Anda di halaman 1dari 6

KOORDINASI Supply chain SATU PABRIK-SATU

DISTRIBUTOR PADA MODEL PENENTUAN HARGA DAN


KEPUTUSAN PRODUKSI

Evi Yuliawati1
1
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

E-mail: evi_y_widodo@yahoo.com

ABSTRAK
Persaingan dan pasar global mendorong perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mereka pada produk/
layanan di harga sangat murah, pada kualitas yang dapat diterima dan dalam lead time pendek. Ini mengarah pada
fakta bahwa koordinasi dalam rantai pasokan sangat penting. Penelitian ini membandingkan produsen-satu distributor
skenario koordinasi supply chain dalam model penentuan harga bersama dan produksi/perintah keputusan. Model
penentuan harga bersama dan produksi/perintah keputusan berdasarkan Programa Non Linier dengan fungsi tujuan
memaksimalkan keuntungan supply chain tersebut. Skema harga dimulai ketika produsen menentukan harga jual. Sebuah
rantai pasokan skenario koordinasi dan rantai pasokan tanpa koordinasi akan membandingkan skenario dalam penelitian
ini. Percobaan dengan menggunakan satu set contoh numerik dilakukan untuk mengevaluasi kinerja model. Selain itu,
analisis sensitivitas dilakukan untuk mengeksplorasi dampak kapasitas dan harga untuk menuntut perubahan sensitivitas-
parameter untuk fungsi tujuan dari model yang diusulkan.

Kata kunci: koordinasi rantai pasokan, harga bersama, produksi/perintah keputusan, kapasitas produksi

ABSTRACT
Competition and global market induce enterprises to meet their customer needs on product/service in considerably
cheap price, in acceptable quality and within short lead time. This leads to the fact that coordination in a supply chain is
extremely important. This research compare one manufacturer-one distributor supply chain coordination scenarios in a
model joint pricing and production/order decisions. Model joint pricing and production/order decisions is based on Non
Linear Programming with objective function to maximize its supply chain profit. Pricing scheme is initiated when the
manufacturer determines its selling price. A supply chain coordination scenario and supply chain without coordination
scenario will compare in this research. Experiment by employing a set of numerical example is performed to evaluate the
model performance. Moreover, sensitivity analysis is done to explore the effect of capacity's and price to demand sensitivity-
parameter's changes to the objective function of proposed model.

Key words: supply chain coordination, joint pricing, production/order decisions, production capacity

PENDAHULUAN menjadi perhatian para peneliti, prinsip kebijakan ini


Kompetisi dan persaingan pasar global adalah membagikan keuntungan yang diperoleh oleh
mendorong perusahaan untuk dapat memenuhi distributor sebagai hasil kemitraan dengan pabrik.
kebutuhan konsumen akan produk/jasa secara Penerapan strategi ini selain akan meningkatkan
murah, berkualitas dan cepat. Dukungan teknologi keuntungan perusahaan pada supply chain juga akan
informasi dan komunikasi yang berkembang dengan mengurangi variabilitas permintaan dan produksi.
sangat cepat memungkinkan seluruh pelaku Sampai saat ini sudah cukup banyak penelitian
industri untuk meningkatkan daya saingnya dengan yang membahas mengenai gabungan antara
melakukan koordinasi perencanaan produksi dan penentuan harga dan keputusan produksi/order.
mengurangi biaya-biaya yang dianggap tidak efisien. Model yang pertama kali diperkenalkan oleh Whitin
Tuntutan-tuntutan tersebut membuat koordinasi (1955). Model ini menggabungkan penentuan harga
pengambilan keputusan antara elemen-elemen yang dan model Economic Order Quantity tradisional,
ada dalam supply chain menjadi sangat penting. di mana permintaan berbanding linier terhadap
Kebijaksanaan pricing (penentuan harga) dalam harga, untuk memaksimalkan keuntungan yang
supply chain merupakan permasalahan menarik yang dicapai perusahaan. Thomas
������������������������
(1970) melakukan

114
pengembangan model simultan untuk penentuan Qk = Jumlah produk yang diorder oleh
harga dan keputusan produksi/order pada single distributor selama periode k
produk dengan permintaan deterministik dalam QkM = Jumlah produk yang diproduksi oleh pabrik
rangka mencapai tujuan maksimasi keuntungan. selama periode k
Zhao et al. (2002) membahas koordinasi supply
f(Qk) = Fungsi untuk biaya pada distributor, tidak
chain, satu pabrik dan satu distributor, dengan
termasuk biaya pembelian dari pabrik
single produk untuk memaksimasi keuntungan yang
diperolehnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa f (Qk) = Fungsi untuk biaya produksi pada pabrik
M

dengan koordinasi antara elemen dalam supply chain setiap periode, termasuk di dalamnya biaya
dapat meningkatkan keuntungan sebesar 21,1%. bahan baku
Model permintaan stokastik ditunjukkan oleh Lee f k(Qk) = Fungsi untuk biaya pada distributor
et al. (1986) dan Federgruen et al. (1999), model yang sehubungan dengan proses pembelian dan
dikembangkan menggunakan fungsi concave untuk pemesanan.
maksimasi keuntungannya. Tidak berbeda dengan ΣIk = Jumlah persediaan distributor pada akhir
penelitian sebelumnya, penelitian ini juga fokus periode k
untuk single produk, harga yang dinamis dan finite ΣIk M = Jumlah persediaan pabrik pada akhir
dan infinite horison perencanaan. periode k
Ertex et al. (2002) menjelaskan model yang Dk(Pk) = Permintaan pada distributor yang
bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal merupakan fungsi pricing pada periode k
pada supply chain dua stage (pemasok dan pembeli)
h = Biaya penyimpanan per unit pada
dengan single produk. Kunreuther et al. (1973)
distributor setiap periode
menetapkan horison perencanaan pada single-
hM = Biaya penyimpanan per unit pada pabrik
period dalam mengembangkan model dua stage
setiap periode
supply chain, satu pabrik dan satu distributor, di
mana pabrik harus membuat trade off keputusan ak = Permintaan maksimum pada periode k
outsourcing. Hsieh (2008) mengembangkan model bk = Sensitivitas permintaan terhadap harga
yang menunjukkan koordinasi antara satu Original Cap = Kapasitas produksi maksimal pada setiap
Equipment Manufacturer (OEM), satu pabrik dan periode
satu distributor. Pengambilan keputusan dilakukan c = Sensitivitas harga terhadap permintaan
dalam rangka memaksimalkan keuntungan Pk cap
= Harga pada distributor selama periode k
supply chain pada tiga skenario yang dibuat yaitu: setelah pertimbangan kapasitas
(i) hubungan antara OEM-pabrik (ii) hubungan
Qkcap = Jumlah produk yang diorder oleh
antara pabrik-distributor dan (iii) hubungan
distributor selama periiode k setelah
antara OEM-pabrik-distributor. ��������������������
Penelitian ini akan
pertimbangan kapasitas
membandingkan skenario supply chain yaitu skenario
koordinasi supply chain, skenario tanpa koordinasi Dua skenario yang akan dibandingkan dalam
dengan single price dan skenario tanpa koordinasi penelitian ini adalah skenario supply chain yaitu
dengan multiple price. skenario koordinasi supply chain, skenario tanpa
koordinasi dengan single price dan skenario tanpa
MEtode koordinasi dengan multiple price. Selain itu akan
Formulasi Model dibandingkan juga skenario-skenario tersebut dalam
model kapasitas terhadap model tanpa kapasitas.
Pada penelitian ini terdapat beberapa asumsi yang
Karakteristik sistem untuk supply chain yang tidak
digunakan yaitu: permintaan bersifat deterministik
terkoordinasi antara pabrik dan distributor adalah
namun bersifat dinamis dengan adanya pengaruh
sebagai berikut: 1) Pabrik menentukan harga jual
harga (price-sensitive), lead time pemenuhan
kepada distributor di mana harga jual bervariasi
permintaan adalah nol, tidak terjadi shortage dan selama periode N; 2) Merespon harga yang ditetapkan
backlogging dalam pemenuhan permintaan dari oleh pabrik, distributor akan menentukan harga
distributor serta pabrik mengetahui secara lengkap jualnya ke pasar dan jumlah produk yang akan
informasi tentang parameter biaya dan permintaan dipesan ke pabrik. Jumlah pesanan ditentukan
dari distributor. berdasarkan pertimbangan kapasitas produksi dan
Parameter yang digunakan dalam model ini jumlah persediaan yang dimiliki pabrik; 3) Pabrik
meliputi: akan membuat rencana produksi sesuai pesanan dari
Pk = Harga pada distributor selama periode k distributor dengan mempertimbangkan kapasitas
Pk M
= Harga pada pabrik selama periode k produksi dan persediaan yang dimiliki.

Yuliawati: Koordinasi Supply Chain Satu Pabrik 115


Berikut ini gambaran dari karakteristik sistem Model pada Pabrik
skenario supply chain untuk model dengan batasan
Fungsi Tujuan
kapasitas produksi.


P   h 
Max N
M M M M
Z M k Qk  f M Qk Ik
PkM Qk k 1
Pabrik

Distributor Fungsi Pembatas


M M M
Qk < Cap + Ik-1M Qk , P k Qk � Cap + Ik-1M − I k + I k −1 + Qk − Qk = 0
M
Qk ≤ Cap
Qkcap = Qk Qk cap
= Cap + Ik-1 M
M
Pkcap = Pk Pkcap = Pk (1+c) Ik ≥ 0
M
Qk ≥ 0
Pabrik
k = 1,....., N
Qkcap – I k-1M � QkM � Cap

Model pada Distributor


Gambar 1. Karakteristik Sistem
Fungsi Tujuan
Pada penelitian ini permintaan pada distibutor
bersifat deterministik dan price-sensitive yang artinya Z
Max N
P k , Qk


Pk ak  bk Pk   Pk Qk  f Qk   hI k
M

k 1
permintaan akan menurun secara linier bergantung
pada harga, sehingga fungsi untuk permintaan dapat
ditulis sebagai berikut: Fungsi Pembatas
Dk (Pk ) = ak − bk Pk − I k+ I k −1 + Qk − ak +b k Pk = 0
I k≥ 0
Model untuk Koordinasi Supply chain: Pabrik-
Distributor Qk ≥ 0
Fungsi Tujuan ak
− Pk ≥ 0
bk

P a    f Q   hI 
Max N
 bk Pk   f M Qk
M M
Z  hM Ik
P k , Qk , Qk
M
k 1
k k k k
k = 1,....., N

Fungsi Pembatas
ALGORITMA PENYELESAIAN MODEL
− I k+ I k −1 + Qk − ak +b k Pk = 0 Penyelesaian model untuk menghasilkan nilai
M M M Qkcap, Pkcap dan Qk M pada penelitian ini dilakukan
− I k + I k −1 + Qk − Qk = 0 dengan menggunakan algoritma berikut:
M
Qk ≤ Cap Langkah 1 : Tetapkan I0 = 0
Langkah 2 : Tetapkan nilai Cap dan c
I k≥ 0 Langkah 3 : Tentukan nilai k di mana N =
M
Ik ≥ 0 1,2,...,k dan nilai a k untuk masing-
masing k.
Qk ≥ 0 Langkah 4 : Tetapkan Pk M(0) = 0 dan tentukan
M nilai PkM untuk k=1
Qk ≥ 0 Langkah 5 : Tentukan
ak
− Pk ≥ 0 λ + h jika ∑ I k > 0
bk λk =  k −1
λk baru jika ∑ I k ≤ 0
k = 1,....., N
Langkah 6 : Menghitung nilai

116 Jurnal Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Agustus 2009: 114–119
 f '−1 (λk ) = f '−1 (λk − Pk M ) Langkah 11 : Tentukan QkM dengan Qkcap - Σ Ik-1M Σ
jika λk > f k ' (0)
Qk =  k QkM Σ Cap
0 jika λk ≤ f k ' (0)
Langkah 12 : Ulangi nilai langkah 3 sampai N = k
Langkah 7 : Menghitung nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
 1 ak  ak Parameter yang digunakan dalam analisis
 2  λk + bk  jika λk <
bk ini mengacu pada contoh numerik yang ada pada
Pk = 
 ak jika λk ≥
ak hasil penelitian Zhao dan Wang (2002). Parameter-
 bk bk parameter tersebut adalah sebagai berikut N=3;
bk=1; hM=0.5; hk=1; I0=0; Cap=1.2; ck =0.1
k
Berikut adalah hasil perhitungan untuk skenario
Langkah 8 : ∑I = I 0 + ∑ (Qi − ai + bi .Pi )
k
i =1
supply chain yaitu skenario koordinasi supply chain,
skenario tanpa koordinasi dengan single price dan
Langkah 9 : Menghitung nilai
skenario tanpa koordinasi dengan multiple price.
Pada bagian berikut akan dibandingkan hasil
 P (1  c) jika Qk  Cap  I k 1
M

Pk
cap
 k perhitungan contoh numerik pada permasalahan
jika Qk Cap  I k 1
M
 Pk penentuan harga dan keputusan produksi/order
dengan mempertimbangkan kapasitas produksi
Langkah 10 : Menghitung nilai
untuk tiga skenario.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari beberapa
 P (1 + c) jika Qk > Cap + ∑ I k −1
M
cap
Pk = k skenario yang ada, skenario koordinasi antara
jika Qk ≤ Cap + ∑ I k −1
M
 Pk pabrik-distributor memberikan keuntungan supply

Tabel 1. Hasil Perhitungan untuk Skenario Koordinasi Supply chain

k ak QkM PkM ZM QkCap PkCap ZCap ZCap+ ZM


0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0.92 1.83 0.25 0.67 1.00 -2.12 -1.87
2 5 1.17 2.33 1.23 1.17 4.25 -1.31 -0.08
3 10 1.20 2.83 2.66 1.45 7.98 10.98 13.65
3.29 4.15 3.29 7.55 11.70

Tabel 2. Hasil Perhitungan untuk Skenario Supply chain Tanpa Koordinasi dengan Single Price

k ak QkM PkM ZM QkCap PkCap ZCap ZCap+ ZM


0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0.29 5.45 -0.23 0 1.00 0.00 -0.23
2 5 0.54 5.45 1.14 0.31 5.00 -2.05 -0.91
3 10 0.79 5.45 6.52 1.31 8.38 5.58 12.09
1.62 7.42 1.62 3.53 10.95

Tabel 3. Hasil Perhitungan untuk Skenario Supply chain Tanpa Koordinasi dengan Multiple price

k ak QkM PkM ZM QkCap PkCap ZCap ZCap+ ZM


0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0.31 4.30 1.24 0.31 1.00 -1.69 -0.45
2 5 0.56 5.05 2.51 0.56 5.00 -3.85 -1.34
3 10 0.81 5.80 4.04 0.81 8.31 9.07 13.11
1.68 7.79 1.68 3.52 11.31

Yuliawati: Koordinasi Supply Chain Satu Pabrik 117


Tabel 4. Perbandingan Tiga Skenario Supply chain

Skenario Tanpa Koordinasi Dengan


Parameter Single Price Multiple price Koordinasi
Order Pabrik QkM 1.62 1.68 3.29
Order Distributor QkCap 1.62 1.68 3.29
Keuntungan Pabrik ZM 7.42 7.79 4.15
Keuntungan Distributor Zcap 3.53 3.52 7.55
Keuntungan SC ZM + Zcap 10.95 11.31 11.70

chain yang paling baik yaitu sebesar 11,70 atau lebih Analisis Sensitivitas pada Kapasitas
tinggi 6,85% dari skenario tanpa koordinasi dengan Produksi Cap
single price dan lebih tinggi 3,45% dari skenario Gambar 2 memperlihatkan bahwa semakin
multiple price. Untuk distributor juga mendapatkan besar kapasitas produksi maka keuntungan yang
peningkatan keuntungan sebesar 60,59% (dari 3,53 dicapai oleh pabrik akan semakin besar. Peningkatan
menjadi 7,55) untuk single price dan 114.49% (dari kapasitas produksi berakibat pada meningkatnya
3,52 menjadi 7,55) untuk multiple price. Namun jumlah order.
seperti dapat dilihat pada Tabel 4, peningkatan
keuntungan supply chain dan distributor tidak diikuti
35
oleh peningkatan keuntungan yang diperoleh pabrik, 30
di mana pada skenario ini pabrik hanya memperoleh 25
Keuntungan
Supply Chain
keuntungan sebesar 4,15 atau turun 44,01% dari 20
Distributor
15
skenario tanpa koordinasi dengan single price dan 10
Pabrik

turun 46,73% dari skenario multiple price. 5

Selanjutnya akan dibandingkan juga model pada 0


0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
penelitian ini dengan model penelitian tanpa kapasitas Kapasitas Produksi

Zhao dan Wang (2002). Perbandingan disajikan pada


Tabel 5. Tabel 5 memperlihatkan bahwa dengan Gambar 2. Perubahan Keuntungan karena Perubahan
penambahan batasan kapasitas keuntungan yang Kapasitas Produksi (cap)
diperoleh supply chain turun dari 14,62 menjadi 11,70
atau sekitar 19,97%. Model dengan kapasitas akan Pada sisi distributor semakin besar kapasitas produksi
cenderung menghasilkan keuntungan yang lebih maka keuntungan yang diperolehnya cenderung
lebih rendah bila dibandingkan dengan model tanpa menurun, namun dapat dilihat pada Gambar 2
kapasitas. Ini terjadi karena pada model kapasitas terlihat terjadi kenaikan keuntungan pada kapasitas
distributor terbebani oleh pertimbangan kapasitas 1 dan 1,5, setelah kapasitas 1,5 keuntungan yang
produksi pabrik dalam melakukan order. Hal ini diperoleh distributor cenderung stabil. Penurunan
mengakibatkan pada penurunan order distributor, keuntungan distributor ini diakibatkan oleh
dan secara otomatis akan meningkatkan harga meningkatnya biaya pembelian dan pemesanan yang
jualnya ke pelanggan. ditanggung oleh distributor seiring dengan naiknya

Tabel 5. Perbandingan Model Kapasitas dan Tanpa Kapasitas

Kapasitas (Penelitian ini) Tanpa Kapasitas (Zhao dan Wang, 2002)


Model
Tanpa Koordinasi Tanpa Koordinasi
Single Multiple Single Multiple
Parameter Koordinasi Koordinasi
Price Price Price Price
Order Pabrik QkM 1.62 1.68 3.29 1.62 1.69 3.5
Order Distributor QkCap 1.62 1.68 3.29 1.62 1.69 3.5
Keuntungan Pabrik Z M
7.42 7.79 4.15 7.42 7.84 4.21
Keuntungan Distributor Zcap 3.53 3.52 7.55 3.54 3.41 10.42
Keuntungan SC ZM + Zcap 10.95 11.31 11.7 10.96 11.45 14.62

118 Jurnal Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Agustus 2009: 114–119
jumlah order. Selain itu harga distributor yang rendah bila dibandingkan dengan model tanpa
cenderung tetap atau turun yang mengakibatkan batasan kapasitas. Perubahan dari skenario supply
berkurangnya pendapatan yang diterima distributor chain tanpa koordinasi, baik untuk single price
juga merupakan sebab menurunnya keuntungan maupun multiple price, menjadi skenario koordinasi
distributor. Kemudian kondisi stabil dicapai semua supply chain menyebabkan peningkatan keuntungan
pihak setelah melewati kapasitas produksi 1.42. Hal supply chain. Skema perubahan keuntungan yang
ini menunjukkan bahwa pada nilai kapasitas tersebut terjadi adalah di mana keuntungan skenario single
adalah sama dengan kondisi koordinasi supply chain price lebih kecil bila dibandingkan dengan skenario
tanpa kapasitas. Secara keseluruhan terlihat bahwa multiple price, namun skenario multiple price masih
dengan peningkatan kapasitas produksi berakibat lebih kecil bila dibandingkan dengan skenario
pada menurunnya keuntungan supply chain. koordinasi. Kecenderungan perubahan keuntungan
yang sama terjadi juga pada model tanpa batasan
Analisis Sensitivitas pada Sensitivitas Harga kapasitas. Dari analisis sensitivitas dapat ditarik
terhadap Permintaan c beberapa kesimpulan: semakin meningkat kapasitas
Pada bagian ini akan dibahas pengaruh produksi pabrik mengakibatkan meningkatnya
perubahan sensitivitas harga terhadap permintaan keuntungan pabrik, namun keuntungan yang
terhadap perilaku model. Dari Gambar 3 dapat diperoleh distributor dan supply chain cenderung
dilihat bahwa semakin meningkat nilai sensitivitas menurun. Naiknya nilai sensitivitas harga
maka keuntungan yang diperoleh oleh pabrik adalah terhadap permintaan mengakibatkan menurunnya
cenderung tetap. Hal ini terjadi karena jumlah keuntungan distributor dan supply chain, sedangkan
order dari distributor dan jumlah produk yang akan keuntungan pada pabrik relatif stabil.
dibuat oleh pabrik relatif stabil sehingga keuntungan
yang diperoleh oleh pabrik juga relatif stabil. Pada DAFTAR PUSTAKA
distributor meningkatnya nilai sensitivitas akan Ertex, G. and Griffin, P. M., 2002. "Supplier-and Buyer-
cenderung mengurangi keuntungan yang diperoleh. Driven Channels in Two-Stage Supply chain", IIE
Peningkatan nilai sensitivitas tidak menyebabkan Transactions, Vol. 34, pp. 691–700.
order bergerak atau cenderung tetap. Penurunan Federgruen, A. and Heching, A., 1999. "Combined
keuntungan ini disebabkan oleh meningkatnya Pricing and Inventory Control Under Uncertainty",
Operations Research, Vol. 47(3), pg. 454.
harga distributor seiring dengan meningkatnya nilai
Hsieh, C. C., and Wu, C. H., 2008. "Capacity Allocation,
sensitivitas sehingga permintaan akan cenderung
Ordering and Pricing Decisions in A Supply chain
rendah, yang pada akhirnya akan menurunkan
with Demand and Supply Uncertainties", European
keuntungan distributor. Journal of Operational Research, Vol. 184,
pp. 667–684.
30 Kunreuther, H. and Richard, J. F., 1971. "Optimal Pricing
25
and Inventory Decisions for Non-seasonal Items,
Keuntungan

20 Supply Chain
Econometrica, Vol 39(1), pg. 173.
15 Distributor
10 Pabrik Kunreuther, H. and Schrage L., 1973. "Joint Pricing and
5 Inventory Decisions for Constant Priced Items",
0 Management Science, Vol. 19(7), pg. 732.
0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Sensitivitas Harga Terhadap
Lee, H. and Rosenblatt, M., 1986. "A Generalized Quantity
Permintaan (c) Discount Pricing Model to Increase Supplier's
Profits", Management Science, Vol. 32(9), pg. 1177.
Gambar 3. Perubahan Keuntungan karena Perubahan Simchi-Levi, D., Kaminsky, P. and Simchi-Levi, E., 2000.
Ni la i S ensitiv it a s Ha rg a t erhadap Designing and Managing The Supply chain, Mc-
Permintaan (c) Graw-Hill International Edition.
Thomas, J., 1970. "Price-Production Decisions with
SIMPULAN Deterministic Demand", Management Science, Vol.
16(11), pg.747.
Model dengan batasan kapasitas produksi akan Whitin, T. M., 1955. "Inventory Control and Price Theory",
menghasilkan perubahan terhadap ukuran order dan Management Science, Vol. 2(1), pg. 61.
keuntungan, baik pada pabrik, distributor maupun Zhao, W. and Wang, Y., 2002. "Coordination of Joint
supply chain, di mana jumlah order dan keuntungan Pricing-Production Decisions in a Supply chain", IEE
yang diterima masing-masing pihak menjadi lebih Transactions, Vol. 34, pp. 701–715.

Yuliawati: Koordinasi Supply Chain Satu Pabrik 119

Anda mungkin juga menyukai