Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi
itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
atau
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan
korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi.
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya
lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KOROSI
1. Oksigen terlarut ( DO = Dissolved oxygen ) → DO berperan dalam
sebagian proses korosi, bila konsentrasi DO naik, maka kecepatan korosi
akan naik.
2. Zat padat terlarut jumlah ( TDS = total dissolved solid ) → konsentrasi
TDS sangatlah penting, karena air yang mengandung TDS merupakan
penghantar arus listrik yang baik dibandingkan dengan air tanpa TDS.
Aliran listrik diperlukan untuk terjadinya korosi pada pipa logam, oleh
karena itu jika TDS naik, maka kecepatan korosi akan naik.
3. pH dan Alkalinitas → mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya
pH dan alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik. Peristiwa korosi
pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode
yaitu: 2H+(aq) + 2e- → H2
4. Temperatur → makin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat terjadi
dan naiknya temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi.
5. Tipe logam yang digunakan untuk pipa dan perlengkapan pipa →
logam yang mudah memberikan elektron atau yang mudah teroksidasi,
akan mudah terkorosi.
6. Aliran listrik → Aliran listrik yang diakibatkan oleh korosi sangat lemah
dan isolasi dapat menghalangi aliran listrik antara logam-logam yang
berbeda, sehingga korosi galvanis dapat dihindari. Bilamana aliran listrik
yang kuat melewati logam yang mudah terkorosi, maka akan
menimbulkan aliran nyasar dari sistem pemasangan listrik di pelanggan
yang tidak menggunakan aarde, hal ini menyebabkan korosi cepat terjadi.
7. B a k t e r i → tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena
mereka akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida
(H2S), selama masa putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara
berarti sehingga menaikkan kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida, Fe2S2,
hasil reduksi sulfat (SO42–) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi
anaerob, dapat mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air. Zat-zat
ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi
maka hal ini dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk
berkembang, karena mereka senang dengan air yang mengandung besi.
JENIS –
JENIS
Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia
karena pH air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam
makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.
Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada
satu titik atau area kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah
salah satu bentuk yang paling merusak dari korosi, karena sulit terlihat
kerusakaanya jika tanpa alat bantu.
Mekanisme Korosi Sumur : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran
disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia
agresif seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif (oksida) sehingga
pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan juga dapat mengatur
perbedaan sel aerasi (tetesan air pada
permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat
dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).
Cara pengendalian korosi sumuran adalah
sebagai berikut:
Hindari permukaan logam dari
goresan.
Perhalus permukaan logam
Menghindari komposisi material
(Gambar mekanisme pitting corrosion)
dari berbagai jenis logam.
Pilih bahan yang homogen
Diberikan inhibitor
Diberikan coating dari zat agresif
Meletakkan material tegak berdiri sehingga tidak akan terjadi
genangan air pada permukaan logam
Merubah lingkungan dengan mengurangi faktor utama penyebab
dampak korosi
Pemasangan seng anode yang sesuai dengan kondisi dimana korosi
tersebut terjadi
Korosi Mikrobiologi
Korosi yang terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang mempengaruhi
korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab
terhadap degradasi material di lingkungan.
Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya
berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan
logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.
Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan
ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.
Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus
berulang sehingga smakin lama logam akan mengalami patah karena terjadi
kelelahan logam. Korosi ini biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak
dan propeller kapal.
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri.
Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya
kadar H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat
berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate
untuk memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi
enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi
sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi
asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di
deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan
dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan
Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya
oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.
Selective Leaching Corrosion
Selective leaching
adalah korosi selektif dari
satu atau lebih komponen
dari paduan larutan padat.
Hal ini juga disebut
pemisahan, pelarutan
selektif atau serangan
selektif. Contoh dealloying
umum adalah (Gambar selective leaching corrosion pada pipa)
dekarburisasi,
decobaltification, denickelification, dezincification, dan korosi graphitic.
Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki
potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan
modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda yang menunjukkan
potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara elemen paduan menjadi
kekuatan pendorong untuk serangan preferensial yang lebih "aktif" pada elemen
dalam paduan tersebut.
Dalam kasus dezincification dari kuningan,
seng istimewa terlarut dari paduan tembaga-seng,
meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang
keropos dan rapuh.
Cara pengendalian atau mencegah selective
leaching adalah :
Menghindari komposisi yang berbeda dari
material penyusun
(Gambar mekanisme
selective leaching corrosion)
Proses dezincification dapat dikurangi dengan meminimalkan keganasan
lingkungan atau dengan katodic protection.
Penambahan 1% tin pada 70 – 30 brass, atau dengan penambahan arsenic,
antimony, atau phosporus sebagai inhibitor
Graphitization, dapat terjadi karena terdapat perbedaan graphit dan besi
pada struktur logam. Dengan demikian sebagian Fe meninggalkan vacant
pada struktur graphit logam.
Intergranular Corrosion
Intergranular corrosion kadang-kadang
juga disebut "intercrystalline korosi" atau
"korosi interdendritik". Dengan adanya
tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang
batas butir dan jenis korosi ini sering disebut
"intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)"
atau hanya "intergranular stress corrosion
cracking".
(Gambar korosi batas butir pada pipa)
Jika kita ingin mengontrol korosi dari logam, kita hanya perlu menghilangkan satu
elemen dari sebuah reaksi elektrokimia.
1. Menghilangkan elektroda.
Ini merupakan teknik yang banyak diterapkan. Elektrolit bisa dihindari melalui
protective coating pada permukaan logam atau material. Coating (pelapisan) bisa
dengan :
3. metallic coating, contoh: zinc coating, tin coating, stainless steel cladding.
4. Proteksi Katoda
Biasa juga disebut sacrificial anode karena tujuannya mengorbankan logam untuk
melindungi katoda. Logam yang dikorbankan sifatnya harus lebih anodik dalam
galvanic series. Logam yang biasanya digunakan untuk tujuan ini yaitu
magnesium, aluminium dan zinc. Cara lain yang digunakan yaitu dengan
mengalirkan elektron ke logam yang akan dilindungi. Berikut skema dari proteksi
katoda.
5. Proteksi anoda
Ini merupakan kebalikan dari proteksi katoda, arus listrik hasil reaksi korosi
bukan dilawan tetapi justru diperbesar, sehingga kekuatan arus itu mencapai
daerah pasif, sehingga reaksi korosi terhenti.
Berikut beberapa ilustrasi untuk mengurangi atau meminimalisir korosi. Disain ini
mencakup beberapa yang telah dibahas diatas yaitu: menghilangkan elektrolit,
mencegah korosi celah, mengurangi efek aliran fluida, mencegah kontak antara 2
logam yang berbeda, dan mencegah konsentrasi tegangan.