Anda di halaman 1dari 19

36

BAB III
DASAR TEORI TRANSFORMATOR

3.1 Transformator

Transformator merupakan suatu alat magnetoelektrik yang sederhana, andal dan


efisien untuk mengubah tegangan bolak–balik dari suatu tingkat ke tingkat yang lain.
Pada umunya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis, dan
dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Rasio perubahan
tegangan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan tersebut. Secara
umum dapat dibedakan dua jenis transformator menurut konstruksinya, yaitu tipe inti dan
tipe cangkang. Sedangkan tipe cangkang mempunyai 3 buah kaki yang tengah-tengah
dibelit oleh kedua kumparan.

Pada pemakaian sendiri (PS) menggunakan Transformator yang berbeda dengan


transformator yang digunakan untuk keperluan transmisi. Transformator untuk
pemakaian sendiri digunakan transformator step down. Hal ini dikarenakan tegangan
keluaran dari generator lebih tinggi dari tegangan yang dibutuhkan untuk beban alat-alat
di unit pembangkit. Untuk pemakaian sendiri (PS) pada PLTU Tanjung Jati B, tegangan
yang di butuhkan untuk pengopersian komponen-komponen pendukung proses produksi
listrik adalah 10 kV. Tegangan ini leih kecil dari pada output generator yaitu 28,8kV,
sehingga tegangan perlu I turunkan dari 28,8 kV menjadi tegangan kerja yaitu 10kV
dengan menggunakan transformator step down ini. Untuk alat-alat pendukung dengan
kebutuhan tegangan lebih kecil dari 10kV diperlukan transformator lain ntuk menurunkan
tegangan menjadi tegangan kerja alat tersebut.
37

3.2 Prinsip Kerja Transformator


Transformator menggunakan prinsip hukum induksi Faraday dan hukum Lorentz
dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak-balik yang mengalir mengelilingi inti besi
maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi
oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial.

Trafo bekerja atas dasar pembangkit tegangan induksi bolak-balik di dalam


kumparan yang melingkupi fluksi yang berubah-ubah. Pada gambar 3.1Apabila lilitan
primer diberi tegangan bolak-balik E1 maka akan timbul arus I2 (pada trafo tak
berbeban : I0) pada belitan primer, yang kemudian akan membangkitkan fluksi bolak-
balik pada inti trafo. Kemudian fluksi ini membangkitkan primer dan arus I2 pada
sekunder, bila trafo berbeban dan menghasilkan tegangan bolak balik E2 pada sisi
sekunder [2].

Gambar 3.1 Lilitan Trafo Tenaga

Keterangan :
E1 : Tegangan primer N2 : Lilitan sekunder
E2 : Tegangan sekunder e1 : Tegangan Induksi Primer
I1 : Arus primer e2 : Tegangan Induksi Sekunder
I2 : Arus sekunder ø : Fluksi
N1 : Lilitan primer
38

3.3 Bagian – Bagian dari Transformator

Gambar 3.2Bagian-bagian Trafo Tenaga[3].

Keterangan :
1. Mounting flange 9. Terminal connection
2. Tangki transform 10. Carriage
3. Inti besi (core) 11. Baut pada core
4. Konservator 12. Header
5. Sirip radiator (Radiator Fin) 13. Termometer
6. Belitan/kumparan (winding) 14. Relay bucholz
7. LV bushing 15. Silica gel (breathe)
8. HV bushing
39

3.3.1 Bagian Utama


a) Inti Besi

Gambar 3.3 Inti Besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan


oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan – lempengan
besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas sebagai rugi – rugi besi
yang ditimbulkan oleh arus Eddy (EddyCurrent)[3].

b) Kumparan Transformator

Gambar 3.4 Kumparan Transformator


40

Terdiri dari beberapa lilitan berisolasi yang membentuk suatu


kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun
terhadap kumparan lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax, dan lain –
lain.
Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila
kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak – balik maka pada
kumparan tersebut timbul fluksi. Fluksi ini akan menginduksikan tegangan,
dan bila pada rangkaian sekunder ditutup (bila ada rangkaian beban) maka
akan menghasilkan arus pada kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat
transformasi tegangan dan arus[3].

c) Bushing

Gambar 3.5 Bushing

Hubungan antara transformator ke jaringan luar melalui sebuah bushing


yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus
41

berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki


transformator[3].

d) Tangki dan Konservator

Gambar 3.6 Tangki dan Konservator

Pada umumnya bagian – bagian transformator yang terendam minyak


trafo ditempatkan di dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo,
tangki dilengkapi dengan konservator[3].
e) Minyak Transformator

Gambar 3.7 Minyak Trafo

Minyak transformator disini berfungsi sebagai pengisolasi (isolator)


dan pendingin. Minyak sebagai isolator berfungsi mengisolasi kumparan di
dalam transformator supaya tidak terjadi loncatan bunga api listrik akibat
tegangan tinggi. Minyak sebagai pendingin berfungsi mengambil panas yang
42

ditimbulkan saat transformator berbeban lalu melepaskannya dan melindungi


komponen didalamnya terhadap oksidasi dan korosi[3].

3.3.2 Peralatan Bantu


a) Pendingin
Pada inti besi dalam kumparan – kumparan akan timbul panas akibat
rugi besi dan rugi tembaga. Apabila panas tersebut mengakibatkan kenaikan
suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo. Untuk mengurangi
kenaikan suhu transformator yang berlebihan, maka perlu dilengkapi dengan
alat .Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa: Udara/gas,
minyak dan air. Pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara :  [3]

 Alamiah (natural) 
 Tekanan/paksaan (forced).

b) Perubah Tap (Tap Changer)


Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang diinginkan dari jaringan
tegangan primer yang berubah – ubah. Tap changer yang bisa beroperasi untuk
memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban
disebut Off Load Tap Changer dan hanya dapat dioperasikan secara manual.
Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap transformator
dalam keadaan berbeban disebut On Load Tap Changer dan dapat
dioperasikan secara manual maupun otomatis [3].
43

Gambar 3.8 OLTC pada Transformator

1. Kompartemen Diverter Switch


2. Selektor Switch

Trafo dituntut untuk tegangan output stabil saat tegangan input


dirubah nilainya karena tegangan output digunakan untuk menyesuaikan
kebutuhan jaringan. Tap Changer dibagi menjadi 3 yaitu Selector Switch,
Diverter Switch dan Tahanan Transisi.

Selector Switch yaitu rangkaian mekanik untuk menentukan posisi


tap dan rasio, Diverter Switch yaitu rangkaian mekanis saat terjadi
perubahan tap dengan tegangan tinggi dan Tahanan Transisi adalah
tahanan sementara untuk menghentikan arus saat terjadi perubaha tap.

c) Alat Pernafasan (Dehydrating Breather)


44

Gambar 3.9 Dehydrating Breather

Akibat pernafasan transformator tersebut maka permukaan minyak


akan selalu bersinggungan dengan udara luar. Udara luar yang lembab akan
menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator, maka untuk
mencegah hal tersebut pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi
dengan alat pernafasan berupa tabung berisi kristal zat hygroskopis[3].

d) Indikator
Untuk mengawasi selama transformator beroperasi, maka perlu adanya
indikator pada transformator sebagai berikut :
 Indikator suhu minyak

 Indikator permukaan minyak

 Indikator suhu winding

 Indikator kedudukan tap

e) NGR (Netral Grounding Resistant)


Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan NGR. NGR
adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada
transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR
45

adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi
neutral ke tanah[3].
46

3.3.3 Peralatan Proteksi

Rele merupakan salah satu dari perangkat proteksi pada sistem tenaga
listrik selain PMT (pemutus tenaga), transformator arus (CT), transformator
tegangan (PT), baterai dan pengawatan (kabel kontrol). Jika terjadi gangguan
atau kondisi kerja abnormal, maka rele akan merasakan gangguan tersebut dan
akan segera melakukan pemutusan atau penutupan pelayanan penyaluran
setiap elemen sistem tenaga listrik, sehingga peralatan pada sistem dapat
dilindungi dari kerusakan ataupun mengurangi kerusakan yang terjadi pada
peralatan [2].
a) Rele Bucholz
 Rele Bucholz adalah rele untuk mendeteksi dan mengamankan
terhadap gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas. 
Gas yang timbul antara lain diakibatkan oleh:
a. Hubung singkat antar lilitan dalam phasa 
b. Hubung singkat antar phasa 
c. Hubung singkat antar phasa ke tanah 
d. Busur api listrik antar laminasi 
e. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik. 
b) Pengaman tekanan lebih 
Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas,
berfungsi sebagai pengaman tangki trafo terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di dalam
tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kakuatan tangi
trafo.
Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relay Bucholz. Fungsinya adalah
mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator. Bedanya relai ini
hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung
mentripkan pemutus tenaga (PMT). Alat pengaman tekanan lebih ini berupa
membran yang terbuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas,
sebagai pengaman tangki transformator terhadap kenaikan tekan gas yang
timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu dan
47

kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator


Berikut ini  adalah gambar dari Rele Tekanan Lebih[2].
c) Rele Diferensial
 Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain
flash over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki
atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda kumparan. Cara
kerjanya yaitu membandingkan arus masuk dan arus keluar.
d) Rele Arus lebih
Befungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang
diperkenankan lewat dari trafo terseut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.
e) Rele Tangki tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila ada hubung singkat antara
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada trafo.
f) Rele Hubung tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat
satu phasa ke tanah.
g) Rele Termis
Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan isolasi
kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih.
Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan temperature [3].
48

3.4Pemeliharaan Traformator Daya

Transformator daya memerlukan pengujian, perawatan, serta


pengarsipan data hasil uji guna menghilangkan potensi-potensi sebab
kerusakan. Jenis program pengujian yang dilakukan :

Untuk Pemeliharaan Trafo daya dibagi menjadi 3 yaitu:


1. In Service Inspection
Inspeksi yang dilakukan saat trafo dalam kondisi operasi (in
service). Tujuannya untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang
mungkin terjadi tanpa melakukan pemadaman.

2. In Service Measurement
Pengukuran yang dilakukan saat trafo dalam keadaan in service.
Tujuannya untuk mengetahui kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan
pemadaman.

3. Shutdown Testing / Measurement


Pengukuran yang dilakukan saat trafo padam, seperti saat
pemeliharaan rutin maupun saat investigasi ketidaknormalan.
49

.5 Disolve Gas Analisys (DGA)


3.5.1 Definisi DGA
Analisa kondisi transformator yang dilakukan berdasarkan jumlah gas
terlarut pada minyak transformator.Pengujian DGA adalah salah satu langkah
perawatan preventif yang wajib dilakukan dengan interval pengujian paling tidak
satu kali dalam satu tahun.Pengujian DGA dalam transformator dapat
dianalogikan sebagaimana pengujian darah dalam diri manusia. Melalui pengujian
darah dalam diri manusia akan dapat diperoleh informasi yang terkait dengan
kesehatan manusia, begitupula pada transformator, dengan pengujian pada
minyak transformator akan dapat diperoleh informasi yang terkait dengn
kualitas/kerja transformator.
Keuntungan utama uji DGA adalah deteksi dini akanadanya fenomena
kegagalan yang ada pada transformator yang diujikan. Namun kelemahan
utamanya adalah diperlukan tingkat kemurnian yang tinggi dari sampel minyak
yang diujikan. Rata-rata alat uji DGA memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga
ketidakmurnian sampel akanmenurunkan tingkat akurasi dari hasil uji DGA.
3.6.2 Metode pada DGA
Pada pengujian DGA terdapat beberapa metode, antara lain metode
Roger’s ratio, key gas, Duval’s triangle, TGC, Doernburg’s ratio,danTDGC.
Dalam laporan kerja praktek ini menggunaan metode sebagai berikut :
a. Metode Roger’s Ratio
Metode ini menggunakan perbandingan konsentrasi gas CH4/H2,
C2H6/CH4, C2H4/C2H6, dan C2H2/C2H4 sebagai dasar untuk
mendeteksi 5 jenis kegagalan yaitu (i) low temperature fault,(ii) medium
temperature thermal fault, (iii) high temperature thermal fault, (iv) partial
discharges, and (v) high energy arcing.
Langkah dalam menggunakan metode ini adalah dengan
membandingkan konsentrasi gas-gas diatas kemdian membandingkan
dengan tabel di bawah ini untuk menentukan roger’s code.
50

Tabel 3.1 Rogers’s Ratio Codes


Gas Ratios Range Code
CH4/H2 <=0.1 5
>0.1, <1.0 0
>=1.0, <3.0 1
>=3 2
C2H6/CH4 <1.0 0
>=1.0 1
C2H4/C2H6 <1.0 0
>=1.0, <3.0 1
>=3.0 2
C2H2/C2H4 <0.5 0
>=0.5, <3.0 1
>=3.0 2

b. Motode Doernburg’s ratio


Metode ini menggunakan perbandingan konsentrasi gas CH4/H2,
C2H2/C2H4, C2H2/CH4, dan C2H6/C2H2 sebagai dasar untuk
mendeteksi 3 jenis kegagalan yaitu thermal fault, corona fault (low energy
partial discharge, dan arcing (high intensity partial discharge).
Setelah dilakukan perbandingan konsentrasi gas-gas diatas maka
kita dapat mencocokan dengan tabel di bawah ini untuk menentukan jenis
kegagalan pada transformator yang diuji.

Tabel 3.2 Level konsentrasi untuk Doernenburg Ratio


Main gases Concentration level (ppm)
Hydrogen (H2) 100
Carbon monoxide (CO) 350
Methane (CH4) 120
Acetylene (C2H2) 35
Ethylene (C2H4) 50
Ethane (C2H6) 65

Tabel 3.3 Diagnosa kegagalan untuk Doernenburg Ratio


Different Fault (CH4/H2) (C2H2/C2H4) (C2H2/CH4) (C2H6/C2H2)
Diagnosis
Thermal fault >1.0 >0.1 <0.75 <1.0 <0.3 <0.1 >0.4 >0.2
Corona fault <0.1 <0.01 Not <0.3 <0.1 >0.4 >0.2
significant
Arcing fault >0.1 >0.01 >0.75 >1.0 >0.3 >0.1 <0.4 <0.2
<1.0 <0.1
51

c. Duval’s Triangle
Metode ini menggnakan konsentrasi tiga gas utama untuk
menentukan jenis kegagalan pada transformator, gas tersebut
adalah CH4, C2H2, dan C2H4.Konsentrasi ketiga gas tersebut di
jadikan titik ntuk menarik garis lurus pada segitiga duval, sehingga
ketiga konsentrasi gas bertemu dalam satu titik.Dari titik
pertemuan ketiga gas tersebut maka kita dapat menarik kesimpulan
jenis kegagalan apakah yang terjadi pada transformator yang diuji.

Gambar 3.10Duval triangle

Keterangan :
PD : Partial discharge
T1 : Kegagalan termal kurang dari 300°C
T2 : kegagalan termal antara 300°C sampai 700°C
T3 : kegagalan termal lebih dari 700°C
D1: Sparking
D2: Arcing
DT: Kegagalan termal disertai kegagalan elektris
52

3.6 Spesifikasi Auxiliary Transformer 4A PLTU Tanjung Jati B


3.6.1 Tipe Pendingin

ONAF (Oil Natural Air Forced) : Digunakan di luar (Outdor), forced air
cooled three-phase transformer artinya pendingin minyak menggunakan pompa
dan pendingin udara menggunakan kipas yang digerakkan dengan motor listik
untuk mendinginkan transfoemer 3 fasa dan OLTC (On Load Tap Changer) yaitu
tap changer yang dioperasikan saat berbeban .

3.6.2Rating

Rating adalah suatu penilaian pada transfomator yang sudah tertera pada
name plate. Rating tersebut diantaranya kapasitas trafo, frekuensi, tegangan
kumparan primer (LV side), kumparan sekunder (HV side), koneksi vector group
trafo, sistem grounding dan level isolasi [13].

1. Output : 10.5 MVA

2. Frequency : 50 Hz

3. Number of Phase :3

Pada name plate di atas menjelaskan kapasitas transformator yaitu 786


MVA, frekuensi 50 Hz dan 3 fasa transformator,.

4. Capacity and Voltage of Each Winding

 LV side : 54 MVA at 10,5 kV,


 HV side : 54 MVA at 22,8 kV
 Voltage tap at HV side : ± 2 x 2,5%

Pada kumparan tegangan rendah nilai S = 54 MVA dan V = 10.5


kV,Pada kumparan tegangan tinggi nilai S = 54 MVA dan V = 22.8
kV.Tegangan galat pada kumparan sekunder yaitu ± 2 x 2.5 %, 2 x 2.5 %
53

adalah toleransi error tegangan pada kumparan sekunder. Tidak boleh lebih
atau kurang dari 2 x 2.5 % saat perubahan tap pada kumparan tegangan rendah
(kumparan sekunder).

5. Connection
 HV side : Delta
 LV side : Star
 Connection Symbol : Dyn11

Gambar 3.11Vector Group Transformer

Pada name plate di atas menjelaskan tentang vector group pada


transformator. Transformator hubung delta untuk kumparan primer (HV
side) dan huubung bintang unuk kumparan sekunder (LV side). Sedangkan
Koneksi simbol Dyn11 artinya koneksi transformator hubung delta bintang
jam 11. Hubung bintang arah jam 11 memiliki nilai θ = 5º.

6. Grounding System

Pentanahan pada Transformer terletak pada kumparan sekunder


(HV) netral artinya yaitu Transformer hubung delta (LV) dan bintang
(HV).Kumparan tegangan tinggi hubung bintang dengan titik netral sebagai
pentanahan (GroundingSystem).
54

7. Temperature Rise
Windings : 58 K
Oil : 53 K
Name plate di atas menjelaskan tentang suhu belitan dan suhu
minyak. Suhu belitan yaitu 58 K dan suhu munyak yaitu 53 K [13].

Anda mungkin juga menyukai