Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN

KESEHATAN DALAH HAK ASASI SETIAP ORANG

Disusun oleh:
Naila Eldafira Fatihah
Hipoglosus

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

0
Setiap warga Negara memiliki hak fundamental terhadap kesehatan, hal
tersebut dinyatakan dalam Undang undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025 dinyatakan
untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, pembangunan nasional diarahkan
untuk mengedepankan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
dan berdaya saing.

Mentri kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyanih, MPH DR. PH pernah


menyampaikan dalam seminar nasional yang diselenggarakan di fakultas kesehatan
masyarakat UNDIP, dengan topik Strategi Kesehatan Kementerian Kesehatan dalam
Pembangunan Kesehatan yang Berbasiskan Preventif dan Promotif pada Sabtu
(13/03/2010) di Semarang.

Beliau menyampaikan bahwasannya untuk mencapai SDM yang berkualitas


dan berdaya saing, untuk mencapai kenaikan derajat kesehatan masyarakat yang
tinggi, masyarakat itu sendiri harus memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat. Kesehatan menjadi pilar utama bersama dengan pendidikan dan ekonomi
yang sangat erat untuk meningkatkan sumber daya manusia. Maka dari itu, beliau
mengharapkan hadirnya sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan mampu
bersaing untuk menghadapi semua tantangan yang akan dihadapinya.

Pembanguna kesehatan tahun 2005-2025 membeerikan perhatian khusus


pada penduduk yang rentan seperti ibu, bayi, anak, lansia dan kelurga miskin. Tahun
2014 menkes memiliki sasaran pembangunan kesehatan agar meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian MDGs yang antara lain, yaitu
Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun, Menurunnya angka kematian
bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, Menurunnya angka kematian ibu
melahirkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup dan Menurunnya prevalensi gizi
kurang (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita menjadi lebih kecil dari 15%

1
Dalam tiga decade terakhir, seluruh indikator derajat kesehatan masyarakat
Indonesia menujukan adanya perbaikan. Umur Harapan Hidup pada saat lahir
meningkat menjadi 70,6 tahun, Angka Kematian pada Ibu menurun menjadi 228 per

100.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Neonatal menurun menjadi 20 per


1.000 kelahiran Hidup, Angka Kematian Bayi pun ikut menurun menjadi 34 per
1.000 Kelahiran Hidup, serta Angka Kematian Anak Balita menurun menjadi 44 per
1.000 Kelahiran Hidup. Pernyataan ini di ungkapkan berdasarkan survey demografi
dan ksehatan Indonesia tahun 2007.

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 melakukan penelitian dan
berhasil menghasilakn berbagai peta masalah kehidupan dan hasilnya pun
digabungkan menjadi Gizi Buruk dan Gizi Kurang menunjukkan bahwa sebanyak 19
provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi
nasional sebesar 18,4%. Ini menjukan,target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar
20%, dan target Millenium Development Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat

dicapai pada 2007.

Kini sejumlah kelompok makin bergantung pada pelayanan kesehatan dasar


yang semakin kompleks. Mengapa? Karena, Setiap manusia mempunyai risiko dan
kebutuhan kesehatan yang bermacam macam. Mulai dari masih menjadi janin hingga
lansia, laki laki maupun perempuan. Mereka semua bergantung pada berbagai upaya
kesehatan, tidak hanya untuk berkelangsungan hidup yang kadang kala memiliki
serangan penyakit mematikan, untuk tumbuh kembang secara fisik, emosional dan
intelektual (development), namun juga untuk memperoleh perlindungan kesehatan
(protection) agar dapat tetap hidup sehat dan produktif.

Pemerintah telah membangun puskesmas di setiap kecamatan yang saat ini


telah terdapat 8.548 Puskesmas, 22.337 Puskesmas. Pembantu yang didukung dengan
6711 Puskesmas keliling Roda 4 dan 858 Puskesmas Keliling Perahu/kapal. Hal ini
dilakukan guna terpenuhinya sarana pelayanan

0
kesehatan. Di lingukungan masyarakat pun telah tersedia berbagai upaya
kesehatan yang bersumber daya sebagai wujud pemberdayaan masyarakat contohnya
seperti telah tersedianya 296.000 posyandu, 52.000 Poskesdes dan 1000 Poskestren.

Kelompok masyarakat miskin harus mendapatkan jaminan untuk hidup sehat,


karena hidup sehat itu merupakan hak asasi setiap orang. Maka dari itu kesehatan
dasar harus tetap terselenggara atau tersedia karna pelayanan masyarakat harus
mencakup upaya kesehatan yang telah menjadi komitmen komunitas global,
regional, nasional maupun lokal.

Mentri kesehatan mangatakan, WHO Regional Meeting on Revitalizing


Primary Health Care di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang
perlunya melakukan 'Primary Health Care Reforms'. Inti dari meeting tersebut adalah
reformasi 'universal coverage'; 'service delivery'; 'public policy' dan 'leadership'.
Revitalisasi PHC yang akan memberi dampak pada Puskesmas. Maka dari itu proses
Revitalisasi pusekesmas untuk menetapka fungsi puskesmas yang sedang dijalan kan
oleh kementrian kesehatan agar dapat menjawab arah kebijakan pembangunan
kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.

pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan


masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer. Hal hal ini merupakan fungsi fungsi dari puskesmas
yang sedang fokus membangun kesehatan.

Adapun 3 tingkat pencegahan yaitu health promotion and specific protection,


early detection and prompt treatment, serta rehabilitation and disability limitation.
Hal ini merupakan pendekatan pelaksanaan, Di tingkat promosi kesehatan dan
perlindungan khusus yang lebih dominan, tetapi pada deteksi dini dan pengobatan
yang tetap serta rehabilitasi dan pembatasan kecacatan pun tetap dilaksanakan sesuai
dengan kompetensi dan fungsi Puskesmas. Pada pelaksanaan ini pun perlu adanya
dukungan dari tingkat rujukan maupun pelayanan perorangan.

1
Karena masih banyaknya permasalahan biaya kesehatan masyarakat
Pemerintah telah menyiapkan pelayanan kesehatan berupa subsidi yang sudah di
manajemen pihak di dalam maupun luar gedung. Subsidi yang dilakukan dibantu
melalui bantuan oprasional kesehatan (BOK). Pemerintah pun mengeluarkan
kebijakan untuk aspek sumber daya manusia tentang tenaga strategi yang terdiri dari
dokter, bidan, perawat, tenaga promosi kesehatan , surveilans agar melaksanakan
fungsi-fungsi tersebut.

Revitalisasi Puskesmas tidak akan berhasil tanpa adanya penguatan kabupaten


atau kota entah itu dinas kesehatan maupun rumah sakit. Puskesmas pun perlu adanya
faktor pendukung agar tugas yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan berhasil.
Pembangunan kesehatan pun sangat perlu yang namanya peran aktif dari semua
pelaku pembangunan kesehatan, Terdiri dari mulai jajaran baik insan perguruan
tinggi maupun oragnisasi profesi, ikatan ahli kesehatan masyarakat pun ikut serta
didalamnya. Mentri kesehatan berharap seluruh perguruan tinggi ikut serta dalam
berperan aktif dan berkontribusi baik dalam pembangunan kesehatan entah itu
melalui masukan/kajian ilmiah, menggunakan teknologi yang tepat dengan
penggunaannya, serta penyediaan sumber daya manusia yang sesuai dengan
kewenangannya.

2
Daftar pustaka
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pembangunan Kesehatan Berbasis
Preventif dan Promotif. https://www.kemkes.go.id/article/view/849/pembangunan-
kesehatan-berbasis-preventif-dan-promotif.html

Anda mungkin juga menyukai