Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN KONSEP NYERI

A.DEVENISI NYERI
Nyeri suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu.
Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak menyenangkan, sesuatu
kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik
dan/atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego
seseorang. Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang sehingga dapat mengganggu
hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara
objektif, seperti menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu
menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali perawat mengkaji nyeri dari kata-kata,
prilaku ataupun respons yang diberikan oleh klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri
dan seperti apa nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam upaya menghilangkan nyeri
maka perawat harus yakin dahulu bahwa nyeri itu memang ada . kerusukakan pada jaringan yang
berpotensi rusak atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan nyeri merupakan
mekanisme yang bertujuan untuk melindungi diri.
B. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI
1.Proses Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada
setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem
Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan
kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan
diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.Serabut Aδ berperan dalam
menghantarkan “Nyeri cepat” dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan
terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan “nyeri Lambat” dan menghasilkan persepsi
samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis
serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas
melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini
impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas
listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu
(panas)ataukimia(substansinyeri).

Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu
dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena
proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinap melewati neuro transmiter.

Modulas
Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi
penerusan impuls nyeri.Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan
bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan
neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat
transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di
nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima.
Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri)
dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya
nyeri yang dirasakan

2. Manifestasi fisiologi nyeri


Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik untuk memahami
pengalaman nyeri , akan membantu menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni : resepsi
dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis.terdapat pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak
atau ditransmisi tanpa ahambatan ke kortek serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri
dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan n\eri (McNair,1990).

Berdasarkan sumbernya

a) Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat
burning (seperti terbakar)
ex: terkena ujung pisau atau gunting

b) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon
dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama drpd cutaneus
ex: sprain sendi

c) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan
thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan

2. Berdasarkan lokalisasi/letak

a) Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)

b) Referred pain
Nyeri dirasakan pd bagian tubuh ttt yg diperkirakan berasal dr jaringan penyebab

c) Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
d) Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pd bag. Tubuh yg hilang

e) Berdasarkan penyebab:
Fisik
Psycogenic
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

f) Menurut Serangannya
Nyeri akut
Nyeri kronik

C. SKALA NYERI
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri
trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitk
dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien
memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling
efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,
1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis
lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap
ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
Keterangan :

0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut.
Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah.
Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi
jenis ini juga sulit untuk dipastikan.

RESPON NYERI

Ada beberapa respon yang dialami penderita setelah merasakan sakitnya nyeri :

Responfisiologis terhadap nyeri


1. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)Dilatasi saluran bronkhial dan
peningkatan respirasi rate
a) Peningkatan heart rate
b) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
c) Peningkatan nilai gula darah
d) Diaphoresis
e) Peningkatan kekuatan otot
f) Dilatasi pupil
g) Penurunan motilitas GI

2.Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)


a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan HR dan BP
d) Nafas cepat dan irregular
e) Nausea dan vomitus
f) Kelelahan dan keletihan
3. Respon tingkah laku terhadap nyeri
a) Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
b) Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
c) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
d) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan
e) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak
sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI


a. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama
pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok
umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan
mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan
faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).
d. Ansietas
Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan
pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu
tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih
sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut
menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan
dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat.
f. Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena
sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau
tindakan saja sudah merupakan efek positif.
g. Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat.
h. Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang
sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk
mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri
baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri.

Anda mungkin juga menyukai