Anda di halaman 1dari 378

Prediksi UKMPPD

Periode
51
Seorang anak perempuan usia 16 tahun diantar oleh ibunya ke dokter dengan keluhan
belum pernah menstruasi. Kakak perempuannya menstruasi pada usia 12 tahun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan BB 42 kg, TB 127 cm. Pasien mengaku tidak sedang stress
atau diet. Pertumbuhan payudara dan rambut pubis sesuai dengan Tanner 1.
Pemeriksaan lain dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk
kasus ini adalah...
A. Kadar estrogen
B. Kadar progesteron
C. FSH
D. Prolaktin
E. GH
Jawaban

C. FSH
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang?
– Anak perempuan 16 tahun
• Belum pernah menstruasi
• Kakak perempuannya menstruasi pada usia 12 tahun
• Pasien mengaku tidak sedang stress atau diet

– BB 42 kg,TB 127 cm
– Payudara dan rambut pubis sesuai dengan Tanner 1
– Pemeriksaan lain dalam batas normal
• Amenorrhea primer tanpa perkembangan seks sekunder
A. Kadar estrogen

B. Kadar progesteron

C. FSH

D. Prolaktin

E. GH
52
Laki-laki 54 tahun, seorang perokok dengan badan obesitas, datang untuk
kontrol kolesterol. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan LDL 165 mg/dL,
TG 516 mg/dL, HDL 34 mg/dL, dan kolesterol >200 mg/dL. Skor Framingham
16%. Target terapi farmakologis yang tepat untuk pasien ini adalah...
A. Statin dengan target penurunan LDL <30
B. Statin dengan target penurunan LDL <70
C. Statin dengan target penurunan LDL <100
D. Statin dengan target penurunan LDL <130
E. Statin dengan target penurunan LDL <160
Jawaban

D. Statin dengan target


penurunan LDL <130
Terapi yan tepat?
• Laki-laki 54 tahun
– Perokok badan obesitas
– Kontrol kolesterol

• LDL 165 mg/dL, TG 516 mg/dL, HDL 34 mg/dL,


dan kolesterol >200 mg/dL, SRF 16%
Kadar Normal Kolesterol dan
Trigliserida
Kolesterol total (mg/dL) Trigliserida
• <200  ideal • <150 mg/dL  normal
• 200–239  batas tinggi • 150–199 mg/dL  batas tinggi
• ≥240  tinggi • 200–499 mg/dL  tinggi
• ≥500 mg/dL  sangat tinggi
Kolesterol LDL (mg/dL)
• <100  optimal Kolesterol HDL (mg/dL)
• 100–129  mendekati/ di atas optimal • <40 mg/dL  rendah
• 130–159  batas tinggi • ≥60 mg/dL  tinggi
• 160–189  tinggi
• ≥190  sangat tinggi
Dislipidemia
• Definisi • Faktor risiko
– Kelainan metabolisme lipid – Laki-laki >45 tahun, wanita
 peningkatan/penurunan >55 tahun
satu atau lebih fraksi lipid – Riwayat keluarga PJK dini
darah (ayah <55 tahun, ibu <65
• Kolesterol total tinggi tahun)
• Kolesterol LDL tinggi
– Merokok
• Trigliserida tinggi
– Hipertensi
• Kolesterol HDL rendah
– HDL rendah (<40 mg/dL)
Obat Hipolipidemik
Golongan Cara Kerja Jenis
• Menghambat sintesis • Simvastatin 20-80 mg
kolesterol di hepar • Lovastatin 20-80 mg
Statin • Inhibitor reduktase HMG- • Pravastatin 20-80 mg
CoA • Fluvastatin 20-80 mg
• Atorvastatin 10-80 mg
Meningkatkan aktivitas • Gemfibrozil 2 x 600 mg
Asam fibrat lipoprotein lipase • Fenofibrat 1 x 200 mg
• Clofibrat 2 x 1000 mg
Menurunkan produksi VLDL • Kristalin 1.5-3 g
Asam nikotinat • Sustained-release 1-2 g
• Extended-release 1-2 g
Menghambat resirkulasi • Kolestiramin 4-16 g
Resin entero-hepatik • Kolestipol 5-20 g
• Kolesevelam 2.6-3.8 g
Penghambat absorbsi Menghambat absorbsi • Ezetimibe
kolesterol kolesterol
Alur PERKENI ATP-III
Skor Risiko Framingham (SRF)
Target Terapi

Tingkat Risiko LDL

PJK dan risiko PJK ekuivalen <100 mg/dL

Faktor risiko (2+) <130 mg/dL*

<160 mg/dL
Faktor risiko 0–1
A. Statin dengan target penurunan LDL <30

B. Statin dengan target penurunan LDL <70

C. Statin dengan target penurunan LDL <100

D. Statin dengan target penurunan LDL <130

E. Statin dengan target penurunan LDL <160


53
Perempuan usia 50 tahun datang ke poliklinik mengeluhkan pusing berputar,
sering kesemutan, dan kebas pada kedua ekstremitas. Sebelumnya pasien
menjalani ekstraksi gigi dengan pembiusan lokal menggunakan nitrous oxide.
Apakah jenis defisiensi yang terjadi pada pasien tersebut?
A. Asam folat
B. Vitamin B12
C. Ferritin
D. Zinc
E. Kalsium
Jawaban

B. Vitamin B12
Pembahasan
Defisiensi?
• Perempuan 50 tahun
– Pasca ekstraksi gigi dengan pembiusan lokal
menggunakan Nitrous Oxide
– Pusing berputar
– Sering kesemutan
– Kebas pada kedua ekstremitas  gejala neurologis
Akibat Defisiensi Vitamin
Jenis Vitamin Akibat Defisiensi
Vitamin A Rabun senja, xeroftalmia, dan keratomalasia
Vitamin B1 (thiamine) Beriberi dan sindrom Wernicke-Korsakoff
Vitamin B2 (riboflavin) Ariboflavinosis
Vitamin B3 (niacin) Pellagra
Vitamin B5 (asam pantothenic) Parestesia kronis
Vitamin B7 (biotin) Gangguan fertilitas dan gangguan
pertumbuhan rambut/kulit
Vitamin B9 (folate) Neural tube defect
Vitamin B12 (cobalamin) Anemia pernicious, anemia
megaloblastik, gabungan degenerasi
korda spinalis subakut, dan asidemia
metilmalonik
Akibat Defisiensi Vitamin
Jenis Vitamin Akibat Defisiensi
Vitamin C (asam askorbat) Lemah, berat badan turun, pegal dan
nyeri seluruh tubuh. Jangka panjang
 scurvy
Vitamin D (cholecalciferol) Rickets (rakhitis)
Vitamin E Gangguan saraf
Vitamin K (phylloquinone atau Gangguan koagulasi
menaquinone)
Nitrous Oxide (N2O)

• Gas N2O digunakan sebagai anestesi karena


memiliki efek euforia, ansiolitik, dan analgesik.

• Memiliki efek neurotoksisitas dan bisa


menyebabkan penurunan kadar vitamin
B12.
Pilihan Lain
• Defisiensi asam folat :
– Atrophic glossitis dan depresi, neural tube defect pada janin jika ibunya
kekurangan asam folat saat hamil.
• Defisiensi feritin :
– Anemia defisiensi besi, pertumbuhan terhambat
• Defisiensi zinc :
– Retardasi pertumbuhan, penurunan kemampuan menghidu dan mengecap,
diare, failure to thrive, atrofi gonad.
• Defisiensi kalsium :
– Penurunan massa tuang, osteoporosis
A. Asam folat
B. Vitamin B12
C. Ferritin
D. Zinc
E. Kalsium
54
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di ibu jari kaki. Jempol
kaki tampak bengkak dan memerah. Riwayat trauma (-). Pada
pemeriksaan didapatkan kadar asam urat 10 mg/dL. Tatalakasana
yang tepat untuk kasus ini adalah...
A. Allopurinol
B. Ibuprofen
C. Deksametason
D. Parasetamol
E. Simvastatin
Jawaban

B. Ibuprofen
Pembahasan
Tatalaksana ?
• Benjolan di ibu jari kaki
– Predileksi gout

• Jempol kaki tampak bengkak dan memerah, riwayat


trauma (-)  gout
• Kadar asam urat 10 mg/dL  hiperurisemia
– Arthritis gout
Hiperurisemia dan Gout

• Hiperurisemia
– Kondisi tingginya kadar asam urat di dalam darah
(>7 mg/dL) (Permenkes No. 5)

• Gout/Pirai
– Suatu radang sendi yang disebabkan oleh
penumpukan kristal asam urat
Manifestasi Klinis Hiperurisemia
• Monoarthritis
– Nyeri hebat + tanda inflamasi lainnya
– Pada keadaan kronis  ditemukan tophus
pada heliks/antiheliks telinga, permukaan ulnar
lengan bawah, atau bursa olekranon
• Urolithiasis  deposit kristal asam urat di
saluran kemih
– Gejala tergantung posisi deposit batu
Tatalaksana
• Hiperurisemia
– Non-farmakologis  perubahan pola diet, mengurangi
alkohol, olahraga rutin
– Farmakologis (pada pasien simtomatik) 
• Urikosurik  probenecid 2 x 250 mg
• Inhibitor xanthin-oksidase  allopurinol 1 x 100-300 mg

• Arthritis gout
– Analgesik  indomethacin dan OAINS lainnya
Pilihan Lain
• Allopurinol  bila diberikan saat serangan dapat
menyebabkan rebound, kecuali jika pasien sudah
mengkonsumsi allopurinol rutin sebelumnya, maka
allopurinol dapat dilanjutkan
• Deksametason  baru digunakan jika tidak responsif
terhadap OAINS
• Parasetamol  efek analgesik di bawah Ibuprofen
• Simvastatin  untuk hiperkolesterolemia
A. Allopurinol

B. Ibuprofen

C. Deksametason

D. Parasetamol

E. Simvastatin
55
Perempuan usia 53 tahun mengeluh sudah tidak menstruasi sejak 5
bulan yang lalu. Pasien mudah marah, muka terasa panas dan merah.
Dokter mendiagnosisnya dengan sindroma menopause. Apa tata
laksana yang dapat diberikan untuk pasien ini?
A. Terapi testosteron
B. Terapi growth hormone
C. Terapi GNRH
D. Estrogen replacement therapy
E. Progesteron replacement therapy
Jawaban

D. Estrogen replacement
therapy
Pembahasan

Tata laksana?

• Perempuan 53 tahun
– Tidak menstruasi sejak 5 bulan yang lalu

– Mudah marah, muka terasa panas dan merah


• Menopause
Menopause
• Menopause didefinisikan sebagai amenorea selama 12 bulan
berturut-turut tanpa adanya keadaan patologis yang mendasari
• Menjelang menopaus, siklus menstruasi mulai ireguler disebabkan
oleh menurunnya jumlah oosit yang merespon terhadap
stimulasi LH dan FSH. Dengan demikian, anovulasi pun semakin
sering terjadi
• Karena sedikitnya sel telur pula, produksi estrogen semakin
berkurang. Hal ini yang memicu peningkatan LH dan FSH

Blueprint Obstetrics and Gynecology


Hormon Lainnya: Androstenedion
• Adalah salah satu hormon androgen yang disekresikan oleh
kelenjar adrenal dan ovarium
• Ketika menopaus, ovarium berhenti memproduksi hormon ini,
sehingga hormon yang bersirkulasi adalah produksi tunggal dari
kelenjar adrenal

https://www.gfmer.ch/Books/bookmp/33.htm
Efek Menopaus terhadap Organ Lain

Blueprint Obstetrics and Gynecology


Terapi

• Menopause tidak perlu diterapi, karena


memang merupakan proses fisiologis

• Terapi ditujukan untuk mengurangi gejala yang


membuat pasien tidak nyaman
– Terapi hormon estrogen
A. Terapi testosteron

B. Terapi growth hormone

C. Terapi GNRH

D. Estrogen replacement therapy

E. Progesteron replacement therapy


56
Laki-laki usia 35 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan kesadaran 1 jam yg lalu,
disertai mual muntah. Dari anamnesis didapatka ada riwayat gangguan perkembangan
seksual sejak remaja. Tekanan darah 80/50 mmHg, frekuensi nadi 130 kali/menit,
frekuensi napas 32 kali/menit, dan suhu 37 C. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
hiponatremia, hiperkalemia, dan penurunan AM kortisol. Tata laksana untuk pasien
adalah...
A. Infus albumin
B. NaCl 0,9% IV
C. D10% IV
D. Dextran IV
E. Natrium bikarbonat IV
Jawaban

B. NaCl 0,9% IV
Pembahasan
Tata laksana?
• Laki-laki 35 tahun
– Penurunan kesadaran 1 jam yang lalu
– Mual muntah
– Riwayat gangguan perkembangan seksual sejak remaja
• Tekanan darah 80/50 mmHg, frekuensi nadi 130 kali/menit, frekuensi
napas 32 kali/menit, dan suhu 37 C  syok, tangani
kedaruratan!
• Hiponatremia, hiperkalemia, dan penurunan AM kortisol
Insufisiensi Adrenal
Krisis Adrenal Akut

• Kondisi gawat darurat!

• Tidak cukup kortisol akibat: kelenjar adrenal


rusak (misal pada penyakit Addison) atau
kelenjat pituitari rusak (tidak bisa melepaskan
ACTH)
Gejala Krisis Adrenal
• Penurunan kesadaran/pusing/lelah

• Hipotensi (Syok)

• Dehidrasi

• Nyeri perut/nyeri kepala

• Demam

• Takikardia

• Takipneu

• Mual, muntah

Intinya gejala yang lebih parah daripada penyakit Addison!


Tatalaksana Awal Krisis Adrenal

• Segera! Injeksi hidrokortison IV atau IM

• Monitor TTV

• Rujuk segera setelah stabil


Membedakan dengan Penyakit Addison
Addison: Insufisiensi adrenokortikal autoimun
akibat Korteks adrenal rusak

PATOFISIOLOGI:
Pigmentasi kulit
❖ ACTH berlebihan di melanosit 
melanin ↑
Perempuan: tidak ada rambut
aksila/pubis
❖ androstenedione↓
A. Infus albumin

B. NaCl 0,9% IV

C. D10% IV

D. Dextran IV

E. Natrium bikarbonat IV
57
Laki-laki usia 44 tahun datang ke dokter dengan keluhan sering kesemutan di
ujung-ujung jari tangan dan kaki. Pasien didiagnosis diabetes melitus sejak 10
tahun. Pasien merasa tidak nyaman dan ingin keluhannya diatasi. Tatalaksana
yang paling tepat untuk pasien ini adalah...
A. Ibuprofen 3x400mg PO dosis dinaikkan bertahap
B. Ibuprofen 3x800mg PO dosis dinaikkan bertahap
C. Amitriptilin 1x25mg PO dosis dinaikkan bertahap
D. Amitriptilin 1x150mg PO dosis dinaikkan bertahap
E. Lithium 3x30mg PO dosis dinaikkan bertahap
Jawaban

C. Amitriptilin 1x25mg PO
dosis dinaikkan bertahap
Pembagian Neuropati DM

• Peripheral symmetric distal polyneuropathy

• Asymmetric mononeuropathy (bisa juga hanya


mononeuropati)

• Autonomic neuropathy
Peripheral Symmetric Distal
Polyneuropathy
• Gejala sensorik akan lebih dominan dibandingkan
motorik
• Paling sering dialami oleh pasien diabetes dan disebut
sebagai polineuropati.
• Gejala yang paling sering adalah nyeri, numbness, tingling,
paresthesia. Biasanya pada soal akan terbahas bahwa pasien
seperti menggunakan kaus kaki atau kaus tangan (Stocking-
glove phenomenon)
Asymmetric Mononeuropathy

• Hampir sama seperti polineuropati simetri


namun hanya pada satu saraf, seperti pada
pergelangan tangan (seperti CTS), siku, atau
kaki (misalkan satu foot drop)
Autonomic Neuropathy

• Sesuai dengan namanya  neuropati yang


menyerang sistem saraf otonom

• Biasanya yang disering adalah kardiovaskular,


gastrointestinal, genitourinari, dan pengaturan
otonom lainnya
Tatalaksana
Medikamentosa Nonmedikamentosa :
• NSAID  nyeri muskuloskeletal, • Edukasi  perawatan kaki teliti
neuroartropati • Splint
• Antidepresan trisiklik  • TENS
amitriptilin, imipramin
• Antikonvulsan  karbamasepin,
gabapentinoid
• Antiaritmik  meksiletin
• Topikal  krim kapsaisin
• Blok saraf lokal
• Kontrol glukosa
A. Ibuprofen 3x400mg PO dosis dinaikkan bertahap

B. Ibuprofen 3x800mg PO dosis dinaikkan bertahap

C. Amitriptilin 1x25mg PO dosis dinaikkan


bertahap

D. Amitriptilin 1x150mg PO dosis dinaikkan bertahap

E. Lithium 3x30mg PO dosis dinaikkan bertahap


58
Laki-laki usia 43 tahun mengeluh kaku pada leher, bahu, dan pergelangan tangan pada
pagi hari selama 1 jam. Pasien sulit untuk bangun dari tidur. Pemeriksaan fisik: ROM
terbatas karena nyeri, edema (+), dan kemerahan (+) pada sendi PIP dan MCP bilateral.
Dari pemeriksaan lab didapatkan anti CCP (+). Pasien memiliki riwayat maag. Dari
pilihan obat berikut, tatalaksana yang paling tepat adalah...
A. Kortikosteroid PO
B. Celecoxib PO
C. Morfin PO
D. Tramadol PO
E. Parasetamol PO
Jawaban

B. Celecoxib PO
Pembahasan
Tata laksana yang tepat?
• Laki-laki 43 tahun
– Kaku pada leher, bahu, dan pergelangan tangan pada pagi hari
selama 1 jam
– Ada riwayat maag
• Pemeriksaan fisik  ROM terbatas karena nyeri, edema (+),
dan kemerahan (+) pada sendi PIP dan MCP bilateral
• Anti CCP (+)  RA
Pendekatan Kelainan Sendi
Akut <6 Kronik >6
minggu minggu
Tidak ada tanda
Gout,
inflamasi
Pseudogout
• Osteoarthritis

Septic Ada tanda


arthritis inflamasi
• SLE
Reactive • Rheumatoid
arthritis arthritis
Rheumatoid Arthritis

• Penyakit autoimun

• Gejala

– Melibatkan banyak sendi dan


simetris

– Sendi bengkak, nyeri, teraba hangat

– Kaku di pagi hari >1 jam

– Komplikasi: terjadi deformitas


berupa swan neck atau
boutonniere, deviasi ulnar
Terapi

• NSAID
– Non-selektif  ibuprofen, Na-diklofenak

– Selektif: meloksikam

• Steroid: prednison atau metilprednisolon dosis


rendah
Pilihan Lain

• Kortikosteroid PO  iritasi lambung

• Morfin PO  terlalu poten

• Tramadol PO  opioid

• Parasetamol PO  kurang poten


A. Kortikosteroid PO

B. Celecoxib PO

C. Morfin PO

D. Tramadol PO

E. Parasetamol PO
59
Perempuan usia 32 tahun datang dengan keluhanbenjolan di leher sejak 2
bulan disertai dada berebar-debar dan Berkeringat. Nafsu makan baik tetapi BB
turun 5 kg. Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T1, nodul soliter berbatas tegas,
dan bruit (-). Apa hasil laboratorium hormon tiroid yang didapatkan?
A. T4 meningkat dan TSH meningkat
B. T4 meningkat dan TSH menurun
C. T3 dan T4 meningkat
D. T3 turun dan T4 meningkat
E. T3, FT3, dan T4 turun, TSH meningkat
Jawaban

B. T4 meningkat dan TSH


menurun
Pembahasan
Hasil laboratorium tiroid?

• Perempuan 32 tahun
– Benjolan di leher sejak 2 bulan

– Keluhan berdebar-debar, berkeringat, berat badan turun 5 kg

• Tanda hipertiroidisme

• Pemeriksaan fisik
– Nodul soliter berbatas tegas tanpa bruit

• Diagnosis
– Goiter toksik difus paling sering Grave’s Disease (perempuan>laki-laki)

– Merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan peningkatan sekresi hormon tiroid dari kelenjar
tiroid

– Lab :T4 meningkat,TSH turun (karena umpan balik negatif)


Pilihan Lain
• T4 dan TSH meningkat
– Hipertiroidisme akibat gangguan sentral  adenoma hipofisis
• T3 dan T4 meningkat
– Benar, namun tidak dapat mendiagnosis etiologi hipertiroidisme
• T3 turun,T4 meningkat
– Dalam kondisi normal kadar T4 > T3. Pilihan ini menandakan hipertiroi
disme
• T3 dan T4 turun, TSH meningkat
– Hipotiroidisme primer
A. T4 dan TSH meningkat

B. T4 meningkat,TSH turun

C. T3 dan T4 meningkat

D. T3 turun,T4 meningkat

E. T3 dan T4 turun, TSH meningkat


60
Laki-laki usia 60 tahun mengeluh adanya luka pada tungkai bawah yang muncul
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien menderita DM sejak 20 tahun lalu dan berobat
dengan glibenklamid 5 mg 1 kali sehari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
ulkus pada medial kruris distal ukuran 2x1cm. Apakah tindakan
selanjutnya pada pasien tersebut?
A. Naikkan dosis glibenklamid
B. Ganti obat dengan metformin
C. Tambahkan metrformin
D. Tambahkan acarbose
E. Ganti pengobatan dengan insulin
Jawaban

E. Ganti pengobatan dengan


insulin
Pembahasan
• Laki-laki 60 tahun
– Luka pada tungkai bawah sejak 2 minggu yang lalu.
– Menderita DM sejak 20 tahun, berobat dengan
glibenklamid 5 mg 1 kali sehari

• Ulkus pada medial kruris distal ukuran 2x1cm


– Ada stres metabolik tambahan pada pasien DM 
ganti dengan insulin
Indikasi Insulin Pasien DMT2
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Ketoasidosis diabetik
• Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
• Hiperglikemia dengan asidosis laktat
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
• Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
A. Naikkan dosis glibenklamid

B. Ganti obat dengan metformin

C. Tambahkan metrformin

D. Tambahkan acarbose

E. Ganti pengobatan dengan insulin


61
Seorang perempuan G1P0A0 hamil 28 minggu, datang dengan keluhan
keluar bercak darah berwarna coklat sedikit dari jalan lahir, disertai
terasa nyeri pada perut. Tanda vital dalam batas normal, DJJ (-).
Apakah diagnosis yang tepat?
A. Plasenta previa
B. Abrupsio plasenta
C. Vasa previa
D. Abortus iminens
E. Sisa plasenta
Jawaban

B. Abrupsio plasenta
Pembahasan
Diagnosis?

• G1P0A0 hamil 28 minggu


– Bercak darah berwarna coklat sedikit dari jalan lahir

– Nyeri pada perut

– Tanda vital dalam batas normal, DJJ (-)


• Tanda solusio plasentae
Solusio Plasenta
• Perdarahan warna kehitaman
• Nyeri perut
• Gejala anemia atau syok, meskipun darah yang
keluar sedikit
• Uterus tegang
• DJJ  hilang, bradikardia atau hipotensi
Tata Laksana
• Atasi syok dan rujuk
• Di RS sekunder
– Syok atau perdarahan hebat
• Pembukaan lengkap  persalinan pervaginam
• Pembukaan tidak lengkap  SC

– Tidak ada syok


• DJJ normal  SC
• DJJ tidak ada  persalinan pervaginam atau SC
• DJJ abnormal  persalinan pervaginam, jika tidak bisa SC
Solusio Plasenta vs Plasenta Previa

Solusio Plasenta Plasenta Previa

• Nyeri • Tidak nyeri


• Darah kehitaman • Darah merah segar
• Perdarahan sedikit, tapi tidak • Perdarahan banyak, sesuai
sesuai klinis klinis
• Dapat terjadi syok • Biasanya tidak sampai syok
• Kemungkinan janin tidak • Kemungkinan janin selamat
selamat
Solusio Plasenta vs Plasenta Previa
Pilihan Lain

• Plasenta previa  perdarahan merah segar

• Vasa previa  tali pusar menutupi jalan lahir

• Abortus iminens  usia kehamilan <20


minggu

• Sisa plasenta  HPP


A. Plasenta previa

B. Abrupsio plasenta

C. Vasa previa

D. Abortus iminens

E. Sisa plasenta
62
Perempuan usia 55 tahun datang dengan keluhan keluar lendir dari kemaluan
berwarna putih kekuningan sejak 7 hari. Pasien memiliki riwayat servisitis.
Tanda vital dalam batas normal, pada pemeriksaan inspekulo di temukan massa
berbenjol-benjol di serviks. Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk
kasus ini adalah...
A. USG
B. MRI
C. CT-scan
D. PAP smear
E. Kolposkopi
Jawaban

E. Kolposkopi
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang?
• Perempuan 55 tahun
– Keluar lendir dari kemaluan putih kekuningan sejak 7
hari
– Riwayat servisitis
– Tanda vital dalam batas normal

• Inspekulo  massa berbenjol-benjol di serviks


Tumor Maligna Serviks Uteri
• Keganasan dari serviks uteri
• Tipe :
A. Karsinoma Serviks
• Squamous Cell Carcinoma (SCC) -- 91%
• Adenocarcinoma
• Adenosquamous carcinoma
• Adenoacanthoma

B. Sarcoma
Tumor Maligna Serviks Uteri
• Etiologi  infeksi HPV tipe 16 ; 18 ; 45 ; 56
• Faktor resiko
– Pernikahan dini, aktifitas seksual usia dini ( <18 th)
– Promiskuitas
– Riwayat infeksi pada genitalia
– Multiparitas
– Perokok
– Status sosial/ekonomi
Squamo-Columnar Junction
• Zona transformasi antara epitel vagina (squamous) dan dinding
serviks (columnar)
• Tempat tersering terjadi dysplasia epitel
• Rentan terhadap infeksi virus, perubahan pH vagina dan fluktuasi
level estrogen
– Estrogen ⬆ ---- epitel kolumnar makin ‘bergerak’ keluar serviks
– Estrogen ⬇ ---- epitel kolumnar makin ‘bergerak’ masuk kembali ke
kanalis endoserviks
Tanda Klinis :
• Nodul, ulkus, erosi serviks (thp lanjut 
crater-shaped ulcer yg rapuh)
• Pendarahan
• Mobilitas serviks tergantung keparahan
(lunak  keras)
Screening
IVA

Pap Smear
Rekomendasi Screening

Keluhan Lesi Anatomis Rekomendasi

- - IVA

+ - Pap Smear

+ + Biopsi
Terapi
Cryotheraphy

Histerektomi
LEEP
A. USG

B. MRI

C. CT-scan

D. PAP smear

E. Kolposkopi
63
Seorang perempuan usia 19 tahun mengeluh terlambat haid.
Saat diperiksa, fundus uteri teraba setinggi pusat. Berapa
perkiraan usia kehamilannya?
A. 14 minggu
B. 16 minggu
C. 20 minggu
D. 22 minggu
E. 24 minggu
Jawaban

D. 22 minggu
Pembahasan

Usia kehamilan?

• Perempuan 19 tahun
– Terlambat haid

– Fundus uteri setinggi pusat


Perkiraan Usia Gestasi dengan TFU
• Dilakukan bersamaan dengan
leopold 1
• TFU normal untuk usia kehamilan
20-36 dapat diperkirakan dengan
rumus:
Usia kehamilan dalam minggu + 2 cm

• Dalam kasus ini, perkiraan usia


kehamilan = 8-9 minggu
• TFU: 2 jari di atas simfisis 
perkiraan usia kehamilan 12 minggu
A. 14 minggu

B. 16 minggu

C. 20 minggu

D. 22 minggu

E. 24 minggu
64
Perempuan usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada payudara kiri.
Pasien mengaku puting lecet dan nyeri sejak 3 hari. Sebelumnya demam dan menggigil.
Saat ini sedang menyusui anaknya yang berusia 3 minggu.TD 120/80 mmHg, HR 80
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 39 C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan payudara
bengkak dan kemerahan. Penyebab kondisi pasien ini adalah...

A. Staphylococcus aureus

B. Streptococcus beta hemolitik

C. Lactobacillus sp.

D. Mycobacterium tuberculosis

E. Pseudomonas sp.
Jawaban

A. Staphylococcus aureus
Pembahasan
Etiologi?
• Perempuan 30 tahun
– Nyeri dan bengkak payudara kiri
– Puting lecet dan nyeri sejak 3 hari
– Sebelumnya demam dan menggigil
– Menyusui anaknya usia 3 minggu
• TD 120/80 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 39 C.
• Payudara bengkak dan kemerahan  abses payudara
Abses Payudara
• Klasifikasi:

– Berhubungan dengan laktasi: Staphylococcus aureus

– Tidak berhubungan dengan laktasi: kista sebasea, hidradenitis supurativa, dll.

• Gejala

– Payudara bengkak, eritema

– Riwayat infeksi payudara

– Gejala penyerta: demam, mual-muntah, discharge

– Tipe laktasi : Riwayat menyusui

– Tipe non-laktasi: Kebersihan kurang dan DM

• Tingkat kompetensi SKDI: 2 = hanya diagnosis

• Tatalaksana: drainase
Permasalahan Dalam Masa Laktasi
Mastalgia
• Nyeri pada payudara  Teruskan ASI

Mastitis
• Ada tanda inflamasi: edema, eritema, hangat, nyeri. Kadang
ditemukan luka. Jika tidak ditatalaksana, dapat menjadi abses
• Teruskan ASI, antibiotik Kloksasilin 4x500 ATAU
Eritromisin 2x250 (10-14 hari), antinyeri Parasetamol 3x500
mg
Abses Payudara
• Muncul benjolan dengan pus, eritema, nyeri
•  Teruskan ASI, Rujuk untuk insisi dan drainase
A. Staphylococcus aureus

B. Streptococcus beta hemolitik

C. Lactobacillus sp.

D. Mycobacterium tuberculosis

E. Pseudomonas sp.
65
Perempuan usia 27 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan terasa
kencang-kencang seperti ingin melahirkan. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan serviks 9cm, teraba orbita, hidung, mulut, dan
dagu posterior. Tatalaksana pada pasien ini adalah...
A. SC
B. Persalinan pervaginam
C. Ekstraksi vakum
D. Ekstraksi forceps
E. Perasat McRobert
Jawaban

A. SC
Pembahasan
Tata laksana?
• Perempuan 27 tahun
– Terasa kencang-kencang seperti ingin melahirkan

• Pembukaan serviks 9 cm, teraba orbita, hidung,


mulut, dan dagu  presentasi wajah, dagu
posterior
Malpresentasi
Wajah
Dahi • Dagu anterior
• Dagu posterior

Bokong
• Murni Majemuk (>1
• Sempurna
• Tidak sempurna
posisi)
(bokong-kaki)

Bahu/lintang
Tatalaksana Malpresentasi
Bahu/
Dahi Wajah Bokong Majemuk
lintang
SC Dagu posterior  SC SC Coba versi
SC luar
Dagu anterior Pervaginam • Pervaginam SC
• Bukaan lengkap diperbolehkan jika: diperbolehka jika versi luar
 pervaginam • Bokong sempurna n jika bayi tidak berhasil
atau murni tanpa
• Kalau penurunan diperkirakan
penyulit
kepala belum kecil atau
• Bayi diperkirakan
lancar bantu kecil atau tidak mati
forceps mungkin selamat • Coba untuk
• Kepala fleksi reposisi

Pada usaha persalinan pervaginam, apabila terdapat distres janin  SC


A. SC

B. Persalinan pervaginam

C. Ekstraksi vakum

D. Ekstraksi forceps

E. Perasat McRobert
66
Perempuan pasca melahirkan, ditemukan robekan jalan lahir yang
mengenai mukosa vagina, diafragma urogenital, tanpa mengenai
m.sphincter ani interna. Diagnosis pasien ini adalah...
A. Ruptur perineum grade I
B. Ruptur perineum grade II
C. Ruptur perineum grade IIIA
D. Ruptur perineum grade IIIB
E. Ruptur perineum grade IV
Jawaban

B. Ruptur perineum grade II


Pembahasan

Diagnosis?

• Perempuan pasca melahirkan


– Robekan jalan lahir

– Mukosa vagina, diafragma urogenital

– Tanpa mengenai m.sphincter ani interna


Ruptur Perineum
Derajat Keterangan

1 Hanya mengenai epitel vagina atau kulit perineum

2 Melibatkan otot perineum

3 Kerusakan sfingter ani:


3A <50% sfingter ani eksterna
3B >50% sfingter ani eksterna
3C Sfingter ani interna

4 Sudah mengenai epitel anus


A. Ruptur perineum grade I

B. Ruptur perineum grade II

C. Ruptur perineum grade IIIA

D. Ruptur perineum grade IIIB

E. Ruptur perineum grade IV


67
Perempuan 31 tahun mengeluh rasa tidak nyaman pada area
kemaluan. Pada pemeriksaan tampak massa bertangkai dan bulat,
permukaan licin, porsio licin. Diagnosis pasien ini adalah...

A. Kista Nabothi

B. Kita Gardner

C. Polip servikal

D. Kista Bartholin

E. Mioma Geburt
Jawaban

C. Polip servikal
Pembahasan

Diagnosis?

• Perempuan 31 tahun
– Tidak nyaman area kemaluan

• Massa bertangkai dan bulat, permukaan licin,


porsio licin  khas polip
Polip Vagina
• Dapat berupa polip serviks
dan polip endometrium
• Massa cherry-red, reddish
purple, grayish white
• Asimptomatik, namun kadang
dapat menimbulkan gejala
seperti:
– Duh tubuh
– Perdarahan abnormal
– Infertilitas
A. Kista Nabothi

B. Kita Gardner

C. Polip servikal

D. Kista Bartholin

E. Mioma Geburt
68
Perempuan usia 23 tahun G2A0 datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan.
Pasien menyatakan sudah tidak menstruasi sejak 3 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien
mengatakan pernah keluar perdarahan dengan terdapat gumpalan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pada inspekulo ditemukan portio
tertutup dan perdarahan mulai berkurang. Diagnosis pasien ini adalah...

A. Abortus komplit

B. Abortus iminens

C. Abortus insipiens

D. Abortus inkomplit

E. Blighted ovum
Jawaban

A. Abortus komplit
Pembahasan
Diagnosis?
• Wanita 23 tahun G2A0
– Keluar darah dari kemaluan
– Menstruasi terakhir 3 bulan yang lalu
– Riwayat gumpalan (+)
• PF
– Portio tertutup dan perdarahan mulai berkurang
• Perdarahan antepartum muda  ada gumpalan  abortus
Abortus
Jenis Perdarahan Nyeri Serviks Jaringan/janin Uterus
perut
Abortus Sedikit Sedang Tertutup Tidak ada Sesuai usia
iminens/an ekspulsi kehamilan
caman jaringan
Abortus Banyak Hebat Terbuka Tidak ada Sesuai usia
insipiens ekspulsi kehamilan
jaringan
Abortus Banyak Hebat Terbuka Ekspulsi Sesuai usia
inkomplit sebagian kehamilan
jaringan
Abortus Sedikit Sedikit Terbuka/tertu Ekspulsi Lebih kecil dari
komplit tup seluruh jaringan usia kehamilan

Missed Tidak ada Tidak ada Tertutup Janin mati tapi Lebih kecil dari
abortion tidak dieksklusi usia kehamilan
Tatalaksana
Jenis Tatalaksana
Iminens/ Pertahankan kehamilan: tirah baring
Ancaman
Insipiens Mengeluarkan hasil konsepsi: ergometrin atau oksitosin
Inkomplit <16 minggu: forsep cincin atau jari
<16 minggu + perdarahan hebat: AVM
>16 minggu: oksitosin
Komplit Konseling
Missed <12 minggu: AVM atau kuret
12-16 minggu: kuret
>16 minggu: oksitosin
A. Abortus komplit

B. Abortus iminens

C. Abortus insipiens

D. Abortus inkomplit

E. Blighted ovum
69
Perempuan usia 70 tahun datang dengan keluhan keluar benjolan dari jalan
lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Tampak
massa di depan portio, 2 cm dari orifisium uretra eksternum, teraba halus, dan
berwarna kemerahan. Apa diagnosis yang paling tepat?

A. Prolaps uteri grade II

B. Prolaps uteri grade III

C. Prolaps uteri grade I

D. Prolaps uteri grade V

E. Prolaps uteri grade IV


Jawaban

B. Prolaps uteri grade III


Pembahasan
Diagnosis?
• Wanita 70 tahun, keluhan keluar daging di jalan lahir
– Massa perivaginal

• PF
– Tampak massa di depan portio, 2 cm dari orifisium uretra
eksternum, teraba halus, dan berwarna kemerahan
• Uterus
Prolaps Uteri
• Definisi:
– Terjadinya penurunan uterus dari tempat normalnya
melalui dasar panggul yang disebabkan oleh kelemahan otot
atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya.
• Diagnosis:
– Tanda dan gejala: nyeri punggung, rasa mengganjal di daerah
pelvis, nyeri pada coitus
– Pelvic examination: pergerakan bowel, kekuatan otot pelvik
Grading
Prolapse Uteri
A. Prolaps uteri grade II

B. Prolaps uteri grade III

C. Prolaps uteri grade I

D. Prolaps uteri grade V

E. Prolaps uteri grade IV


70
G2P1A0 usia 32 tahun hamil 36 minggu dengan riwayat keluar air-air sejak 3 hari yang
lalu, berwarna hijau dan berbau. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/80 mmHg,
N: 102 kali/menit, P: 20 kali/menit, dan S: 38 C. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat
cairan purulen berwarna hijau kecoklatan mengalir keluar dari serviks dan berbau tidak
sedap. Hasil laboratorium: Hb 10 g/dL, leukosit 16.000/mm3. Apa diagnosis pasien
ini?
A. Korioamnionitis
B. Endometritis
C. Salpingitis
D. Infeksi saluran kemih (ISK)
E. Ketuban pecah dini (KPD)
Jawaban

A. Korioamnionitis
Pembahasan
Diagnosis?
• G2P1A0 usia 32 tahun hamil 36 minggu  preterm
– Keluar air-air sejak 3 hari yang lalu, berwarna hijau dan berbau
• Keluar amnion belum waktunya, kemungkinan infeksi

• TD: 110/80 mmHg, N: 102 kali/menit, P: 20 kali/menit, dan suhu: 38 C


– Tanda infeksi
• Inspekulo  cairan purulen berwarna hijau kecoklatan mengalir keluar dari
serviks dan berbau tidak sedap
• Hasil laboratorium  Hb 10 g/dL (anemia), leukosit 16.000/mm (infeksi)
– Disimpulkan korioamnionitis
Korioamnionitis
• Merupakan infeksi pada korion dan
amnion
• Diagnosis
– Demam >38 C dengan 2 atau lebih tanda
0

berikut ini:
• Leukositosis >15.000 sel/mm3
• Denyut jantung janin >160 kali/menit
• Frekuensi nadi ibu >100 kali/menit
• Nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi
• Cairan amnion berbau

• Terapi
– Ampisilin IV 2 gram/6 jam + gentamisin IV
5 mg/kgBB/24 jam
– Terminasi kehamilan
– Rujuk ke RS sekunder
Pilihan Lain
• Endometritis infeksi pada saat nifas karena
kontaminasi pada saat proses melahirkan
• Salpingitis  penyakit radang panggul, ada nyeri goyang
adneksa
• Infeksi saluran kemih (ISK)  hanya ada keluhan BAK,
bisa menjadi sumber penyebaran korioamnionitis
• Ketuban pecah dini (KPD)  efek dar korioamnionitis
A. Korioamnionitis

B. Endometritis

C. Salpingitis

D. Infeksi saluran kemih (ISK)

E. Ketuban pecah dini (KPD)


71
Perempuan usia 36 tahun datang dengan keluhan nyeri dan terdapat plak-plak berwarna
putih dari liang vagina. Keluhan disertai nyeri pada pinggang dan juga nyeri saat
berkemih. Tanda vital dalam batas normal. Saat dilakukan pemeriksaan inspekulo
didapatkan darah keluar dari OUE dan portio tidak rata. Pemeriksaan penunjang
yang paling tepat untuk kasus ini adalah...

A. Tes Plano

B. Tes IVA

C. Pap’s smear

D. USG intravaginal

E. CT–scan
Jawaban

B. Tes IVA
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang?
• Perempuan 36 tahun
– Nyeri + plak-plak berwarna putih dari liang vagina
• Leukorrhea abnormal

– Nyeri pada pinggang dan juga nyeri saat berkemih

• Inspekulo didapatkan darah keluar dari OUE dan


portio tidak rata  curiga kanker serviks
Kanker Serviks
• Etiologi  HPV tipe 16 dan 18
• Faktor risiko
– Aktivitas seksual usia muda
– Berganti-ganti pasangan/suami berganti-ganti pasangan
– Riwayat IMS
– Merokok
– Multipara
• Kecurigaan kanker serviks jika
– Perdarahan pervaginam di luar siklus/saat berhubungan seksual
– Keputihan dengan bau tidak enak
Kanker Serviks
Skrining
(Kemenkes)
Skrining (Kemenkes)

• Skrining: IVA atau Pap smear

• Skrining setiap 3 tahun. Jika hasil 3 kali skrining


berturut-turut normal, skrining menjadi tiap 5 tahun

• Jika skrining positif, rujuk untuk lakukan kolposkopi


Lesi Acetowhite

• Pada IVA, dikatakan positif jika ada


ACETOWHITE
Pilihan Lain
• Tes Plano  nama lain uji -HCG, untuk uji kehamilan
• Pap’s smear  tidak bisa pada serviks yang sedang
berdarah
• CT–scan  bisa, namun kurang disukai karena risiko
radiasi lebih besar
• USG  untuk melihat penyebaran tumor
A. Tes Plano

B. Tes IVA

C. Pap’s smear

D. USG intravaginal

E. CT–scan
72
Seorang ibu mendatangi klinik untuk berkonsultasi. Pasien saat ini sedang menyusui
anaknya yang berusia 3 bulan. Pasien akan melakukan perjalanan ke luar kota, namun
dalam perjalanan tidak ada lemari es yang dapat menampung ASI yang sudah diperah.
Ibu tersebut ingin tetap menyusui ASI pada anaknya. Apa yang anda sarankan?

A. Ibu memerah ASI seperti biasa dan menyimpan di suhu ruangan

B. Ibu tetap bisa memerah ASI dan menyimpan ASI di cooler selama 24 jam

C. ASI tidak bisa bertahan lama di suhu ruang, namun sebaiknya ASI tetap diperah

D. Ganti ASI dengan susu formula untuk sementara

E. Ganti ASI dengan MPASI


Jawaban

B. Ibu tetap bisa memerah


ASI dan menyimpan ASI di
cooler selama 24 jam
Pembahasan

Saran?

• Seorang ibu
– Sedang dalam program ASI eksklusif

– Akan melakukan perjalanan jauh, tanpa ada kulkas


ASI Eksklusif
• Pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berumur 0-6 bulan
• Tips penyimpanan ASI
– ASI perah tahan hingga 6 jam jika ditaruh pada suhu ruangan sekitar 25 derajat
Celcius.
– ASI perah tahan hingga 24 jam, saat disimpan dalam kotak pendingin yang
ditambah kantung es (ice pack).
– ASI perah tahan sampai 5 hari, ketika ditaruh pada kulkas bagian lemari
pendingin dengan suhu minimal 4 derajat Celcius.
– ASI perah tahan hingga 6 bulan apabila disimpan di dalam freezer dengan suhu -
18 derajat Celcius atau lebih rendah lagi.

* ASI yang dibekukan atau didinginkan akan kehilangan kadar vitamin C dan imunoglobulin, namun tetap lebih baik dibandingkan
susu formula
Pertimbangan Khusus
• Bayi dengan galaktosemia
– Berikan bayi susu formula bebas galaktosa
• Ibu HIV (+)
– Diberi ASI ekslusif jika:
• Bayi juga positif terinfeksi HIV,ATAU
• Ibu sudah minum antiretroviral selama minimal 4 minggu,ATAU
• Status HIV bayi negatif atau belum diketahui namun susu formula atau fasilitas untuk
pemberiannya (air bersih dan sanitasi) tidak tersedia

– Diberi susu formula jika:


• Status HIV bayi negatif atau belum diketahui + susu formula dan fasilitas untuk pemberian
(air bersih dan sanitasi) tersedia
A. Ibu memerah ASI seperti biasa dan menyimpan di suhu
ruangan
B. Ibu tetap bisa memerah ASI dan menyimpan ASI
di cooler selama 24 jam
C. ASI tidak bisa bertahan lama di suhu ruang, namun
sebaiknya ASI tetap diperah
D. Ganti ASI dengan susu formula untuk sementara
E. Ganti ASI dengan MPASI
73
Perempuan usia 28 tahun datang dengan keluhan benjolan pada bibir kemaluan
yang disertai nyeri. Keluhan ini disertai dengan riwayat keputihan. Riwayat
menstruasi teratur dan tidak ada keluhan nyeri perut. Pada pemeriksaan
ditemukan benjolan berukuran 2x3 cm unilokuler di labia minora, fluktuatif,
dan hiperemis (-). Tata laksana yang tepat untuk pasien ini adalah...
A. Observasi
B. Insisi, drainase, dan antibiotik sistemik
C. Marsupialisasi
D. Kateter Word
E. Kortikosteroid topikal
Jawaban

D. Kateter Word
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 28 tahun
– Benjolan bibir kemaluan yang nyeri  simtomatik
– Riwayat keputihan
– Riwayat menstruasi teratur dan tidak ada keluhan nyeri
perut
• Benjolan 2x3 cm unilokuler di labia minora, fluktuatif,
tidak hiperemis
Kelenjar Bartholin

• Kelenjar Bartholin
– Terletak di arah jam
5 dan 7 posterior
vagina

– Skene / paraueretra
 anterior vagina
Kelainan Kelenjar Bartholin
Kista Abses

• Bengkak labia minora • Bengkak labia minora


unilateral di jam 4 atau 8 unilateral di jam 4 atau 8
• Tidak nyeri • Nyeri, dispareunia
• Jika ruptur: discharge • Jika ruptur: discharge
nonpurulen purulen, nyeri hilang
• Demam
Kista Bartholin
• Kista asimptomatik
– Sitz bath 3x sehari
– Antibiotik sesuai indikasi

• Abses
– Dilakukan drainase,
marsupilasi, kateter Word
(abses rekuren)
Marsupialisasi
• Insisi kista dan
kemudian menjahit
bagian sisinya
• Dilakukan pada kista
rekuren, atau tidak
membaik dengan cara
lain
Kateter Word
• Tujuan  drainase kista/abses pada pasien
simtomatik

• Tindakan pertama setelah I&D untuk


mencegah rekurensi
Algoritma
Pilihan Lain
• Observasi  tidak etis, karena pasien sudah ada gejala
• Marsupialisasi  untuk kista rekuren
• Insisi drainase dan antibiotik sistemik  insisi dan drainase
saja tak cukup karena bisa terjadi rekurensi. Selain itu
antibiotik tidak rutin diberikan kecuali pada pasien risiko
infeksi berat, infeksi sistemik, abses rekuren, kehamilan
• Kortikosteroid topikal  bukan indikasi
A. Observasi

B. Insisi, drainase, dan antibiotik sistemik

C. Marsupialisasi

D. Kateter Word

E. Kortikosteroid topikal
74
Seorang perempuan datang dengan keluhan menstruasi yang terlambat.
Menstruasi sudah terlambat setidaknya selama 2 minggu. Pada pemeriksaan
urin didapatkan positif hamil. Dokter mengusulkan pemeriksaan USG. Apa
tujuan dokter melakukan pemeriksaan USG saat ini?
A. Untuk menentukan kelainan kongenital janin
B. Untuk menentukan kehamilan intrauterin
C. Untuk mengevaluasi cairan amnion
D. Untuk memperbanyak penghasilan rumah sakit
E. Untuk menentukan rencana persalinan
Jawaban

B. Untuk menentukan
kehamilan intrauterin
Pembahasan
Tujuan USG?
• Perempuan
– Menstruasi yang terlambat
– Sudah terlambat setidaknya selama 2 minggu

• Urin didapatkan positif hamil


– Konfirmasi kehamilan
USG pada Kehamilan
Pemeriksaan USG direkomendasikan pada:
• Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia kehamilan 15 minggu)
– Untuk menentukan usia gestasi, viabilitas janin, letak dan jumlah janin,
serta deteksi abnormalitas janin yang berat, konfirmasi lokasi kehamilan
• Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu
– Untuk deteksi anomali janin
• Pada trimester ketiga
– Untuk perencanaan persalinan
Menghitung Usia Kehamilan
Usia
Parameter
Kehamilan
4-6 minggu Gestational sac (trimester 1 awal)
6-12 minggu Crown Rump Length (CRL) CROWN/KEPALA
(trimester 1)

RUMP/BOKONG

> 12 minggu Biparietal Diameter (BPD), Head circumference (HC)


Jika bentuk atau ukuran kepala abnormal:
- Femur length atau
- Abdominal circumferences
A. Untuk menentukan kelainan kongenital janin

B. Untuk menentukan kehamilan intrauterin

C. Untuk mengevaluasi cairan amnion

D. Untuk memperbanyak penghasilan rumah sakit

E. Untuk menentukan rencana persalinan


75
P4A0 usia 32 tahun datang ke IGD, pasca melahirkan spontan 1 jam yang lalu dengan
berat bayi 3200 gram. Saat ini mengeluh darah yang tidak berhenti keluar dari vagina
setelah melahirkan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 90/60 mmHg, N: 98
kali/menit, P: 20 kali/menit. Kontraksi uterus teraba lemah dan lembek. Riwayat keluar
plasenta lengkap (+). Luka pada jalan lahir sudah dijahit. Apakah penyebab
perdarahannya?
A. Sisa plasenta
B. Faktor koagulasi
C. Ruptur uteri
D. Atonia uteri
E. Trauma jalan lahir
Jawaban

D. Atonia uteri
Pembahasan
Penyebab/ diagnosis ?
• P4A0 usia 32 tahun pasca melahirkan spontan 1 jam yang lalu dengan berat
bayi 3200 gram
– Perdarahan post-partum
• TD: 90/60 mmHg, N: 98 kali/menit, P: 20 kali/menit hemodinamik stabil
• Kontraksi uterus teraba lemah dan lembek  kontraksi uterus abnormal
• Riwayat keluar plasenta lengkap (+)  bukan sisa plasenta
• Luka pada jalan lahir sudah dijahit  bukan ruptur
– Disimpulkan atonia uterus
Perdarahan Post-Partum

• Perdarahan > 500 mL setelah janin lahir

• Klasifikasi:
– HPP primer: <24 jam

– HPP sekunder:24 jam – 12 minggu (biasanya akibat


sisa plasenta)
Perdarahan Post-Partum
Etiologi Manifestasi

Tonus (Atonia uterus) • Perdarahan segera


• Uterus lembek, tidak berkontraksi

Tear (Ruptur perineum) • Perdarahan segera


• Darah segar terus mengalir setelah bayi lahir

Tear (Ruptur uterus) • Perdarahan segera (intraabdimen/pervaginam)


• Uterus tidak berkontraksi
• Nyeri perut hebat

Tissue (Retensio plasenta) • Plasenta tidak lahir dalam 30 menit

Tissue (Sisa plasenta) • Perdarahan muncul terlambat (6-10 hari post-


partum)
• Plasenta tidak utuh

Thrombin (Gangguan pembekuan darah) • Tidak ada gumpalan darah


• Ada faktor predisposisi: solusio plasenta, IUFD,
eklamsia
A. Sisa plasenta

B. Faktor koagulasi

C. Ruptur uteri

D. Atonia uteri

E. Trauma jalan lahir


76
Laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan penis ereksi sudah selama 3 jam.
Pasien tidak merasakan nyeri. Tanda vital dalam batas normal, pasien memiliki
riwayat pengobatan leukimia sudah 5 tahun dan mengaku rutin meminum
sildenafil. Sebelum terjadi ereksi, pasien sedang akan berhubungan dengan istri
pasien. Diagnosis pasien ini adalah...
A. Priapismus
B. Erektogenik medikamentosa
C. Insufisiensi vena
D. Oklusi arteri dosalis penis
E. Parafimosis
Jawaban

A. Priapismus
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 40 tahun
– Penis ereksi sudah selama 3 jam
– Tidak merasakan nyeri
– Tanda vital dalam batas normal
– Pengobatan leukimia sudah 5 tahun, rutin meminum sildenafil 
faktor risiko priapismus
– Sebelum terjadi ereksi, pasien sedang akan berhubungan dengan istri
pasien
Priaprismus
• Merupakan ereksi berkepanjangan (>4 jam) yang
involunter, yang tidak berhubungan dengan stimulasi
seksual dan tidak menghilang dengan ejakulasi.
• Merupakan emergensi urologi!
• Klasifikasi
– Low-flow (iskemik)
– High-flow (non-iskemik)
Priapismus
Low-flow (iskemik) High-flow (non-iskemik)

• Penis kaku dan nyeri • Tidak nyeri, gejala episodik

• Iskemik pada badan penis • Aliran darah cukup

(darah gelap di area • Terdapat riwayat trauma


tersebut) pada penis atau perineum
(straddle injury paling sering)
• Tidak ada riwayat trauma.
• Tatalaksana  observasi,
• Tatalaksana  aspirasi
embolisasi arteri bila perlu
Priapismus
Low-flow (iskemik) High-flow (non-iskemik)
• Etiologi:
• Etiologi:
– Idiopatik (paling sering)
– Tromboembolik/keadaan – Trauma: straddle injury,
hiperkoaguabilitas: anemia bulan injeksi intracavernosa.
sabit (65% kasus pada anak-
anak), talassemi, emboli lemak. – Penyebab lain: amyloidosis,
– Neurologik gout, keracunan CO, malaria,
– Neoplastik
penyakit Fabry, aktivitas
– Farmakologik: termasuk obat-
obat untuk disfungsi ereksi seksual berlebihan
A. Priapismus

B. Erektogenik medikamentosa

C. Insufisiensi vena

D. Oklusi arteri dosalis penis

E. Parafimosis
77
Laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan
menjalar sampai buah zakar pada sisi yang sama. Pasien juga mengeluh mual
tapi tidak muntah. Pasien juga mengeluh ada riwayat BAK berdarah. Tanda vital
dalam batas normal. Nyeri ketok CVA (+). Diagnosis pasien ini adalah...

A. Batu ureter proksimal

B. Batu ureter media

C. Batu ureter distal

D. Batu kandung kemih

E. Batu uretra posterior


Jawaban

A. Batu ureter proksimal


Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 35 tahun
– Nyeri pinggang kanan menjalar sampai buah zakar
pada sisi yang sama  lokasi di ureter
– Mual tapi tidak muntah
– BAK berdarah
– Nyeri ketok CVA (+)
Batu Ureter & Penjalaran Nyerinya
Batu di ureter proksimal Batu di midureteral Batu di distal ureter

• Nyeri pinggang • Nyeri pinggang • Nyeri pinggang


• Nyeri di daerah skrotum • Nyeri perut bagian bawah • Nyeri perut bagian bawah
• Nyeri di daerah skrotum/vulva
Tata Laksana
Batu Ureter Parameter
Peluang untuk
keluar secara
spontan
• Pada batu berukuran < 6 mm, tata Ukuran 4-5 mm 40-50%
laksana hanya secara konservatif, > 6 mm <5%
pemantauan secara periodik Letak Proksimal 10%
Mid 25%
• Dissolution agent: sodium/potasium
Distal 50%
bikarbonat/potasium sitrat/
• Extracorporeal shock wave
• Selective alpha blocker lithotripsy (ESWL)
• Percutaneous
nephrolithotomy
• Antibiotik diberikan
pada pasien yang
terbukti bakteriuria
Alpha blockers for treatment of ureteric stones: systematic EAU Guideline
review and meta-analysis. 2016. Smith’s Urology. 17th Ed.
A. Batu ureter proksimal

B. Batu ureter media

C. Batu ureter distal

D. Batu kandung kemih

E. Batu uretra posterior


78
Seorang anak usia 5 tahun diantar ibunya ke klinik dengan keluhan nyeri saat
BAK. Dari alloanamnesis didapatkan ujung penis menggelembung pada saat
BAK. Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan preputium tidak dapat ditarik ke posterior. Apakah tatalaksana
yang paling tepat?
A. Pemberian anti-inflamasi
B. Sterilisasi
C. Pemberian antibiotik
D. Sirkumsisi
E. Pemberian antihistamin
Jawaban

D. Sirkumsisi
Pembahasan
Tata laksana?
• Anak 5 tahun
– Nyeri saat BAK
– Ujung penis menggelembung pada saat BAK
– Tanda vital dalam batas normal  tidak sedag infeksi
– Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan preputium tidak
dapat ditarik ke posterior  fimosis
Fimosis Parafimosis
• Kulit prepusium dapat ditarik, namun
• Kulit prepusium tidak
tidak dapat dikembalikan  kulit
bisa ditarik ke belakang prepusium menjepit sulkus korona 
nyeri, iskemik (gawat darurat)
 pancaran urin lemah,
saat BAK bulging atau nyeri • Tatalaksana (CITO)
– Dorsumsisi atau sirkumsisi
• Sulit membersihkan genital – Analgesik atau anestesia lokal  untuk
nyeri
 ISK – Reduksi manual
– Kompres es
• Tatalaksana 
sirkumsisi
Fimosis Parafimosis

Dorsumsisi!

KECIL KEJEPIT
A. Pemberian anti-inflamasi

B. Sterilisasi

C. Pemberian antibiotik

D. Sirkumsisi

E. Pemberian antihistamin
79
Laki-laki usia 70 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sulit BAK, kadang
kencing terasa tidak lampias, pasien harus mengedan saat akan memulai
kencing. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan terakhir. Dari pemeriksaan colok
dubur didapatkan prostat teraba membesar dengan konsistensi keras dan
berdungkul. Kadar PSAmeningkat. Diagnosis pasien ini adalah...
A. BPH
B. Keganasan prostat
C. Ureterolithiasis
D. Vesikolithiasis
E. Prostatitis
Jawaban

B. Keganasan prostat
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 70 tahun
– Sulit BAK
– Kadang kencing terasa tidak lampias
– Harus mengedan saat akan memulai kencing
– Sejak 6 bulan terakhir
• Colok dubur  prostat membesar dengan konsistensi keras dan
berdungkul  tanda keganasan
• Kadar PSA meningkat  hiperplasia ec keganasan
Kelainan Prostat
Penyakit Demam RT Hematuria
BPH Tidak ada Prostat teraba Tidak ada
lunak, Pool atas
tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Prostatitis Ada Prostat teraba Tidak ada
kenyal, pool atas
teraba, nyeri tekan
(+)
Ca prostat Tidak ada Prostat teraba Ada
keras, dapat
berbenjol-benjol,
pool atas bisa
teraba atau tidak,
nyeri tekan (+/-)
Karsinoma Prostat
• Gejala umum
– Retensi urin, tanda-tanda obstruksi  mirip BPH
– Hematuria
– Sering disertai nyeri saat berkemih  membedakan dengan ca buli
– Nafsu makan dan berat badan turun
• RT  prostat keras, berbenjol, bisa disertai nyeri
• Pemeriksaan lab  PSA (prostate specific antigen), normal = 4 ng/mL
A. BPH

B. Keganasan prostat

C. Ureterolithiasis

D. Vesikolithiasis

E. Prostatitis
80
Laki-laki usia 32 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kencing. Tampak ada darah
menetes dari uretra. Dua jam lalu pasien terjatuh dari motor. Dari pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 120 kali/menit, dan suhu 37,5C. Dari
pemeriksaan penunjang didapatkan kontras keluar ke regio periuretra dan perivesika.
Didapatkan juga fraktur pelvis. Apa tindakan yang pertama kali harus dilakukan?

A. Sistostomi

B. Repair buli-buli

C. Pasang screw

D. Repair uretra

E. Pasang kateter uretra


Jawaban

A. Sistostomi
Pembahasan
Tindakan awal?
• Laki-laki 32 tahun
– Tidak bisa kencing
– Darah menetes dari uretra
– Dua jam lalu pasien terjatuh dari motor
• Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 120 kali/menit, dan suhu 37,5C 
tidak ada tanda peritonitis
• Kontras keluar ke regio periuretra dan perivesika
• Didapatkan juga fraktur pelvis  ruptur vesika ekstraperitoneal
Ruptur Buli-Buli
• Tanda dan gejala • Pemeriksaan radiologis
– Hematuria – Cystography

• dapat merupakan gejala • Kontras > 300 cc

tunggal • Foto pengosongan (drainase)

• 95% ruptur buli – CT scan cystography


– Nyeri perut bawah.

– Kesulitan berkemih

– Pruduksi urin menurun


Ruptur Buli-Buli

Ruptur Buli
Intraperitoneal

Ruptur Buli
Ekstraperitoneal
Ruptur Buli Intraperitoneal

Trauma tumpul diatas simfisis pubis dalam keadaan


buli penuh  tekanan intrabuli meningkat  daerah
dome buli ruptur  urin keluar ke intraperitoneal 
peritonitis
Ruptur Buli Ekstraperitoneal

Trauma tumpul os. Pubis  fraktur os. Pubis 


fragmen fraktur menembus buli  ruptur buli  urin
keluar ke ekstraperitoneal (cavum Retzii dan
sekitarnya)
Ruptur Buli-Buli
Ruptur Intraperitoneal Ruptur Ekstraperitoneal
Algoritma
penanganan
ruptur buli
Tatalaksana Awal pada Ruptur Buli
• Tatalaksana awal yang diberikan adalah mengatasi retensi
urin dengan pemasangan kateter, namun kasus ini
ada darah di meatus sehingga kontraindikasi
hingga rule out trauma urethra, alternatifnya
sistostomi
• Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
retrograde sistografi atau CT scan dengan kontras
• Tangani komplikasi
A. Sistostomi

B. Repair buli-buli

C. Pasang screw

D. Repair uretra

E. Pasang kateter uretra


81
Laki-laki usia 20 tahun mengeluhkan buah zakarnya terasa sakit setelah
bermain bola. Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan testis kanan lebih tinggi daripada kiri dan nyeri saat perabaan. Tes
Phren (-). Apakah diagnosis yang mungkin pada pasien ini?

A. Hidrokel

B. Varikokel

C. Torsio testis

D. Epididimitis

E. Hernia inguinalis lateralis


Jawaban

C. Torsio testis
Pembahasan
Diagnosis ?
• Pria 20 tahun
– Buah zakarnya nyeri setelah bermain bola
• Riwayat trauma

• PF
– Tanda vital dalam batas normal
– Testis kanan lebih tinggi daripada kiri dan nyeri(+)
• Tanda terpuntir

– Tes Phren (-)  torsio testis


Torsio Testis dan
Epididimitis
Epididimitis (+) Torsio Testis (–)
• Nyeri perlahan (hari) • Nyeri tiba –tiba (jam)
• Onset jarang setelah • Onset setelah bangun tidur
bangun tidur atau aktivitas
• Prehn + (nyeri berkurang) • Prehn – (nyeri tetap)
• Kremaster + • Kremaster –
• Tidak muntah • Muntah
• Demam • Jarang demam
• Terapi empiris • Gawat darurat

Apapun kecurigaannya harus tetap di USG doppler!


A. Hidrokel

B. Varikokel

C. Torsio testis

D. Epididimitis

E. Hernia inguinalis lateralis


82
Perempuan usia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri saat kencing sejak 2 minggu yang
lalu. Keluhan kadang disertai menggigil dan nyeri pada pinggang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit,
suhu 38 C. Pada pemeriksaan urin didapatkan silinder leukosit, dan pada kultur urin
porsi tengah ditemukan bakteri 100.000/lpb. Apakah kuman tersering penyebab
kasus di atas?
A. Staphylococcus aureus
B. Streptococcus pyogenes
C. Escherichia coli
D. H. influenza
E. Pseudomonas aeruginosa
Jawaban

C. Escherichia coli
Pembahasan
Etiologi tersering?
• Perempuan 45 tahun
– Nyeri saat kencing sejak 2 minggu yang lalu disertai menggigil
dan nyeri pada pinggang
• Pemeriksaan fisik  tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88
kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 38 C
• Urin didapatkan silinder leukosit, dan pada kultur urin porsi
tengah ditemukan bakteri 100.000/lpb  ISK
Infeksi Saluran Kemih
• Etilogi terbanyak : bakteri gram (-)
– E. coli  terbanyak 80-90%
– Klebsiella sp.
– Enterobacteriaceae
– Staphylococcus saprophyticus
– Enterococci
– Proteus mirabilis
A. Staphylococcus aureus

B. Streptococcus pyogenes

C. Escherichia coli

D. H. influenza

E. Pseudomonas aeruginosa
83
Laki-laki usia 34 tahun datang dengan keluhan nyeri saat ejakulasi sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan demam. Pemeriksaan fisik: suhu
subfebris dan dari rectal touche didapatkan nyeri tekan prostat bilateral. Hasil
urinalisis: leukosit 10-12/lpb, eritrosit 0-2/lpb, dan nitrat +. Diagnosis pasien
ini adalah...
A. Epididimitis
B. Prostatitis
C. Orkitis
D. Uretritis
E. Vesikolithiasis
Jawaban

B. Prostatitis
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 34 tahun
– Nyeri saat ejakulasi sejak 1 minggu
– Disertai dengan demam
• Pemeriksaan fisik  suhu subfebris dan dari rectal touche
didapatkan nyeri tekan prostat bilateral
• Hasil urinalisis  leukosit 10-12/lpb, eritrosit 0-2/lpb, dan nitrat +
– Prostatitis
Kelainan Prostat

Penyakit Demam RT Hematuria

BPH Tidak ada Prostat teraba lunak, Pool Tidak ada


atas tidak teraba, nyeri tekan
(-)
Prostatitis Ada Prostat teraba kenyal, pool Tidak ada
atas teraba, nyeri tekan (+)

Ca prostat Tidak ada Prostat teraba keras, dapat Ada


berbenjol-benjol, pool atas
bisa teraba atau tidak, nyeri
tekan (+/-)
Tatalaksana Prostatitis
• Pemasangan kateter bila obstruksi
• Antibiotik dalam bentuk fluorokuinolon atau
kotrimoksazol (kronik) atau ampisilin + gentamisin
(akut)
• Drainase abses (bila ada)
• Alpha-blocker dapat dipertimbangkan untuk mengurangi
obstruksi
Tatalaksana Prostatitis
Tatalaksana
Prostatitis
Pilihan Lain

• Epididimitis tidak terasa nyeri saat RT

• Orkitis  tidak terasa nyeri saat RT

• Uretritis  tidak terasa nyeri saat RT

• Vesikolithiasis  nyeri kolik


A. Epididimitis

B. Prostatitis

C. Orkitis

D. Uretritis

E. Vesikolithiasis
84
Perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan nyeri saat berkemih. Pasien
mengeluh menjadi sering kencing dan mengalami rasa tidak tuntas setelah
berkemih. Pemeriksaan fisik: tanda vital dalam batas normal, tidak didapatkan
nyeri ketok CVA, namun nyeri tekan suprapubik (+). Urinalisis: leukosit
esterase (+) nitrit (+) bakteri (+). Apakah tatalaksana yang tepat?
A. Banyak minum dan jaga kebersihan
B. Bila biakan bakteri >10, berikan antibiotik beta lactam
C. Beri kotrimoxazole PO
D. Pastikan tidak hamil, bila hamil, tidak usah diobati
E. Berikan antijamur, karena etiologi tersering adalah jamur pada wanita
Jawaban

C. Beri kotrimoxazole PO
Pembahasan
Tata laksana?
• Perempuan 20 tahun
– Nyeri berkemih
– Sering kencing dan mengalami rasa tidak tuntas setelah berkemih
• Tanda vital dalam batas normal, tidak didapatkan nyeri ketok CVA
• Nyeri tekan suprapubik (+)  lokasi di vesica urinaria
• Urinalisis: leukosit esterase (+) nitrit (+) bakteri (+)  ISK non-
komplikata
Pielonefritis
Demam, nyeri punggung, nyeri ketok CVA (+),
mual, muntah, keluhan kencing tidak dominan,
diare

Sistitis
Disuria, frekuensi, urgensi, nyeri tekan suprapubik,
hematuria, demam (-)

Uretritis
Disuria, frekuensi, nyeri tekan (-), suprapubik, demam (-)
PATOGENESIS

• Kuman biasanya berasal dari


uretra dan naik (ascending)
hingga ke ginjal
• Kuman tersering adalah E.
Coli
Klasifikasi

• Non komplikata:
– Wanita dewasa, tidak hamil, tanpa kelainan penyerta

• Komplikata
– Laki-laki

– Wanita hamil

– ISK disertai kelainan struktural dan fungsional


Pemeriksaan Penunjang

Bakteriuria
Hematuria
Urinalisis
Nitrit (+)
Leukosit >5/LPB

Kultur
Jumlah koloni urin
≥105/mL pancaran
tengah
Tata Laksana
• Terapi paling tepat: berdasarkan uji resistensi dari kultur urin
pancar tengah
• Antibiotik empirik
– Siprofloksasin 2 x 500 mg (3 hari untuk ISK non-komplikata
dan 14 hari untuk ISK komplikata)
– Ko-trimoksazol 2 x 160/800 mg
– Nitrofurantoin monohidrat 2 x 100 mg
– Ceftriakson (IV) 2x1 gr untuk pielonefritis tanpa komplikasi
• Ibu hamil  Amoksisilin 3x500 mg
Pilihan Lain
• Banyak minum dan jaga kebersihan  butuh antibiotik

• Bila biakan bakteri >10, berikan antibiotik beta lactam  yang


menentukan pemberian antibiotik bukan jumlah bakteri pada
pemeriksaan kultur

• Pastikan tidak hamil, bila hamil, tidak usah diobati  walaupun


hamil, tetap harus diberi antibiotik (amoxicillin)

• Berikan antijamur, karena etiologi tersering adalah jamur pada


wanita  etiologi tersering E. coli
A. Banyak minum dan jaga kebersihan

B. Bila biakan bakteri >10, berikan antibiotik beta lactam

C. Beri kotrimoxazole PO

D. Pastikan tidak hamil, bila hamil, tidak usah diobati

E. Berikan antijamur, karena etiologi tersering adalah jamur


pada wanita
85
Laki-laki usia 24 tahun datang dengan keluhan tidak bisa BAK. Keluhan
didahului riwayat terjatuh dari motor. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan memar pada penis dan skrotum, butterfly hematoma, dan
darah yang menetes dari uretra. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Ruptur ginjal
B. Ruptur buli
C. Ruptur uretra anterior
D. Ruptur uretra posterior
E. Ruptur ureter
Jawaban

C. Ruptur uretra anterior


Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 24 tahun
– Inkontinensia urin, riwayat trauma  kalau akut pikirkan
ruptur uretra, kalau kronik pikirkan striktur uretra

• Memar pada penis dan skrotum, butterfly hematoma,


darah menetes dari uretra  sesuai untuk ruptur
uretra anterior
Ruptur Uretra
• Klasifikasi :
– Ruptur uretra anterior
• Pars spongiosa
• Pars glandis
•  Straddle injury

– Ruptur uretra posterior


• Pars prostatica
• Pars membranacea
•  fraktur pelvis
Ruptur Uretra

Anterior Posterior
Butterfly Floating
hematoma prostate
Ruptur Uretra Posterior
• Gambaran khas
– Perdarahan per uretra
– Retensi urin
– Colok dubur: Floating prostate
– Uretrografi: ekstravasi kontras pada uretra pars membranasea
• Tindakan
– Akut: Sitostomi
– Stabil
• Primary endoscopic realignment, 1mgg pasca ruptur
• Urteroplasti, 3 bulan pasca ruptur
• Rail roding catheter
• Komplikasi
– Striktur uretra
– Disfungsi ereksi
– Inkontinensia urin
Ruptur Uretra Anterior
• Gambaran khas
– Perdarahan per uretra
– Butterfly hematom
– Kadang retensi urin
– Uretrografi:
• Kontusio: tidak ada ekstravasasi kontras
• Ruptur: ekstravasasi kontras pada pars bulbosa
• Tindakan
– Kontusio : observasi 4-6 bln, uretrografi ulang
– Ruptur :
• Sistostomi 1 bln
• Uroflometri, setelah 3 bln, uretrogram
• Striktura, lakukan sachse
• Komplikasi
– Striktur uretra
Tatalaksana Ruptur Uretra
• Simptomatik

• Atasi retensi urin  lebih baik dengan pungsi


suprapubik  pasang kateter suprapubik

• Bedah  terutama pada ruptur uretra posterior


yang disertai cedera pelvis (koreksi uretra
dilakukan setelah masalah pelvis ditangani)
Pilihan Lain
• Ruptur ginjal cedera pinggang/punggung, nyeri, hematuria,
dapat disertai syok
• Ruptur buli  hematuria, jejas abdomen, umumnya
didapatkan fraktur pelvis, nyeri perut bawah, kesulitan
berkemih, produksi urin turun
• Ruptur uretra posterior  floating prostate
• Ruptur ureter  biasanya iatrogenik atau trauma penetrasi;
keluhan nyeri flank, bisa disertai demam/sepsis
A. Ruptur ginjal

B. Ruptur buli

C. Ruptur uretra anterior

D. Ruptur uretra posterior

E. Ruptur ureter
86
Seorang bayi lahir menangis spontan, APGAR 9/10, namun status HBsAg ibu
belum diketahui. Bagaimana seharusnya pemberian imunisasi hepatitis
B untuk bayi ini?

A. Tunda, cek HBsAg ibu tunda sampai 1 bulan

B. Tunda, cek HBsAg bayi jk positif suntik hbig

C. Tunda, cek HBsAg bayi jk negatif suntik hbig dan hep b aktif

D. Tunda, cek HBsAg ibu suntik hbig/hep b aktif dalam 12 hari

E. Suntik hepatitis B aktif, kemudian cek HBsAg ibu, jika positif suntik HBIg

dalam 7 hari
Jawaban

E. Suntik hepatitis B aktif,


kemudian cek HBsAg ibu, jika
positif suntik HBIg

dalam 7 hari
Pembahasan

Pemberian imunisasi Hep B?

• Seorang bayi
– Lahir menangis spontan,APGAR 9/10

– Status HBsAg ibu belum diketahui


Vaksin Hepatitis B (HB)
• Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit
sebelumnya
• Jadwal pemberian vaksin HB monovalen
– Usia 0,1, dan 6 bulan
• Bayi lahir dari ibu HBsAg positif  diberikan vaksin HB dan imunoglobulin
hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda
• Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian
pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa,
maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
Vaksin Hep B

• Jika status Hep B ibu tidak diketahui


– Tetap diberikan dalam 12 jam setelah lahir

– Dilanjutkan pada umur 1, 3, dan 6 bulan

– Jika ternyata diketahui ibu positif maka


ditambahkan HBIg sebelum usia 7 hari
A. Tunda, cek HBsAg ibu tunda sampai 1 bulan
B. Tunda, cek HBsAg bayi jk positif suntik hbig
C. Tunda, cek HBsAg bayi jk negatif suntik hbig dan hep b
aktif
D. Tunda, cek HBsAg ibu suntik hbig/hep b aktif dalam 12 hari
E. Suntik hepatitis B aktif, kemudian cek HBsAg ibu,
jika positif suntik HBIg dalam 7 hari
87
Laki-laki usia 46 tahun mengeluh keluar benjolan dari selangkangan, benjolan
keluar masuk dan keluar saat pasien batuk. Benjolan tampak turun dari lateral
ke medial. Diagnosis pasien ini adalah...

A. Hernia inguinal reponibel

B. Hernia inguinal ireponibel

C. Hernia inguinal medial

D. Hernia femoralis

E. Hernia diafragmatika
Jawaban

A. Hernia inguinal reponibel


Pembahasan

Diagnosis?

• Laki-laki 46 tahun
– Keluar benjolan dari selangkangan

– Keluar masuk dan keluar saat pasien batuk.

– Benjolan tampak turun dari lateral ke medial


• Hernia inguinalis reponibel
Hernia berdasarkan sifatnya
• Reponiblis : keluar – masuk
• Ireponiblis : keluar – tidak bisa masuk
• Inkarserata: sama dengan ireponiblis tapi
dengan gangguan pasase usus
• Strangulata: gangguan vaskularisasi usus, nyeri
hebat
Jenis Hernia Inguinalis

DIREK = MEDIAL
INDIREK = LATERAL
(SELALU DI DEWASA
Hernia Inguinalis
Direk Indirek
Usus masuk melalui titik lemah di Usus masuk melalui cincin inguinal
fasia dinding abdomen (segitiga sebagai akibat gagal menutupnya
Hesselbach) prosesus vaginalis saat embrio
Medial dari pembuluh epigastrik Lateral dari pembuluh epigastrik
inferior inferior
Tidak ditutupi fasia spermatik Ditutupi fasia spermatik internal
internal
Terjadi saat dewasa Terjadi secara kongenital hingga
dewasa
Tidak bisa menembus hingga ke Bisa menembus hingga ke skrotum
skrotum
Tatalaksana Hernia
Hernia apapun yang bukan strangulata
• Reduksi manual
Hernia reponiblis atau ireponiblis
• Operasi elektif
Hernia inkarserata atau strangulata
• Operasi CITO
A. Hernia inguinal reponibel

B. Hernia inguinal ireponibel

C. Hernia inguinal medial

D. Hernia femoralis

E. Hernia diafragmatika
88
Perempuan usia 32 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri ulu hati seperti
terbakar sejak 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan adanya keluhan mual tapi tidak
sampai muntah. Akhir-akhir ini pasien mengaku sering merasa asam dan pahit pada
tenggorokan. TD 120/70 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 18 kali/menit, dan suhu 36,8 C.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada epigastrium. Bagaimana edukasi
pasien yang tepat?
A. Makan makanan besar dalam interval yang panjang
B. Tidur 2-3 jam setelah makan
C. Tidur tanpa bantal
D. Rokok tidak mempengaruhi keluhan pasien
E. Makan makanan berlemak
Jawaban

B. Tidur 2-3 jam setelah


makan
Pembahasan
Edukasi?
• Perempuan 32 tahun
– Nyeri ulu hati seperti terbakar sejak 1 bulan
– Mual tapi tidak sampai muntah
– Sering merasa asam dan pahit pada tenggorokan
– TD 120/70 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 18 kali/menit, dan suhu 36,8 C
• Nyeri tekan pada epigastrium
– GERD
Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)

• Definisi: Disebut GERD bila terjadi refluks asam lambung


yang mengganggu pasien (minimal 2 kali heartburn/minggu)
• Atau, bila terjadi komplikasi (esofagitis, striktur esofagus
ringan, atau esofagus Barrett
• Gejala:
1. Esofageal
2. Ekstraesofageal
Gejala Esofageal
• Heartburn (rasa terbakar di retrosternal. Dicetuskan
setelah makan, berbaring, membungkuk, atau mengedan.
Membaik dengan antasida).
• Bersendawa
• Regurgitasi asam lambung atau empedu
• Peningkatan salivasi
• Odinofagia (nyeri menelan, bila sudah terjadi esofagitis)
Gejala Ekstraesofageal
Masuknya asam lambung ke saluran napas

• Asma nokturnal (asma pada malam hari)


• Batuk kronik
• Laringitis
• Sinusitis
Komplikasi
• Esofagus Barrett (metaplasia epitel esofagus distal)
• Esofagus Barrett bisa berkembang menjadi kanker
esofagus

Barrett
Columnar
mucosa
Penunjang
• Umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang
• Endoskopi diperlukan jika:
– Gejala bertahan >4 minggu
– Muntah terus-menerus
– Perdarahan gastrointestinal
– Teraba massa
– Usia >55 tahun
– Disfagia
– Gejala tidak membaik dengan pengobatan
– Berat badan turun
Edukasi
• Posisi kepala harus lebih tinggi ketika tidur
• Menurunkan berat badan
• Menghentikan merokok
• Makan dalam porsi kecil dan teratur
• Menghindari: minuman panas, alkohol, buah asam, tomat,
bawang, makanan pedas, kopi, coklat, teh, dan makan <3 jam
sebelum tidur
• Hindari obat yang merelaksasi sfingter esofagus bawah (nitrat,
antikolinergik, CCB) DAN obat yang merusak mukosa lambung (NSAID,
garam kalium, dan bifosfonat)
A. Makan makanan besar dalam interval yang
panjang
B. Tidur 2-3 jam setelah makan
C. Tidur tanpa bantal
D. Rokok tidak mempengaruhi keluhan pasien
E. Makan makanan berlemak
89
Laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 3 bulan
disertai dengan mual dan penurunan berat badan. Pasien juga mengeluhkan
adanya nyeri perut dan demam. Pada pemeriksaan kolonoskopi ditemukan
gambaran cobblestone dan skip lesion yang tersebar di kolon asenden dan
desenden. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Kolitis ulseratif
B. Kolitis pseudomembran
C. Crohn’s disease
D. Karsinoma kolorektal
E. Diare kronis ec HIV
Jawaban

C. Crohn’s disease
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 50 tahun
– BAB berdarah sejak 3 bulan
– Mual dan penurunan berat badan
– Nyeri perut dan demam

• Kolonoskopi  cobblestone dan skip lesion


tersebar di kolon asenden dan desenden
Inflamatory Bowel Disease

GC
Ada dua yang paling sering:
1. Kolitis ulseratif
2. Penyakit Crohn

• Secara mikroskopis mirip, tapi secara PA bisa dibedakan


• Granuloma non-caseating HANYA ada di Crohn (tapi cuma 60%)
• Tidak ditemukan granuloma pada ulseratif kolitis
• Pada penyakit Crohn juga didapatkan penurunan berat badan (tidak
hanya pada Ca)
Pilihan Lain
• Kolitis ulseratif  lesi panjang, tidak skip lesion

• Kolitis pseudomembran  antibiotic associated


diarrhea

• Karsinoma kolorektal  gambaran apple core

• Diare kronis ec HIV  ada gejala


imunokompromi lain
A. Kolitis ulseratif

B. Kolitis pseudomembran

C. Crohn’s disease

D. Karsinoma kolorektal

E. Diare kronis ec HIV


90
Laki-laki usia 37 tahun datang ke IGD dengan keluhan rasa terbakar
pada daerah dada, disertai dengan keluhan mual muntah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada region epigastrium dan rasa
pahit di ditenggorokan. Diagnosis pada kasus ini adalah...
A. Dispepsia fungsional
B. GERD
C. Ulkus peptikum
D. Ulkus duodenum
E. Infeksi H.pylori
Jawaban

B.GERD
Pembahasan

Diagnosis?

• Laki-laki 37 tahun
– Rasa terbakar pada daerah dada, disertai dengan
keluhan mual muntah  refluks

– Nyeri epigastrium, rasa pahit di ditenggorokan


Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)

• Definisi: Disebut GERD bila terjadi refluks asam lambung


yang mengganggu pasien (minimal 2 kali heartburn/minggu)
• Atau, bila terjadi komplikasi (esofagitis, striktur esofagus
ringan, atau esofagus Barrett
• Gejala:
1. Esofageal
2. Ekstraesofageal
Gejala Esofageal
• Heartburn (rasa terbakar di retrosternal. Dicetuskan
setelah makan, berbaring, membungkuk, atau mengedan.
Membaik dengan antasida).
• Bersendawa
• Regurgitasi asam lambung atau empedu
• Peningkatan salivasi
• Odinofagia (nyeri menelan, bila sudah terjadi esofagitis)
Gejala Ekstraesofageal
Masuknya asam lambung ke saluran napas

• Asma nokturnal (asma pada malam hari)


• Batuk kronik
• Laringitis
• Sinusitis
Komplikasi
• Esofagus Barrett (metaplasia epitel esofagus distal)
• Esofagus Barrett bisa berkembang menjadi kanker
esofagus

Barrett
Columnar
mucosa
Penunjang
• Umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang
• Endoskopi diperlukan jika:
– Gejala bertahan >4 minggu
– Muntah terus-menerus
– Perdarahan gastrointestinal
– Teraba massa
– Usia >55 tahun
– Disfagia
– Gejala tidak membaik dengan pengobatan
– Berat badan turun
Edukasi
• Posisi kepala harus lebih tinggi ketika tidur
• Menurunkan berat badan
• Menghentikan merokok
• Makan dalam porsi kecil dan teratur
• Menghindari: minuman panas, alkohol, buah asam, tomat, bawang,
makanan pedas, kopi, coklat, teh, dan makan <3 jam sebelum tidur
• Hindari obat yang merelaksasi sfingter esofagus bawah (nitrat,
antikolinergik, CCB) DAN obat yang merusak mukosa lambung
(NSAID, garam kalium, dan bifosfonat)
A. Dispepsia fungsional

B. GERD

C. Ulkus peptikum

D. Ulkus duodenum

E. Infeksi H.pylori
91
Anak perempuan usia 4 tahun datang dengan keluhan BAB encer sejak 3 hari terakhir.
Orang tua pasien mengeluhkan anaknya BAB encer 3 kali/hari, konsistensi lembek,
warna coklat kekuningan, dan tidak ada darah. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak
sadar, mata cekung (-), turgor kulit kembali cepat, dan CRT 2 detik. Berapa
kebutuhan cairan yang diperlukan pasien tersebut?

A. 50-100 ml tiap BAB cair

B. 100-200 ml tiap BAB cair

C. 200-250 ml tiap BAB cair

D. 250-300 ml tiap BAB cair

E. 300-400 ml tiap BAB cair


Jawaban

B. 100-200 ml tiap BAB cair


Kebutuhan cairan?
• Anak perempuan 4 tahun
– BAB encer sejak 3 hari
– Konsistensi lembek, warna coklat kekuningan, dan tidak ada
darah

• Tampak sadar, mata cekung (-), turgor kulit kembali


cepat, dan CRT 2 detik  tanpa dehdirasi
Tatalaksana Diare Akut
• Rehidrasi  sesuai derajat dehidrasi
• Nutrisi
• Zink
– < 6 bulan  10 mg selama 10 hari
– > 6 bulan  20 mg selama 20 hari

• Antibiotik (jika perlu)


– Tetrasiklin 4 x 12,5 mg/kgBB selama 3 hari  kolera
– Ciprofloxacin 2 x 15 mg/kgBB selama 3 hari  disentri shigella
– Metronidazole 3 x 10 mg/kgBB selama 5 hari  amoebiasis
– Metronidazole 3 x 5 mg/kgBB selama 5 hari  giardiasis

• Edukasi
Strategi Tatalaksana Diare
• Rencana terapi A  diare akut tanpa dehidrasi
1. Rehidrasi
• 50-100 mL setiap diare (anak <1 tahun)

• 100-200 mL setiap diare (anak 1-5 tahun)

2. Edukasi cara pemberian cairan tambahan

3. (Edukasi) Pemberian zink selama 10 hari

4. Edukasi pemberian makan

5. Edukasi waktu kontrol


Strategi Tatalaksana Diare
• Rencana terapi B  diare akut dehidrasi ringan-
sedang
1. Rehidrasi dengan oralit dalam waktu 3 jam
• 75 mL/kgBB
• Evaluasi derajat dehidrasi

2. Zink selama 10 hari


3. Edukasi rencana terapi A
Strategi Tatalaksana Diare
• Rencana terapi C  diare akut dehidrasi berat
1. Rehidrasi dengan cairan intravena 100 mL/kgBB
• < 1 tahun  30 mL/kgBB (1 jam), 70 mL/kgBB (5jam)
• > 1 tahun  30 mL/kgBB (30 menit), 70 mL/kgBB (2,5
jam)

2. Zink selama 10 hari


3. Edukasi rencana terapi A
A. 50-100 ml tiap BAB cair

B. 100-200 ml tiap BAB cair

C. 200-250 ml tiap BAB cair

D. 250-300 ml tiap BAB cair

E. 300-400 ml tiap BAB cair


92
Perempuan 34 tahun datang dengan keluhan demam, mual muntah,
nyeri perut berpindah dari ulu hati ke kanan bawah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan rovsing (+), teraba massa saat perut kanan bawah di
palpasi. Diagnosis pasien ini adalah...
A. Appendisitis Akut
B. Abses Appendiks
C. Torsi kista ovarium
D. Divertikulitis
E. Kolelitiasis
Jawaban

B. Abses Apendiks
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan, 34 tahun
– Nyeri perut dari ulu hati ke kanan bawah  migratory
pain
– Demam, mual, muntah

• Pemeriksaan fisik: rovsing (+), palpasi : teraba


massa di kanan bawah
Apendisitis Akut
• Tanda Klasik Appendisitis :
– Nyeri epigastirum diikuti mual, muntah, tidak mau makan
– Setelah itu nyeri pindah ke perut kanan bawah
– Semakin nyeri bila batuk atau bergerak
– Nyeri lepas pada titik McBurney
– Nyeri di kanan ketika sisi perut kiri bawah ditekan (Rovsing Sign)
– Nyeri panggul kanan saat M illiopsoas diangkat ke belakang (Psoas sign)
– Nyeri saat rotasi internal paha yang sedang fleksi (Obturator sign)
– Demam ringan 37,7-38,3
– Leukositosis (walaupun normal tidak bisa mengeksklusikan apendisitis)
Kocher's
(Kosher's) sign:
Nyeri berpindah dari
umbilikal ke perut
kanan bawah
Apendisitis: Tanda Obturator dan Psoas
(nyeri : positif)

Tanda Obturator : Rotasi internal, kaki


seperti akan jadi baling-baling
helikopter

Tanda Psoas: P ingat pantat, S ingat ekstensi


Skor Alvarado
• Nyeri perut bagian kanan bawah (bukan migrasi ke
kanan bawah) = 0
• Tidak mau makan (anoreksia) = 1
• Mual, muntah = 1
• Nyeri perut bagian kanan bawah (McBurney) = 2
• Nyeri tekan lepas = 2
• Suhu 37,9°C =1
• Leukosit 9000 = 0
• Segmen 86% (shift to the left) = 1

Total skor = 8
Abses appendiks
• 2-7% pasien dengan appendisitis memiliki fitur lebih
kompleks  salah satunya abses periapendiks
– Didapatkan massa pada kuadran kanan bawah

• Umumnya diberikan antibiotik terlebih dahulu


(konservatif) dan dilakukan appendektomi setelah
interval waktu tertentu untuk mencegah rekurensi

Kim JK. J Korean Soc Coloproctology


A. Appendisitis Akut

B. Abses Appendiks

C. Torsi kista ovarium

D. Divertikulitis

E. Kolelitiasis
93
Laki-laki 30 tahun mengeluhkan nyeri ulu hati, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital normal. Tidak ada gejala organik, pasien mengeluhkan stress
karena banyak pekerjaan kantor. Obat yang tepat untuk diberikan adalah...

A. Antagonis reseptor H2

B. Antiemetik

C. Analgetik

D. Antispasmodic

E. Antasida
Jawaban

A. Antagonis reseptor H2
Pembahasan
Terapi?
• Laki-laki, 30 tahun
– nyeri ulu hati, mual dan muntah
– tidak ada gejala organik
– stress karena banyak pekerjaan kantor

• PF: tanda vital normal


Dispepsia
• Kriteria diagnosis dispepsia fungsional (ROME IV)
– Satu atau lebih dari: rasa penuh, cepat kenyang, nyeri
epigastrik, sensasi terbakar epigastrik
DAN
– Tidak ada kelainan struktural
– Berlangsung dalam waktu 3 bulan dengan onset gejala
paling tidak 6 bulan sebelum diagnosis
Tanda bahaya (ALARMS)
• Above 55 years old
• Anemia
• Loss of appetite
• Anorexia
• Recent onset of progressive symptoms
• Melena/hematemesis
• Swallowing difficulty
Tatalaksana
• Pump proton inhibitor atau anti histamin (2 – 8 minggu)
– PPI: omeprazole, lansoprazole dst
– Anti histamin: ranitidine, cimetidine, dst
• Prokinetik
– Domperidone, cisapride dst
• Agen anti sekretorik
– Buspirone, acotiamide, dst
• Lini akhir (perlu konsultasi)
– Penggunaan anti-depresan (TCA/SSRI)
Mekanisme Kerja Obat
• Metoclopramide: antagonis reseptor D2di chemoreceptor trigger
zone (mempercepat motilitas gaster, anti muntah)
• Omeprazole: mengurangi sekresi asam lambung (dengan
menginibisi H+K+ATPase)
• Domperidone: antagonis selektif reseptor dopamine D2 (mirip
dengan Metoclopramide)
• Ranitidin: inhibitor histamin pada reseptor H2 di sel parietal
(mengurangi sekresi asam lambung dan kadar ion hidrogen)
A. Antagonis reseptor H2

B. Antiemetik

C. Analgetik

D. Antispasmodic

E. Antasida
94
Pasien laki-laki 60 tahun datang dengan tidak sadar dan pernah didiagnosis sirosis hepar
oleh dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan eritema palmar (+), spider nevi (+), dan
terdapat benjolan di umbilikus. Apa pemeriksaan yang tepat untuk
mendiagnosis benjolan tersebut?

A. USG Abdomen

B. CT scan abdomen

C. Foto polos abdomen

D. MRI abdomen

E. PET-Scan
Jawaban

B. CT Scan Abdomen
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang?
• Laki-laki, 60 tahun
– Tidak sadar, pernah didiagnosis sirosis hepar

• PF: eritema palmar, spider nevi, benjolan di


umbilikus  hernia umbilical akibat ascites atau
Sister Mary Joseph Nodule (tanda keganasan
intraabdomen)
A. USG Abdomen

B. CT scan abdomen

C. Foto polos abdomen

D. MRI abdomen

E. PET-Scan
95
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB bercampur

darah. Terjadi penurunan BB dalam 10 bulan terakhir. Pada pemeriksaan rectal touché

didapatkan mukosa berbenjol-benjol, teraba keras, batas tidak jelas, handscoen terdapat

darah. Pada pemeriksaan foto polos abdomen didapatkan gambaran sebagai berikut.

Apa diagnosis pasien ini?

A. Ca colorektal

B. Tumor sigmoid

C. Crohn Disease

D. Colitis ulserative

E. Polipoid
Jawaban

A. Ca kolorektal
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan, 45 tahun
– BAB campur darah
– Penurunan BB dalam 10 bulan terakhir

• RT: mukosa berbenjol-benjol, teraba keras, batas tidak


jelas, terdapat darah.
• X Ray:Apple core sign
Adenokarsinoma Kolon
Gejala dan tanda:
• BAB berdarah
• Perubahan pola BAB
• Divertikulitis yang nyeri
• Demam
• BAB turun tanpa sebab
Pemeriksaan:
• Anemia
• Filling defect pada barium enema (apple core sign)
• Massa pada kolonoskopi
Apple core sign pada barium enema
(Adenokarsinoma Kolon)
Apple core sign pada barium enema
(Adenokarsinoma Kolon)
A. Ca kolorektal

B. Tumor sigmoid

C. Crohn Disease

D. Colitis ulserative

E. Polipoid
96
Bayi usia 7 hari dibawa ibunya ke praktik Anda karena muntah dan tidak bisa
minum ASI sejak lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemas,
lain-lain dalam batas normal. Saat dipasangkan NGT, NGT tertahan seperti
terlihat pada rontgen. Apa diagnosis pasien?

A. Atresia esofagus

B. Achalasia

C. Esofagitis

D. Tumor esofagus

E. Pemasangan NGT yang salah


Jawaban

A. Atresia esofagus
Pembahasan
Diagnosis?
• Bayi 7 hari
– Muntah dan tidak bisa
minum ASI sejak lahir

• Tampak lemas, lain-lain


dalam batas normal
• Saat dipasangkan NGT 
Kelainan Kongenital Pada Sistem
Gastrointestinal Anak
Morbus Hirschprung
• Pasase mekonium terlambat akibat sistem aganglionik, colok dubur
menyemprot
• Biopsi : aganglionik pleksus Meissner dan Auerbach

Stenosis Pylorus
• Muntah menyemprot berisi bercak kopi, teraba massa di epigastrium
seperti buah zaitun/olive
• BOF : String sign

Atresia Esofagus
• Hipersalivasi, tersedak pada usia neonatus, dapat ditemukan riwayat
polihidramnion pada ibu
• BOF : single bubble sign, gambaran coiling NGT
Kelainan Kongenital Pada Sistem
Gastrointestinal Anak
Atresia Duodenum
• Muntah hijau (bilier) di usia awal kelahiran
• BOF : Double bubble sign
Hernia Diafragmatika
• Sesak, bising usus pada auskultasi paru
• Thorax :gambaran usus di paru
Intususepsi
• Kolik perut, diare red currant jelly
• BOF : target sign, pemeriksaan colok dubur : portio like sign
Volvulus
• Distensi abdomen, kembung, muntah, bising usus meningkat
• BOF : coffe bean appearance
Atresia Esofagus

NGT terpuntir
A. Atresia esofagus

B. Achalasia

C. Esofagitis

D. Tumor esofagus

E. Pemasangan NGT yang salah


97
Perempuan usia 62 tahun datang dengan keluhan nyeri lutut. Pasien
pernah mengalami NSAID induced gastritis. Apa yang dapat diberikan
untuk mencegah gastritis?

A. Omeprazole

B. Domperidone

C. Sukralfat

D. Antasida

E. Misoprostol
Jawaban

A. Omeprazole
Pembahasan

Tata laksana?

• Perempuan 62 tahun
– Nyeri lutut  akan diberikan NSAID

– Pernah mengalami NSAID induced gastritis


Faktor Agresif vs Protektif Lambung
Mekanisme Pertahanan
Gastrointestinal
• Lapisan mukus

• Bikarbonat mukosa

• Kemampuan regenerasi epitel

• Sekresi prostaglandin

• Tight junction intraselular


Mekanisme Kerja Obat
• Metoclopramide: antagonis reseptor D2di chemoreceptor trigger
zone (mempercepat motilitas gaster, anti muntah)
• Omeprazole: mengurangi sekresi asam lambung (dengan
menginibisi H+K+ATPase)
• Domperidone: antagonis selektif reseptor dopamine D2 (mirip
dengan Metoclopramide)
• Ranitidin: inhibitor histamin pada reseptor H2 di sel parietal
(mengurangi sekresi asam lambung dan kadar ion hidrogen)
Sukralfat
• Membentuk lapisan gel pada ulkus untuk mencegah
erosi akibat asam lambung, pepsin, dan empedu

• Juga membantu produksi prostaglandin dan ekskresi


bikarbonat

• Intinya: melapisi dinding lambung supaya lebih cepat


sembuh dari ulkus

Korman, M. G.; Bolin, T. D.; Szabo, S.; Hunt, R. H.; Marks, I. N.; Glise, H. (1994-08-01). "Sucralfate: the Bangkok review". Journal of
Gastroenterology and Hepatology. 9 (4): 412–415.
A. Omeprazole

B. Domperidone

C. Sukralfat

D. Antasida

E. Misoprostol
98
Anak laki-laki usia 7 tahun datang dengan keluhan diare berlendir dan
bercampur darah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan muntah disangkal. Menurut
ibunya terdapat benjolan seperti daging yang keluar dari duburnya. Anak ini
suka bermain di tanah lapang sekolahnya dan jarang mencuci tangan.
Diagnosis kasus di atas adalah...
A. Ascariasis
B. Trikuriasis
C. Trikinelosis
D. Necatoriasis
E. Schistosomiasis
Jawaban

B. Trikuriasis
Pembahasan
Pembahasan?
• Anak laki-laki 7 tahun
– Diare berlendir dan bercampur darah sejak 2 hari
– Benjolan seperti daging yang keluar dari dubur 
prolaps rektum  khas trikuriasis
– Suka bermain di tanah lapang sekolahnya dan jarang
mencuci tangan
Trichuris trichiura
- Cacing Cambuk -
Trichuriasis
• Gejala klinis :
– Infeksi ringan : asimptomatik
– Infeksi berat :
• Nyeri perut, diare
• Jika infeksi >200 cacing akan menimbulkan disentri
• Prolaps rektum
• Gagal tumbuh, anemia
Trichuriasis
• Diagnosis :
– Menemukan telur dalam faeces
– Infeksi ringan  sulit ditemukan cacing  perlu
dilakukan pemeriksaan secara konsentrasi
– Beratnya infeksi  pemeriksaan kwantitatif Trichuris trichiura

(Kato-Katz tehnik)

• Tatalaksana Barrel shape


Tempayan
– Mebendazole 2x100 mg selama 3-4 hari Mucoid plug

– Albendazole dosis tunggal 400 mg


Pilihan Lain

Taenia Oxyuris Ascaris


Telur Hookworm lumbricoides
vermicularis
A. Duodenale
Enterobius
N. americanus
vermicularis

Bulat, dinding Dinding 3 lapis


Asimetris, dinding
tebal, radial, berisi Dinding tipis (albuminoid, hialin,
pipih di salah satu
embrio vitelina)
sisi
Pilihan Lain

S. japonicum S. haematobium S. mansoni

Japonicum  bendera jepang (bulet)


Haematobium  duri di tengah
Mansoni  M = miring, duri miring
A. Ascariasis

B. Trikuriasis

C. Trikinelosis

D. Necatoriasis

E. Schistosomiasis
99
Bayi laki-laki usia 5 hari dibawa ke RS karena kulitnya tampak kuning. Pada hari pertama
tidak diketahui kuning atau tidak, orang tua pasien baru sadar pada hari ke-3. Pasien
diberi ASI, laahir dari kehamilan aterm dengan proses partus normal. BAB dikatakan
berwarna seperti dempul. Pada pemeriksaan fisik: bayi tampak kuning dan sklera
kuning-kehijauan. Pemeriksaan feses: feses akolik. Apakah diagnosis pasien ini?
A. Atresia bilier
B. Hepatitis
C. Prematur
D. Inkompatibilitas Hb
E. Erythroblastosis fetalis
Jawaban

A. Atresia bilier
Pembahasan
Diagnosis ?
• Anamnesis
– Bayi usia 5 hari, tampak kuning, baru sadar pada usia 2 hari, diberi ASI
eksklusif, BAB dempul (+)
– Riwayat kelahiran  aterm, partus normal
• Pemeriksaan fisik
– Tampak ikterik, sklera ikterik
• Hiperbilirubinemia ec ?

• Pemeriksaan penunjang  feses akolik


Diagnosis Banding Ikterus pada
Neonatus

• Atresia biliar
• Sepsis
• Breast feeding jaundice (BFJ)
• Breast milk jaundice (BMJ)
• Hemolisis  defisiensi G6PD, hemoglobinopati,
inkompatibilitas Rh/ABO
Pendekatan Klinis
• Hiperbilirubinemia neonatus  >5 mg/dL
• Ikterik fisiologis baru akan muncul dengan onset >24 jam, plasenta
masih bisa bekerja pada hari pertama untuk klirens bilirubin
• Kramer (sefalo-kaudal)
– Kepala leher  4-8 mg/dL
– Tubuh atas  5-12 mg/dL
– Tubuh bawah + paha  11-18 mg/dL
– Telapak tangan + telapak kaki  >15 mg/dL
– >15 mg/dL  seluruh tubuh
Hiperbilirubinemia Neonatus
• Etiologi
– Peningkatan produksi (utamanya indirek)
• Inkompatibilitas Rh
• Inkompatibiltas ABO
• Perdarahan ekstravaskular
• Polisitemia
• Hemoglobinopati
• Defisiensi G6PD
Hiperbilirubinemia Neonatus
• Etiologi
– Penurunan eksresi
• Atresia biliar
• BFJ/BMJ
• Sepsis
• Mobus Hirschsprung, ileus mekonium
• Sindrom Crigler-Najjar
• Sindrom Gilbert
• Hipotiroidisme
• DM pada ibu  defisiensi glukoronidase ec hipoglikemia
Pendekatan Klinis
• Anamnesis
– Onset kuning
– Usia kehamilan  bayi prematur lebih tinggi risikonya untuk mengalami sepsis dan waktu
ikterik fisiologis yang lebih lama
– Aktivitas pemberian ASI  BFJ
– Warna urin pekat  tanda hiperbilirubinemia direk
– Warna feses  tanda hiperbilirubinemia direk

• Pemeriksaan fisik
– Tanda vital  sepsis
– Pucat  hemolisis
– Hepatosplenomegali  hiperbilirubinemia indirek
Atresia Biliar

• Penyebab kolestasis tersering pada neonatus

• Golden period  8 minggu

• USG  triangular cord sign

• Harus disingkirkan pada semua kasus ikterik


neonatus > 2 minggu
A. Atresia bilier

B. Hepatitis

C. Prematur

D. Inkompatibilitas Hb

E. Erythroblastosis fetalis
100
Seorang anak laki-laki usia 1 tahun 10 bulan dibawa oleh ibunya ke IGD RS karena BAB
cair sejak 2 hari yang lalu, sehari bisa mencapai 7 kalli diare. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, keadaan umum lemas, mata cekung,
turgor kulit melambat, dan mukosa oral kering. Bagaimana pemberian terapi
cairan pada anak tersebut?

A. 30ml/kgBB dalam 1 jam dan 70 ml/kgBB dalam 5 jam

B. 30ml/kgBB dalam 30 menit dan 70 ml/kgBB dalam 5 jam

C. 30ml/kgBB dalam 30 menit dan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam

D. 20ml/kgBB loading dose, evaluasi kembali setelah selesai loading

E. 100ml/kgBB dalam 4 jam, sambil diberi minum bila pasien dapat minum
Jawaban

C. 30 ml/kgBB dalam 30
menit dan 70 ml/kgBB dalam
2,5 jam
Pembahasan
Tatalaksana?
• Anak 1 tahun 10 bulan
– BAB cair sejak 2 hari lalu, frekuensi 7 kali/hari
• Diare akut

• Pemeriksaan fisik
– Tanda vital dalam batas normal, keadaan umum lemas
– Mata cekung, turgor kulit melambat, mukosa kering
• Diare akut dehidrasi berat
Strategi Tatalaksana Diare
• Rencana terapi C  diare akut dehidrasi berat
1. Rehidrasi dengan cairan intravena 100 mL/kgBB
• < 1 tahun  30 mL/kgBB (1 jam), 70 mL/kgBB (5jam)
• > 1 tahun  30 mL/kgBB (30 menit), 70 mL/kgBB (2,5
jam)

2. Zink selama 10 hari


3. Edukasi rencana terapi A
Tatalaksana Diare Akut
• Rehidrasi  sesuai derajat dehidrasi
• Nutrisi
• Zink
– < 6 bulan  10 mg selama 10 hari
– > 6 bulan  20 mg selama 20 hari

• Antibiotik (jika perlu)


– Tetrasiklin 4 x 12,5 mg/kgBB selama 3 hari  kolera
– Ciprofloxacin 2 x 15 mg/kgBB selama 3 hari  disentri shigella
– Metronidazole 3 x 10 mg/kgBB selama 5 hari  amoebiasis
– Metronidazole 3 x 5 mg/kgBB selama 5 hari  giardiasis

• Edukasi
Strategi Tatalaksana Diare
• Rencana terapi A  diare akut tanpa dehidrasi
1. Rehidrasi
• 50-100 mL setiap diare (anak <1 tahun)
• 100-200 mL setiap diare (anak 1-5 tahun)

2. Edukasi cara pemberian cairan tambahan


3. (Edukasi) Pemberian zink selama 10 hari
4. Edukasi pemberian makan
5. Edukasi waktu kontrol
Strategi Tatalaksana Diare
• Rencana terapi B  diare akut dehidrasi ringan-
sedang
1. Rehidrasi dengan oralit dalam waktu 3 jam
• 75 mL/kgBB
• Evaluasi derajat dehidrasi

2. Zink selama 10 hari


3. Edukasi rencana terapi A
A. 30ml/kgBB dalam 1 jam dan 70ml/kgBB dalam 5 jam

B. 30ml/kgBB dalam 30 menit dan 70ml/kgBB dalam 5 jam

C. 30ml/kgBB dalam 30 menit dan 70ml/kgBB dalam


2,5 jam

D. 20ml/kgBB loading dose, evaluasi kembali setelah selesai


loading

E. 100ml/kgBB dalam 4 jam, sambil diberi minum bila pasien


dapat minum

Anda mungkin juga menyukai