91 mm.
Karena itu diameter silinder adalah 90,92 mm(91,00 - 0,08).

Feeler Gauge
Feerler gauge sering disebut juga dengan thickness gauge, karena memang
bentuknya seperti bilah tipis dalam ukuran yang bermacam-macam. Mulai dari 0,05
mm sampai 1 mm. Namun ada juga yang dimulai dari ukuran 0,03 mm dan 0,04 mm.

Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah di antara dua bagian. Feeler gauge
terbuat dari lembaran plat baja dengan berbagai ukuran. Pada saat akan digunakan
feeler gauge harus dalam kondisi bersih, jika tidak akan mempengaruhi hasil
pengukuran.
Contoh penggunaan feeler gauge yaitu pada pengukuran/penyetelan celah katup.
Bila ukuran tidak tersedia maka kita bisa menggabungkan beberapa bilah feeler.
Misalkan kita mau menggunakan feeler dengan ukuran 0,45 mm.

Sedangkan dalam feeler tidak tersedia ukuran tersebut maka kita bisa
menggabungkan dua buah feeler dengan ukuran 0,40 mm dan 0,05 mm. Tetapi
usahakan sedikit mungkin dalam penggabungannya.
Jika angka pada bilah tidak ada kita bisa gunakan micrometer untuk mengetahui
ukuran ketebalan bilah feeler tersebut.

28
Tes Formatif 2:
1. Tuliskan defines kalibrasi
2. Apa fungsi dari feeler gauge

Kunci Jawaban Tes Formatif 2 :


1. Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang
ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran, atau harga-
harga yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan harga yang
“sebenarnya” dari besaran yang diukur.
2. Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah di antara dua bagian.

29
KEGIATAN BELAJAR 3 : JENIS-JENIS KABEL

Tujuan Kegiatan Pembelajaran 3:


Setelah mempelajari materi pada kegiatan belajar 1, diharapkan anda dapat:
- Mengenal dan menjelaskan jenis-jenis kabel listrik

Uraian Materi 1:
Didalam keseharian yang berhubungan dengan kelistrikan kita sering
menggunakan kabel untuk instalasi listrik rumah. kita hanya mengetahui kabel
hanya untuk penghantar listrik saja. maka dalam hal ini kita akan berbagi
pengetahuan akan jenis-jenis kabel, ukuran kapasitas dan kegunaannya.
Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik
terdiri dari isolator dan konduktor.
Isolator di sini adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari
bahan thermoplastik atau thermosetting, sedangkan konduktornya terbuat dari
bahan tembaga ataupun aluminium.
Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (kemampuan
hantar arus) yang dimilikinya, sebab parameter hantaran listrik ditentukan
dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus ditentukan oleh luas
penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik
Jenis - jenis kabel listrik :
1. Kabel NYA

Digunakan dalam instalasi rumah dan sistem tenaga. Dalam instalasi rumah
digunakan kabel NYA dengan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Syarat
penandaan dari kabel NYA : berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC,
untuk instalasi luar/kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah,
kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan
karena harganya yang relatif murah. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis
sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan
mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus
dipasang dalam pipa/conduit
jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran
gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak tersentuh

30
langsung oleh orang.
`N       Kabel jenis standart dengan penghantar tembaga
Y       Isolator PVC
A       Kawat berisolasi

2. Kabel NYM

Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan system
tenaga. Kabel NYM : memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih
atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan
isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA
(harganya lebih mahal dari NYA).Kabel ini dapat dipergunakan
dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.
N      Kabel jenis standart dengan penghantar tembaga
Y      Isolator PVC
M      Berselubung PVC

3. Kabel NYY

Kabel ini dirancang untuk instalasi tetap didalam tanah yang dimana harus
tetap diberikan perlindungan khusus (misalnya duct, pipa PVC atau pipa
besi). Kabel protodur tanpa sarung logam. Instalasi bisa ditempatkan
didalam dan diluar ruangan, dalam kondisi lembab ataupun kering. memiliki
lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4.
Dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih

31
mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang
tidak disukai tikus.

4. Kabel NYAF

Kabel ini direncanakan dan direkomendasikan untuk instalasi dalam kabel


kotak distribbusi pipa atau didalam duct. Kabel NYAF merupakan jenis
kabel fleksibel dengan penghantar tembaga serabut berisolasi PVC.
Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan fleksibelitas yang
tinggi, kabel jenis ini sangat cocok untuk tempat yang mempunyai belokan-
belokan tajam. Digunakan pada lingkungan yang kering dan tidak dalam
kondisi yang lembab/basah atau terkena pengaruh cuaca secara langsung.

5. Kabel NYFGbY/NYRGbY/NYBY

Kabel ini dirancang khusus untuk instalasi tetap dalam tanah yang ditanam
langsung tanpa memerlukan perlindungan tambahan  (kecuali harus
menyeberang jalan). Pada kondisi normal kedalaman pemasangan
dibawah tanah adalah 0,8 meter.

32
6. Kabel NYCY

Kabel ini dirancang untuk jaringan listrik dengan penghantar konsentris


dalam tanah, dalam ruangan, saluran kabel dan alam terbuka. Kabel
protodur dengan dua lapis pelindung pita CU Kabel. Instalasi ini bisa
ditempatkan diluar atau didalam bangunan, baik pada kondisi lembab
maupun kering.

7. Kabel BC

Kabel ini dipilin/stranded, disatukan. Ukuran / tegangan mak = 6 – 500


mm2 / 500 V Pemakaian = saluran diatas tanah dan penghantar
pentanahan.

8. Kabel AAAC

Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campuran logam,


keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk memberi
sifat yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan aluminium
6201. AAAC mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang baik,
sehingga daya hantarnya lebih baik.

33
9. Kabel ACSR

Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari aluminium


berinti kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran Transmisi
tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, mencapai
ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu
digunakan kawat penghantar ACSR.

10. Kabel ACAR

Kabel ACAR yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan


logam campuran, sehingga kabel ini lebih kuat daripada kabel ACSR.

34
11. Kabel NYMHYO

Merupakan kabel jenis serabut dengan berintikan dua serabut. Kabel ini
biasanya digunakan untuk soundsystem, loudspeaker, virtual video.
12. Kabel NYMHY/NYYHY

Kabel tembaga berbentuk serabut dan berisolasi PVC. NYMHY umumnya


berwarna putih dan NYYHY biasanya berwarna hitam. Kabel-kabel ini
berinti lebih dari 1 kabel. Biasanya digunakan untuk instalasi didalam
rumah yang tidak permanen, karena sifatnya fleksible dan tidak mudah
patah. Kabel jenis ini khusus direkomendasikan untuk digunakan sebagai
penghubung alat-alat
rumah tangga yang sering dipindah pindah dan harus ditempat kering.
Kabel ini mempunyai isolasi plastic tahan panas. Bilamana digunakan
untuk penghubung alat pemanas, maka pada titik sambungannya antar alat
dengan kabel, temperaturnya tidak boleh lebih dari 85 derajat Celcius,
karena hal tersebut dapat membahayakan kabel itu sendiri

35
Tes Formatif 1:
1. Tuliskan jenis-jenis kabel

Kunci Jawaban Tes Formatif 1 :


4. Jenis-jenis kabel :
1. Kabel NYA
2. Kabel NYM
3. Kabel NYY
4. Kabel NYAF
5. Kabel NYFGbY/NYRGbY/NYBY
6. Kabel NYCY
7. Kabel BC
8. Kabel AAAC
9. Kabel ACSR
10. Kabel ACAR
11. Kabel NYMHYO
12. Kabel NYMHY/NYYHY

36
BAB III EVALUASI

Agar dapat menilai kemampuan siswa didik setelah menerima


pembelajaran modul ini, maka siswa didik perlu diberikan soal-soal evaluasi.

SOAL EVALUASI (TES TERTULIS) :


1. Tuliskan pengertian dari instrument pengukuran!
2. Gambarkan tiha symbol alat ukur
3. Tuliskan pengertian oscilloscope
4. Tuliskan defines kalibrasi
5. Apa fungsi dari feeler gauge
6. Betulkah bahwa kabel jenis NYA dan kabel jenis NGA keduanya bernadi
tunggal?
2
KUNCI SOAL EVALUASI :
1. Instrumen adalah sesuatu yang digunakan untuk membantu kerja indera untuk
melakukan proses pengukuran.
2.
V

3. Oscilloscope adalah alat ukur elektronik, digunakan untuk melihat bentuk


gelombang dari tegangan, harga-harga momen tegangan dalam bentuk sinus
maupun bukan sinus.
4. Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan
oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran, atau harga-harga yang
diabadikan pada suatu bahan ukur dengan harga yang “sebenarnya” dari
besaran yang diukur.
5. Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah di antara dua bagian
6. Kabel NGA dan kabel NYA sama-sama kabel bernadi satu (tunggal).

Catatan: siswa dinyatakan berhasil, jika memperoleh nilai akhir 7,0.

37
BAB IV
PENUTUP

Upaya menyiapkan tenaga menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan akan


tenaga pelaksana di bengkel atau di industri, dalam kenyataannya sekarang ini sangat
dipengaruhi oleh persaingan yang sangat ketat baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Karena setiap pengusaha akan bersaing dalam kualitas produksinya yang
dilaksanakan sehingga menghasilkan barang berdasarkan kebutuhan pasar dengan
harga yang bersaing.
Dalam hal ini maka untuk menjawab tantangan tersebut setiap orang yang akan
terlibat di dalam proses produksi harus mampu dan mempunyai KOMPETENSI yang
dikuasai, diakui, sedangkan untuk memperoleh kompetensi tersebut harus melalui
pendidikan dan pelatihan di institusi/sekolah kejuruan .
Salah satu perangkat pembelajaran diklat kompetensi adalah buku MODUL, yang
diharapkan dengan mempelajari buku modul ini peserta didik/siswa akan dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang harus dikuasai untuk mengikuti UJI
KOMPETENSI yang dikukuhkan dengan suatu sertifikat kompetensi sebagai pengakuan
atas kompetensi yang dikuasai peserta didik/sisiwa.
Semoga buku modul ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. F. Suyatmo, “Tehnik Listrik Instalasi Penerangan”, 1985, Bandung:


Alumni.

2. Instalasi Listrik Arus Kuat 1, P. Van Harten, Ir. E. Setiawan.

3. Instalasi Tjahaya dan Tenaga djilid A. Moh. Hidayat.

4. P. Van. Harten, Ir. E. Setiawan, “Instalasi Listrik Arus Kuat 1”, Bandung:
Binacipta 1981.

5. Petunjuk Praktek Listrik 1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,


Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1979.

6. Supaat, “Dasar-dasar Instalasi Listrik”, Jakarta, 1996.

7. Tim Kurikulum SMK Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, “Menyambung


dan Mencabang Kabel”, Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2003.

39
40

Anda mungkin juga menyukai