Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberinya rahmat dan hidayahNya sehingga tugas makalah kami ini yang berjudul
“Prosedur Irigasi Kateter“ bisa terselesaikan dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh mata kuliah kebutuhan dasar manusia tentang kateterisasi, juga untuk
menambah wawasan kami dalam ilmu pengetahuan terutama di bidang mobilisasi.
Penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih  banyak kekurangannya atau karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 10 Mei 2019

Kelompok

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kateterasi urine merupakan salah satu tindakan memasukan selang kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin. Kateterisasi urin ini
dilakukan dengan cara memasukan selang plastic atau karet melalui uretra ke dalam
kandung kemih yang berfungsi untuk mengalirkan urine pada klien yang tidak mampu
mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Irigasi kandung kemih
melalui kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter
urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus,
atau sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih
serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana prosedur irigasi kateter
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
3. Untuk membersihkan kandung kemih

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Irigasi kandung kemih melalui kateter adalah pencucian kateter urine untuk
mempertahankan kepatenan kateter urine menetap dengan larutan steril yang
diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau sedimen dapat terkumpul di dalam
selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta menyebabkan urine tetap berada di
tempatnya.

2.2 Tipe Irigasi Kateter


Ada beberapa tipe irigasi kateter, antara lain:
a. Irigasi sistem tertutup

Irigasi sistem tertutup dibagi menjadi dua yaitu irigasi kadang-kadang dan
terus menerus. Irigasi istem tertutup dilakukan tanpa membuka kateter dan sistem drainase.
Irigasi sistem tertutup lebih banyak digunakan pada pasien yang di lakukan pembedahan
genitourinaria karenan pada klien ini mempunyai resiko terjadinya bekuan darah kecil dan
mukus/sekret yang masuk kedalam kateter. Dan juga resiko mengalami infeksi saluran
kemihan.
b. Irigasi sistem terbuka

Irigasi sistem terbuka juga digunakan untuk menjaga kepatenan kateter. Irigasi
sistem terbuka dilakukan bila irigasi kateter lebih jarang dilakukan (misalnya setiap 8 jam)
dan tidak ada bekuan darah kecil dan mukus di kandung kemih.
Dokter dapat memprogramkan irigasi kandung kemih untuk klien yang mengalami
infeksi kandung kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptik atau antibiotik untuk
membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kedua irigasi tersebut
menerapkan teknik asepsis steril (Potter & Perry, 2005). Dengan demikian Irigasi kandung
kemih adalah proses pencucian kandung kemih dengan aliran cairan yang telah di
programkan oleh dokter.

2.3 Indikasi
Indikasi pemasangan kateter uretra terbagi menjadi dua, yaitu indikasi diagnostik dan
indikasi terapi.
Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik kateterisasi uretra adalah sebagai berikut:

-Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi

3
-Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status cairan dan menilai
perfusi renal (terutama pada pasien kritis)

-Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih

-Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih (misalnya striktur
atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan kesulitan memasukkan kateter

Indikasi Terapi

Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:

-Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan darah, gangguan
neurogenik)
-Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat diperbaiki dengan
obat atau tindakan bedah

2.4 Tujuan

1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine


2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
3. Untuk membersihkan kandung kemih
4. Untuk mengobati infeksi local

2.5 Respon Klien yang Membutuhkan Tindakan Segera

Respon :
1. Klien mengeluh nyeri atau spasme kandung kemih karena irigan terlalu dingin.
2. Ada darah atau bekuan darah dalam selang irigasi.
Tindakan :
1. Lambatkan atau hentikan irigasi kandung kemih
2. Memerlukan peningkatan kecepatan aliran (tujuan intervensi ini adalah
mempertahankan patensi kateter, sel darah mempunyai potensi menyumbat kateter).

2.6 Tehnik Melakukan Irigasi Kateter


1. Perlengkapan
a. Sarung tangan bersih

4
b. Kateter retensi yang sudah terpasang
c. Selang dan kantong drainase (jika belum terpasang)
d. Klem selang drainase
e. Kapas antiseptic
f. Wadah steril
g. Larutan irigasi steril yang dihangatkan atau memiliki suhu rungan
2. Pelaksanaan
a. Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Berikan privasi klien
d. Pasang sarung tangan bersih
e. Kosongkan, ukur dan catat jumlah serta tampilan urine yang ada di dalam
kantong urine. Buang urine dan sarung tangan. Pengosongan kantong drainase
memungkinkan pengukuran haluaran urine yang lebih akurat setelah irigasi
dilakukan atau selesai. Pengkajian karakter urine memberikan data dasar untuk
perbandingan selanjutnya.
f. Persiapkan perlengkapan.
g. Cuci tangan
h. Hubungkan selang infus irigasi dengan larutan irigasi dan bilas selang dengan
larutan, jaga agar ujungnya tetap steril. Membilas selang akan mengeluarkan
udara sehingga mencegah udara masuk ke dalam kandung kemih.
i. Pasang sarung tangan bersih dan bersihkan port irigasi dengan kapas antiseptic
j. Hubungkan selang irigasi ke port cairan pada kateter tiga cabang
k. Hubungkan kantong dan selang drainese ke port drainase urine jika belum
dihubungkan
l. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
m. Langkukan irigasi kandung kemih
n. Untuk irigasi kontinu, buka klem aliran pada selang drainase urine (jika ada).
Hal ini memungkinkan larutan irigasi mengalir keluar dari kandung kemih
secara kontinu.
o. Buka klem pengatur pada selang irigasi dan atur kecepatan aliran sesuai dengan
program dokter atau atur kecepatan aliran sebanyak 40-60 tetes per menit jika
kecepatan aliran tidak ditentukan.

5
p. Kaji jumlah, warna dan kejernihan drainase, jumlah drainase harus sama
dengan jumlah cairan irigasi yang masuk ke kandung kemih ditambah dengan
perkiraan haluaran urine.
q. Untuk irigasi intermiten, tentukan apakah larutan perlu tetap di kandung kemih
selama waktu tertentu
r. Apabila larutan tetap berada di dalam kandung kemih (irigasi atau pemasukan
cairan ke kandung kemih), tutup klem aliran ke selang drainase urine. Menutup
kliem aliran memungkinkan larutan tetap di dalam kandung kemih dan
bersentuhan dengan dinding kandung kemih.
s. Apabila larutan sedang dimasukkan untuk mengirigasi kateter, buka klem aliran
pada selang drainase urine larutan irigasi akan mengalir melalui selang dan port
drainase urin, mengeluarkan mukosa atau bekuan darah.
t. Buka klem aliran pada selang irigasi agar sejumlah larutan yang telah
diprogramkan masuk ke dalam kandung kemih. Klem selang.
u. Setelah larutan dipertahankan selama waktu yang telah ditetapkan, buka klem
aliran pada selang drainase dan biarkan kandung kemih kosong.
v. Kaji jumlah warna dan kejernihan drainase. Jumlah drainase seharusnya sama
dengan jumlah cairan irigasi yang masuk ke kandung kemih ditambah dengan
perkiraan haluaran urin.
w. Kaji klien dan haluaran urine.
x. Kaji kenyamanan klien
y. Kosongkan kantong drainase dan ukur isinya.
Rasional langkah pelaksanaan :
1. Mendeteksi apakah kateter atau sistem drainase urine tidak berfungsi
2. Mengurangi transmisi mikroorganisme
3. Mencegah kehilangan larutan irigasi
4. Menghilangkan udara silang
5. Kateter tiga saluran atau konektor-Y memberikan cara untuk larutan irigasi masuk
ke kandung kemih. Sistem harus tetap steril.
6. Meyakinkan bahwa urine dan larutan irigasi akan mengalir dari kandung kemih
7. Cairan mengisi melalui kateter ke dalam kandung kemih, sistem pembilas. Cairan
mengalir ke luar setelah irigasi selesai.

6
8. Meyakinkan kontinuitas, meskipun irigasi sistem kateter. Mencegah akumulasi
larutan di kandung kemih yang dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan
kemungkinan cedera
9. Mengurangi penyebaran mikroorganisme

FORMAT PENILAIAN IRIGASI KATETER


No Aspek yang dinilai Nilai

1. Pengkajian
a. Cek catatan pasien untuk menentukan
1) Tujuan irigasi kandung kemih
2) Order/ pesanan dokter
3) Tipe cairan irigasi yang digunakan
4) Apakah kilen menerima irigasi bladder kandang-
kadang atau terus menerus
5) Frekuensi irigai (misal setiap 8 jam)
6) Tipe kateter yang digunakan
 3 lubang (satu untuk balon, satu untuk
cairan irigasi, dan satu untuk aliran
urine)
 2 lubang (satu unutuk balon, sayu untuk
aliran urine)
b. Kaji
1) Warna urine dan adanya mukus atau endapan
2) Kepatenan selang drainase
Catat bila cairan yang masuk bladder dan cairan
drainase dari bladder melebihi ukuran
3) Jika sistem tertutup
 Catat jumlah cairan tersisa di kantong cairan
irigasi
 Cek selang cairan irigasi untuk memastikan
tidak ada sumbatan dan klien di buka atau
ditutup sesuai pesan dokter.
c. Tanyakan pemasukkan dan pengeluaran cairan
d. Kaji pengetahuan klien tentang irigasi kateter
2. Perencanaan
a. Tetapkan tujuan untuk klien berdasarkan diagnosa
keperawatan yang ada
1) Sistem drainage klien akan paten kembali dan
aliran akan lancar
2) Mengurangi resiko infeksi
3) Klien merasa nyaman
b. Tetapkan hasil yang diharapkan dari tujuan
perawatan:
1) Out put lebih besar daripada cairan irigasi

7
yang digunakan
2) Tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan
3) Tidak ada demam, urine yang kental tau bau
urin tidak sedap
c. Jelaskan tentang irigasi kateter pada klien
3. Persiapan alat
1. Sistem terbuka (intermittent method)
 Set irigator
 Cairan irigasi steril (cairan irigasi dianggap tidak
steril bila sudah dibuka lebih dari 24 jam )
 Baskom pengumpulan steril
 Spuit 60 ml tipe piston (digunakan untuk
memasukkan cairan kedalam kateter)
 Pembalut tahan air
 Sarung tangan steril
 Kapas antiseptik
 Plester
 Jas mandi(jika ada)

4. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Tutup scherm atau pintu untuk menjaga privacy
klien
Tutup dada klien dengan handuk mandi
c. Atur posisi klien dorsal recumbent supine (lutut
diangkat/mengkangkang) plester yang untuk
menempelkan kateter pada paha klien. Lakukan
hati-hati untuk menjaga lubang uretra tidak
terbuka
d. Kaji abdomen bagian bawah untuk mengetahui
apakah terjadi distensi abdomen
 Diraba: ada distensi/tidak
 Misal: ada dan terasa penuh dilakukan
irigasi terbuka
e. Jika irigasi terbuka (open method)
1) Buka bak irigasi steril, jaga kesterilan,
masukkan sejumlah cairan irigasi ke dalam
kantung cairan(jika ada) atau com.
2) Pasang alas di bawah kateter
3) Gunakan sarung tangan steril
4) Aspirasi cairan 30 ml dengan spuit
5) Lepaskan sambungan selang kateter dengan
selang
6) Masukkan cairan ke dalam selang kateter
dengan pelan. Lakukan berulang sampai
jumlah cairan sesuai order
7) Sesudah irigasi selesai, lepaskan protektor dari
sistem drainase, bersihkan sambungan dengan

8
kapas alkohol, hubungkan kembali selang
kateter dengan selang urine bag
8) Lepaskan sarung tangan
f. Plester kembali kateter ke paha klien
g. Kaji posisi yang nyaman bagi klien
h. Rendahkan tempat tidur untuk merendahkan
posisi, pasang papan pengaman di samping tempat
tidur
i. Cuci tangan anda
5. Evaluasi
a. Jumlah cairan yang digunakan untuk irigasi
bladder kateter serta komposisi jumlah cairan
drainase
b. Kaji karakteristik output: kekentalan, warna,
adanya bekuan
c. Observasi kepatenan kateter
d. Observasi terjadinya rasa nyeri dan demam
e. Observasi urine untuk menentukan kekeruhan,
konsentrasi dan bau
f. Tetapkan hasil termasuk kejadian
g. Cairan irigasi yang tidak masuk
h. Nyeri klien
i. Tanda-tanda demam dan menggigil
j. Peningkatan spasme bladder
6. Dokumentasi
a. Catat jumlah cairan yang digunakan untuk irigasi,
jumlah yang keluar, karakter, urine output di
catatan drainase, warna, ada darah, ada gumpalan,
perawat dan intake-output cairan di lembar
observasi
b. Catat adanya sumbatan kateter, perdarahan yang
tiba-tiba, infeksi atau peningkatan nyeri.
TOTAL

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan
kateter urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah,
pus, atau sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung
kemih serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey. Et al. 2009. Kozier : Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.
Jakarta : EGC
Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
Shlamovitz GZ. Urethral Catheterization in Men. Updated 7 Januari 2016. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/80716-overview. 

11

Anda mungkin juga menyukai